Anda di halaman 1dari 33

PROGRAM STUDY LAPORAN PRAKTEK KERJA

PROSES PEMBUAT BAUT.

OLEH
NAMA: JACKY CANDRA ERNANDA
NIM : 20110003

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULITAS


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BINA TUNGGAL
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………… 1
HALAMAN SAMPUL DALAM………………………………. 2
KATA PENGANTAR…………………………………………. 3
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………. 4
1.1LATAR BELAKANG…………………………………….. 5
1.2RUMUSAN MASALAH…………………………………. 6
1.3TUJUAN MANFAAT…………………………………….. 7
BAB II LADASAN TEORI……………………………………… 8
BAB III METEOLOGI PENELITIAN………………………….. 9
3.1 DIAGRAM ALIR PRATIKUM……………………….. 10
3.2 ALAT DAN BAHAN…………………………………… 11
3.3 LANGKAH KERJA…………………………………….. 12
BAB IV DIANALISA PEMBAHASAN………………………… 13
BAB V KESIMPULAN………………………………………….. 14
5.1 KESIMPULAN………………………………………….. 15
5.2 SARAN………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….. 17
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya
ilmiah tentang "Dampak Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah
Umur".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah
ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya
ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca

BEASKI, 2 April 2023

JACKY CANDRA ERNANDA

NIM: 20110003
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Benda kerja yang dibuat oleh manusia umumnya terdiri dari berbagai komponen. Proses pembuatannya
tentu melalui proses pengerjaan dan perlakuan yang berbeda. Sehingga untuk dapat merangkainya
menjadi sebuah benda utuh, elemen penyambung sangatlah diperlukan.

Menilik fungsinya, elemen penyambung sudah pasti akan ikut mengalami pembebanan saat benda yang
dirangkainya dikenai beban. Ukurannya akan lebih kecil dari elemen yang disambung, sehingga akan
mengakibatkan beban terkonsentrasi terhadap sambungan tersebut.

Ada dua jenis sambungan, yaitu sambungan tetap dan sambungan tidak tetap. Dalam praktikum ini,
akan membuat mur dan baut. Keduanya merupakan contoh dari sambungan tidak tetap (semi
permanent), yaitu sambungan yang dapat dibongkarpasang selagi masih dalam kondisi normal.

Maka dari itu, salah satu tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui dan memahami bagaimana
cara pembuatan mur dan baut.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu :

1. Praktikan memahami prinsip kerja dan cara menggunakan gergaji (baik

dengan alat ataupun secara manual ) dan kikir.

2. Praktikan mampu menggergaji dengan baik dan benar.

3. Praktikan mampu mengikir dengan baik dan benar.

4. Praktikan mampu mengebor dengan baik dan benar.

5. Praktikan mampu mengetap dengan baik dan benar.

6. Praktikan mampu menyenai dengan baik dan benar.

7. Praktikan mampu membuat Mur dan Baut.


Rumus masalah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baut

Baut merupakan suatu batang atau tabung dengan alur heliks pada permukaannya. Penggunaan
utamanya adalah sebagai pengikat (fastener) atau sambungan atau pengikat yang tidak permanen -
sehingga dapat dibongkar pasang- untuk menahan dua obyek bersama, dan sebagai pesawat sederhana
untuk mengubah torka (torque) menjadi gaya linear. Baut dapat juga didefinisikan sebagai bidang miring
yang membungkus suatu batang. merupakan jenis. Ada beberapa macam pengelompokan baut, di
antaranya :

a. menurut bentuk kepala, yaitu segi enam, soket segi enam dan kepala persegi.

b. menurut bentuk penjepit, yaitu :

§ Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang

tembus, di mana jepitan diketatkan dengan sebuah mur.

§ Baut tetap, untuk menjepit dua bagian, di mana jepitan

diketatkan dengan ulir yang ditapkan pada salah satu

bagian.

§ Baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir

pada ujungnya. Untuk dapat menjepit dua bagian, baut

ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang

berulir dan jepitan diketatkan dengan sebuah mur.

c. menurut pemakaiannya, yaitu :

§ Baut pondasi, untuk memasang mesin atau bangunan pada


pondasinya. Baut ini ditanam pada pondasi beton dan

jepitan pada bagian mesin atau bangunan diketatkan dengan

mur.

§ Baut penahan, untuk menahan dua bagian dalam jaraj yang

tetap.

§ Baut mata atau baut kait, dipasang pada badan mesin

sebagai kaitan untuk alat pengangkat.

§ Baut T, untuk mengikat benda kerja atau alat pada meja

atau dasar yang mempunyai alur T, sehingga letaknya dapat

diatur.

§ Baut kereta, banyak dipakai pada badan kendaraan. Bagian

persegi di bawah kepala dimasukkan ke dalam lubang

persegi yang pas sehingga baut tidak ikut berputar pada

waktu mur diketatkan atau dilepaskan.

2.2 Mur

Mur merupakan pasangan baut yang sama-sama memiliki fungsi sebagai penyambung/pengikat
permanen. Pada umumnya, bentuk mur adalah segi enam. Tetapi untuk pemakaian khusus, dapat
dipakai mur dengan bentukyang bermacam-macam, seperti mur bulat, mur flens, mur tutup, mur
mahkota dan mur kuping.

2.3 Kikir

Kikir digunakan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan benda kerja serta menghilangkan
sejumlah kecil material pada saat finishing. Ketajaman kikir dilihat dari bagian menyilang dan ketajaman
yang tersedia.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan kikir, antara lain :

§ Agar diperoleh permukaan yang rata (cross-filling), maka posisi


lengan kiri dan lengan kanan terletak pada satu bidang datar.

§ Jangan menggunakan kikir tanpa dipasang tangkai pemegang,

karena selain menyulitkan juga akan membahayakan tangan.

§ Pengikisan kikir terjadi ayunan ke depan (sebaliknya) akan

membuat kikir menjadi tumpul.

§ Pastikan bahwa tangkai pemegang sudah terpasang kuat.

§ Jepitlah benda kerja di dalam ragum dengan kuat.

§ Jangan memegang kikir pada permukaannya. Jika terkena

stenpet/oli, maka serpihan bahan akan menempel pada alur.

§ Jika terjadi penyumbatan pada alut, maka hendaknya segera

dibersihkan.

2.4 Mesin Bor dan Mesin Bubut

Mesin bor adalah alat yang berfungsi untuk membuat lubang sesuai

dengan mata bor yang digunakan. Pada dasarnya, mata bor terdiri dari dua gerakan untuk melubangi,
yaitu gerakan rotasi (putaran) dan gerakan ingsutan yang lurus ke bawah. Ada dua macam mesin bor,
yaitu bir tangan dan bor duduk.

Adapun bagian-bagian dari mesin bor, di antaranya :

· Tombol ● Penjepit mata bor

· Tuas penekan ● Pengaman

· Tuas pengikat ● Mur penyetel

· Alat mesin bor ● Rumah-rumah sabuk

· Meja mesin bor

Sedangkan mesin bubut adalah mesin yang digunakan untuk membubut. Gerakan utamanya adalah
berputas dan berfungsi sebagai pengubah bentuk dan ukuran benda dengan jalan menyayat benda
tersebut dengan suatu pahat penyayat, posisi benda kerja berputar sesuai dengan sumbu mesin dan
pahat diam bergerak ke kanan dan ke kiri searah dengan sumbu mesin bubut menyayat benda kerja.
Ukuran dari mesin bubut yang diukur dari jarak center kepala lepas. Ini merupakan jarak terpanjang dari
benda yang bisa dibubut. Dan tergantung pula tinggi/jarak dari ujung center ke permukaan alas mesin
(bed), yakni setengah diameter benda kerja yang bias dikerjakan.

Bagian-bagian yang terdapat pada mesin bubut di antaranya :

· Kepala tetap

· Kepala lepas

· Eretan , yaitu eretan alas, melintang dan atas

2.5 Tap

Tap adalah alat yang berfungsi untuk membuat alur pada benda hasil pengeboran atau membuat ulir
sekrup dalam. Pekerjaan ini disebut pengetapan ulir sekrup karena adanya ulir-ulir sekrup, tap menjadi
lemah maka pemotongan ulir sekrup tidak dapat dikerjakan dalam satu kali, sebab itu sepasang tap
terdiri dari 3 buah, yaitu:

§ tap yang pertama untuk membuka jalur ulir,

§ tap kedua untuk memperdalam ulir, dan

§ tap ketiga sebagai tahap finishing.

Tangkai tap bebentuk bujur sangkar, sehingga tab-tab dapat diputar dengan besi puntir. Supaya sisi-sisi
dari ulir sekrup pada baja dapat dipotong licin dan selama pengetapan harus dipakai minyak potong.
Logam-logam biasanya dapat dipotong secara kering. Supaya ulir tetap rapi bentuknya, maka secara
teratur tap harus diputar kembali seperempat putaran. Untuk mengulir dengan baik, bahan yang akan
dibuat untuk menjadi mur harus memiliki diameter lubang yang besarnya pas atau fit dengan tap
tersebut atau disesuaikan, sehingga ulir yang terbentuk sempurna dan fit dengan baut.
2.6 Snai

Snai adalah alat yang berfungsi untuk membuat ulir luar. Cara kerjanya hampir sama dengan tap, namun
pada snai, benda kerja dijepit pada snai, dan snai diputar mengelilingi benda kerja tersebut. Pada saat
benda kerja dijepit oleh snai, benda kerja harus dipastikan benar-benar terjepit karena jika tidak ulir
tidak akan terbentuk sempurna atau alat mengalami patah.

2.7 Ragum

Ragum adalah alat yang berfungsi sebagai tempat menahan, memegang dan menopang bahan yang
akan dipotong, digerindra ataupun digergaji.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Gergaji tangan 7. Snai

2. Gergaji mesin 8. Jangka Sorong

3. Kikir 9. Siku-siku

4. Mesin bor 10. Palu

5. Mesin bubut 11.Punch

6. Tap 12. Ragum

Sedangkan bahan yang digunakan adalah silinder pejal dengan diameter 20 mm dan panjang 25 cm.

3.2 Metode Praktikum

1. Menyiapkan benda kerja yang akan dipakai

2. Memotong bahan untuk membuat mur

3. Memotong bahan untuk membuat baut

4. Mengikir permukaan benda kerja sampai rata

5. Membuat pola dengan ukuran seperti pada gambar

6. Membuat mur:

a. Membentuk bahan menjadi segi enam dengan cara dikikir.

b. Membuat tanda pada benda kerja yang akan dilubangi (mur),

biasanya dengan menggunakan punch.

c. Memilih jenis mata bor yang akan digunakan.


d. Memasang mata bor pada mesin bor dan mengencangkannya

dengan bantuan kunci gear.

e. Membor dengan perlahan-lahan dan jangan dipaksakan karena

akan merusak mata bor.

f. Selama proses member sekali-kali lakukan pemberian pendingin

(cooler) pada mata bor untuk menjaga supaya mata bor tidak cepat

rusak.

g. Lakukan proses pengeboran dengan hati-hati dan utamakan

keselamatan kerja.

h. Mengetap benda kerja hasil pengeboran secara bertahap

i. Selama proses mengetap harus selalu diberi pelumas.

7. Membuat baut:

a. Membubut bagian yang akan di snai sesuai ukuran pada gambar

b. Membentuk kepala baut menjadi segi enam dengan cara dikikir.

c. Menyenai ulir luar pada poros.

d. Selama proses snai harus selalu diberi pelumas.

8. Proses Finishing: membersihkan dan mengikir bagian permukaan yang

masih tajam.

9. Pemberian pelumas pada mur dan baut agar tidak mudah berkarat
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari praktikum ini adalah

a. baut dengan spesifikasi ukuran:

- panjang ulir 50 mm

- panjang bagian yang tidak diulir 25 mm

- panjang kepala baut 25 mm, sehingga panjang total 100 mm

- diameter kepala baut 20 mm


b. mur dengan spesifikasi ukuran :

- diameter 20 mm

- tinggi 12,5 mm

4.2 Pembahasan

Praktikum dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, yaitu pada tanggal 18 Maret dan 25 Maret 2010 di
Bengkel Pedca.

Mur dan baut ada yang terbuat dari baja hitam dan besi. Praktikum kali ini yaitu dengan bahan dasar
besi yang berbentuk silinder pejal. Silinder pejal yang disediakan berukuran panjang 25 cm dan diameter
20 mm. kemudian dipotong menjadi dua bagian, yaitu sepanjang 100 mm untuk baut dan 20 mm untuk
diameter mur.

1. Pembuatan baut
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan agar dapat menghasilkan benda kerja berbentuk baut.
Langkah-langkahnya yaitu :

§ Pemotongan benda kerja

Ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan. Silinder pejal dengan diameter 20 cm dan panjang 25
cm dipotong. Pemotongan dilakukan dengan dua alat, yaitu gergaji besi dan gergaji tangan.

Pemotongan dengan gergaji mesin, benda kerja ditempatkan tepat di bawah pisau pemotongnya,
kemudian di potong sehingga panjang yang terbentuk adalah 9,5 cm. memotong dengan mesin ini
menghasilkan prmukaan yang halus dan memakan waktu yang tidak lama. Sebelumnya, ukur dahulu
panjang baut yang akan dibuat dengan menggunakan jangka sorong.

Memotong menggunakan mesin harus sangat hatu-hati karena akan menimbulkan percikan api dan
suara yang keras. Maka dari itu, ketika memotong, diharuskan menggunakan kacamata.

Gb. Silinder pejal sebelum dipotong

Gb. Memotong dengan gergaji

§ Pembubutan

Setelah dipotong, kemudian silinder dibubut. Sebelumnya ukur terlebih dahulu bagian yang akan
dibubut dengan menggunakan jangka sorong dan penggaris. Panjang silinder yang akan dibubut yaitu 50
mm dengan diameter yang dihasilkan sebesar 10 mm.

Pembubutan harus dilakukan secara konstan, yaitu kecepatan memutar mesin haruslah tetap. Sehingga
benda kerja yang dihasilkan memiliki permukaan yang rata. Pembubutan dilakukan berulang-ulang
hingga menghasilkan diameter 10 mm. caranya dengan mengatur skala pada mesin bubut.

Sebelum melakukan pembubutan, pastikan bahwa benda kerja tepat berada di tengah (center) dan
tertancap kuat. Hal ini dilakukan agar ketika pembubutan dimulai, benda kerja tidak akan goyang. Jika
posisi baut itu miring, maka baut yang terbentuk pun tidak akan sempurna dan secara ekstetika tidak
indah dan bentuknya pun akan menjadi miring sehingga tidak muat untuk dipasangkan mur. Lalu,
sebelum menyalakan mesin, goreskan dahulu mata bor kepada benda kerjanya. Selain itu, kita pun
harus memberikan air selama proses berlangsung agar mata bor tidak panas.

Dan hal ini pun terjadi kepada kami. Kesalahan yang kami lakukan adalah pemutaran yang tidak konstan,
sehingga bubut yang dihasilkan tidak ‘mulus’.

Pembubutan yang kami lakukan kira-kira lebih dari lima kali. Hal ini karena baut yang dihasilkan harus
memiliki diameter 10 mm, di mana setiap kali membubut, kedalaman pisau yang diset sebesar 2 mm.
Sehingga pengerjaannya harus berulang.
Gb. Proses pembubutan

Gb pemberian air ketika pembubutan

§ Mengikir

Mengikir dilakukan setelah silinder selesai dibubut. Bagian yang dikikir yaitu bagian hasil pembubutan.
Silinder yang akan dikikir ditempatkan di atas ragum, sehingga pengikiran akan lebih mudah. Dalam
mengikir, usahakan dilakukan satu arah agar hasil yang diperoleh akan baik.

§ Membuat Ulir

Setelah permukaan silinder halus, maka langkah berikutnya adalah pembuatan ulir. Panjang silinder
yang akan diulir yaitu 50 mm. oleh karena itu, harus diukur dan diberi tanda terlebih dahulu.

Alat yang digunakan adalah snay. Jadi, baut ditempatkan di atas ragum dengan posisi kepala baut di
bawah. Kemudian memasangkan tap dengan ukuran 1.25 kedalam baut. Kemudian diputar mengikuti
arah jarum jam.

Snai yang digunakan ada tiga buah. Yang pertama yang lancip, lalu agak lancip dan yang terakhir yang
tumpul. Ketika menyenai, perlu ditambahkan sedikit oli sebagai pelumas, sehingga ketika memutar snay
tidak terlalu sulit. Penyenaian dilakukan hingga batas baut yang akan diulir, setelah selesai putar snay
berlawanan jarum jam.

Pada saat penggunaan snai harus hati-hati. Karena benda kerja dijepit pada snai, maka harus
diperhatikan betul apakah benda kerja terjepit sempurna. Jika tidak terjepit dengan sempurna maka
resiko tidak terbentuk ulir dengan sempurna dan resiko sney patah akan terjadi. Snai bisa patah jika kita
terlalu kencang memutar snai dan snai tidak terjepit benar.

Gb pemberian oli ketika memasangkan mur pada baut

§ Membuat segi enam

Langkah ini merupakan langkah terakhir dari rangkaian pembuatan baut. Sebelumnya, kita membuat
pola segi enam di kertas kecil, kemudian ditempelkan di kepala baut.

Pembentukan kepala baut ini bias dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dikikir ataupun dipotong
dengan gergaji. Kelompok kami awalnya menggunakan gergaji, namun hasil yang diperoleh tidak terlalu
baik. Sehingga disiasati dengan kikir.

2. Pembuatan mur
Langkah – langkah dalam pembuatan mur hampir sama seperti membuat baut. Yang berbeda yaitu
adanya proses pengeboran dan pengetapan dalam membuat mur.

Pengeboran dilakukan setelah memotong silinder sehingga menghasilkan 2 bagian yang berukuran kecil,
yaitu 12,5 mm. Pemotongannya dilakukan dengan menggunaka gergaji besi. Memang sangat sulit
memotong dengan gergaji besi. Kesulitan yang dialami yaitu ketika akan menggoreskannya kepada
silinder, juga ketika ditengah-tengah pemotongan sangat berat. Sehingga waktu yang digunakan dalam
proses ini cukup lama dan jika dibandingkan, hasil yang diperoleh dengan gergaji besi tidak sebaik
dengan gergaji mesin.

Sebelum dibor, kita beri tanda di tengah-tengah mur. Kemudian dititikdengan penitik agar ketika
melubangi, mata bor tidak goyang, tapi langsung tepat sasaran. Namun, hasil pengeboran mur kelompok
kami tidak pas di center, sedikit keluar batas. Hal ini mungkin terjadi karena jam terbang yang kurang,
sehingga keahlian dalam mengebor masih minim.

Proses ini harus dilakukan dengan pengawasan penuh hampir sama seperti bubut dan dilakukan dengan
kehati-hatian dalam menentukan kecepatan bor. Hal ini harus diperhatikan karena jika kita membor besi
dengan kecepatan yang terlalu kencang atau cepat maka resiko mata bor patah akan terjadi karena
mata bor menjadi lebih cepat panas apalagi jika kita tidak memberikan cairan pendingin atau oli pada
saat proses pemboran.

Setelah dibor, lalu dibuat alur di dalam mur tersebut dengan menggunakan tap. Sama halnya dengan
membuat ulir dengan snay, mengulir dengan tap pun harus diberikan oli. Dalam proses inikesulitan yang
dialami yaitu pada awal pengetapan, agak berat, namun setelah beberapa lama , pengetapan menjadi
lebih mudah.

Proses terakhir yaitu membuat bentuk segi enam. Pembentukannya kali ini menggunakan kikir, sehingga
hasil yang diperoleh lebih baik dari baut yang dibuat dengan gergaji.

Pembahasan proses di atas merupakan rangkaian kerja yang dilakukan dalam pengerjaan mur dan baut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini, yaitu :

Dalam pembuatan benda kerja (mur dan baut) , diperlukan ketelitian dalam pengukuran. Untuk
memenuhi kriteria ini, benda kerja perlu diukur menggunakan jangka sorong. Jika perlu,
pengukuran dilakukan lebih dari satu kali.
Selain ketelitian, juga harus hati-hati dalam melakukan pekerjaan ini, terutama ketika
pemotongan dengan gergaji mesin.
Tahapan pembuatan mur yaitu pemotongan besi, mengebor, mengetap, dan mengikir.
Tahapan pembuatan baut yaitu pemotongan besi, membubut, mengikir dan membuat ulir dengan
menggunakan snay.
Untuk memperoleh hasil yang baik dan halus, benda kerja perlu dikikir
Alat pisau bubut harus cukup kuat konstruksinya untuk dapat mengatasi gaya mekanis
Dalam membubut, harus memperhatikan kekuatan pisau bubut untuk memotong dan menghitung
secara teliti berapa bagian dari silinder pejal yang akan dipotong. Selain itu, pisau bubut harus
diairi agar menimbulkan panas akibat bergesekan dengan benda kerja. Bila terlalu panas pisau
bubut bisa patah.
Pada proses pengetapan, perlu diperhatikan posisi tap saat masuk ke dalam mur/ baut. Posisi tap
harus lurus sehingga jalur ulir yang dibuat bagus dan rapi.
Perlu ditambahkan sedikit oli sebagai pelumas ketika melakukan pengetapan

5.2 Saran
Sebaiknya jumlah alat dan mesin diperbanyak dan dalam kondisi yang baik sehingga dapat
praktikum berlangsung dengan baik, tertib dan cepat
DAFTAR PUSAKA
Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
Badan Standarisasi Nasional, 2013. Struktur Baja Canai Dingin, SNI 7971:2013.
Dewobroto dan Wijaya, 2009, Penggunaan Washer Khusus (Besar) Pada
Sambungan
Baja Cold Formed, Jurnal Teknik Sipil, Volume 15, Nomor 3, Universitas Pelita
Harapan, Banten.
Dewobroto, 2015, Struktur Baja, Perilaku, Analisis dan Desain-AISC 2015,
Universitas
Pelita Harapan, Banten.
Dunai dkk, 2004, Experimental Behaviour Modes Cold Formed Frame Corners,
Connection in Steel Structure V, Amsterdam.
Firmansyah, Lutfi Verdy, 2014, Pengaruh Berbagai Jenis Screw Terhadap Kuat
Tarik
dan Kuat Geser Sambungan Baja Ringan, Jurnal Rekayasa Teknik Sipil, Volume
3, No 1, hal 44-53, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya.
Handra, Nofriady, 2011, Pengaruh Posisi Terhadap Kekuatan Baut dan Gaya Geser
Ditinjau dari Morfologi Fracture Surface Sambungan Plat, Jurnal Mechanical,
Volume 2, Nomor 2, Institut Teknologi Padang, Padang..
Kulkarni.R.B dan Deshamukh.S.P, 2010, Experimental Study of Bolted
Connections
Using Light Gauge Rectangular Hallow Section, Normal Concrete and
Geopolymer concrete Infilled only at the Joints, International Journal of sciences,
Basic and Applied Research (IJSBAR), Volume 1, No 1, pp 1-21.
Nugroho, Fajar, 2014, Baja Ringan Sebagai Salah Satu Alternatif Pengganti Kayu
Pada atom/ teplon
Struktur Rangka Kuda-Kuda Ditinjau Dari Segi Konstruksi, Jurnal Momentum,
Volume 16, No 2, Institut Teknologi Padang, Padang.
Nur dan Utiarahman, 2012, Analisis Stabilitas Elemen Baja Ringan Sebagai Bahan
Alternatif Pengganti Baja Konvensional Pada Rangka Batang, Studi Kasus
Rangka Atap Gedung Fakultas Teknik UNG, Universitas Negeri Gorontalo,
Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai