Anda di halaman 1dari 10

SOP K3 PRAKTIK PENGECORAN

Standard operasional pekerjaan praktik pengecoran logam


A. Peraturan umum dalam labolatorium
Tujuan :
1. Menjaga kebersihan bengkel dan ruangan labolatorium
2. Meningkatkan kenyamanan dalam pengunaan labolatorium
3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja di ruang labolatorium bengkel
4. Mengetahui tata cara penanganan K3 di labolatorium bengkel
Peraturan umum dalam labolatorium bengkel
1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan praktikum bengkel
2. Lakukan pendampingan oleh dosen pengajar
3. Gunakan alat pelindung diri (APD) untuk mencegah darikecelakaan kerja pada
saat menggunakan labolatorium
4. Rawat alat dengan cara membersihkan
5. Jangan membawa benda yang mudah terbakar seperti korek api,gas dll ke dalam
labolatorium bengkel
6. Jangan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya api atau panas yang
berlebih ke diri sendiri atau orang lain
7. Selalu waspada terhadap bahaya api atau panas yang berlebih pada setiap aktivitas
labolatorium bengkel
8. Dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum bengkel
dan sekitar ruang praktikum bengkel
9. Dilarang merokok didalam ruang praktikum bengkel
B. Analisa bahaya
Melakukan praktik lapangan tidak bisa dihindari akan terjadi suatu kecelakaan kerja,
maka untuk menghindari dan mencegah kejadian yang dapat merugikan diri sendiri
dan orang lain maka perlu diadakan system kerja yang dapat melindungi keselamatan
dan Kesehatan Bersama. Dalam melakukan proses praktik pengecoran logam ada
beberapa resiko yang memungkikan akan terjadi, berikut adalah Analisa bahaya yang
dapat terjadi:
1. Kerja peleburan logam
a. Memasukkan logam kedalam tungku pemanas
Bahaya yang dapat timbul dalam fase ini seperti menghirup bau korosi besi,
Gerakan kerja yang berlebihan, tangan tersayat oleh ujung besi yang runcing,
terkena senyawa korosi besi,tangan atau kaki terjebit atau tertimbun bahan
kerja atau benda disekitar,mengangkat benda berlebihan.
b. Proses peleburan didalam tungku
Adanya paparan panas dari tungku pemanas yang memungkinkan
menyebabkan dehidrasi,adanya beban kerja yang berlebihan, peningkaan suhu
tubuh yang disebabkan terpapar udara panas, tumpahan baja cair,panas radiasi
dinidng dan tungku pemanas, menghirup udara baja cair,atau ceceran baja cair
yang jatuh ketanah.
c. Proses penuangan baja
Tumpahan baja cair yang dapat menyebabkan cidera permanen,menghirup
bahan kimia,gajala iritasi (batuk),percikan dan paparan baja cair,menghirup
debu partikulat baja cair,dan beban kerja berlebih.
2. Kerja pencetakan logam

a. Penuangan baja cair kedalam cetakan


Paparan panas baja cair yang langsung terkena pada pekerja pada saat
penuangan dan transportasi menggunakan ladle, tumpahan baja cair yang
memungkinkan tumpah dengan suhu diatas 1200 derajat celcius, bahaya
lainnya seperti adanya tabrakan dengan perkeja lain,ketegangan
berlebih,tumpahan baja yang berceceran.
b. Pembuatan cetakan dan pengangkatan cetakan
Terpeleset saat penuangan besi cair, cidera pada tubuh, luka bakar yang
disebabkan karena percikan baja cair ke kaki, cidera kakai terkena benda
tumpul.
c. Proses pembongkaran cetakan
Gerakan tubuh yang berlebihan, debu partikulat baja,debu partikulat pasir
cetak,tergencet baja.

3. Kerja finishing dan storage


a. Finishing : bentuk,ukuran, dan pengecatan
Terkilir,menghirup bahan cat berdampak pada saluran pernafasan, Gerakan
tubuh yang berlebihan dan tidak ilmiah
b. Angkat dan angkut
Tindakan kerja yang tidak profesioanl seperti Gerakan berlebihan dan tidak
ilmiah.terkilir dan terpeleset.

C. Standard APD (alat pelindung diri)


Kerja labolatorium harus memenuhi standard K3 yang sudah ditentukan dalam
peraturan perundang undangan. Dalam hal ini berikut APD ( alat pelindung diri) yang
sesuai standard.
1. Helm safety

Gambar 1. 1 helm safety


Cara memilih safety helmet yang tepat:

1. Pilih safety helmet yang nyaman saat digunakan, misalnya suspensi dan
bantalan di dalam helm menawarkan kenyamanan maksimal
2. Pilih safety helmet yang terbuat dari material kuat dan ringan, misalnya
material komposit atau plastik ABS
3. Pilih safety helmet sesuai standar ANSI dan CSA. Anda bisa memilih tipe
dan kelas safety helmet sesuai tingkat dan jenis bahaya di area kerja Anda
4. Pilih safety helmet yang memungkinkan penggunanya dapat
menyesuaikan ukuran dan posisi sesuai kenyamanannya sendiri. Misalnya
tersedia fitur bantalan di sekitar dahi atau gaya ratchet helm yang dapat
diubah-ubah sesuai ukuran kepala pekerja.
5. Pilih safety helmet yang kompatibel dengan aksesori alat pelindung diri
lain, seperti pelindung mata dan wajah atau pelindung telinga

2. Kacamata

Gambar 1. 2 kacamata safety


1. terdapat pada lensa atau bingkai kacamata keselamatan menunjukkan
pengujian benturan massa tinggi (high mass impact) atau pengujian
benturan kecepatan tinggi (high-velocity impact).
2. nomor skala menunjukkan jumlah transmisi cahaya tampak yang dapat
diterima oleh lensa. semakin tinggi persentase maka semakin banyak
jumlah cahaya tampak yang diterima lensa dan sebaliknya.
3. nomor filter peneduh (filter shade) menunjukkan tingkat perlindungan
untuk pekerjaan pengelasan. semakin tinggi angka, maka semakin gelap
filter pada pelindung mata dan wajah untuk pengelasan. Sementara untuk
filter gelap otomatis pada pelindung mata dan wajah untuk pengelasan.
4. skala penomoran menunjukkan tingkat perlindungan terhadap sinar UV.
semakin tinggi skala, maka semakin besar juga tingkat perlindungan
terhadap sinar UV.
5. kacamata keselamatan anti-kabut ini ditandai dengan huruf “X” pada
lensa. Tanda “X” ini menunjukkan apakah lensa pada kacamata
keselamatan telah lulus uji anti-kabut dan dapat menahan kabut.
3. Masker

Gambar 1. 3 masker safety


Respirator atau masker digunakan pada pekerjaan yang memiliki potensi
terpaan debu, asap, uap, atau gas beracun. Untuk melindungi diri dari
paparan debu dapat menggunakan masker sekali pakai yang terbuat dari
katun, kasa, maupun kertas. Sedangkan untuk melindungi diri dari paparan
uap, asap, maupun gas beracun dapat menggunakan respirator.
4. Face shield

Gambar 1. 4 face shield


Face shield harus digunakan saat melakukan pekerjaan yang spesifik , dan
membahayakan wajah pekerja seperti pengelasan, pemotongan, dan
penggerindaan. Umumnya, safety shield digunakan bersamaan dengan safety
glasses sehingga saat face shield diangkat, mata pekerja masih tetap
terlindungi dari paparan debu atau partikel lainnya
5. Waerpack

Gambar 1. 5 wearpack
Waerpack atau baju bengkel adalah salah satu apd yang penting dalam
seragam ini baju ii dirancang khusus untuk menghadapi lingkungan kerja yang
cukup berat. Baju ini terbuat dari katun yang cukup tebal dan di desain untuk
kepentingan bengkel.
6. Apron

Gambar 1. 6 apron
Apron berfungsi untuk melindungi bagian depan tubuh dari percikan bahan
kimia, minyak, maupun bahan-bahan berbahaya lainnya saat melakukan
aktivitas pekerjaan. Apron umumnya menutupi bagian depan tubuh hingga
lutut.
7. Sepatu safety

Gambar 1. 7 sepatu safety


Panduan memilih sepatu safety
1. Pastikan sepatu berbahan komposit unutk melindungi kaki dan jari kaki
dari benda jatuh dan berat
2. Sepatu harus dapat melindungi telapak kaki dan menutupi bagian kaki
bawah
3. Sol yang ada di bagian bawah sepatu harus kuat dan anti slip
4. Sol sepati harus kuat dengan ketahanan asam dan bahan kimia
5. Pastikan sepatu dapat kuat dengan ketahanan suhu panas dan suhu dingin

8. Penutup telinga

Gambar 1. 8 penutup telinga


Alat pelindung telinga wajib digunakan saat melakukan aktivitas pekerjaan
dengan paparan kebisingan >85 dB selama 8 jam. Alat pelindung telinga ini
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu earplug dan earmuff. Earplug umumnya terbuat
dari bahan karet atau plastik lunak yang dimasukkan ke liang telinga.
Sedangkan earmuff adalah penutup telinga secara keseluruhan yang
digunakan dengan mengaitkannya di kepala. Earmuff terbuat dari bahan yang
dilapisi plastik atau bahan yang lebih lunak serta lembut.
D. Prosedur inspeksi kerja
Setiap proses dalam labolatorium dibangun untuk kegiatan belajar yang bersifat
praktik secara fisik setelah mengikuti pembelajaran materi didalam kelas. Namun
untuk penggunaan labolatorium akan dibentuk aturan dan system untuk menjaga
ketertiban sebagai bentuk menciptakan suasana belajar dan pembelajaran yang baik
dan aman sesuai prosedur K3.
Objek yang harus di inspeksi kerja adalah hal yag dapat menimbulkan kecelakaan
kerja dan berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja atau kerugian perusahaan.
Bahaya yang berpotensi menimbulkan cedara di tempat kerja meliputi :
 Bahaya berpotensi menimbulkan cidera dalam tempat kerja seperti:
 Bahaya biologi, yang disebabkan organisme seperti virus,
bakteri,jamur dan parasite.
 Bahaya kimiawi, disebabkan oleh uap, cairan,gas,debu,kabut atau asap.
 Bahaya ergonomis,disebabkan Gerakan berilang,postur yang salah saat
bekerja, metode bekerja tidak tepat, atau desain posisi kerja dan alat
tidak dirancang dengan baik
 Bahaya fisik, seperti kebisingan,getaran, suhu, ekstrem, dan
pencahayaan
 bahaya psikososisal, mempengaruhi mental kerja seperti kerja
berlebihna dan stress
 Penerapan peraturan perundang -undangan di bidang K3 dan standard yang
berkaitan dengan bahaya, tugas -tugas, proses produksi tertentu, alat pelindung
diri, dll
 Masalah K3 yang terjadi seblumnya meskipun risikonya kecil juga perlu
dipertimbangkan.
i. Prosedur persiapan inspeksi kerja
inspeksi kerja didalam labolatorium praktikum mata kuliah pengecoran logam.
Sebelum diadakan praktikum dilaksanakan, tahapan yang harus dilakukan
adalah:
1) Pelaksanaan inspeksi sesuai jadwal dan tim inpeksi kerja
2) Siapkan peta inspeksi kerja
3) Persiapkan jalur yang akan dilewati sesuai kesepakatan Bersama di
denah kerja
4) Lihat laporan inspeksi sebelumnya, termasuk data kecelakaan kerja bila
terjadi
5) Laporkan pemeliharaan peralatan yang ada dalam labolatorium
6) Siapkan daftar hal apa saja yang akan di inspeksi
7) Fokuskan inspeksi pada APD (alat pelindung diri) selama inspeksi
belangsung
ii. Tahapan pelaksanaan inspeksi kerja
Setelah tahapan inspeksi maka tim isnpeksi dapat melaksanakan inspeksi ke
dalam lapangan kerjalabolatorium. Berikut cara melakukan inspeksi kerja
dalam labolatorium:
1) Konfirmasi penanggung jawab lokasi yang akan diinspeksi mengenai
jadwal inspeksi kepada supervisor
2) Lakukan inspeksi seuai peta denah lokasi kerja labolatorium
3) Amati rangkaian proses kerja K3 dalam labolatorium pastikan tidak ada
pelanggaran terkait standard K3.
4) Amati Tindakan dan perilaku setipa pekerja untuk memastikan mereka
mematuhi standard K3.
5) Mengumpulkan data dan memeriksa sesuai data inspeksi yang sudah
dibuat. Data yang dikumpulkan harus bersifat objektif dan permanen
tidak boleh adanya pertimbangan ulang setelah jadwal inspeksi. Jika
kemudian ada yang harus dirubah lakukan sebelum inspeksi sebelumnya.
Misalnya : mengenai prosedur kerja yang kurang efektif.
6) Lakukan perbaikan sementara bila melihat adanya potensi bahaya dalam
lapangan jika hal itu membutuhkan perubahan darurat dan sementara.
Namun jika hal itu potensi berbahaya maka segera laporkan kepada
supervisor agar segera diperbaiki.
iii. Tahapan pencatatan hasil observasi
Inspeksi kerja dalam lapangan sudah dilakukan maka lagkah selanjutnya
perkerja inspeksi kerja melaksanakan tahapan pencatatan hasil observasi.
Untuk tahap ini harus menjadi perhatian supervisor saat melakukan tahapan
inspeksi kerja adalah sebagai berikut :
1) Perkirakan besar konsekuensi yang dapat mengakibatkan resiko dan
bahay bila terjadi kecelakaan kerja. Kelompokkkan bahaya dalam
empat kategori seperti : katastropik,kritis,kecil dan ringan

Kategori Jenis bahaya Keterangan


konsekuensi bahaya
I katastropik Dapat menyebabkan
kematian atau
kehilangan
kemampuan
II Kritis Dapat mengakaibatkan
cedera atau kerusakan
serius berat pada asset
perusahaan
III Kecil/ ringan Dapat mengakibatkan
cedera ringan
mengakibatkan
kehilangan waktu
kerja dan kerusakan
ringan pada asset
perusahaan
IV Dapat diabaikan Kemungkinan tidak
mengakibatkan
hilangnya waktu
kerja,tetapi
pelanggaran dalam
kriteria tertentu

2) Perkirakan kemungkinan yang terjadi kecelakaan dan potensi bahaya


yang muncul dapat cepat menggambil keputusan dan rencanakan
Tindakan pencegahan.
Berikut kelompok potensi bahaya :
a) Cenderung segera terjadi
b) Kemungkinan terjadi
c) Kemungkinan terjadi dalam skala kecil dan waktu tertentu
d) Cenderung tidak terjadi dan dapat diabaikan
iv. Tahapan pelaporan
1) Laporan dalam keadaan darurat
Laporan ini mencakup bahaya kritis dan harus dibuat sebelum
kecelakaan kerja terjadu atau sesaat sesudah inspeksi K3. Kategori
bahaya yang dilaporkan adalah bahaya katastropik (menyebabkan
kematian), laporan harus segera dibuat sebelum kecelakaan terjadi atau
sewaktu waktu stelah inspeksi K3 dilaksanakan.
2) Laporan berkala
Laporan mengenai potensi bahaya, meskiun tidak dalam keadaan kritis.
Laporan akan dibuat sesuah pelaksanaan inspeksi K3. Keadaan bahaya
yang masuk dalam kategori darurat. Laporan ini dapa dibuat dalam
waktu 24 jam setelah inspeksi berlangsung.
3) Laporan ringkas
Pelaporan berupa kesimpulan ringkas dari semua laporan terdahulu
sebelum pelaksaan inspeksi K3 terbaru.
E. Prosedur Pelaporan dan penyelidikan insiden
1. Pihak yang bertanggung jawab :
 Direktur sebagai penanggung jawab atas proses pemantauan system
pelaporan dan penyeledikan kecelakaan
 koordinator lapangan bertanggug jawab:
 menerima laporan atas insiden dalam wilayah operasionalnya.
 Mengumpulkan informasi
 Melakukan penyelidikan
 Mencatatn dan mendokumentasikan setiap kejadian
 Mensosialisasikan hasil penyelidikan
2. Prosedur pelaksanaan pelaporan
a) Pelaporan insiden,kecelakaan, pelaporan dapat secara langsung melalui
alat komunikasi langsung saat insiden terjadi, batas waktu pelaporan 1 kali
24 jam setelah insiden terjadi, pelapor insiden mengisi formular laporan
insiden dan kecelakaan kerja.
b) Investifigasi dan penyelidikan
c) Melaporkan departemen terkait
3. Flowchart alur pelaporan insiden kecelakaan kerja
membuat membuat membentuk
laporan pengumpulan
laporan investifigasi tim
kecelakaan infomasi
kecelakaan kecelakaan investifigasi

tindakan rekomendasi analisis


perbaikan tindakan faktor
dijalankan perbaikan penyebab

Anda mungkin juga menyukai