Anda di halaman 1dari 3

CONTOH KASUS IDENTITAS NASIONAL

" PULAU AMBALAT "

Ambalat adalah blok laut luas mencakup 15.235 kilometer persegi yang terletak di Laut
Sulawesi atau Selat Makassar dan berada di dekat perpanjangan perbatasan darat antara Sabah,
Malaysia dan Kalimantan Timur, Indonesia. Penamaan blok laut ini didasarkan atas kepentingan
eksplorasi kekayaan laut dan bawah laut, khususnya dalam bidang pertambangan minyak. Blok
laut ini tidak semuanya kaya akan minyak mentah. Indonesia dan Malaysia menghadapi
persoalan wilayah Ambalat akibat pemberian konsesi untuk ekplorasi minyak oleh perusahaan
minyak Malaysia (Petronas) pada 16 Februari 2005 kepada perusahaan Shell asal Inggris-
Belanda di Laut Sulawesi yang berada di sebelah timur Pulau Kalimantan. Indonesia menyebut
wilayah yang diklaim Malaysia itu blok Ambalat dan blok East Ambalat.

Di blok Ambalat, Indonesia telah memberikan konsesi kepada ENI (Italia) pada tahun
1999 dan sekarang dalam tahap eksplorasi. Sedangkan blok East Ambalat diberikan kepada
Unocal (AS) pada tahun 2004. Untuk blok East Ambalat, kontrak baru ditandangani 13
Desember 2004. Namun kontrak ini menjadi bermasalah ketika Malaysia mengklaim wilayah
tersebut sebagai wilayahnya dan menolak mengklaim wilayah tersebut sebagai wilayah
Indonesia.

Malaysia mengklaim Ambalat sebagai wilayahnya dengan pertimbangan berada dalam


teritorial Malaysia sebagai implikasi lepasnya Sipadan-Ligitan yang tentu berdampak kepada
luas batas perairannya. Parahnya, kedua negara belum menuntaskan garis batas teritorial laut.
Perdana menteri Abdullah Ahmad Badawi dengan tegas mengklaim wilayah East Ambalat adalah
wilayahnya, sebaliknya dan patut diherankan adalah pernyataan Menteri Pertahanan Juwono
Sudarsono yang tidak menganggap sikap Malaysia tersebut sebagai ancaman. Pernyataan
tersebut tentu mempunyai banyak interpretasi.Sebagai salah satu bentuk sikap politik yang
bersahabat dan etis mungkin hal itu dapat dibenarkan, namun dalam kondisi keterpurukan
Indonesia seperti sekarang, ketegasan sangat diperlukan untuk mengatakan sikap Malaysia
tersebut dapat menjadi ancaman bagi Indonesia.
Belajar dari pengalaman Sipadan-Ligitan, sikap Indonesia yang kurang tegas dan tanggap
menghasilkan lepasnya kedua pulau tersebut dari pangkuan Indonesia. Tentu Indonesia tidak rela
Ambalat jatuh ke tangan Malaysia, karena bukan tidak mungkin akan menyusul penguasaan
wilayah Indonesia oleh negara tetangga terhadap pulau-pulau kecil dan wilayah perairannya
yang diperkirakan mencapai 92 buah pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan. Jika Ambalat
lepas dari Indonesia, hal itu semakin membuktikan kedaulatan negara terancam dan harga diri
serta martabat bangsa rendah di mata dunia. Terlebih lagi, sekarang adalah era globalisasi, yang
dimana negara Indonesia sudah mempunyai sistem pertahanan dan keamanan yang dilengkapi
dengan senjata-senjata yang modern dan canggih. Tetapi mengapa pulau-pulau kecil yang ada
diperbatasan tidak dijaga dengan ketat ?, hal itu mungkin karena pengaruh dari era globalisasi
yang secara tidak langsung mempengaruhi lunturnya akan kesadaran tentang identitas nasional,
khususnya tentang wawasan nusantara yang dimana pulau Ambalat kurang mendapat perhatian
dan penjagaan yang ketat dari negara Indonesia walaupun pulau tersebut merupakan bagaian dari
wilayah Indonesia sehingga negara Malaysia mengambil kesempatan tersebut untuk mengklaim
pulau tersebut sebagai wilayahnya.

Perlu diketahui bahwa berdasarkan daftar koordinat geografis titik-titik garis pangkal
kepulauan Indonesia telah diundangkan pada peraturan Nomor 38 tahun 2002 terdapat 183 titik
dasar (TD) dan lebih dari 50% TD berada di pulau-pulau kecil atau berjumlah sekitar 92 pulau
kecil. Dari 92 Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) terdapat sekitar 88 pulau yang berbatasan
langsung dengan negara tetangga. Berdasarkan data DKP, 21 pulau berbatasan dengan Malaysia,
25 dengan Australia, 12 dengan Filipina, 11dengan India, 7 dengan Palau, 5 dengan Timor Leste,
4 dengan Singapura, 2 denganVietnam dan 1 dengan Papua New Guinue. Sebanyak 50 persen
berpenduduk denganluas wilayah 0,02-200 km2, sisanya belum berpenduduk. Pulau-pulau
tersebut mempunyai nilai strategis bagi eksistensi dan kedaulatan negara Indonesia.

Secara umum PPKT mempunyai nilai strategis bagi eksistensi dan kedaulatan bangsa
Indonesia sekaligus juga merupakan sumber baru pertumbuhan ekonomi bangsa. Sedikitnya
terdapat 3 fungsi penting PPKT yaitu: (1) Sebagai fungsi pertahanan dan keamanan. PPKT
memiliki peran penting sebagai tempat keluar masuknya orang dan barang baik dari dalam
negeri maupun luar negeri; (2) Sebagai fungsi ekonomi. PPKT memiliki peluang dikembangkan
sebagai wilayah potensi industri berbasiskan sumber daya seperti industri perikanan, pariwisata
bahari, industri olahan dan industri lainnya, (3) Sebagai fungsi ekologi. Ekosistem pesisir dan
laut PPKT dapat berfungsi sebagai pengatur iklim global dan mendukung siklus hidrologi dan
biokimia, Disamping itu, potensi PPKT sebagai sumber keanekaragaman hayati masih dapat
dikembangkan.

Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dalam


menghadapi permasalahan yang mengancam identitas nasional Indonesia di Pulau Ambalat di era
globalisasi ini, yaitu :

1). Diplomasi langsung antarpemerintah,jika perlu antarkepala negara tanpa harus merasa
rendah diri. Hal ini penting segera dilakukan karena peluang Malaysia mendapatkan
Ambalat terbuka lebar, belajar dari skema penyelesaian Sipadan-Ligitan. Diplomasi
dilakukan dengan tetap menggunakan landasan internasional. Langkah pertama ini harus
dilakukan dengan tegas dan jika perlu Indonesia harus memaksa untuk
mempertahankannya.

2). Pemberdayaan Pulau-Pulau Kecil Perbatasan (PPKT). Tugas ini menjadi kewajiban
Departemen Kelautan dan Perikanan. Sampai saat ini pemberdayaan PPKT belum
optimal dan masih banyak yang berupa profil pulau-pulau kecil.

3). Pengawasan dan pengamanan kawasan laut terpadu. Pengerahan satuan keamanan laut
harus dilakukan secara terpadu dengan sistem yang terkoordinir secara terpusat. Dengan
keterbatasan kapal pengaman diperlukan strategi yang efektif. Penempatan kapal-kapal
TNI AL di laut perbatasan dan koordinasi antarpihak dapat menjadi solusi untuk
efektifitas pengamanan laut Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai