Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH SEVEN TOOLS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian dan Penjaminan Mutu

Dosen Pengampu : Kifayah Amar, Ph.D.

Disusun Oleh :
Yeni Ika Septyana
(11660025)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan


yang cepat di segala bidang. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi
tingkat produktivitas perusahaan dan seberapa rendahnya tingkat harga produk
maupun jasa, namun lebih pada kualitas produk atau jasa tersebut, kenyamanan,
kemudahan, serta ketepatan dan kecepatan waktu dalam pencapaiannya.
Persaingan ekonomi dunia tersebut menjadi semakin ketat sehingga menuntut
kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi
dalam aktivitas ekonomi dunia.
Untuk menghadapi persaingan tersebut, dunia usaha dituntut untuk
mampu mengadakan perubahan. Selain itu, produsen maupun pelanggan secara
umum, sering dihadapkan pada hal-hal baru yang tidak pernah dibayangkan
sebelumnya, teknologi baru, ilmu pengetahuan baru, produk dan jasa baru, gaya
hidup baru, harapan-harapan dan sebagainya.Oleh sebab itu, perusahaan perlu
menjaga kualitas dari produk maupun prosesnya. Sehingga, untuk menjaga
konsistensi kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan
kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengendalian kualitas (quality control) atas
aktivitas proses yang dijalani.
Terdapat alat atau teknik yang digunakan perusahaan untuk perbaikan
kualitas. Biasanya disebut 7 QC tools, yang berkembang penggunaannya dalam
proses kegiatan peningkatan mutu. The 7 QC tools terdiri dari check sheet,
flowchart, scatter diagram, pareto diagram, histogram, fishbone diagram dan
control chart. Dengan adanya alat bantu tersebut, dapat digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang dibutuhkan seperti kesalahan, kemudian
dianalisis penyebab kesalahan dan memutuskan cara penyelesaiannya atau
menghilangkan kesalahan-kesalahan tersebut. Sehingga perusahaan dapat
mengetahui apa yang akan dilakukan untuk menjaga kualitas produk atau jasa
yang dihasilkan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
The 7 QC tools adalah alat-alat bantu yang bermanfaat untuk
memetakan lingkup persoalan, menyusun data dalam diagram-diagram agar
lebih mudah untuk dipahami, menelusuri berbagai kemungkinan penyebab
persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena yang otentik dalam
suatu persoalan. Kemampuan 7 QC tools yang dashyat dalam
mengungkapkan fakta atau fenomena inilah yang menyebabkan para pakar
dalam setiap proses kegiatan mutu tergantung pada alat-alat bantu ini.
Meskipun demikian, keberhasilan dalam menggunakan 7 QC tools sangat
dipengaruhi oleh seberapa massif pengetahuan si pengguna akan alat bantu
yang dipakainya. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki, akan semakin
tepat dalam memilih alat bantu yang akan digunakan. Itulah sebabnya, ada 2
hal pokok yang perlu menjadi pedoman, sebelum menggunakan 7 QC tools,
yaitu efektif dan efisien.

2.2. Jenis-jenis Seven Tools


1. Check sheet
Check sheet adalah alat yang sering untuk menghitung seberapa
sering sesuatu itu terjadi dan sering digunakan dalam pengumpulan dan
pencatatan data. Check sheet adalah alat bantu yang digunakan pada saat
suatu proses/kegiatan berlangsung. Tujuan pembuatan check sheet
adalah menjamin bahwa data dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh
karyawan operasional untuk diadakan pengendalian proses dan
penyelesaian masalah. Data dalam check sheet tersebut nantinya akan
digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah. Berikut ini adalah
contoh dari check sheet :
Tabel 2.1. Tabel Check Sheet

Kesalahan Jumlah Kesalahan Dalam Satu Semester Total


cara mengajar IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 30
pelayanan administrasi IIIII IIIII IIIII IIIII 20
pelayanan
perpustakaan IIIII IIIII IIIII 15
buku teks kuno IIIII IIIII III 13
tidak ada dukungan IIIII IIIII IIIII IIIII II   22
Sumber Goetsch dan Davis (1995)

2. Flow Chart
Flow chart atau diagram alir merupakan diagram yang menunjukkan
seluruh langkah dalam suatu proses dan menunjukkan bagaimana
langkah itu saling berinteraksi satu sama lain. Flow chart digambarkan
dengan simbol-simbol, dan setiap simbol menggambarkan proses
tertentu dan hubungan antar proses digambarkan dengan garis
penghubung. Flow chart menunjukkan langkah-langkah atau urutan
proses dalam suatu organisasi. Sehingga dengan urutan tersebut, akan
memudahkan dalam menggambaran suatu sistem, mengidentifikasi
masalah, dan melakukan tindakan pengendalian. Namun alat ini masih
harus didukung dengan tahapan alat lain untuk melihat frekuensi
kesalahan yang terjadi pada setiap tahapan proses tersebut. Berikut ini
adalah contoh gambar dari flow chart :

Gambar 2.1. Gambar Flow Chart

3. Histogram
Histrogram adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan variasi
data pengukuran dan variasi setiap proses. Digunakan untuk
menganalisa mutu dari sekelompok data (hasil produksi), dengan
menampilkan nilai tengah sebagai stndar nutu produk dan distribusi atau
penyebaran datanya. Meski sekelompok data memiliki standar mutu
yang sama, tetapi bila penyebaran data semakin melebar ke kiri atau ke
kanan, maka dapat dikatakan bahwa mutu hasil produksi pada kelompok
tersebut kurang bermutu. Sebaliknya, semakin sempit sebaran data pada
kiri dan kanan nilai tengah, maka hasil produksi dapat dikatakan lebih
bermutu, karena mendekati spect yang telah ditetapkan. Berikut ini
adalah contoh dari histrogram :

Gambar 2.2. Gambar histogram

4. Scatter Diagram
Scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan
hubungan (korelasi) antara pasangan dua macam variabel dan
menunjukkan keeratan (tingkat) hubungan antara dua variabel tersebut
(kuat atau lemah) yang diwujudkan dengan koefisien korelasi. Scatter
diagram juga dapat digunakan untuk mengecek apakah suatu variabel
dapat digunakan untuk mengganti variabel yang lain. Dalam
pemanfaatannya, scatter diagram membutuhkan data pasangan sebagai
bahan baku analisisnya, yaitu sekumpulan nilai x sebagai faktor yang
independen berpasangan dengan sekumpulan nilai y sebagai faktor
dependen. Diagram ini paling tidak menghubungkan paling tidak dua
variabel, X dan Y yang menunjukkan keeratannya, sehingga dapat
dilihat apakah kesalahan dapat disebut berhubungan atau terkait dengan
masalah atau kesalahan lain. Berikut ini adalah contoh scatter diagram :

Gambar 2.3. Gambar Scatter Diagram

5. Control chart
Control chart adalah alat bantu berupa grafik yang akan
menggambarkan stabilitas suatu proses kerja. Untuk menentukan apakah
proses kerja dalam keadaan in control atau out of control. Karakteristik
pokok dari alat bantu ini adalah adanya sepasang batas kendali (upper
dan lower control), sehingga dari data yang dikumpulkan akan dapat
terdeteksi kecenderungan proses yang sesungguhnya. Pada dasarnya alat
bantu ini adalah rekaman data yang sedang berjalan. Bila data terkumpul
sebagian besar berada dalam batas pengendalian berarti proses berjalan
dalam kondisi stabil. Sebaliknya, sebagian besar data menunjukkan
deviasi di luar batas kendali, maka dapat dikatakan proses berjalan tidak
normal. Sehingga dapat berdampak pada penurunan mutu produk. Dapat
diketahui sumber variansi dalam control chart, yaitu common cause dan
special cause. Jika common cause, maka tidak dapat mengadakan
perubahan. Tetapi jika special cause, dapat diadakan perubahan tanpa
mengubah proses secara keseluruhan. Dalam siklus PDCA, control chart
digunakan dalam tahap pelaksanaan (do) dan pengujian (check). Berikut
ini adalah contoh dari control chart :
Gambar 2.4. Gambar Control Chart

6. Pareto diagram
Pareto merupakan diagram yang dikembangkan oleh Vildero
Pareto. Diagram pareto ini adalah suatu gambar yang mengurutkan
klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut ukuran ranking tertinggi
hingga terendah. Hal ini dapat membantu permasalahan yang paling
penting untuk segera diselesaikan (rangking tertinggi) sampai dengan
masalah yang tidak harus segera diselesaikan (rangking terendah).
Diagram pareto juga dapat mengidentifikasi masalah paling penting
yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk
dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk menyelesaikan
masalah. Selain itu, diagram pareto juga dapat digunakan untuk
membandingkan kondisi proses, misalnya ketidaksesuaian proses
sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan terhadap proses
(Mitra,1993). Berikut ini adalah contoh gambar diagram pareto :
Frekuensi

Jenis Kesalahan

Sumber : Besterfield,1998
Gambar 2.5. Pareto Diagram
7. Fish Bone Diagram
Fish bone diagram atau disebut cause and effect diagram yang
dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa sehingga juga biasa dikenal
dengan Ishikawa Diagram. Disebut fish bone diagram karena berbentuk
seperti tulang ikan. Fish bone merupakan alat bantu yang menggunakan
data verbal (nonnumerical) atau data kualitataif dalam penyajiannya.
Alat bantu ini menggambarkan garis dan simbol-simbol yang
menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah.
Suatu kondisi “penyimpangan mutu” yang dipengaruhi oleh bermacam-
macam penyebab yang saling berhubungan. Berbeda dengan alat bantu
lainnya, karena penggunaannya akan lebih efektif bila dilakukan
kelompok. Sehingga alat bantu ini identik dengan kegiatan kelompok.
Disamping itu, manfaat optimum diperoleh jika diagram ini mampu
menampilkan akar-akar penyebab yang sesungguhnya dari suatu
penyimpangan (ketidakbermutuan). Berikut ini adalah contoh gambar
gambar fishbone :

Mesin Manusia
Tradisional
Kurang
berpengalaman
Tidak standart

Kemampuan alat Kurang


terbatas keterampilan

Cetakan tidak Tidak


presisi disiplin

Produk Cacat

Tidak ada QC
Bahan baku Tidak ada prosedur
Pemisahan material
Bahan baku kotor
Tidak ada pengikat udara
Kualitas bahan Dalam cairan alumunium
kurang baik

Bahan Prosedur

Gambar 2.6. Gambar Fish Bone Diagram


BAB III
KESIMPULAN

The 7 QC tools terdiri dari check sheet, flowchart, scatter diagram, pareto
diagram, histogram, fishbone diagram dan control chart. Dan dari ketujuh alat
tersebut tidak semua harus dipakai dalam melakukan analisi. Namun dari kesemua
itu, seven tools mempunyai kelemahan dalam melakukan analisis yaitu tidak
mampumenggambarkan keterkaitan antar faktor yang mempengaruhi target. Alat
apa yang akan digunakan, disesuaikan dengan data-data yang ada serta tujuan
yang akan dicapai. Sehingga, perusahaan dapat menjaga kualitas produk maupun
jasa yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dorothea, A. W. 2003. Manajemen Kualitas (Pendekatan Sisi Kualitatif). Penerbit


Ghalia Indonesia : Jakarta.
Dorothea, A. W. 2004. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif
dalam Manajemen Kualitas). Penerbit Andi : Yogyakarta.
Syukron, Amin dan Kholil Muhammad. 2013. Six Sigma : Quality for Business
Improvement). Penerbit Graha Ilmu :Yogyakarta.

[8/4 16.30] Andikshey: Blog Eris


Tentang 7 New Quality Tools
Eris Kusnadi Eris Kusnadi
7 years ago

Advertisements

alat untuk memetakan permasalahan secara terstruktur pada tingkatan


manajemen menengah ke atas

Bulan lalu, saya telah memposting tulisan tentang 7 Basic Quality Tools dan
sempat menyinggung keberadaan 7 New Quality Tools. Lalu, alat-alat apa
saja yang termasuk ke dalam 7 New Quality Tools? Dan apa perbedaannya
dengan 7 Basic Quality Tools?

7 New Quality Tools, atau sering disebut juga 7 management and planning
(MP) tools, pertama kali digagas pada tahun 1972 ketika sekelompok
insinyur dan ilmuwan Jepang yang tergabung dalam JUSE (Union of Japanese
Scientists and Engineers) melihat perlunya alat untuk memetakan
permasalahan secara terstruktur pada tingkatan manajemen menengah ke
atas sehingga membantu pengambilan keputusan dan kelancaran
komunikasi team kerja di lapangan yang sering berhadapan dengan
permasalahan yang terjadi karena kompleksitas 7 Basic Quality Tools,
seperti: check sheet, scatter diagram, fishbone diagram, pareto chart, flow
charts, histogram, dan SPC. Mereka membentuk sebuah tim untuk meneliti
dan mengembangkan alat-alat kendali kualitas baru, tidak semua alat-alat
tersebut baru, namun merekalah yang pertama mengumpulkan dan
memperkenalkannya. Alat-alat kendali kualitas baru tersebut adalah:

affinity diagram,
interrelationship diagram,
tree diagram,
matrix diagram,
matrix data analysis,
arrow diagram atau activity network diagram, dan
PDPC (process decision program chart).
Karena alat-alat ini digunakan oleh tingkatan manajemen pada saat
perencanaan, maka permasalahan yang dipecahkan lazimnya bersifat
kualitatif menggunakan data verbal (karena belum ada data numerik)
sehingga 7 New Quality Tools sering diklasifikasikan sebagai teknik-teknik
kualitatif sebaliknya 7 Basic Quality Tools diklasifikasikan sebagai teknik-
teknik kuantitatif. Tentu saja pengklasifikasian ini tidak tepat karena
fishbone diagram dan flowchart adalah teknik kualitatif sementara matrix
data analysis adalah teknik kuantitatif. Gambar 1 di bawah ini
memperlihatkan bagaimana pengklasifikasian 7 Basic Quality Tools dan 7
New Quality Tools dalam teknik-teknik quality management.
qm-techniques
Gambar 1. Klasifikasi Teknik-Teknik Quality Management (Sumber:
Dahlgaard, Kristensen, & Kanji, 2002, p. 120)

Nayatani, et al. (1994) menjelaskan hubungan antara 7 Basic Quality Tools


dan 7 New Quality Tools seperti dalam Gambar 2 di bawah ini.

old-new-7-tools
Gambar 2. Hubungan antara 7 Basic Quality Tools dan 7 New Quality Tools
(Sumber: Nayatani, Eiga, Futami, Miyagawa, & Loftus, The seven new QC
tools : Practical applications for managers, 1994)

Sifat 7 Basic Quality Tools adalah:

Mendefinisikan masalah setelah memperoleh data numerik.


Pendekatan analitis.
Sedangkan sifat 7 New Quality Tools adalah:

Mendefinisikan masalah dengan data verbal (sebelum memperoleh data


numerik).
Mengumpulkan ide dan memformulasikan rencana.
Gambar 2 memperlihatkan bagaimana keduanya saling melengkapi satu
sama lain dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kualitas.
Mengumpulkan fakta-fakta menjadi data. Dengan keduanya, orang-orang
dapat memilih apakah mau menyediakan data dalam bentuk numerik atau
lisan. Tujuan akhirnya adalah mendapatkan informasi. Bagaimana pun
menurut Nayatani, et al. (1994), informasi itu penting karena tanpa
informasi, kita tidak akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan (memecahkan masalah yang berhubungan dengan
kualitas).

Seperti halnya 7 Basic Quality Tools, 7 New Quality Tools tetap mengacu
kepada prinsip manajemen kualitas yaitu berbicara dengan fakta. Keduanya
merupakan alat-alat yang mudah dipahami oleh orang-orang yang bekerja di
bidang engineering maupun di luar bidang engineering dan tanpa
memerlukan pendidikan tinggi untuk menguasainya.

Berikut penjelasan singkat mengenai 7 New Quality Tools.

1. Affinity Diagram
Affinity diagram adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan sejumlah
besar gagasan, opini, masalah, solusi, dan sebagainya yang bersifat data
verbal melalui sesi curah pendapat (brainstorming), kemudian
mengelompokkannya ke dalam kelompok-kelompok yang sesuai dengan
hubungan naturalnya. Metode ini diciptakan pada tahun 1960-an oleh Jiro
Kawakita, seorang antropolog Jepang, sehingga sering disebut juga metode
KJ (sesuai inisial penemunya, Kawakita Jiro).

Metode ini biasa digunakan untuk menentukan dengan akurat (pinpointing)


masalah dalam situasi yang kacau (chaotic) dengan harapan dapat
menghasilkan strategi solusi untuk penyelesaian masalah tersebut. Oleh
karena itu, metode ini membutuhkan keterlibatan semua pihak dalam
organisasi. Affinity diagram selanjutnya dapat dijadikan masukan untuk
membuat sebuah fishbone diagram. Gambar 3 di bawah ini adalah contoh
affinity diagram.

affinity-diagram-b
Gambar 3. Contoh Affinity Diagram

Langkah-langkah pembuatan affinity diagram, silahkan baca posting


berjudul: Curah Pendapat dengan Affinity Diagram – Metode Kawakita Jiro
atau KJ Method.

2. Interrelationship Diagram
Interrelationship diagram (diagram keterkaitan masalah) adalah alat untuk
menganalisis hubungan sebab dan akibat dari berbagai masalah yang
kompleks sehingga kita dapat dengan mudah membedakan persoalan apa
yang merupakan driver (pemicu terjadinya masalah) dan persoalan apa yang
merupakan outcome (akibat dari masalah). Gambar 4 di bawah ini adalah
contoh interrelationship diagram.
interrelationship-diagram
Gambar 4. Contoh Interrelationship Diagram

Untuk mengetahui bagaimana prosedur membuat interrelationship diagram,


silahkan buka posting saya yang berjudul: Membuat Diagram Keterkaitan
Masalah atau Interrelationship Diagram.

3. Tree Diagram
Tree diagram adalah teknik yang digunakan untuk memecahkan konsep apa
saja, seperti kebijakan, target, tujuan, sasaran, gagasan, persoalan, tugas-
tugas, atau aktivitas-aktivitas secara lebih rinci ke dalam sub-subkomponen,
atau tingkat yang lebih rendah dan rinci. Tree Diagram dimulai dengan satu
item yang bercabang menjadi dua atau lebih, masing-masing cabang
kemudian bercabang lagi menjadi dua atau lebih, dan seterusnya sehingga
nampak seperti sebuah pohon dengan banyak batang dan cabang.

Tree Diagram telah digunakan secara luas dalam perencanaan, desain, dan
pemecahan masalah tugas-tugas yang kompleks. Alat ini biasa digunakan
ketika suatu perencanaan dibuat, yakni untuk memecahkan sebuah tugas ke
dalam item–item yang dapat dikelola (manageable) dan ditugaskan
(assignable). Penyelidikan suatu masalah juga menggunakan tree diagram
untuk menemukan komponen rinci dari setiap topik masalah yang kompleks.
Penggunaan alat ini disarankan jika risiko-risiko dapat diantisipasi tetapi
tidak mudah diidentifikasi. Tree diagram lebih baik ketimbang
interrelationship diagram untuk memecah masalah, yang mana masalah
tersebut bersifat hirarkis. Oleh karena itu, gunakan alat ini hanya untuk
masalah-masalah yang dapat dipecahkan secara hirarkis. Gambar 5 di
bawah ini adalah contoh interrelationship diagram.

tree-diagram-example
Gambar 5. Contoh Tree Diagram

Prosedur membuat tree diagram, silahkan buka posting yang berjudul:


Pemecahan Masalah dengan Tree Diagram atau Diagram Pohon.

4. Matrix Diagram
Matrix diagram adalah alat yang sering digunakan untuk menggambarkan
tindakan yang diperlukan untuk suatu perbaikan proses atau produk. Matrix
diagram selalu terdiri dari baris dan kolom yang menggambarkan hubungan
dua atau lebih faktor untuk mendapatkan informasi tentang sifat dan
kekuatan dari masalah sehingga kita bisa mendapatkan ide-ide untuk
memecahkan masalah. Gambar 6 di bawah ini adalah contoh-contoh matrix
diagram.

contoh-matrix-diagram
Gambar 6. Contoh-Contoh Matrix Diagram

Jenis-jenis matrix diagram dan cara membuatnya, silahkan buka posting yang
berjudul: Tentang Matrix Diagram.

5. Matrix Data Analysis


Matrix data analysis adalah alat yang digunakan untuk mengambil data yang
ditampilkan dalam matrix diagram dan mengaturnya sehingga dapat lebih
mudah diperlihatkan dan menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel.
Hubungan antara variabel data yang ditampilkan pada kedua sumbu
diidentifikasi dengan menggunakan simbol-simbol untuk derajat
kepentingan atau data numerik untuk evaluasi. Menurut Michalski (1997),
alat ini paling sering digunakan sebagai tampilan karakteristik data untuk
kepentingan pelaksanaan riset pasar dan menjelaskan produk dan jasa.
Gambar 7 di bawah ini adalah contoh matrix data analysis.

matrix-data-analysis
Gambar 7. Contoh Matrix Data Analysis (Sumber: Michalski, 1997, p. 287)

Matrix data analysis disusun untuk kemudahan visualisasi dan perbandingan.


Konsepnya cukup sederhana, namun kompleks dalam pelaksanaannya
(termasuk dalam pengumpulan data).

6. Activity Network Diagram


Activity network diagram adalah alat yang digunakan untuk merencanakan
atau menjadwalkan proyek. Untuk menggunakannya, kita harus mengetahui
urutan tugas-tugas beserta durasinya. Beberapa versi activity network
diagram yang luas pemakaiannya adalah: CPM (critical path method), PERT
(program evaluation and review technique), dan PDM (precedence diagram
method). Gambar 8 di bawah ini adalah contoh activity network diagram.

activity-network-diagram
Gambar 8. Contoh Activity Network Diagram

Penjelasan lebih rinci mengenai activity network diagram, silahkan buka


posting yang berjudul: Activity Network Diagram (Bagian Pertama), dan
prosedur penjadwalan proyeknya dalam: Activity Network Diagram (Bagian
Kedua) — Prosedur Penjadwalan Proyek.

7. PDPC (Process Decision Program Chart)


PDPC adalah diagram untuk memetakan rencana kegiatan beserta situasi
yang mungkin terjadi sehingga PDPC bukan saja dibuat untuk tujuan
pemecahan akhir dari suatu masalah, tetapi juga untuk menanggulangi
kejutan risiko yang mungkin terjadi. Dengan kata lain PDPC digunakan untuk
merencanakan skenario, jika pada situasi tertentu terjadi masalah, kita telah
merencanakan bagaimana kemungkinan penyelesaian masalahnya sehingga
kita siap untuk menanganinya. Gambar 9 di bawah ini adalah contoh PDPC.

pdpc-example
[8/4 16.31] Andikshey: Teknik Mesin

Senin, 16 Juni 2014


7 New Quality Tools
7 New Quality Tools, atau sering disebut juga 7 management and planning
(MP) tools, pertama kali digagas pada tahun 1972 ketika sekelompok
insinyur dan ilmuwan Jepang yang tergabung dalam JUSE (Union of Japanese
Scientists and Engineers) melihat perlunya alat untuk memetakan
permasalahan secara terstruktur pada tingkatan manajemen menengah ke
atas sehingga membantu pengambilan keputusan dan kelancaran
komunikasi team kerja di lapangan yang sering berhadapan dengan
permasalahan yang terjadi karena kompleksitas 7 Basic Quality Tools,
seperti: check sheet, scatter diagram, fishbone diagram, pareto chart, flow
charts, histogram, dan SPC. Mereka membentuk sebuah tim untuk meneliti
dan mengembangkan alat-alat kendali kualitas baru, tidak semua alat-alat
tersebut baru, namun merekalah yang pertama mengumpulkan dan
memperkenalkannya. Alat-alat kendali kualitas baru tersebut adalah:
affinity diagram,
interrelationship diagram,
tree diagram,
matrix diagram,
matrix data analysis,
arrow diagram atau activity network diagram, dan
PDPC (process decision program chart).
Karena alat-alat ini digunakan oleh tingkatan manajemen pada saat
perencanaan, maka permasalahan yang dipecahkan lazimnya bersifat
kualitatif menggunakan data verbal (karena belum ada data numerik)
sehingga 7 New Quality Tools sering diklasifikasikan sebagai teknik-teknik
kualitatif sebaliknya 7 Basic Quality Tools diklasifikasikan sebagai teknik-
teknik kuantitatif. Tentu saja pengklasifikasian ini tidak tepat karena
fishbone diagram dan flowchart adalah teknik kualitatif sementara matrix
data analysis adalah teknik kuantitatif. Gambar 1 di bawah ini
memperlihatkan bagaimana pengklasifikasian 7 Basic Quality Tools dan 7
New Quality Tools dalam teknik-teknik quality management.
qm-techniques

Gambar 1. Klasifikasi Teknik-Teknik Quality Management


Nayatani, et al. (1994) menjelaskan hubungan antara 7 Basic Quality Tools
dan 7 New Quality Tools seperti dalam Gambar 2 di bawah ini.
old-new-7-tools

Gambar 2. Hubungan antara 7 Basic Quality Tools dan 7 New Quality Tools
Sifat 7 Basic Quality Tools adalah:
Mendefinisikan masalah setelah memperoleh data numerik.
Pendekatan analitis.
Sedangkan sifat 7 New Quality Tools adalah:
Mendefinisikan masalah dengan data verbal (sebelum memperoleh data
numerik).
Mengumpulkan ide dan memformulasikan rencana.
Gambar 2 memperlihatkan bagaimana keduanya saling melengkapi satu
sama lain dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kualitas.
Mengumpulkan fakta-fakta menjadi data. Dengan keduanya, orang-orang
dapat memilih apakah mau menyediakan data dalam bentuk numerik atau
lisan. Tujuan akhirnya adalah mendapatkan informasi. Bagaimana pun
menurut Nayatani, et al. (1994), informasi itu penting karena tanpa
informasi, kita tidak akan memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan (memecahkan masalah yang berhubungan dengan
kualitas).
Seperti halnya 7 Basic Quality Tools, 7 New Quality Tools tetap mengacu
kepada prinsip manajemen kualitas yaitu berbicara dengan fakta. Keduanya
merupakan alat-alat yang mudah dipahami oleh orang-orang yang bekerja di
bidang engineering maupun di luar bidang engineering dan tanpa
memerlukan pendidikan tinggi untuk menguasainya.

Berikut penjelasan singkat mengenai 7 New Quality Tools.


1. Affinity Diagram
Affinity diagram adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan sejumlah
besar gagasan, opini, masalah, solusi, dan sebagainya yang bersifat data
verbal melalui sesi curah pendapat (brainstorming), kemudian
mengelompokkannya ke dalam kelompok-kelompok yang sesuai dengan
hubungan naturalnya. Metode ini diciptakan pada tahun 1960-an oleh Jiro
Kawakita, seorang antropolog Jepang, sehingga sering disebut juga metode
KJ (sesuai inisial penemunya, Kawakita Jiro).
Metode ini biasa digunakan untuk menentukan dengan akurat (pinpointing)
masalah dalam situasi yang kacau (chaotic) dengan harapan dapat
menghasilkan strategi solusi untuk penyelesaian masalah tersebut. Oleh
karena itu, metode ini membutuhkan keterlibatan semua pihak dalam
organisasi. Affinity diagram selanjutnya dapat dijadikan masukan untuk
membuat sebuah fishbone diagram. Gambar 3 di bawah ini adalah contoh
affinity diagram.
affinity-diagram-b

Gambar 3. Contoh Affinity Diagram


2. Interrelationship Diagram
Interrelationship diagram (diagram keterkaitan masalah) adalah alat untuk
menganalisis hubungan sebab dan akibat dari berbagai masalah yang
kompleks sehingga kita dapat dengan mudah membedakan persoalan apa
yang merupakan driver (pemicu terjadinya masalah) dan persoalan apa yang
merupakan outcome (akibat dari masalah). Gambar 4 di bawah ini adalah
contoh interrelationship diagram.
interrelationship-diagram

Gambar 4. Contoh Interrelationship Diagram


3. Tree Diagram
Tree diagram adalah teknik yang digunakan untuk memecahkan konsep apa
saja, seperti kebijakan, target, tujuan, sasaran, gagasan, persoalan, tugas-
tugas, atau aktivitas-aktivitas secara lebih rinci ke dalam sub-subkomponen,
atau tingkat yang lebih rendah dan rinci. Tree Diagram dimulai dengan satu
item yang bercabang menjadi dua atau lebih, masing-masing cabang
kemudian bercabang lagi menjadi dua atau lebih, dan seterusnya sehingga
nampak seperti sebuah pohon dengan banyak batang dan cabang.
Tree Diagram telah digunakan secara luas dalam perencanaan, desain, dan
pemecahan masalah tugas-tugas yang kompleks. Alat ini biasa digunakan
ketika suatu perencanaan dibuat, yakni untuk memecahkan sebuah tugas ke
dalam item-item yang dapat dikelola (manageable) dan ditugaskan
(assignable). Penyelidikan suatu masalah juga menggunakan tree diagram
untuk menemukan komponen rinci dari setiap topik masalah yang kompleks.
Penggunaan alat ini disarankan jika risiko-risiko dapat diantisipasi tetapi
tidak mudah diidentifikasi. Tree diagram lebih baik ketimbang
interrelationship diagram untuk memecah masalah, yang mana masalah
tersebut bersifat hirarkis. Oleh karena itu, gunakan alat ini hanya untuk
masalah-masalah yang dapat dipecahkan secara hirarkis. Gambar 5 di
bawah ini adalah contoh interrelationship diagram.
tree-diagram-example

Gambar 5. Contoh Tree Diagram


4. Matrix Diagram
Matrix diagram adalah alat yang sering digunakan untuk menggambarkan
tindakan yang diperlukan untuk suatu perbaikan proses atau produk. Matrix
diagram selalu terdiri dari baris dan kolom yang menggambarkan hubungan
dua atau lebih faktor untuk mendapatkan informasi tentang sifat dan
kekuatan dari masalah sehingga kita bisa mendapatkan ide-ide untuk
memecahkan masalah. Gambar 6 di bawah ini adalah contoh-contoh matrix
diagram.
contoh-matrix-diagram

Gambar 6. Contoh-Contoh Matrix Diagram


5. Matrix Data Analysis
Matrix data analysis adalah alat yang digunakan untuk mengambil data yang
ditampilkan dalam matrix diagram dan mengaturnya sehingga dapat lebih
mudah diperlihatkan dan menunjukkan kekuatan hubungan antar variabel.
Hubungan antara variabel data yang ditampilkan pada kedua sumbu
diidentifikasi dengan menggunakan simbol-simbol untuk derajat
kepentingan atau data numerik untuk evaluasi. Menurut Michalski (1997),
alat ini paling sering digunakan sebagai tampilan karakteristik data untuk
kepentingan pelaksanaan riset pasar dan menjelaskan produk dan jasa.
Gambar 7 di bawah ini adalah contoh matrix data analysis.
matrix-data-analysis
Gambar 7. Contoh Matrix Data Analysis
Matrix data analysis disusun untuk kemudahan visualisasi dan perbandingan.
Konsepnya cukup sederhana, namun kompleks dalam pelaksanaannya
(termasuk dalam pengumpulan data).
6. Activity Network Diagram
Activity network diagram adalah alat yang digunakan untuk merencanakan
atau menjadwalkan proyek. Untuk menggunakannya, kita harus mengetahui
urutan tugas-tugas beserta durasinya. Beberapa versi activity network
diagram yang luas pemakaiannya adalah: CPM (critical path method), PERT
(program evaluation and review technique), dan PDM (precedence diagram
method). Gambar 8 di bawah ini adalah contoh activity network diagram.
activity-network-diagram

Gambar 8. Contoh Activity Network Diagram


7. PDPC (Process Decision Program Chart)
PDPC adalah diagram untuk memetakan rencana kegiatan beserta situasi
yang mungkin terjadi sehingga PDPC bukan saja dibuat untuk tujuan
pemecahan akhir dari suatu masalah, tetapi juga untuk menanggulangi
kejutan risiko yang mungkin terjadi. Dengan kata lain PDPC digunakan untuk
merencanakan skenario, jika pada situasi tertentu terjadi masalah, kita telah
merencanakan bagaimana kemungkinan penyelesaian masalahnya sehingga
kita siap untuk menanganinya. Gambar 9 di bawah ini adalah contoh PDPC.
pdpc-example

Gambar 9. Contoh Process Decision Program Chart (PDPC

Anda mungkin juga menyukai