Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Fisiologis Kerja


Fisiologis kerja adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari faktor
faktor fisik manusia pada saat aktivitas pekerjaannya dilihat dari berbagai kriteria
atau jenis pekerjaan yang sedang dilakukannya.
1) Kriteria kriteria fisiologis kerja :
a) Faali
b) Kejiwaan
c) Hasil kerja
2) Kegiatan kegiatan secara umum dibedakan atas :
a) Kerja fisik (Otot)
b) Kerja mental (Otak)

2.2 Pengukuran Kerja Dengan Metode Fisiologis


Dalam suatu kerja fisik, manusia akan mengalami perubahan dalam
konsumsi oksigen, heart rate, temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia
dalam tubuh.
Menurut Davis dan Miller kerja fisik ini dapat dikelompokan menjadi sebagai
berikut:
1) Kerja total seluruh tubuh, yang sebagian besar mempergunakan otot dan
biaasanya melibatkan 2/3 atau 3/4 otot tubuh
2) Kerja sebagian otot, yang melibatkan lebih sedikit energy expenditure karena
otot yang digunakan lebih sedikit
3) Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa kerja
kekanik Dimana kerja ini membutuhkan kontraksi sebagian otot.

Sampai saat ini , metode pengukuran fisik dilakukan dengan


menggunakan konsep standar :

1) Konsep horse power (Foot pounds of work per minute) oleh Taylor, tetapi
konsep ini kurang begitu memuaskan
2) Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi
3) Perubahaan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen, konsep ini dikenal
sebagai metode baru.

Tiffin menggunakan kriteria kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui


pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja yaitu :

1) Kriteria faali yang meliputi : kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen,


tekann darah, tingkat penguapan , temperatur tubuh, komposisi kimia

72
dalam darah dan air seni. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui
perubahan fungsi alat alat tubuh selama bekerja
2) Kriteria kejiwaan yang meliputi : pengujian tingkat kejiwaan pekerja,
seperti tingkat kejemuan, emosi motivasi, sikap dan lain lain. Kriteria
kejiwaan digunakan untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul
selama bekerja
3) Kriteria hasil kerja yang meliputi : pengukuran hasil kerja yang diperoleh
dari pekerja. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh
kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh dari pekerja.

2.3 Kerja Fisik dan Mental


Secara garis besar, kegiatan kegiatan kerja manusia dapat digolongkan
menjadi krja fisik (otot) dan kerja mental (otak). Pemisahan ini tidak dapat
dilakukan secara sempurna, karena terdapat hubungan yang erat antara satu
dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari energi yang dikeluarkan, merja mental
murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi dibandingkan dengan kerja fisik.
Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan pada fungsi alat alat tubuh
yang dapat di deteksi melalui perubahan :
1) Konsumsi oksigen
2) Denyut jantung
3) Peredaran darah dalam paru paru
4) Temperatur tubuh
5) Konsentrasi asam laktat dalam darah
6) Komposisi kimia dalam darah dan air seni
7) Tingkat penguapan, dan faktor lainnya

Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat


dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan
dengan cara tidak langsung yaitu dengan cara pengukuran :

1) Kecepatan denyut jantung


2) Konsumsi energi

Sedangkan kecepatan denyut jantung berhubungan dengan aktivitas lainnya


seperti:

1) Tekanan darah
2) Aliran darah
3) Komposisi kimia dalam darah
4) Temperatur tubuh
5) Tingkat penguapan
6) Jumlah udara yang dikeluarkan oleh paru paru

2.4 Konsumsi Energi

73
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan perubahan yang penting
dan pokok, baik dalam penelitian lapangan maupun laboratorium. Untuk
merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut
jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy expenditure
dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Bentuk
regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah
regresi kuadratis dengan persamaan berikut ini :

Y = 1.80411 0.0229038X + 4.71733 . 10-4X2

Dimana : Y = Energy expenditure (kkal/menit)

X = Kecepatan denyut jantung (detak/menit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka
konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu dapat dituliskan dalam bentuk
matematis sebagai berikut :

KE = Et = Ei

Dimana :

KE = Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (kkal/menit)

Et = Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kkal/menit)

Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat (kkal/menit)

Dengan demikian konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih
antara pengeluaran energi pada waktu kerja tersebut dengan pengeluaran energi
energi pada saat istirahat.

Aktivitas otot mengubah fungsi sebagai berikut :

1) Denyut jantung Heart Rate


2) Tekanan darah
3) Output jantung Cardiac Output (liter/menit)
4) Komposisi kimia dalam darah dan urine
5) Temperatur tubuh
6) Perspiration Rate
7) Vertilasi paru paru Pulmonary Vertilation (liter/menit)
8) Konsumsi

Konversi energi utama antara lain :

1) Paru paru

74
Udara dihirup,oksigen (O2) dintranfer pada aliran darah paru paru yang
kemudian digunakan untuk metabolisme makanan dan melepaskan energi.
2) Otot
Oksigen (O2) dalam darah diubah menjadi CO2 dengan bentuk asam laktat
ketika pemasukan O2 tidak cukup memadai, asam laktat menyebabkan
kelelahan otot.
3) Permukaan tubuh
Pada temperatur 270 C (810 F) dan kerja normal maka panas dalam tubuh
akan berkurang 75% lewat konversi dan radiasi dan 25% lewat evavorasi
oleh paru paru. Efisiensi aliranudara pada kulit berkebalikan secara
proporsional dengan kelelbaban relatif.
4) Proses digestiva
Makanan dan minuman diabsorpsi oleh sistem yang stabil . makanan
memberikan sistem storage dan minuman menjaga keseimbangan air.

2.5 Unit Kera Fisiologis


Pengeluaran energi, kerja fisiologis, dan biaya fisiologis berkaitan erat
dengan konsumsi oksigen. Hal ini dapat diukur secara langsung dalam liter /
menit atau secra tidak langsung dalam detak jantung / detik. Unit satuan dsar
yang digunakan adalah pengeluaran kalori dalam gram kalori / menit.
Arstrad dan Chistensen menyelidiki pengeuaran energi dari tingkat detak
jantung dan menentukan bahwa ada hubungan erat antara keduanya. Tingkat
pulsa dan detak jantung permenit dapat digunakan untuk menghitung pengeluaran
energi.

2.6 Lamanya Waktu Kerja dan Istirahat


Jika seseorang bekerja pada tingkat energi di atas 2.5 kcal per menit,
maka pada saat itu akan timbul rasa lelah (Fatique). Menurut Murrel 1965 kita
masih memiliki cadangan sebesar 25 kcal sebelum munculnya asam laktat
sebagai tanda saat dimulainya waktu istirahat. Cadangan energi akan hilang jika
kita bekerja lebih dari 5.0 kkal per menit. Selama periode istirahat, cadangan
energi tersebut dibentuk kembali.

Lamanya Waktu Kerja

Untuk menghitung waktu kerja marilah kita ikuti rumus di bawah ini yang
dirumuskan sebagai berikut :

25
WT = menit
W S

Dimana :

75
Cadangan energi = 25 kcal

WT = Work time (Waktu kerja) dalam menit

W = Konsumsi energi rata rata untuk bekerja (Kcal/menit)

S = Pengeluaran energi rata rata yang direkomendasikan


(kcal/menit)

Lamanya Waktu Istirahat

Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan maka waktu
pemulihan untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam
kedaan yang ekstrim, pekerja tidak memiliki waktu istirahat yang cukup sehingga
mengalami kelelahan yang kronis.

Murrel membuat metode untuk menentukan waktu istirahat sebagai kompensasi


dari pekerjaan fisik. Sumber : Jon Weimer, Handbook of Ergonomic And Human
Factors Tables.

Jika W < S maka :

RT = 0

Jika S W < maka :

RT =
[ W
S ]
1 x 100+ [
T ( W S )
W BM ]
2

Jika W 2S maka :

T (W S )
RT = x 1.11
W BM

Dimana

RT = Rest Time yaitu istirahat yang dibutuhkan (menit)

W = Konsumsi energi rata untuk bekerja (kcal/menit)

S = Pengeluaran energi rata rata yang direkomendasikan (4 kcal/menit


untuk perempu-

an dan 5 kcal/menit untuk laki laki)

76
T = Total waktu bekerja (menit)

BM = Metabolisme basal (1.0 kcal/menit untuk perempuan dan 1.2 untuk laki
laki)

Waktu kerja maksimum yang dapat diberikan kepada tenaga kerja dalam
satu hari adalah 8 jam, sedangkan untuk menentukn waktu istirahat agar tenaga
kerja dapat memulihkan tenaga/kemampuannya dapat diperoleh dengan
memperhatikan bahwa antara Energy Expenditure yang dilakukan harus sama
dengan energi yang diperoleh selama waktu pemulihan tersebut, sedangkan cara
penentuan waktu istirahat dan waktu untuk memulihkan diri dalam menit/shift
dapat dilihat pada Kurva Pemulihan.

2.7 Kurva Pemulihan


Untuk menghindari kerugian pekerja ketika bekerja, dapat digunakan perubahan
tingkat denyut jantung selama pemulihan. Kurva pemulihan tingkat denyut
jantung menunjukan :
1) Tekanan fisiologis
2) Aptitude fisik dari subyek
3) Keberadaan kelelahan fisiologis
4) Keberadaan kelelahan fisiologis
5) Kelelahan fisiologis pada saat rangkaian periode kerja diamati

Murrel 1962 memberikan definisi sebagai berikut :

1) Denyut jantung pada saat istirahat resting pulse adalah rata rata denyut
jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai
2) Denyut jantung selama bekerja working pulse adalah rata rata denyut
jantung selama ( pada saat ) seseorang bekerja
3) Denyut jantung untuk kerja work pulse adalah selisih antara denyut jantung
selama bekerja dan selama istirahat
4) Denyut jantung selama istirahat total total recovery cost orrecovery cost
adalah jumlah aljabar denyut jantung dari berhentinya denyut pada saat suatu
pekerjaan selesai dikerjakan sampai dengan denyut jantung berada pada
kondisi istirahatnya
5) Denyut kerja total total work pulse or cardiac cost adalah jumlah denyut
jantung dari mulainya suatu pekerjaan sampai dengan denyut berada pada
kondisi istirahatnya resting level
2.8 Tingkat Energi
Terdapat tiga tingkat energi fisiologis yang umum, yaitu istirahat, limit
kerja aerobic dan kerja anaerobic. Pada tahap istirahat pengeluaran energi yang
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut tingkat

77
metabolis basal. Tingkat metabolisme tersebut mengukur perbandingan oksigen
yang masuk dalam paru paru dengan karbondioksida yang keluar. Berat tubuh
dan luas pemukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan dalam Kkal/area
permukaan/jam. Rata. rata manusia yang memiliki berat 65 kg dan memiliki
area permukaan 1.77 m2 memerlukan energi sebesar 1 Kkal/menit.
Kerja disebut aerobic jika suplai oksigen pada otot sempurna. Jika suplai
tidak sempurna sistem akan kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerobic.
Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis yng dapat ditingkatkan melalui
latihan.

Tabel 3.1 Aktivitas dan Tingkat Energi

Energi
1 2.5 5 7.5 10
(kkal/menit)
Detak
60 7.5 100 125 150
(jantung/menit)
Oksigen
0.2 0.5 1 1.5 2
(liter/menit)
Metabolisme Jalan Kerja Naik
Kerja Ringan
Basal (6.5 kph) Berat Pohon
Angkat Roda Membuat
Istirahat Duduk
100 kg Tangku
Mengendarai Bekerja Berjalan di
Tidur
Mobil Tambang bulan

Tabel 3.2 Aktivitas Beban Kerja dan Reaksi Fisiologisme

Detak Konsumsi
Tingkat Energy Expenditure Jantung Energi
Pekerjaan Kkal/menit Kkal/8 jam Detak/menit Liter/menit
Undully
heavy > 12.5 >6000 >175 >2.5
Very heavy 10.0 - 12.5 4800 - 6000 150 - 175 2.0 - 2.5
Heavy 7.5 - 10.0 3600 - 4800 125 - 150 1.5 - 2.0
Moderate 5.0 - 7.5 2400 - 3600 100 - 125 1.0 - 1.5
Light 2.5 - 5.0 1200 - 2400 60 - 100 0.5 - 1.0
Very Light <2.5 <1200 <60 <0.5

78
2.9 Fatique
Fatique adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf otot otot
manusia sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagai mana mestinya. Makin berat
beban yang dikerjakan dan semakin tidak teraturnya pergerakan, maka timbulnya
fatique ini perlu dipelajari untuk menentukan tingkat kekuatan otot manusia,
sehingga kerja yang akan dilakukan atau dibebankan dapat sesuai dengan
kemampuan otot tersebut.

Ralph M. Barnes menggolongkan kelelahan dalam 3 bagian yaitu :

1) Perasaan lelah
2) Kelelahan karena perubahan fisiologis dalam tubuh
3) Menurunnya kemampuan kerja

Pada dasarnya kelelahan terjadi jika kemampuan otot telah berkurang dan
mengalami puncaknya bila otot tersebut sudah tidak mampu lagi bergerak atau
dikatakan pada fase kelelahan sempurna. Faktor faktor yang mempengaruhi
fatique diantaranya :
1) Besarnya tenaga yang dikeluarkan
2) Frekuensi dan lamanya kerja
3) Cara dan sikap melakukan aktivitas
4) Kebiasaan berolahraga dan latihan
5) Jenis kelamin
6) Usia

Fatique dapat diukur dengan :

1) Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernafasan


2) Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru paru, jumlah
oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida yang dihasilkan, temperatur
badan, komposisi kimia dan urine dan darah
3) Menggunakan alat penguji kelelahan Riken Fatique Indicator dengan
ketentuan pengukuran elektroda logam es variasi perubahan air liur savila
karena lelah

Cara mengurangi kelelahan dantaranya :

1) Sediakan kalori sebagai input tubuh secukupnya


2) Bekerja dengan menggunakan metode kerja yang baik misalnya dengan
menggunakan prinsip prinsip ekonomi gerakan
3) Memperhatikan kemampuan tubuh artinya pengeluaran tenaga tidak
melebihi pemasukkannya dengan memperhatikan batasannya
4) Memperhatikan waktu kerja yang teratur termasuk waktu istirahat

79
5) Mengatur lingkungan fisik sebaik baiknya seperti temperatur, kelembaban,
sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan dan lain lain
6) Berusaha mengurangi monoton dan ketegangan ketegangan akibat kerja

80

Anda mungkin juga menyukai