Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PENGENDALIAN MUTU

ZERO DEFECTS

Jodi Surya Gustanto. 4214010011

PROGRAM STUDI TEKNIK MANUFAKTUR


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2017
Zero Defects
Dahulu, hampir semua orang berpikr bahwa kualitas yang baik dapat dicapai
dengan melakukan pemeriksaan ketat. Para inspektur memilih dan memisahkan
antara barang yang layak dan tidak layak. Namun Crosby menemukan kelemahan
dalam pemikiran tersebut. Ia berpikir, kesempurnaan hasil produksi tidak bisa
dicapai hanya dengan pemeriksaan, tapi harus ada pencegahan. Jika dalam proses
ditemukan potensi cacat atau kualitas hasil yang buruk, maka harus ada tindakan
pencegahan untuk menjaga kualitas hasil tetap bagus. Untuk mencapai zero defects
dan menjaga kualitas, proses adalah sesuatu yang harus mendapat banyak
perhatian. Inilah warisan Crosby untuk dunia industri global.

Menurut Philips B. Crosby  definisi kualitas adalah "Zero Defects", yaitu


kesesuaian seratus persen dengan spesifikasi produk. Crosby juga menyatakan
bahwa manajemen perusahaan harus mengambil biaya kualitas sebagai bagian dari
sistem keuangan.

Menurut Crosby mutu itu merupakan sesuatu yang gratis. Caranya adalah
melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan segala sesuatunya dengan
benar dari sejak awal, sehingga kesalahan, kegagalan, pemborosan, penundaan
waktu, serta semua hal yang tidak bermutu lainnya dapat dihilangkan. Dengan
adanya kemauan dari institusi, maka hal-hal tersebut merupakan hal dapat
diwujudkan. Ide seperti itulah yang menjadi dasar pemikiran “tanpa cacat” atau
yang sering kali kita dengan dengan istilah “zero defect”.

Zero defect merupakan kontribusi pemikiran Crosby yang kontroversial


mengenai mutu. Ide ini melibatkan penempatan sistem pada sebuah wilayah yang
memastikan bahwa segala sesuatuya dikerjakan dengan benar dari sejak awal.
Dalam konteks bisnis, Crosby berpendapat bahwa zero defect akan meningkatkan
keuntungan dan penghematan biaya. Seperti “quality gurus” lainnya, Crosby telah
berusaha keras menekankan bahwa “zero defect” merupakan sebuah hal yang
mungkin untuk diwujudkan, walaupun memang sangat sulit

Zero defect tidak mengartikan bahwa kesalahan tidak pernah terjadi, namun
bertujuan untuk menekan dan meminimalkan jumlah cacat maupun kesalahan yang
terjadi dalam sebuah proses, dan melakukan segala sesuatunya dengan benar dari
sejak awal. Tujuan utamanya adalah untuk menekan tingkat kecacatan sampai
dengan nol.

Philip Crosby meyakini bahwa manajemen memegang peranan penting dalam


pengendalian mutu, yaitu dengen berperan sebagai sebagai penanggung jawab
utama dan para pekerja hanyalah mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh
manager mereka. Apabila terdapat kualitas produk yang jelek, maka para manajer-
lah yang harus bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi terhadap produk
tersebut.
Crosby menggambarkan empat hal yang mutlak pada manajemen mutu yang lebih
dikenal dengan The Four Absolutes of Quality Management yang antara lain
menekankan:
1. Mutu digambarkan sebagai kesesuaian dengan persyaratan, bukan
sebagai “kebaikan” atau “kerapihan” Kesepakatan akan kebutuhan-
kebutuhan ini berada diantara segala sesuatu yang terlibat dalam proses.
Ini merupakan sebuah bagian penting dalam mempertahankan sebuah
kualitas jasa. Ketika kebutuhan kebutuhan tersebut telah ditentukan
secara jelas, proses untuk memeriksa apakah segala sesuatunya telah
terpenuhi akan menjadi mungkin.

2. Sistem yang menghasilkan mutu adalah “pencegahan”, bukan


“pemeriksaan” Gagasan yang diberikan Crosby adalah dengan
melakukan tindakan pencegahan, yaitu melakukan segala sesuatu dengan
benar dan berkelanjutan dari sejak awal. Dengan demikian maka
kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan pemborosan waktu serta semua
hal yang tidak bermutu lainnya dapat dihilangkan jika ada kemauan dari
institusi untuk mencapainya.
3. Zero defect merupakan standar mutu Pada prinsip yang ketiga ini,
Philip Crosby menegaskan bahwa standar kerja adalah “zero defect”,
sesuatu yang sempurna tanpa cacat.

4. Pengukuran dari mutu adalah harga ketidaksesuaian dan bukan


indeks. Crosby menekankan bahwa ada harga yang harus dikeluarkan
untuk setiap kesalahan yang terjadi. Harga tersebut diantaranya meliputi
waktu pengecekan, pengerjaan ulang, material serta biaya pekerja yang
terbuang sia-sia, pendapatan yang seharusnya dapat diterima dan biaya
yang dikeluarkan karena kekecewaan yang dirasakan oleh konsumen.
Selain itu, sering kali kesalahan yang terjadi juga mengakibatkan
terjadinya penundaan waktu pada area kerja lain. Dalam industry jasa,
Crosby memperkirakan bahwa biaya yang ditimbulkan dari kesalahan
tersebut dapat mencapai 40% dari budget tahunan.

Crosby’s 14 Step to Quality Management


Crosby memperkenalkan 14 langkah untuk perbaikan kualitas, Yaitu:
 Management Commitment – inisiatif mutu haruslah diperlihatkan oleh top
level manajemen, serta dikomunikasikan dalam sebuah kebijakan mutu yang
singkat, jelas dan dapat dicapai.
  The Quality Improvement Team - tim peningkatan kualitas memiliki
tugas untuk mengatur serta mengarahkan program yang akan
diimplementasikan melalui institusi, namun tugas untuk
mengimplementasikanya merupakan tanggung jawab tim dalam masing-
masing bagian.
 Quality Measurement - pengukuran mutu diperlukan untuk mengukur
ketidaksesuaian yang terjadi maupun yang akan terjadi dengan cara
melakukan evaluasi dan perbaikan.
 Cost Of Quality - biaya mutu terdiri dari biaya kesalahan, biaya kerja ulang,
biaya pembongkaran, biaya inspeksi, dan biaya pemeriksaan.
 Quality Awareness - merupakan langkah untuk menumbuhkan kesadaran
akan setiap orang dalam institusi. Informasi mengenai program yang
dilakukan untuk peningkatan kualitas haruslah dikomunikasikan
 Corrective Action - tindakan perbaikan dilakukan untuk mengatasi
masalah-masalah mutu yang terjadi. Untuk menentukan masalah mana yang
harus ditangani terlebih dahulu, Crosby menganjurkan untuk menggunakan
aturan Pareto. Masalah besar ditangani terlebih dahulu, baru kemudian
diikuti dengan masalah-masalah lainnya.
 Zero Defect Planning - merupakan salah satu cara untuk menyoroti proses
peningkatan mutu. Program ini harus diperkenalkan dan dipimpin oleh
quality improvement team yang juga bertanggung jawab terhadap
implementasinya.
 Supervisor Training - merupakan pelatihan yang diberikan agar para
supervisor dapat memahami peranan mereka dalam proses peningkatan
kualitas
 Zero Defect Day - ini merupakan kegiatan sehari penuh yang digunakan
untuk memperkenalkan ide-ide tanpa cacat. Zero defect day juga merupakan
bentuk komitmen manajemen terhadap metode tersebut
 Goal Setting - setelah diimplementasikan dibidang bisnis, langkah
selanjutnya adalah mengajak karyawan dan atasan dibagian tersebut untuk
menetapkan tujuan yang hendak dituju secara spesifik dan terukur.
 Error Causal Removal - mendorong komunikasi karyawan dengan
manajemen mengenai rintangan dan tantangan dalam membangun mutu.
 Recognition - Crosby menyatakan akan pentingnya untuk memberikan
apresiasi kepada mereka yang berpartisipasi dalam hal peningkatan mutu.
 Quality Council - ini merupakan struktur institusional yang juga dianjurkan
oleh Juran . Mengikut sertakan tenaga professional mutu untuk menentukan
bagaimana masalah dapat ditangani dengan tepat dan baik adalah salah satu
langkah penting. Bagian dari peran kualitas adalam mengawasi efektifitas
program dan menjamin bahwa proses peningkatan tersebut terus menerus
berlanjut.
 Do It Over Again - program mutu merupakan proses yang dilakukan secara
berkelanjutan tanpa akhir yang berarti memulai lagi dari awal dan lagi.

Anda mungkin juga menyukai