SKRIPSI
Telah diperiksa dan disetujui dari hasil seminar Tugas Skripsi Periode ke-
677 Tanggal 30 Januari 2014
Disetujui oleh:
Pembimbing
TUGAS SARJANA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia dan rahmat-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk dapat lulus menjadi Sarjana
Teknik di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara. Adapun judul skripsi yang dipilih, diambil dari mata kuliah Teknologi
Pembentukan, Yaitu “ ANALISIS KEGAGALAN STRUKTUR VELG
MOBIL BERBASIS ALUMINIUM ALLOY”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berupaya dengan segala
kemampuan pembahasan dan penyajian, baik dengan disiplin ilmu yang diperoleh
dari perkuliahan, menggunakan literature, serta bimbingan dan arahan dari Bapak
Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, MSME sebagai Dosen Pembimbing.
Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Ady Sucipto Spd dan Ibunda Dharmayanti,
Adik-adik tersayang ( Dyan Natya Purwitasari dan Trifany Alfionita Sari ) atas
doa, kasih saying, pengorbanan, tanggung jawab yang selalu menyertai penulis,
dan memberikan penulis semangat yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2.Bapak Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, MSME selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar membimbing penulis hingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
3.Bapak Ir.Alfian Hamsi, M.Sc sebagai dosen penguji I dan Bapak Ir.Syahrul
Abda, M.Sc sebagai dosen penguji II yang banyak memberi arahan dan bimbingan
dalam penyelesaian Skripsi ini.
4.Bapak Dr.Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri dan Ir. Syaril Gultom, MT selaku Ketua
dan Sekretaris Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik USU.
5.Bapak / Ibu staff pengajar dan pegawai Departemen Teknik Mesin, Fakultas
Teknik USU.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi
ini berguna bagi kita semua. Amiin Ya Rabbal Alamin.
Aluminum wheels has one of the so-called critical area is located in the hub,
spoke, and flange. Failure in the flange area, spokes, and hub may result in more
harm, both in terms of loss of material and non- material terms. The purpose of
this research was conducted to determine the cause of failure in aluminum alloy
wheels with experimental testing and using numerical simulations. Object of
research is aluminum alloy car wheels Toyota Corolla Altis with a diameter of
17,5 inches (444.5 mm) and a width of 7 inches (177.8 mm). Testing is conducted
chemical composition test, hardness test, tensile test, and metallographic test. Of
testing found that the composition of the material is aluminum alloy wheels with
type A413.0. Hardness on the material in the rim flange area that normally is 80.9
BHN scale. Hardness in plastically deformed flange area is 74.7 BHN scale . The
maximum tensile stress is 232.990 MPa, elongation 5.48 %, yield stress is
190.334 MPa, Young's Modulus 72.199 GPa. Micro Photo with 100 x and 200 x
magnification obtain porosity occurs in the area of plastic deformation. The
results of numerical simulations using the standard wheels Ansys Workbench 14.0
Total Deformation maximum gain rate was 0.64872 mm from its original form.
Simulation Equivalent Stress produces a maximum stress of 71.023 MPa , and the
minimum stress occurs at 0.039784 MPa. It can be concluded that the cause of
failure in aluminum alloy wheels is the occurrence of porosity in many areas,
causing plastically deformed material hardness decreases.
Velg aluminium mempunyai daerah yang dinamakan area kritis terletak di daerah
hub, spoke, dan flange. Kegagalan pada daerah flange, spoke, dan hub dapat
mengakibatkan banyak kerugian, baik kerugian dari segi materi maupun dari segi
non materi. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui penyebab
terjadinya kegagalan pada velg aluminium alloy dengan pengujian eksperimental
dan menggunakan simulasi numerik. Objek penelitian yang digunakan adalah velg
mobil aluminium alloy Toyota Corolla Altis dengan diameter 17,5 inci (444,5
mm) dan lebar 7 inci (177,8 mm). Pengujian yang dilakukan adalah uji komposisi
kimia, uji kekerasan, uji tarik, uji metalografi. Dari pengujian didapat bahwa
komposisi pada material velg merupakan aluminium alloy dengan tipe A413.0.
Kekerasan pada material velg di daerah flange yang normal adalah 80,9 skala
BHN. Kekerasan pada daerah flange terdeformasi plastis adalah 74,7 skala BHN.
Tegangan tarik maksimum adalah 232,990 MPa, elongasinya 5,48 %, tegangan
mulurnya 190,334 MPa, Modulus Young 72,199 GPa. Foto mikro dengan 100 x
dan 200 x pembesaran mendapatkan porositas pada daerah yang terjadi deformasi
plastis. Hasil simulasi numerik velg standar menggunakan Ansys 14.0 Workbench
mendapatkan Total Deformation maksimum menunjukkan angka sebesar 0,67475
mm dari bentuk semula. Simulasi Equivalent Stress menghasilkan tegangan
maksimum sebesar 71,434 MPa, dan tegangan minimum yang terjadi sebesar
0,073879 MPa. Dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan kegagalan pada
velg aluminium alloy adalah terjadinya banyak porositas pada daerah yang
terdeformasi plastis sehingga menyebabkan kekerasan material berkurang.
Aluminum wheels has one of the so-called critical area is located in the hub,
spoke, and flange. Failure in the flange area, spokes, and hub may result in more
harm, both in terms of loss of material and non- material terms. The purpose of
this research was conducted to determine the cause of failure in aluminum alloy
wheels with experimental testing and using numerical simulations. Object of
research is aluminum alloy car wheels Toyota Corolla Altis with a diameter of
17,5 inches (444.5 mm) and a width of 7 inches (177.8 mm). Testing is conducted
chemical composition test, hardness test, tensile test, and metallographic test. Of
testing found that the composition of the material is aluminum alloy wheels with
type A413.0. Hardness on the material in the rim flange area that normally is 80.9
BHN scale. Hardness in plastically deformed flange area is 74.7 BHN scale . The
maximum tensile stress is 232.990 MPa, elongation 5.48 %, yield stress is
190.334 MPa, Young's Modulus 72.199 GPa. Micro Photo with 100 x and 200 x
magnification obtain porosity occurs in the area of plastic deformation. The
results of numerical simulations using the standard wheels Ansys Workbench 14.0
Total Deformation maximum gain rate was 0.64872 mm from its original form.
Simulation Equivalent Stress produces a maximum stress of 71.023 MPa , and the
minimum stress occurs at 0.039784 MPa. It can be concluded that the cause of
failure in aluminum alloy wheels is the occurrence of porosity in many areas,
causing plastically deformed material hardness decreases.
Velg aluminium mempunyai daerah yang dinamakan area kritis terletak di daerah
hub, spoke, dan flange. Kegagalan pada daerah flange, spoke, dan hub dapat
mengakibatkan banyak kerugian, baik kerugian dari segi materi maupun dari segi
non materi. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui penyebab
terjadinya kegagalan pada velg aluminium alloy dengan pengujian eksperimental
dan menggunakan simulasi numerik. Objek penelitian yang digunakan adalah velg
mobil aluminium alloy Toyota Corolla Altis dengan diameter 17,5 inci (444,5
mm) dan lebar 7 inci (177,8 mm). Pengujian yang dilakukan adalah uji komposisi
kimia, uji kekerasan, uji tarik, uji metalografi. Dari pengujian didapat bahwa
komposisi pada material velg merupakan aluminium alloy dengan tipe A413.0.
Kekerasan pada material velg di daerah flange yang normal adalah 80,9 skala
BHN. Kekerasan pada daerah flange terdeformasi plastis adalah 74,7 skala BHN.
Tegangan tarik maksimum adalah 232,990 MPa, elongasinya 5,48 %, tegangan
mulurnya 190,334 MPa, Modulus Young 72,199 GPa. Foto mikro dengan 100 x
dan 200 x pembesaran mendapatkan porositas pada daerah yang terjadi deformasi
plastis. Hasil simulasi numerik velg standar menggunakan Ansys 14.0 Workbench
mendapatkan Total Deformation maksimum menunjukkan angka sebesar 0,67475
mm dari bentuk semula. Simulasi Equivalent Stress menghasilkan tegangan
maksimum sebesar 71,434 MPa, dan tegangan minimum yang terjadi sebesar
0,073879 MPa. Dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan kegagalan pada
velg aluminium alloy adalah terjadinya banyak porositas pada daerah yang
terdeformasi plastis sehingga menyebabkan kekerasan material berkurang.
B .Secara khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a .Mengetahui komposisi material pada velg aluminium alloy.
b. Mengetahui kekerasan material pada velg aluminium alloy.
c. Mengetahui mikrostruktur material pada velg aluminium alloy.
d. Mengetahui kekuatan tarik pada velg aluminium alloy.
e. Mengetahui nilai distribusi tegangan yang terjadi pada velg aluminium
alloy dengan menggunakan software Ansys.
Masalah yang muncul dapat diselesaikan dengan baik dan penelitian ini
mencapai tujuan yang diinginkan, maka diperlukan batasan masalah yang meliputi
antara lain :
a. Material yang digunakan velg aluminium alloy yang bekas dan banyak
dipakai.
b. Pengujian yang dilakukan adalah uji komposisi, uji kekerasan, uji
metalografi, dan uji tarik.
c. Simulasi numerik menggunakan software Ansys untuk mengetahui distribusi
tegangan yang terjadi pada velg aluminium alloy.
2. Pengembangan Industri
Bagi industri diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman
sebelum mendesain velg mobil berbasis logam aluminium alloy untuk
mencegah terjadinya kegagalan dan tanpa perlu menambah elemen paduan
khusus yang berbiaya tinggi.
2.1 Aluminium
2.4.2.2 Kekerasan
Aluminium adalah reflektor yang baik dari cahaya serta panas, dan
dengan bobot yang ringan, membuatnya ideal untuk bahan reflektor.
2.6.2 Offset
Atau juga sering disebut dengan istilah "ET" yang diambil dari prefix
Bahasa Jerman "Einpresstiefe" (press depth), adalah ukuran seberapa besar
tekukan penampang / permukaan tengah velg bagian dalam yang ke luar ataupun
ke dalam, semakin kecil ukuran offset maka penampang dalamnya semakin tebal
Pada umumnya format penulisannya seperti ini 18x8J ET 35, yang artinya
velg mobil tersebut berukuran diameter 18 inch dengan lebar velg 8 inch dan
offset 35 mm seperti pada gambar 2.7.
Industri velg mobil pada umumnya dapat dibagi menjadi dua yaitu velg
aluminium dan velg baja yang terlihat pada gambar 2.8. Untuk angkutan umum
dan komersial yang memerlukan velg dengan kekuatan tinggi dan kualitas
penampilan yang rendah, baja merupakan bahan logam yang paling efisien dan
efektif. Namun untuk mobil penumpang, selain kekuatan dan keringanan velg,
penampilan velg yang indah juga diminati oleh pemakai.
Logam aluminium lebih tahan karat dibandingkan baja sehingga
penampilan logam aluminium lebih tahan lama keindahannya daripada logam
baja, selain itu logam aluminium dapat menimbulkan kilauan indah yang
mengkilap bila dipoles. Kelebihan logam aluminium yang terakhir terletak pada
beratnya yang lebih ringan dibandingkan logam baja. Oleh karena itu, velg dengan
bahan dasar logam aluminium menjadi velg standar bagi mobil penumpang pada
umumnya.
1. Penampilan
2. Mode
karena velg bersifat fashion maka tentunya mode dari sebuah velg
mempengaruhi minat pelanggan yang ingin membeli velg.
3. Warna (finishing)
4. Kekuatan
velg yang ringan akan meningkatkan kecepatan sebuah mobil dan juga
dapat mengurangi kebutuhan bahan bakar mobil tersebut.
2. Racing
velg aluminium yang termasuk dalam model ini lebih fokus pada
keringanan berat dan keseimbangan dari velg tersebut. Velg yang ringan
akan meningkatkan laju kecepatan sebuah kendaraan. Keseimbangan
(balance) velg racing sangat mempengaruhi kestabilan kendaraan saat
melaju dengan kecepatan tinggi.
3. Rally
velg aluminium VIP style lebih difokuskan kepada penampilan velg yang
dapat memperindah penampilan mobil mewah. Penggemar velg dengan
style ini mengingini penampilan velg yang akan membuat penampilan
mobilnya menjadi lebih mewah.
5. Replika
Tipikal aplikasi seri ini rata-rata untuk kaleng dan untuk paduan yang
memerlukan pembentukan dengan cara ditekan dan penggulungan. Selain untuk
pengemasan, bangunan, peralatan rumah, alloy ini digunakan juga untuk benda
yang memerlukan kekuatan, formabilitas, weldabilitas, dan korosi yang tinggi
serta untuk perlengkapan pemanasan seperti helaian brazing dan pipa pemanas.
Jenis paduan aluminium saat ini sangat banyak dan tidak menutup
kemungkinan ditemukannya lagi jenis paduan aluminium baru, oleh karena itu
dibuatlah sistem penamaan sesuai dengan komposisi dan karakteristik paduan
aluminium tersebut untuk memudahkan pengklasifikasiannya. Salah satu
penamaan paduan aluminium adalah dengan standar AA, seperti pada Tabel 2.2.
Pada aluminium tempa, seri 1xxx digunakan untuk aluminium murni.
Digit kedua dari seri tersebut menunjukkan komposisi aluminium dengan limit
pengotor alamiahnya, sedangkan dua digit terakhir menunjukkan persentase
minimum dari aluminium tsb. Digit pertama pada seri 2xxx sampai 7xxx
menunjukkan kelompok paduannya berdasarkan unsur yang memiliki persentase
komposisi terbesar dalam paduan.
Pengaruh baik yang dapat timbul oleh unsur Cu dalam paduan aluminium:
a. Meningkatkan kekerasan bahan dengan membentuk presipitat
b. Memperbaiki kekuatan tarik
c. Mempermudah proses pengerjaan dengan mesin.
Paduan Al-Si ditemukan oleh A. Pacz tahun 1921. Paduan Al-Si yang
telah diperlakukan panas dinamakan Silumin. Sifat – sifat silumin sangat
diperbaiki oleh perlakuan panas dan sedikit diperbaiki oleh unsur paduan. Paduan
Al-Si umumnya dipakai dengan 0,15% – 0,4% Mn dan 0,5 % Mg. Paduan yang
diberi perlakuan pelarutan (solution heat treatment), quenching, dan aging
dinamakan silumin, dan yang hanya mendapat perlakuan aging saja dinamakan
silumin. Paduan Al-Si yang memerlukan perlakuan panas ditambah dengan Mg
juga Cu serta Ni untuk memberikan kekerasan pada saat panas. Bahan paduan ini
biasa dipakai untuk piston kendaraan (Surdia, 1992).
Pada diagram fasa Al-Si (gambar 2.9) dapat dibagi tiga daerah yaitu:
a. Daerah Hipoeutektik
Pada daerah ini terdapat kandungan silikon < 11,7% dimana struktur
mikro akhir yang terbentuk pada fasa ini adalah fasa α – aluminium dan eutektik
(gelap) yang kaya aluminium yang memiliki kekerasan 90 HB, Struktur mikro
hipoeutektik diperlihatkan pada gambar 2.9a.
Pada komposisi ini paduan Al-Si dapat membeku secara langsung (dari
fase cair ke padat). Kandungan silikon yang terkandung didalamnya sekitar 11,7%
sampai 12,2% untuk struktur mikro eutektik bisa dilihat pada gambar 2.9b.
Material ini memiliki kekerasan 105 HB dan uji tarik 248 MPa sehingga banyak
diaplikasikan pada komponen dengan tekanan yang tinggi, seperti:crank case,
wheel hub, cylinder barrel.(ASM Handbook vol 15, 1998)
c. Daerah Hypereutectic
Gambar 2.10 Struktur mikro paduan Al-Si (a) Struktur mikro paduan hypoeutectic
(1.65-12.6 wt% Si). 150X. (b) Struktur mikro paduan eutectic (12.6% Si). 400X.
(c) Struktur mikro paduan hypereutectic (>12.6% Si). 150X
Sumber: ASM International, 2004
Tipe paduan tergantung pada presentase kandungan silikon ini akan berpengaruh
terhadap titik beku (freezing point) yang dipakai pada proses pengecoran
aluminium yang bisa dilihat pada tabel 2.2.
Proses pembuatan velg terdiri dari proses casting dan proses forging.
Proses yang banyak dilakukan adalah proses casting, karena berbiaya murah dan
teknologi proses casting sudah banyak digunakan dibanding dengan proses
forging yang memerlukan teknologi tinggi dan biaya produksi yang tinggi.
Merk velg Enkei Sport RCS, adalah salah satu contoh velg two pieces-
welded construction. Bagian tengah velg dibuat terpisah, kemudian di las ke
rim/bibir velg. Velg tipe ini menggunakan dua atau tiga komponen terpisah yang
dirakit menjadi satu wujud velg. Umumnya multi-piece wheels menerapkan lebih
dari satu metode pembuatan. Misalnya, bagian tengah dibuat secara
casting atau forged, sedangkan lingkar pinggir velgnya dibuat dengan sistem spun
dari aluminium. Komponen terpisah tersebut kemudian dibaut, di-sealant atau
dilas (welded) menjadi satu wujud velg mobil yang ditunjukkan pada gambar
2.14.
2.10 Tegangan
Apabila sebuah batang atau plat dibebani sebuah gaya maka akan terjadi
gaya reaksi yang sama dengan yang arah berlawanan. Gaya tersebut akan diterima
sama rata oleh setiap molekul pada bidang penampang batang tersebut. Jadi
tegangan adalah suatu ukuran intensitas pembebanan yang dinyatakan oleh gaya
2.11 Regangan
- Brinell (HB/BHN)
- Rockwell (HR/RHN)
Dimana:
P = beban penekan (N)
D = diameter bola penekan (mm)
d = diameter lekukan (mm)
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan atau material dengan cara memberikan beban gaya yang berlawanan
arah. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa
teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian
uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis
yang diberikan secara lambat. Sifat mekanis logam yang dapat diketahui setelah
proses pengujian ini seperti kekuatan tarik, keuletan dan ketangguhan. Alat uji
tarik terlihat pada gambar 2.17
Pengujian tarik sangat dibutuhkan untuk menentukan desain suatu produk
karena menghasilkan data kekuatan material. Pengujian tarik banyak dilakukan
untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai
data pendukung bagi spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat
diukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara
perlahan.
Waktu penelitian ini direncanakan selama enam bulan yang dimulai dari
bulan Agustus 2013 sampai dengan Januari 2014. Tempat dilaksanakannya
penelitian ini adalah di Laboratorium Teknologi Mekanik dan Laboratorium
Metalurgi Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara. Khusus untuk pengujian komposisi kimia dilakukan di Workshop Teknik
Mesin, Universitas Negeri Medan.
Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah velg mobil Toyota
Corolla Altis berbasis logam aluminium alloy dengan diameter 17,5 inci (444,5
mm) dan lebar 7 inci (177,8 mm) seperti yang terlihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Velg mobil bekas Toyota Corolla Altis jenis Aluminium Alloy
A413.0
Karakteristik dari material velg aluminium jenis A413.0 terlihat pada tabel 3.1.
Alat ini digunakan untuk memotong velg mobil menjadi bentuk strip untuk
menyesuaikan dengan kondisi alat uji yang kecil, seperti ditunjukkan pada gambar
3.2.
Spesifikasi:
Merk = METABO
Putaran = 11.000 rpm
D max = 100 mm
Daya = 350 Watt
3.3.2.2 Ragum
Alat ini digunakan untuk menjepit spesimen agar mudah ketika dilakukan
pemotongan dengan menggunakan mesin gerinda tangan. Ragum ini terlihat pada
gambar 3.3.
Bagian velg
terdeformasi plastis
yang akan dibuat
Gambar 3.6 Bagian velg yang akan dibuat spesimen untuk pengujian
2. Dilakukan pemotongan pada sirip velg yang tidak mengalami penyok dengan
menggunakan mesin gerinda tangan hingga sirip tersebut terlepas dari velg.
3. Sirip yang sudah terlepas dari velg tersebut, kemudian dijepit menggunakan
ragum untuk dipotong lagi sesuai dengan panjang yang diinginkan.
4. Sirip tersebut kemudian dijepit di meja ragum mesin sekrap datar untuk
meratakan spesimen dan dibentuk sesuai ukuran spesimen uji kekerasan yang
ditentukan.
5. Diulangi dari langkah ke-2 sampai dengan langkah ke-4 untuk pembuatan
spesimen uji komposisi, spesimen uji metalografi, dan spesimen uji tarik pada
sirip velg yang tidak mengalami penyok.
7. Sirip yang sudah terlepas dari velg tersebut, kemudian dijepit menggunakan
ragum untuk dipotong lagi sesuai dengan panjang yang diinginkan.
8. Sirip tersebut kemudian dijepit di meja ragum mesin sekrap datar untuk
meratakan spesimen dan dibentuk sesuai ukuran spesimen uji kekerasan yang
ditentukan.
9. Diulangi dari langkah ke-6 sampai dengan langkah ke-8 untuk pembuatan
spesimen uji komposisi, spesimen uji metalografi, dan spesimen uji tarik pada
sirip velg yang mengalami penyok.
Proses ini menggunakan kertas amplas yang kasar sampai halus. Tingkat
kehalusan kertas amplas ini ditentukan oleh ukuran serbuk silicon carbida yang
menempel pada kertas tersebut. Misalnya ada amplas yang memiliki tingkat
kehalusan hingga 220, angka 220 menunjukkan bahwa
serbuk silicon carbida pada kertas amplas itu bisa lolos dari ayakan hingga
mencapai 220 lubang pada luas 1 inchi2 (sekitar 625 mm2). Untuk langkah
pertama penggosokkan menggunakan amplas no. 240 dalam satu arah pada
permukaan specimen yang akan diteliti keadaan strukturnya.
Setelah itu menggosok kasar lanjutan permukaan spesimen tersebut
dengan kertas amplas no. 800 dengan arah lurus arah penggosokkan pertama (arah
kedua), dilanjutkan penggosokan halus permukaan tersebut dengan amplas no.
1000 dengan arah sama dengan arah pertama. Dilanjutkan no. 1200 dengan arah
sama dengan arah penggosokkan kasar lanjut. Pengamplasan dilakukan di
Laboratorium Metalurgi Departemen Teknik Mesin USU dengan menggunakan
polishing machine terlihat pada gambar 3.10.
Spesifikasi:
Type : AMU-10
Beban max : 10 Ton Force
Tahun :1989
Dalam simulasi ini software yang digunakan yaitu Ansys 14.0 Workbench
yang berbasis Metode Elemen Hingga (MEH). Simulasi ini bertujuan untuk
mengetahui distribusi tegangan akibat beban statik. Dalam permodelan gambar
seperti material uji tekan statik aksial terlebih dahulu dibuat bentuk geometri dan
dimensi dan software yang digunakan adalah AutoCAD 3D. Simulasi komputer
dilakukan untuk mengklarifikasi perilaku mekanik yang terjadi akibat pengujian
secara eksperimental.
Untuk simulasi, maka gambar yang akan dibuat terlebih dahulu melalui
software AutoCAD 3D. Software ini digunakan untuk pembuatan gambar, karena
gambar yang dihasilkan akan lebih akurat. Langkah untuk mengimport gambar
dari AutoCAD 3D adalah: File> import external geometry file> pilih lokasi file
gambar tersebut> pilih open> pilih generate. Hal ini ditunjukkan pada gambar
3.17.
Setelah itu pilih close designmodeler untuk mengakhiri pemodelan gambar dan
selanjutnya untuk memberikan pembebanan.
Ukuran mesh sangat mempengaruhi hasil dalam analisa ini. Namun dalam
skripsi ini tidak dibahas lebih lanjut mengenai pengaruh ukuran tersebut. Hal ini
dikarenakan keterbatasan sistem komputer yang digunakan. Disini proses
menerapkan ukuran mesh sesuai kemampuan komputer yaitu dengan langkah
sebagai berikut: pilih menu model> geometry> part 1> material> assignment>
ganti structural steel menjadi Aluminium Alloy A413.0> pilih mesh> generate
mesh seperti diperlihatkan oleh gambar 3.18.
Pada proses ini langkah perintahnya adalah dengan pilih menu static
structural> insert> fixed support> pilih permukaan tumpuan yaitu pada empat
lubang baut> pilih apply seperti ditunjukkan pada gambar 3.19.
Berat dari mobil Toyota Corolla Altis adalah 1.610 kg. Diasumsikan mobil
berisi penuh 5 penumpang dewasa dengan masing-masing penumpang memiliki
berat 78 kg. Maka, berat keseluruhan mobil adalah 2.000 kg. jadi, setiap velg
menerima beban sebesar 500 kg atau 5.000 N. Beban sebesar 5.000 N dikalikan
impact factor 1,3 menghasilkan 6.500 N.
Mulai
Mendapatkan velg
aluminium alloy
Pembuatan spesimen
Ya
Data
Modelling dan
Tidak
Simulasi software
Ansys
Ya
Hasil
Kesimpulan
Selesai
Pada bab ini akan ditampilkan hasil dari pengujian dan simulasi numerik.
Hasil pengujian dianalisa untuk mendapatkan sifat mekanik dari spesimen.
Dimensi spesimen:
Panjang = 68,25 mm, lebar = 22,15 mm, tinggi = 3,55 mm
(a) (b)
Gambar 4.2 Spesimen uji kekerasan, (a) yang terdeformasi plastis, (b) yang
normal
Dimensi spesimen:
(a) Titik 1,2, dan 3
Panjang = 28,5 mm, lebar = 19,5 mm, tebal = 4 mm
Titik 4 dan 5
Panjang = 28,5 mm, lebar = 19,5 mm, tebal = 4 mm
Tabel 4.3 Pengujian Kekerasan di daerah flange terdeformasi plastis dengan beban
500 kg
No. Diameter (mm) Hardness (BHN)
1 2,90 74,1
2 2,90 74,1
3 2,80 79,6
4 2,90 74,1
5 2,95 71,5
Rata-rata 74,7
Dari pengujian tarik yang dilakukan, diperoleh grafik uji tarik yang diperlihatkan
pada gambar 4.5.
Pu = 1.775 Pf = 1.725
Py = 1.450
Pp = 1.100
ε (mm)
L0 mm 31,00
L0 + ∆L mm 32,70
Pada pengujian tarik didapat hasil tensile strength 232,990 MPa, 5,48 %
elongasinya dan yield strength 190,344 MPa. Dari hasil tersebut telah sesuai
dengan standart yang digunakan, dengan kata lain tidak ada suatu hal yang
mempengaruhi terjadinya deformasi plastis dari hasil pengujian ini.
Dari hasil pengujian tarik, didapat Modulus Young.
�
E= ………………………………………….(4.1)
�
E = σ/ε
= (Pp/Ao)/(Δl/lo)
= (Pp/ Δl)*(lo/Ao)
= (1100/0,062)*(31/74,70)
= 7.362,784 kg/mm2
(a) (b)
Gambar 4.6 Spesimen uji metalografi, (a) yang normal, (b) yang terdeformasi
plastis
Dimensi spesimen:
(a) Panjang = 32,4 mm, lebar = 28 mm, tebal = 9 mm
(b) Panjang = 38,25 mm, lebar = 20,25 mm, tebal = 5,25 mm
Si
(a)
Al
Si
(b)
Gambar 4.7 Mikrostruktur spesimen yang normal, (a) dengan 100 x pembesaran,
(b) dengan 200 x pembesaran
Si
Porositas
(a)
Al
Si
Porositas
(b)
Gambar 4.8 Mikrostruktur spesimen yang terdeformasi plastis, (a) dengan 100 x
pembesaran, dengan 200 x pembesaran
Hasil simulasi dengan Ansys 14.0 Workbench dapat dilihat dengan cara
sebagai berikut.
Max
Max
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
3. Foto mikro dilakukan dengan 100 x pembesaran dan 200 x pembesaran. Pada
spesimen yang normal setelah di uji dengan foto mikro tidak terdapat
porositas sedangkan spesimen yang terjadi deformasi plastis terdapat porositas
yang terlihat pada gambar 4.7 yang dilingkari merah. Alasan ini yang
memungkinkan penyebab terjadinya deformasi plastis pada velg.
5. Hasil simulasi numerik menunjukkan bahwa velg standar terbuat dari material
paduan aluminium A413.0 bila diberi beban 6.500 N maka simulasi hasil
Total Deformation maksimum menunjukkan angka sebesar 0,64872 mm dari
bentuk semula dan pada titik inilah yang berpotensi munculnya deformasi
plastis pertama. Simulasi Equivalent Stress menghasilkan tegangan
maksimum sebesar 71,023 MPa, dan tegangan minimum yang terjadi sebesar
0,039784 MPa.
5.2 Saran
Hatch, John E., 1984. Aluminium Properties and Physical Metallurgy. Ohio:
American Society for Metals.
Srinivasan, R., Chaudhury, P. K., Cherukuri, B., Han, Q., Swenson, D., Gros, P.,
2006, Continous Severe Plastic Deformation Processing of Aluminium
Alloys, Wright State University.
Zrnik, J., Dobatkin, S.V., Mamuzic, I., 2008, Processing of Metals by Severe
Plastic Deformation (SPD) – Structure and Mechanical Properties
Respond, Metalurgija 47 (2008).