Anda di halaman 1dari 13

laporan tentang baut

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benda kerja yang dibuat oleh manusia umumnya terdiri dari berbagai komponen.
Proses pembuatannya tentu melalui proses pengerjaan dan perlakuan yang berbeda.
Sehingga untuk dapat merangkainya menjadi sebuah benda utuh, elemen penyambung
sangatlah diperlukan.
Menilik fungsinya, elemen penyambung sudah pasti akan ikut mengalami pembebanan
saat benda yang dirangkainya dikenai beban. Ukurannya akan lebih kecil dari elemen
yang disambung, sehingga akan mengakibatkan beban terkonsentrasi terhadap
sambungan tersebut.
Ada dua jenis sambungan, yaitu sambungan tetap dan sambungan tidak tetap. Dalam
praktikum ini, akan membuat mur dan baut. Keduanya merupakan contoh dari
sambungan tidak tetap (semi permanent), yaitu sambungan yang dapat dibongkarpasang
selagi masih dalam kondisi normal.
Maka dari itu, salah satu tujuan dari praktikum ini yaitu untukmengetahui dan memahami
bagaimana cara pembuatan mur dan baut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1. Praktikan memahami prinsip kerja dan cara menggunakan gergaji (baik
dengan alat ataupun secara manual ) dan kikir.
2. Praktikan mampu menggergaji dengan baik dan benar.
3. Praktikan mampu mengikir dengan baik dan benar.
4. Praktikan mampu mengebor dengan baik dan benar.
5. Praktikan mampu mengetap dengan baik dan benar.
6. Praktikan mampu menyenai dengan baik dan benar.
7. Praktikan mampu membuat Mur dan Baut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Baut
Baut merupakan suatu batang atau tabung dengan alur heliks pada permukaannya.
Penggunaan utamanya adalah sebagai pengikat(fastener) atau sambungan atau pengikat
yang tidak permanen -sehingga dapat dibongkar pasang- untuk menahan dua obyek
bersama, dan sebagai pesawat sederhana untuk mengubah torka (torque) menjadi gaya
linear. Baut dapat juga didefinisikan sebagai bidang miring yang membungkus suatu
batang. merupakan jenis. Ada beberapa macam pengelompokan baut, di antaranya :
a. menurut bentuk kepala, yaitu segi enam, soket segi enam dan kepala persegi.
b. menurut bentuk penjepit, yaitu :
 Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang
tembus, di mana jepitan diketatkan dengan sebuah mur.
 Baut tetap, untuk menjepit dua bagian, di mana jepitan
diketatkan dengan ulir yang ditapkan pada salah satu
bagian.
 Baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir
pada ujungnya. Untuk dapat menjepit dua bagian, baut
ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang
berulir dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.
c. menurut pemakaiannya, yaitu :
 Baut pondasi, untuk memasang mesin atau bangunan pada
pondasinya. Baut ini ditanam pada pondasi beton dan
jepitan pada bagian mesin atau bangunan diketatkan dengan
mur.
 Baut penahan, untuk menahan dua bagian dalam jaraj yang
tetap.
 Baut mata atau baut kait, dipasang pada badan mesin
sebagai kaitan untuk alat pengangkat.
 Baut T, untuk mengikat benda kerja atau alat pada meja
atau dasar yang mempunyai alur T, sehingga letaknya dapat
diatur.
 Baut kereta, banyak dipakai pada badan kendaraan. Bagian
persegi di bawah kepala dimasukkan ke dalam lubang
persegi yang pas sehingga baut tidak ikut berputar pada
waktu mur diketatkan atau dilepaskan.
2.2 Mur
Mur merupakan pasangan baut yang sama-sama memiliki fungsi sebagai
penyambung/pengikat permanen. Pada umumnya, bentuk mur adalah segi enam. Tetapi
untuk pemakaian khusus, dapat dipakai mur dengan bentukyang bermacam-macam,
seperti mur bulat, mur flens, mur tutup, mur mahkota dan mur kuping.
2.3 Kikir
Kikir digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan benda kerja serta
menghilangkan sejumlah kecil material pada saat finishing. Ketajaman kikir dilihat dari
bagian menyilang dan ketajaman yang tersedia.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kikir, antara lain :
 Agar diperoleh permukaan yang rata (cross-filling), maka posisi
lengan kiri dan lengan kanan terletak pada satu bidang datar.
 Jangan menggunakan kikir tanpa dipasang tangkai pemegang,
karena selain menyulitkan juga akan membahayakan tangan.
 Pengikisan kikir terjadi ayunan ke depan (sebaliknya) akan
membuat kikir menjadi tumpul.
 Pastikan bahwa tangkai pemegang sudah terpasang kuat.
 Jepitlah benda kerja di dalam ragum dengan kuat.
 Jangan memegang kikir pada permukaannya. Jika terkena
stenpet/oli, maka serpihan bahan akan menempel pada alur.
 Jika terjadi penyumbatan pada alut, maka hendaknya segera
dibersihkan.
2.4 Mesin Bor dan Mesin Bubut
Mesin bor adalah alat yang berfungsi untuk membuat lubang sesuai
dengan mata bor yang digunakan. Pada dasarnya, mata bor terdiri dari dua gerakan untuk
melubangi, yaitu gerakan rotasi (putaran) dan gerakan ingsutan yang lurus ke
bawah. Ada dua macam mesin bor, yaitu bir tangan dan bor duduk.
Adapun bagian-bagian dari mesin bor, di antaranya :
 Tombol ● Penjepit mata bor
 Tuas penekan ● Pengaman
 Tuas pengikat ● Mur penyetel
 Alat mesin bor ● Rumah-rumah sabuk
 Meja mesin bor
Sedangkan mesin bubut adalah mesin yang digunakan untuk membubut. Gerakan
utamanya adalah berputas dan berfungsi sebagai pengubah bentuk dan ukuran benda
dengan jalan menyayat benda tersebut dengan suatu pahat penyayat, posisi benda kerja
berputar sesuai dengan sumbu mesin dan pahat diam bergerak ke kanan dan ke kiri searah
dengan sumbu mesin bubut menyayat benda kerja.
Ukuran dari mesin bubut yang diukur dari jarak center kepala lepas. Ini merupakan jarak
terpanjang dari benda yang bisa dibubut. Dan tergantung pula tinggi/jarak dari ujung
center ke permukaan alas mesin (bed), yakni setengah diameter benda kerja yang bias
dikerjakan (Daryanto,1996).
Bagian-bagian yang terdapat pada mesin bubut di antaranya :
 Kepala tetap
 Kepala lepas
 Eretan , yaitu eretan alas, melintang dan atas
2.5 Tap
Tap adalah alat yang berfungsi untuk membuat alur pada benda hasil pengeboran atau
membuat ulir sekrup dalam. Pekerjaan ini disebut pengetapan ulir sekrup karena adanya
ulir-ulir sekrup, tap menjadi lemah maka pemotongan ulir sekrup tidak dapat dikerjakan
dalam satu kali, sebab itu sepasang tap terdiri dari 3 buah, yaitu:
 tap yang pertama untuk membuka jalur ulir,
 tap kedua untuk memperdalam ulir, dan
 tap ketiga sebagai tahap finishing.
Tangkai tap bebentuk bujur sangkar, sehingga tab-tab dapat diputar dengan besi puntir.
Supaya sisi-sisi dari ulir sekrup pada baja dapat dipotong licin dan selama pengetapan
harus dipakai minyak potong.Logam-logam biasanya dapat dipotong secara kering.
Supaya ulir tetap rapi bentuknya, maka secara teratur tap harus diputar kembali
seperempat putaran. Untuk mengulir dengan baik, bahan yang akan dibuat untuk menjadi
mur harus memiliki diameter lubang yang besarnya pas atau fit dengan tap tersebut atau
disesuaikan, sehingga ulir yang terbentuk sempurna dan fit dengan baut.
2.6 Snai
Snai adalah alat yang berfungsi untuk membuat ulir luar. Cara kerjanya hampir
sama dengan tap, namun pada snai, benda kerja dijepit pada snai, dan snai diputar
mengelilingi benda kerja tersebut. Pada saat benda kerja dijepit oleh snai, benda kerja
harus dipastikan benar-benar terjepit karena jika tidak ulir tidak akan terbentuk sempurna
atau alat mengalami patah.
2.7 Ragum
Ragum adalah alat yang berfungsi sebagai tempat menahan, memegang dan menopang
bahan yang akan dipotong, digerindra ataupun digergaji.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Gergaji tangan 7. Snai
2. Gergaji mesin 8. Jangka Sorong
3. Kikir 9. Siku-siku
4. Mesin bor 10. Palu
5. Mesin bubut 11.Punch
6. Tap 12. Ragum
Sedangkan bahan yang digunakan adalah silinder pejal dengan diameter 20 mm dan
panjang 25 cm.
3.2 Metode Praktikum
1. Menyiapkan benda kerja yang akan dipakai
2. Memotong bahan untuk membuat mur
3. Memotong bahan untuk membuat baut
4. Mengikir permukaan benda kerja sampai rata
5. Membuat pola dengan ukuran seperti pada gambar
6. Membuat mur:
a. Membentuk bahan menjadi segi enam dengan cara dikikir.
b. Membuat tanda pada benda kerja yang akan dilubangi (mur),
biasanya dengan menggunakan punch.
c. Memilih jenis mata bor yang akan digunakan.
d. Memasang mata bor pada mesin bor dan mengencangkannya
dengan bantuan kunci gear.
e. Membor dengan perlahan-lahan dan jangan dipaksakan karena
akan merusak mata bor.
f. Selama proses member sekali-kali lakukan pemberian pendingin
(cooler) pada mata bor untuk menjaga supaya mata bor tidak cepat
rusak.
g. Lakukan proses pengeboran dengan hati-hati dan utamakan
keselamatan kerja.
h. Mengetap benda kerja hasil pengeboran secara bertahap
i. Selama proses mengetap harus selalu diberi pelumas.
7. Membuat baut:
a. Membubut bagian yang akan di snai sesuai ukuran pada gambar
b. Membentuk kepala baut menjadi segi enam dengan cara dikikir.
c. Menyenai ulir luar pada poros.
d. Selama proses snai harus selalu diberi pelumas.
8. Proses Finishing: membersihkan dan mengikir bagian permukaan yang
masih tajam.
9. Pemberian pelumas pada mur dan baut agar tidak mudah berkarat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah
a. baut dengan spesifikasi ukuran:
- panjang ulir 50 mm
- panjang bagian yang tidak diulir 25 mm
- panjang kepala baut 25 mm, sehingga panjang total 100 mm
- diameter kepala baut 20 mm
b. mur dengan spesifikasi ukuran :
- diameter 20 mm
- tinggi 12,5 mm

4.2 Pembahasan
Praktikum dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 18 Maret dan 25 Maret
2010 di Bengkel Pedca.
Mur dan baut ada yang terbuat dari baja hitam dan besi. Praktikum kali ini yaitu dengan
bahan dasar besi yang berbentuk silinder pejal. Silinder pejal yang disediakan berukuran
panjang 25 cm dan diameter 20 mm. kemudian dipotong menjadi dua bagian, yaitu sepanjang
100 mm untuk baut dan 20 mm untuk diameter mur.
1. Pembuatan baut
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar dapat menghasilkan benda kerja
berbentuk baut. Langkah-langkahnya yaitu :
 Pemotongan benda kerja
Ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Silinder pejal dengan
diameter 20 cm dan panjang 25 cm dipotong. Pemotongan dilakukan dengan dua alat,
yaitu gergaji besi dan gergaji tangan.
Pemotongan dengan gergaji mesin, benda kerja ditempatkan tepat di bawah
pisau pemotongnya, kemudian di potong sehingga panjang yang terbentuk adalah 9,5
cm. memotong dengan mesin ini menghasilkan prmukaan yang halus dan memakan
waktu yang tidak lama. Sebelumnya, ukur dahulu panjang baut yang akan dibuat
dengan menggunakan jangka sorong.
Memotong menggunakan mesin harus sangat hatu-hati karena akan
menimbulkan percikan api dan suara yang keras. Maka dari itu, ketika memotong,
diharuskan menggunakan kacamata.

Gb. Silinder pejal sebelum dipotong

Gb. Memotong dengan gergaji


 Pembubutan
Setelah dipotong, kemudian silinder dibubut. Sebelumnya ukur terlebih
dahulu bagian yang akan dibubut dengan menggunakan jangka sorong dan
penggaris. Panjang silinder yang akan dibubut yaitu 50 mm dengan diameter yang
dihasilkan sebesar 10 mm.
Pembubutan harus dilakukan secara konstan, yaitu kecepatan memutar
mesin haruslah tetap. Sehingga benda kerja yang dihasilkan memiliki permukaan
yang rata. Pembubutan dilakukan berulang-ulang hingga menghasilkan diameter
10 mm. caranya dengan mengatur skala pada mesin bubut.
Sebelum melakukan pembubutan, pastikan bahwa benda kerja tepat
berada di tengah (center) dan tertancap kuat. Hal ini dilakukan agar ketika
pembubutan dimulai, benda kerja tidak akan goyang. Jika posisi baut itu miring,
maka baut yang terbentuk pun tidak akan sempurna dan secara ekstetika tidak
indah dan bentuknya pun akan menjadi miring sehingga tidak muat untuk
dipasangkan mur. Lalu, sebelum menyalakan mesin, goreskan dahulu mata bor
kepada benda kerjanya. Selain itu, kita pun harus memberikan air selama proses
berlangsung agar mata bor tidak panas.
Dan hal ini pun terjadi kepada kami. Kesalahan yang kami lakukan adalah
pemutaran yang tidak konstan, sehingga bubut yang dihasilkan tidak ‘mulus’.
Pembubutan yang kami lakukan kira-kira lebih dari limakali. Hal ini
karena baut yang dihasilkan harus memiliki diameter 10 mm, di mana setiap kali
membubut, kedalaman pisau yang diset sebesar 2 mm. Sehingga pengerjaannya
harus berulang.

Gb. Proses pembubutan

Gb pemberian air ketika pembubutan


 Mengikir
Mengikir dilakukan setelah silinder selesai dibubut. Bagian yang dikikir
yaitu bagian hasil pembubutan. Silinder yang akan dikikir ditempatkan di atas
ragum, sehingga pengikiran akan lebih mudah. Dalam mengikir, usahakan
dilakukan satu arah agar hasil yang diperoleh akan baik.
 Membuat Ulir
Setelah permukaan silinder halus, maka langkah berikutnya adalah
pembuatan ulir. Panjang silinder yang akan diulir yaitu 50 mm. oleh karena itu,
harus diukur dan diberi tanda terlebih dahulu.
Alat yang digunakan adalah snay. Jadi, baut ditempatkan di atas ragum
dengan posisi kepala baut di bawah. Kemudian memasangkan tap dengan ukuran
1.25 kedalam baut. Kemudian diputar mengikuti arah jarum jam.
Snai yang digunakan ada tiga buah. Yang pertama yang lancip, lalu agak
lancip dan yang terakhir yang tumpul. Ketika menyenai, perlu ditambahkan
sedikit oli sebagai pelumas, sehingga ketika memutar snay tidak terlalu sulit.
Penyenaian dilakukan hingga batas baut yang akan diulir, setelah selesai putar
snay berlawanan jarum jam.
Pada saat penggunaan snai harus hati-hati. Karena benda kerja dijepit pada
snai, maka harus diperhatikan betul apakah benda kerja terjepit sempurna. Jika
tidak terjepit dengan sempurna maka resiko tidak terbentuk ulir dengan sempurna
dan resiko sney patah akan terjadi. Snai bisa patah jika kita terlalu kencang
memutar snai dan snai tidak terjepit benar.

Gb pemberian oli ketika memasangkan mur pada baut


 Membuat segi enam
Langkah ini merupakan langkah terakhir dari rangkaian pembuatan baut.
Sebelumnya, kita membuat pola segi enam di kertas kecil, kemudian ditempelkan
di kepala baut.
Pembentukan kepala baut ini bias dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
dikikir ataupun dipotong dengan gergaji. Kelompok kami awalnya menggunakan
gergaji, namun hasil yang diperoleh tidak terlalu baik. Sehingga disiasati dengan
kikir.
2. Pembuatan mur
Langkah – langkah dalam pembuatan mur hampir sama seperti membuat
baut. Yang berbeda yaitu adanya proses pengeboran dan pengetapan dalam
membuat mur.
Pengeboran dilakukan setelah memotong silinder sehingga menghasilkan
2 bagian yang berukuran kecil, yaitu 12,5 mm. Pemotongannya dilakukan dengan
menggunaka gergaji besi. Memang sangat sulit memotong dengan gergaji besi.
Kesulitan yang dialami yaitu ketika akan menggoreskannya kepada silinder, juga
ketika ditengah-tengah pemotongan sangat berat. Sehingga waktu yang digunakan
dalam proses ini cukup lama dan jika dibandingkan, hasil yang diperoleh dengan
gergaji besi tidak sebaik dengan gergaji mesin.
Sebelum dibor, kita beri tanda di tengah-tengah mur. Kemudian dititikdengan
penitik agar ketika melubangi, mata bor tidak goyang, tapi langsung tepat sasaran.
Namun, hasil pengeboran mur kelompok kami tidak pas di center, sedikit keluar
batas. Hal ini mungkin terjadi karena jam terbang yang kurang, sehingga keahlian
dalam mengebor masih minim.
Proses ini harus dilakukan dengan pengawasan penuh hampir sama seperti
bubut dan dilakukan dengan kehati-hatian dalam menentukan kecepatan bor. Hal
ini harus diperhatikan karena jika kita membor besi dengan kecepatan yang terlalu
kencang atau cepat maka resiko mata bor patah akan terjadi karena mata bor
menjadi lebih cepat panas apalagi jika kita tidak memberikan cairan pendingin
atau oli pada saat proses pemboran.
Setelah dibor, lalu dibuat alur di dalam mur tersebut dengan menggunakan
tap. Sama halnya dengan membuat ulir dengan snay, mengulir dengan tap pun
harus diberikan oli. Dalam proses inikesulitan yang dialami yaitu pada awal
pengetapan, agak berat, namun setelah beberapa lama , pengetapan menjadi lebih
mudah.
Proses terakhir yaitu membuat bentuk segi enam. Pembentukannya kali ini
menggunakan kikir, sehingga hasil yang diperoleh lebih baik dari baut yang
dibuat dengan gergaji.
Pembahasan proses di atas merupakan rangkaian kerja yang dilakukan dalam pengerjaan mur
dan baut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini, yaitu :
1. Dalam pembuatan benda kerja (mur dan baut) , diperlukan ketelitian dalam
pengukuran. Untuk memenuhi kriteria ini, benda kerja perlu diukur menggunakan jangka
sorong. Jika perlu, pengukuran dilakukan lebih dari satu kali.
2. Selain ketelitian, juga harus hati-hati dalam melakukan pekerjaan ini, terutama
ketika pemotongan dengan gergaji mesin.
3. Tahapan pembuatan mur yaitu pemotongan besi, mengebor, mengetap, dan
mengikir.
4. Tahapan pembuatan baut yaitu pemotongan besi, membubut, mengikir dan
membuat ulir dengan menggunakan snay.
5. Untuk memperoleh hasil yang baik dan halus, benda kerja perlu dikikir
6. Alat pisau bubut harus cukup kuat konstruksinya untuk dapat mengatasi gaya
mekanis
7. Dalam membubut, harus memperhatikan kekuatan pisau bubut untuk memotong
dan menghitung secara teliti berapa bagian dari silinder pejal yang akan dipotong. Selain
itu, pisau bubut harus diairi agar menimbulkan panas akibat bergesekan dengan benda
kerja. Bila terlalu panas pisau bubut bisa patah.
8. Pada proses pengetapan, perlu diperhatikan posisi tap saat masuk ke dalam mur/
baut. Posisi tap harus lurus sehingga jalur ulir yang dibuat bagus dan rapi.
9. Perlu ditambahkan sedikit oli sebagai pelumas ketika melakukan pengetapan
5.2 Saran
Sebaiknya jumlah alat diperbanyak dan dalam kondisi yang baik sehingga dapat praktikum
berlangsung dengan baik, tertib dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Asep, STP MT. Modul 4 Perbengkelan Pertanian, Jatinangor.
Maran,Z.D. 2007. Peralatan Bengkel Otomotif. Andi : Yogyakarta.
www.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai