Anda di halaman 1dari 15

2.

1 Definisi Fisiologi
Berdasarkan objek kajiannya dikenal fisiologi manusia, fisiologi
tumbuhan, dan fisiologi hewan, meskipun prinsip fisiologi bersifat universal,
tidak bergantung pada jenis organisme yang dipelajari. Sebagai contoh,
apa yang dipelajari pada fisiologi sel khamir dapat pula diterapkan
sebagian atau seluruhnya pada sel manusia (Wignjosoebroto, 1993).
Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa fisiologi adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang
fungsi normal dari suatu organisme mulai dari tingkat sel, jaringan, organ,
sistem organ hingga tingkat organisme itu sendiri. Fungsi yang dipelajari
adalah fungsi kerja yang meliputi fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari
makhluk hidup (Wignjosoebroto, 1993).

2.2 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja


Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode
untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat
digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan
menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG). Peralatan tersebut
jika tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual
memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Dengan
metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

Kepekaan denyut nadi terhadapa perubahan pembebanan yang diterima


tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan
perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik,
fisik maupun kimiawi (Oemijati, 1995). Grandjean (2000) juga menjelaskan
bahwa konsumsi energi sendiri tidak cukup unutk mengestimasi beban
kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kJ yang
dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban
statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang
dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut
nadi lebih mudah dan dapat untuk menghitung indek beban kerja. Astrand
& Rodahl (1997); Rodahl (1989) menyatakan bahwa denyut nadi
mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan oksigen pada
waktu kerja. Salah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut
nadi adalah dengan merasakan denyutan pada arteri radialis di
pergelangan tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari
beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean (2000). Berikut
merupakan denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik :
1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai.
2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
3. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting
dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum.
Manuaba (1996) menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan
peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum karena beban kardiovaskular (cardiovascular load = % CVL )
yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Denyut nadi maksimum = 220 – umur (Astrand and Rodahl, 1977). Hasil
perhitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi
seperti jika X ≤ 30 % maka tidak terjadi kelelahan, jika 30 < X ≤ 60 % maka
diperlukan perbaikan, jika 60 < X ≤ 80 % maka kerja dalam waktu singkat,
jika 80 < X ≤ 100 % maka diperlukan tindakan segera, jika X > 100 % maka
tidak diperbolehkan beraktivitas.

2.3 Pengukuran Konsumsi Energi dan Konsumsi Oksigen


Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan
erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya
ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan pengukuran tekanan
darah, aliran darah, komposisi kimia dalam darah, temperatur tubuh,
tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru-paru.
Penentuan konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks kenaikan
bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan
antara kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan
kecepatan denyut jantung pada saat istirahat. Untuk merumuskan
hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan heart rate (denyut
jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy
expediture dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan
analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut
jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai
berikut (dian.staff.gunadarma.ac.id, 26 Mei 2014) :

Y = 1,80411 – 0,0229038X + 4,71733.10-4X2

Dimana:
Y : Energi (kilokalori per menit)
X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
Besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk
energi. Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam
bentuk matematis sebagai berikut :

KE = Et – Ei

Dimana :
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit)
Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)
Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit)
Perhitungan kosumsi oksigen dilakukan untuk mengetahui besaran
konsumsi oksigen yang dibutuhkan operator. Berikut merupakan rumus
untuk mencari besaran konsumsi oksigen yang dibutuhkan operator:

KO2 = KE : 4,8

1. Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur


Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur
konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka
tubuh akan mendapatkan 4,8 kcal energi (dian.staff.gunadarma.ac.id, 26
Mei 2014).

Dimana :

R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)


T : Total waktu kerja dalam menit
B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)
2. Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung (heart rate)
Denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan,
maka recovery (waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan
dengan beban kerja. Keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai
waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis.
Murrel membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai
kompensasi dari pekerjaan fisik (dian.staff.gunadarma.ac.id, 26 Mei 2014):

Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
W : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S : Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam
kkal/menit
(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)
Nilai pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam
kkal/menit (S) dapat dicari dengan rumus interpolasi. Berikut merupakan
rumus interpolasi:
........................... 2.8
Perhitungan konsumsi energi dan konsumsi oksigen jika data denyut
jantung berkelompok, maka harus mencari nilai rata-rata denyut jantung
ketika kerja dan istirahat. Berikut merupakan rumus untuk mencari nilai
rata-rata denyut jantung ketika kerja dan istirahat:

2.4 Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologi


Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan
jelas definisinya. Pengukuran fisiologis dapat digunakan untuk
membandingkan cost energi pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu
standar dengan pekerjaan serupa yang tidak standar, tetapi perundingan
harus dibuat untuk orang yang sama. Dr. Lucien Broucha telah membuat
tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi Fisiologi, untuk menentukan
berat ringannya pekerjaan (apk.lab.uii.ac.id, 26 Mei 2014) :
Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Kerja dalam Reaksi Fisiologi
Oxygen Energy Heart Rate
Work Load Consumtion Expenditure during Work
(liter/min) (cal/min) (Beats/min)
Light 0.5 – 1.0 2.5 – 5.0 60 – 100
Moderete 1.0 – 1.5 5.0 – 7.5 100 – 125
Heavy 1.5 – 2.0 7.5 – 10.0 125 – 150
Very Heavy 2.0 – 2.5 10.0 – 12.5 150 – 175

2.5 Tingkat Energi


Terdapat tiga tingkat kerja fisiologis yang umum yaitu istirahat, limit
kerja aerobik dan kerja anaerobik. Pada tahap istirahat pengeluaran energi
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut tingkat
metabolisme basa. Hal tersebut mengukur perbandingan oksigen yang
masuk dalam paru-paru dengan karbondioksida yang keluar. Berat tubuh
dan luas permukaan merupakan faktor penentu yang dinyatakan dalam
kalori/area permukaan/jam. Rata-rata manusia mempunyai berat 65 kg dan
mempunyai luas permukaan 1,77 meter persegi memerlukan energi
sebesar 1 kilokalori permenit. Kerja disebut aerobik bila suplay oksigen
pada otot sempurna, sistem akan kekurangan oksigen dan kerja menjadi
anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologi yang dapat
ditingkatkan melalui latihan (apk.lab.uii.ac.id, 26 Mei 2014).
Tabel 2.2 Klasifikasi Beban Kerja
Tingkat Energy Expenditur Detak Jantung Konsumsi
Pekerjaan Oksigen
KKal / Menit Kkal / 8 Jam Detak / Menit Liter / Menit
Unduly Heavy > 12,5 > 6000 > 175 > 2,5
Very Heavy 10,0 – 12,5 4800 - 6000 150 – 175 2,0 – 2,5
Heavy 7,5 – 10,0 3600 - 4800 125 – 150 1,5 – 2,0
Moderete 5,0 – 7,5 2400 - 3600 100 – 125 1,0 – 1,5
Light 2,5 – 5,0 1200 - 2400 60 – 100 0,5 – 1,0
Very Light < 2,5 < 1200 < 60 < 0,5

2.6 Fatigue atau Kelelahan


Fatigue adalah kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot
manusia sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Semakin
berat beban yang dikerjakan dan semakin tidak teraturnya pergerakan,
maka timbulnya fatigue akan semakin cepat. Seseorang yang bekerja pada
tingkat energi diatas 5,2 kkal per menit, maka pada saat itu timbul rasa
lelah. Menurut Murrel (1965) manusia masih mempunyai cadangan
sebesar 25 kkal sebelum munculnya asam laktat sebagai tanda saat
dimulainya waktu istirahat. Cadangan energi akan hilang jika manusia
bekerja lebih dari 5,0 kkal per menit. Selama periode istirahat, cadangan
energi tersebut dibentuk kembali. Timbulnya fatigue ini perlu dipelajari
untuk menentukan kekuatan otot manusia, sehingga kerja yang akan
dilakukan atau dibebankan dapat disesuaikan dengan kemempuan otot
tersebut.
Ralph M Barnes (1980) menggolongkan kelelahan ke dalam 3
golongan tergantung dari mana hal ini dilihat yaitu: pertama merasa lelah,
kedua kelelahan karena perubahan fisiologi dalam tubuh, dan ketiga
menurunkan kemampuan kerja. Ketiga tersebut pada dasarnya
berkesimpulan sama yaitu bahwa kelelahan terjadi jika kemampuan otot
telah berkurang dan lebih lanjut lagi mengalami puncaknya bila otot
tersebut sudah tidak mampu lagi bergerak (kelelahan sempurna).
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue
Pada hakekatnya kekuatan dan daya tahan tubuh ini tidak hanya
dipengaruhi oleh otot saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
subyektif. Berikut merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi fatigue (apk.lab.uii.ac.id, 26 Mei 2014):
a. Besarnya tenaga yang diperlukan
b. Kecepatan
c. Cara dan sikap melakukan aktivitas
d. Jenis olah raga
e. Jenis kelamin
f. Umur
2. Cara mengukur fatigue
Ada beberapa cara untuk mengukur fatigue. Berikut merupakan beberapa
cara untuk mengukur fatigue (apk.lab.uii.ac.id, 26 Mei 2014):
a. Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernafasan.
b. Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah
oksigen yang dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, temperatur badan,
komposisi kimia dalam urine dan darah.
c. Menggunakan alat penguji kelelahan Riken Fatigue Indikator dengan
ketentuan pengukuran elektroda logam melalui tes variasi perubahan air
liur (saliva) karena lelah.

Fisiologi Kerja
 Definisi
Fisiologi atau Ilmu Faal adalah salah satu dari cabang ilmu biologi yang mempelajari
berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah "fisiologi" berasal dari bahasa Belanda, physiologie,
yang dibentuk dari dua kata Yunani Kuno, yaitu physis yang berarti "asal-usul" atau "hakikat"
dan logia, yang berarti "kajian". Istilah "faal" sendiri diambil dari bahasa Arab, berarti
"pertanda", "fungsi", "kerja". Sehingga fisiologi adalah ilmu yang menggunakan berbagai
metode untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara
keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan.
Sedangkan Fisiologi Kerja merupakan suatu studi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja. Fisiologi Kerja adalah ilmu yang
mempelajari fungsi atau faal tubuh manusia pada saat bekerja dan merupakan dasar
berkembangnya ergonomi. Dengan diketahuinya fisiologi kerja diharapkan mampu meringankan
beban kerja seorang pekerja dan meningkatkan produktivitas kerja.
 Kerja Fisik
Kerja fisik atau physical work adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia
sebagai sumber tenaga atau power. Kerja fisik sering disebut sebagai “Manual Operation” di
mana performansi kerja sepenuhnya akan tergantung pada manusia, baik yang berfungsi sebagai
sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja (control). Dalam hal kerja fisik ini, konsumsi
energi (energy consumption) merupakan faktor utama dan tolak ukur sebagai penentu berat atau
ringannya kerja fisik tersebut.
Aktivitas otot yang akan mengubah fungsi-fungsi faal dalah tubuh adalah sebagai berikut.
 Denyut jangtung.
 Tekanan darah.
 Keluaran atau output jantung (liter darah/menit).
 Komposisi kimia dalam darah dan tubuh.
 Temperatur tubuh.
 Laju penguapan.
 Ventilasi paru-paru (liter darah/menit).
 Konsumsi oksigen (O2) oleh otot.
Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat dengan konsumsi energi.
Setiap kegiatan yang berlangsung pada diri manusia membutuhkan energi. Untuk melakukan
semua kegiatan manusia diperlukansupplay energi. Energi terbentuk karena adanya proses
metabolisme dalam otot, yaitu berupa serangkaian proses kimia yang mengubah bahan makanan
menjadi dua bentuk energi. Kedua bentuk energi tersebut adalah energi mekanis dan energi
panas. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu
dengan 2 cara sebagai berikut.
1. Pengukuran Kecepatan Denyut Jantung
Derajat beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi, akan
tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Sejumlah
konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif
terhadap sejumlah besar otot. Penlitian yang dilakukan oleh Astrand (1977) dan Christensen
(1991) menemukan bahwa pengeluaran energi dari tingkat denyut jantung dan menemukan
adanya hubungan langsung antara keduanya. Tingkat pulsa dan denyut jantung per menit dapat
digunakan untuk menghitung pengeluaran energi (Retno Megawati, 2003). Secara lebih luas
dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung dan pernapasan dipengaruhi oleh tekanan
fisiologis, tekanan oleh lingkungan, atau tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga faktor
tersebut memberikan pengaruh yang sama besar. Pengukuran berdasarkan kriteria fisiologis ini
bisa digunakan apabila faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dapat diabaikan atau situasi
kegiatan dalam keadaan normal.
Pengukuran denyut jantung dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan tangan.
2. Mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop.
3. Menggunakan ECG (Electrocardiograph), yaitu mengukur signal elektrik yang diukur dari otot
jantung pada permukaan kulit dada.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting didalam peningkatan
cardio output dari istirahat samapi kerja maksimum (Rodahl, 1989), didefinikan sebagai Heart
Rate Reserve (HR Reserve). HR Reserve tersebut diekspresikan dalam presentase yang dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Lebih lanjut, penentuan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang
dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler
(cardiovasiculair atau %CVL) yang dihitung berdasarkan rumus di bawah ini (Manuaba dan
Vanwonterghem, (1996).
Di mana denyut nadi maskimum adalah 220 dikurangi usia untuk laki-laki dan 200
dikurangi usia untuk wanita. Dari perhitungan %CVL tersebut, kemudian akan dibandingkan
dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut.

Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi
kuadratis dengan persamaan sebagai berikut.

Di mana,
Y : Energi (kilokalori/kkal per menit).
X : kecepatan denyut jantung (denyut per menit).

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka
konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat dituliskan dalam bentuk energi, maka
konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat dituliskan dalam bentuk sebagai berikut.

Di mana,
KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kkal / menit).
Et : Pengeluaran energi pada saat waku kerja tertentu (kkal / menit).
Ei : Pengeluaran energi pada saat waktu istirahat (kkal / menit).

Jika denyut jantung dipantau selama istirahat, maka waktu pemulihan untuk beristirahat
meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai
waktu istirahat yang cukup sehingga mengalami kelelahan yang kronis. Formulasi untuk
menentukan waktu istirahat (Time Rest) sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik adalah sebagai
berikut.
Di mana,
TR = Waktu istirahat yang dibutuhkan (menit).
T = Total waktu kerja (menit).
S = Pengeluaran energi cadangan yang direkomendasikan (kkal / menit), biasanya 4 atau 5
kkal / menit.
K= konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kkal/mnt).

Sedangkan rumus untuk mengukur waktu kerja (Time Work) sendiri adalah sebagai
berikut.

Di mana,
TK = Waktu kerja (menit).
K= konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kkal/mnt).

2. Pengukuran Konsumsi Oksigen (O2)


Besarnya pengeluaran energi sebagai akibat kerja fisik sangat berkaitan dengan konsumsi
energi. Satuan pengukuran konsumsi energi adalah kilokalori (kkal). 1 kkal sama dengan jumlah
panas yang dibutuhkan untuk menaikkan tempertaur 1 liter air dari 14,5°C menjadi 15,5°C.
Energi yang dikonsumsikan seringkali bisa diukur secara langsung yaitu melalui konsumsi
oksigen (O2) yang dihisap. Volume oksigen yang dibutuhkan saat bekerja dapat dipakai sebagai
dasar menentukan jumlah kalori yang diperlukan selama kerja, 1 liter oksigen sama dengan 4,7–
5 Kkal (McCormick).Pendapat lain mengatakan, 1 liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka
tubuh akan mendapatkan 4,8 KKal energi yang merupakan nilai kalori suatu oksigen
(Nurmianto). Volume oksigen yang digunakan tersebut dihitung dengan cara mengukur volume
udara ekspirasi dan kemudian kadar oksigennya ditentukan dengan teknik sampling. Dengan
mengetahui temperatur dan tekanan udaranya, maka volume oksigen yang digunakan dapat
dihitung.
Proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh manusia merupakan fase yang
penting sebagai penghasil energi yang diperlukan untuk kerja fisik. Proses metabolisme ini bisa
dianalogikan dengan proses pembakaran yang kita jumpai dalam mesin motor bakar (combustion
engine). Lewat proses metabolisme akan dihasilkan panas dan energi yang diperlukan untuk
kerja mekanis lewat sistem otot manusia. Di sini zat-zat makanan akan bersenyawa dengan
oksigen (O2) yang dihirup, terbakar dan menimbulkan panas serta energi mekanik.
Proses Metabolisme Dalam Tubuh Manusia
Laju metabolisme tubuh dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut.
 Usia
Kecepatan metabolisme memang berkurang sejalan dengan bertambahnya usia.
 Jenis Kelamin
Wanita memiliki metabolisme yang lebih rendah daripada pria. Rata-rata pria memiliki proporsi
tulang, organ, dan otot yang lebih besar dibandingkan wanita. Jadi tak heran jika metabolisme
pria pun lebih besar.
 Komposisi
Tubuh Orang dengan berat badan normal dan memiliki banyak otot mempunyai metabolisme
yang lebih tinggi dibandingkan orang gemuk yang memiliki banyak lemak.
 Iklim
Orang yang hidup di daerah tropis memiliki metabolisme 10% lebih rendah dibandingkan orang
yang hidup di daerah sub tropis.
 Gizi
Keadaan gizi buruk yang berkepanjangan akan mengurangi metabolisme 10-20%.
 Tidur
Saat tidur, metabolisme akan 5% lebih rendah dibandingkan saat bangun.
 Demam
Karena panas dapat mempercepat suatu reaksi kimia, apabila tubuh sedang demam, maka
kecepatan metabolisme akan meningkat. Salah satu tujuan dari meningkatnya metabolisme
adalah untuk mempercepat perbaikan sel-sel yang rusak dan mempercepat proses penyembuhan.
 Hormon dan Obat-obatan
Ada hormon dan obat-obatan yang bekerja untuk mempercepat metabolisme, namun ada juga
yang bekerja memperlambat metabolisme.
 Aktivitas Fisik
Semakin banyak dan semakin berat aktivitas seseorang, maka akan semakin tinggi pula
metabolismenya.
 Kerja Mental
Kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari otak kita. Pekerjaan
ini mengakibatkan kelelahan mental bila intensitas kerja ini relatif tinggi. Hal ini bukan
diakibatkan oleh aktifitas fisik secara langsung, melainkan akibat kerja otak kita.
Beban kerja mental merupakan perbedaan antara tuntutan kerja mental dengan
kemampuan mental yang dimiliki oleh pekerja yang bersangkutan.
Beban kerja yang timbul dari aktivitas mental di lingkungan kerja antara lain disebabkan
oleh hal-hal sebagai berikut.
 Keharusan untuk tetap dalam kondisi kewaspadaan tinggi dalam waktulama
 Kebutuhan untuk mengambil keputusan yang melibatkan tanggung jawabbesar
 Menurunnya konsentrasi akibat aktivitas yang monoton
 Kurangnya kontak dengan orang lain, terutama untuk tempat kerja yang terisolasi dengan orang
lain.
Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan fisologis, karena terkuantifikasi
dengan dengan kriteria obyektif, maka disebut metode obyektif. Kelelahan mental pada seorang
pekerja terjadi akibat adanya reaksi fungsional dari tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan yang
bisa dilakukan antara lain sebagai berikut.
 Pengukuran variabilitas denyut jantung.
 Pengukuran selang waktu kedipan mata (eye blink rate).
 Flicker Test.
 Pengukuran kadar asam saliva.

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas


oksigen terukur
Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur
•Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsioksigen. Jika satu liter o
ksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akanmendapatkan 4,8 kcal energi.
R = T(B – S)
B – 0,3

•Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit(Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)
S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)

Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung (heart rate)
Basal metabolisme - seringkali juga disebut sebagai "metabolisme dasar" -
besar/kecilnya akan ditentukan oleh berat badan, tinggi dan/ atau jenis seksseseorang. Sebagai acu
an dasar, metabolisme untuk :
Laki-laki, dewasa, berat 70 Kg = 1,2 Kcal/menit atau sekitar 1.700 Kcal/24 jam.
Wanita, dewasa, berat 60 Kg = 1.0 Kcal/menit atau sekitar 1.450 Kcal/24 jam.
•Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka recovery(waktu pemulihan) untuk
beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalamkeadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunya
i waktu istirahat yang cukupsehingga mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metode untukm
enentukan waktu istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik :



•Dimana :
R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)
T : Total waktu kerja dalam menit
W : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit
S : Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam
kkal/menit (biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)

Contoh soal
Dari suatu aktivitas kerja memerlukan energi rata-
rata sebesar 5.2Kcall/menit selama periode waktu 1 jam. Standard beban kerja normal = 4
Kcal/menit akan memerlukan waktu istirahat sebesar :
PENYELESAIAN
Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologis
•Pengukuran fisiologi dapat dipergunakan untuk membandingkan cost
energy padasuatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar, dengan pekerjaan serupa yang tidakstandard,
tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama.

•hasilnya mungkin beberapa orang yang memiliki performansi 150% hingga 160%menggunakan energi e
xpenditure sama dengan orang yang performansinya hanya110% sampai 115%.

•Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelasdefinisinya. Dr.
Lucien Brouha telah membuat tabel klasifikasi beban kerja dalamreaksi fisiologi, untuk menentukan berat
ringannya suatu pekerjaan, seperti terlihatpada tabel berikut ini:

Tabel Jenis Pekerjaan Dengan Konsumsi Oksigen
Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja

•Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilaicardiovasculair strain.

•Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan
menggunakan rangsangan ElectroCardio Graph (ECG). Apabila tidak tersedia, maka dapat dicatat secara
manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992).
Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
•Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan
oleh Grandjean (1993) :
1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai.
2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
3. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja.

•Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatancardiac output dari
istirahat sampai kerja maksimum.

•Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskular
(cardiovascular load = % CVL ) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
•Denyut nadi maksimum = 220 – umur (Astrand and Rodahl, 1977)
•Dari hasil perhitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi sebagai berikut
- X ≤30 % = tidak terjadi kelelahan
- 30 < X ≤ 60 % = diperlukan perbaikan
- 60 < X ≤ 80 % = kerja dalam waktu singkat
- 80 < X ≤ 100 % = diperlukan tindakan segera
- X > 100 % = tidak diperbolehkan beraktivitas
Denyut jantung pada berbagai macam kondisi kerja dapat dilihat dengan grafik antara hubungan denyut
jantung dengan waktu sebagai berikut :
Gambar. Laju Detak Jantung
Contoh soal:
Jika diketahui seseorang yang mempunyai detak jantung 60 detak/menit sama dengan membutuhkan
energy expenditure 2,5 calories per minute.
Maka, berapakah energy expenditure yang dibutuhkan oleh orang yang mempunyai detak jantung 77
detak/menit ? Analisislah dengan menggunakan interpolasi!
42.5 = -100 + 40x
142.5 = 40x
X = 3.56
Jadi, energy expenditure yang diperlukan adalah 3.56 calories per minute
FATIQUE
•Fatique adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-
otot manusiasehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya.

•Kelelahan dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari kerja padapikiran dan tubuh manusia y
ang cenderung untuk mengurangi kecepatan kerjamereka atau menurunkan kualitas produksi, atau kedua-
duanya dari performansioptimum seorang operator.

Ralph M Barnes (1980) menggolongkan kelelahan ke dalam 3 golongan tergantung dari mana hal
ini dilihat yaitu:
1.Merasa lelah
2.Kelelahan karena perubahan fisiologi dalam tubuh
3.Menurunkan kemampuan kerja.
Ketiga tersebut pada dasarnya berkesimpulan sama bahwa:
kelelahan terjadi jika kemampuan otot telah berkurang dan lebih lanjut lagi mengalami puncaknya bila
otot tersebut sudah tidak mampu lagi bergerak (kelelahan sempurna).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fatigue :


1. Besarnya tenaga yang diperlukan
2. Kecepatan
3. Cara dan sikap melakukan aktivitas
4. Jenis Olah Raga
5. Jenis Kelamin
6. Umur
Fatique dapat diukur dengan :
•Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernapasan
•Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yangdipakai, jumlah CO2
yang dihasilkan, temperatur badan, komposisis kimia dalamurin dan darah
•Menggunakan alat uji kelelahan Riken Fatique.

CONTOH SOAL
Laki-laki dengan umur 20 tahun mempunyai denyut istirahat sebesar 78 pulse/menit dan denyut kerja
sebesar 85 pulse/menit. Berapa besar %CVL dari pekerjaan tersebut dan
PENYELESAIAN
Latihan soal:
Seorang karyawan dengan umur 35 tahun mempunyai denyut istirahat sebesar 95 pulse/menit dan denyut
kerja sebesar 135 pulse/menit. Berapa besar %CVL dari pekerjaan tersebut dan berikan rekomendasinya
Penyelesaian:
Latihan Soal
Seorang karyawan dengan umur 36 tahun mempunyai denyut nadi istirahat sebesar 95 pulse/menit dan
denyut nadi kerja sebesar 155 pulse/menit. Berapa besar %CVL dari pekerjaan tersebut dan berikan
rekomendasi!
Modifikasi cara kerja pengangkatan beban secara konvensional (a) menuju kecara kerja yang lebi
h ergonomis (b)
Faktor Kelelahan Pengukuran, dan Pengaturan Jadwal Waktu Kerja
KeleIahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnyaefisiensi, performans kerja,
dan berkurangnya kekuatan/ ketahanan fisiktubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus
dilakukan.
Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah ini dapat dicirikan seperti :
Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang/kurang toleran atau a-
sosial terhadap orang lain.
Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
Depresi yang berat, dan lain-lain.
Problematik kelelahan akhirnya membawa manajemen untuk selalu berupayamencari jalan keluarnya. S
elain memberikan waktu istirahat yang cukup untukproses pemulihan (recovery) kondisi fisik yang lelah.
Beberapa penelitian telah berhasil membuktikan bahwa pengaturan waktu kerjayang diselingi dengan
beberapa kali waktu istirahat disamping juga perubahanperiode waktu kerja bisa memberikan dampak pe
rubahan terhadap efisiensioperator.
Contoh :
Dari suatu hasil penelitian ternyata dengan memperpendek jam kerja dipabrik dari 8 3/4
jam/hari menjadi 4 jam/hari akan bisa menghasilkanpeningkatan prestasi 3% sampai 10%
Kesimpulan yang bisa ditarik dalam hal ini adalah dengan memperpendck jamkerja harian akan
menghasilkan kenaikan output per
jam, sebaliknya denganmernperpanjang jam kerja harian akan menjurus memperlambat kecepata
n(tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerjaperjamnya. Penurunan tot
al prestasi kerja tersebut cenderung diakibatkanoleh penurunan kecepatan kerja akibat kelelahan
yang menjadi faktor-faktorpenyebab utamanya..

Anda mungkin juga menyukai