Anda di halaman 1dari 27

BEBAN KERJA

DEFINISI
FISIOLOGI dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja
organ, jaringan dan sel-sel organisme.

Fisiologi kerja merupakan studi tentang faktor-faktor yang


mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja.
Relevansinya dengan Ergonomi antara lain :
• Identifikasi resiko kelelahan otot dan gangguan trauma kumulatif,
dan
upaya untuk mencegahnya
• Desain sistem kerja : penjadwalan istirahat, lingkungan kerja,
perancangan alat kerja.
• Pengupahan
KERJA FISIK DAN MENTAL
Tingkat intensitas kerja optimum tercipta, ketika tidak ada tekanan dan
ketegangan, dimana Tekanan berkenaan dengan beberapa aspek dari
aktivitas manusia dari lingkungannya yang terjadi akibat adanya reaksi
individu tersebut tidak mendapatkan keinginan yang sesuai. Sedangkan,
ketegangan merupakan konsekuensi logis yang harus diterima oleh
individu tersebut akibat dari tekanan.

Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat digolongkan menjadi


kerja fisik dan kerja mental. Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara
sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antar satu dengan
lainnya.

Beban
kerja fisik Beban kerja
mental
KERJA MENTAL
Kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari
otak kita. Pekerjaan ini mengakibatkan kelelahan mental bila intensitas
kerja ini relatif tinggi. Hal ini bukan diakibatkan oleh aktifitas fisik
secara langsung, melainkan akibat kerja kognitif (saraf, otak) kita.
Pengukuran kerja mental memperhatikan
beberapa hal berikut :

Beban waktu • Waktu yang tersedia


• Pekerjaan yang terlampaui (task Overlapping)

Beban usaha • Beban ini misalnya dalam proses perhitungan,


pembuatan keputusan, menyimpan sejumlah informasi
mental dalam memori ingatan dan memunculkannya dan lain-
lain

• Hal yang memberikan kontribusi terhadap rasa bingung


Beban stress dan frustasi operator. Variabel diri operator antara lain
motivasi, pelatihan, kelelahan dan emosional. Variabel
psikologi tersebut dimunculkan dalam bentuk rasa takut akan
gagal, terluka, keterasingan dan lain-lain
SKALA BEBAN KERJA MENTAL
Merupakan suatu ukuran skala untuk mengukur tingkat beban kerja
mental suatu pekerjaan berdasarkan ketiga variabel di atas.
1. Beban Waktu
• Sering memiliki waktu luang (Interupsi dan overlapping
antar aktifitas jarang / tidak terjadi)
• Waktu Luang sering terjadi sekali - kali (Interupsi dan
overlapping antar aktifitas sering terjadi)
• Hampir tidak ada waktu luang (Interupsi dan overlappingantar aktifitas sangat
sering dan selalu terjadi)

2. Beban usaha mental


• Sangat sedikit memerlukan konsentrasi, aktifitas bersifat otomatis,
memerlukan sedikit perhatian
• Konsentrasi moderat diperlukan, kompleksitas meningkat sehingga
menyebabkan hal ketidakastian dan keterasingan
• Usaha mental yang intensif dan konsentrasi yang tinggi diperlukan. Aktifitas
sangat kompleks dan memerlukan perhatian penuh.
SKALA BEBAN KERJA MENTAL (2)

3. Beban stress psikologi


• Sedikit membingungkan, beresiko, frustasi
muncul dan dengan mudah dan diatasi
• Tingkat stress yang menengah / moderate dimana kebingugan dan frustasi
menambah beban kerja. Kompensasi secara signifikan diperlukan untuk menjaga
performansi yang cukup
• Kebingungan dan rasa frustasi yang tinggi sehingga memerlukan kontrol diri dan
determinasi yang tinggi hingga titik ekstrim.
KERJA FISIK
Kerja fisik adalah kerja yang
memerlukan energi fisik otot
manusia sebagai sumber
tenaganya. Dalam kerja fisik,
konsumsi energi merupakan
faktor utama yang dijadikan
tolok ukur penentu berat atau
ringannya suatu pekerjaan
Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada
alat-alat tubuh, yang dapat dideteksi melalui :
 Konsumsi oksigen
 Denyut jantung
 Peredaran udara dalam paru-paru
 Temperatur tubuh
 Konsentrasi asam laktat dalam darah
 Komposisi kimia dalam darah dan air seni
 Tingkat penguapan
Konsumsi Energi
Konsumsi energi pekerja dalam bekerja merupakan faktor
utama yang dapat membatasi prestasi harian atau performansi
kerjanya. Untuk mengefisienkan konsumsi energi dan
mempertahankan performansi kerja, dibutuhkan perancangan
lingkungan kerja yang baik
Faktor yang mempengaruhi konsumsi energi diantaranya
adalah metode kerja, sikap kerja, tingkat kerja dan perancangan
peralatan kerja. Sedangkan besarnya konsumsi energi tergantung
pada berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin. Skala untuk
konsumsi energi adalah kilo kalori (kkal). Satu liter oksigen yang
dihasilkan tubuh manusia menghasilkan rata-rata sebesar 4,8 kkal
Proses Metabolisme
• Proses metabolisme yang dalam tubuh
terjadi
merupakan fase penting sebagai penghasil energi
untuk kerja.
• Proses metabolisme ini bisa dianalogikan dengan
proses pembakaran dalam mesin motor bakar. Lewat
proses metabolisme dihasilkan panas dan energi yang
diperlukan untuk kerja mekanis lewat sistem otot
manusia. Zat-zat makanan bersenyawa dengan
oksigen (O2) yang dihirup, terbakar dan menimbulkan
panas serta energi mekanik.
Proses Metabolisme Dalam Tubuh Manusia

Zat O k s ig e n
m ak anan (O2 )

Lam bung,
Paru-paru
usus

Hati

P R O S E S M E TA B O L I S M E

Panas Energi
Pengukuran Konsumsi Oksigen
• Besarnya pengeluaran energi sebagai akibat kerja fisik sangat
berkaitan dengan konsumsi energi. Satuan pengukuran konsumsi
energi adalah kilo kalori (KKal). 1 KKal adalah jumlah panas yang
dibutuhkan untuk menaikkan tempertaur 1 liter air dari 14,5o C
menjadi 15,5o C. Energi yang dikonsumsikan seringkali bisa diukur
secara langsung yaitu melalui konsumsi oksigen (O2) yang dihisap.
Menurut Mc. Cormick, volume oksigen yang dibutuhkan bekerja
dapat dipakai sebagai dasar menentukan jumlah kalori yang
diperlukan selama kerja atas dasar persamaan berikut ini :
1 liter oksigen = 4,7 – 5 Kkal
• Sedangkan menurut Nurmianto (2000), jika 1 liter oksigen
dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan 4,8 KKal
energi. Faktor inilah yang merupakan nilai kalori suatu oksigen.
Pengukuran Denyut Jantung
• Derajat beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang
dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang
terlibat pada pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi
tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil
otot relatif terhadap sejumlah besar otot.
• Astrand dan Christensen meneliti pengeluaran energi dari tingkat
denyut jantung dan menemukan adanya hubungan langsung antara
keduanya. Tingkat pulsa dan denyut jantung per menit dapat
digunakan untuk menghitung pengeluaran energi. [Retno Megawati,
2003]
• Secara lebih luas dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut jantung
dan pernapasan dipengaruhi oleh tekanan fisiologis, tekanan oleh
lingkungan atau tekanan akibat kerja keras, di mana ketiga faktor
tersebut memberikan pengaruh yang sama besar. Pengukuran
berdasarkan kriteria fisiologis ini bisa digunakan apabila faktor-
faktor yang berpengaruh tersebut dapat diabaikan atau situasi
kegiatan dalam keadaan normal.
• Besarnya denyut jantung • Pengukuran denyut
dapat meningkat dapat jantung salah satu
disebabkan karena alat untuk mengetahui
beberapa hal antara lain : beban kerja. Hal ini dapat
– Temperatur sekeliling dilakukan dengan
yang tinggi. berbagai cara :
– Merasakan denyut yang
– Tingginya
ada pada arteri radial
pembebanan otot pada pergelangan
statis. tangan.
– Semakin sedikitnya – Mendengarkan
otot yang terlibat denyut jantung
dengan stethoscope.
dalam suatu kondisi
– Menggunakan ECG
kerja. [Nurmianto, (Electrocardiogram),
2000] yaitu mengukur signal
elektrik yang diukur dari
otot jantung pada
permukaan kulit dada.
• Tahap pertama adalah menyetarakan besaran kecepatan denyut
jantung ke dalam bentuk energi. Untuk merumuskan hubungan antara
Energy expenditure kecepatan denyut jantung dilakukan pendekatan
kuantitatif hubungan antara energi expenditure dengan kecepatan
denyut jantung dengan analisa regresi. Bentuk regresi hubungan energi
dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi
kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :

• Di mana : Y = Energi (Kilokalori/menit)


X = Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)
• Lalu ditentukan besarnya konsumsi energi yang ada dengan rumus
matematis :
KE = Et – Ei
• Dimana : KE = Konsumsi energi untuk kegiatan tertentu (Kkal/mnt)
Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu
(Kkal/mnt)
Ei = Pengeluaran energi pada waktu istirahat (Kkal/mnt)
[Martyaningsih, 2003]
Kebutuhan Energi Manusia

Grandjean (1988) menyatakan pengeluaran


energi untuk metabolisme basal selama waktu
istirahat dan konsumsi energi untuk keperluan
pribadi adalah sekitar 2000 – 2300 Kkal. Ini
Berarti dalam bekerja rata-rata dikeluarkan
energi sebesar 4,5 5 Kkal/menit. Untuk

menjaga kebugaran fisik, setiap hari harus
dicukupi kebutuhan energi minimal 3000 Kkal
untuk pria dan 2400 Kkal untuk wanita.
[Retno Megawati, 2003]
Kebutuhan fisik akan berbeda untuk setiap aktivitas.
Semakin tinggi beban fisik, maka semakin tinggi pula kebutuhan
energinya. Dr.Lucien Broucha telah membuat tabel klasifikasi
beban kerja dalam reaksi Fisiologi, untuk menentukan berat
ringannya pekerjaan :
Ada beberapa definisi Muller (1962) sebagai berikut :
a. Denyut jantung selama istirahat (resting
pulse) adalah rata-rata denyut jantung
sebelum suatu pekerjaan dimulai
b. Denyut jantung selama bekerja
(working adalah rata-rata
denyut pulse) selama seseorang
bekerja jantung
c. Denyut jantung untuk kerja (work pulse)
adalah selisih antara denyut jantung
selama bekerja dan selama istirahat
d. Denyut jantung selama istirahat total
(total recovery cost) adalah jumlah
aljabar denyut jantung saat suatu
pekerjaan selesai dikerjakan
dengan denyut berada pada kondisi
sampai
istirahatnya
e. Denyut total (total work pulse or cardiac
cost) adalah jumlah denyut jantung
dari mulainya suatu pekerjaan sampai
denyut berada pada kondisi
istirahatnya (resting level)
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang
sangat penting di dalam peningkatan cardiac output dari
istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan yang
potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja
maksimum tersebut oleh Rodahl (1989) didefinisikan
sebagai Heart Rate Reserve (HR Reserve).

% HR Reserve =

Denyut nadi ker ja Denyut nadi istirahat


x10
Denyut Nadi Maksimum Denyut nadi istirahat 0
Lebih lanjut, Manuaba & Vanwonteerghem (1996)
menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan
denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi
maksimum karena beban kerja kardiovaskuler
(cardiovasculair load = %CVL) yang dihitung dengan rumus
sebagai berikut

100 x(Denyut nadi ker ja Denyut nadi istirahat)


%CVL
Denyut nadi maksimum Denyut nadi istirahat

Dimana :
Denyut nadi istirahat = rerata denyut nadi sebelum
pekerjaan dimulai
Denyut nadi kerja = rerata denyut nadi selama
Denyut nadi maksimum =bekerja
(220 – umur) untuk laki-laki dan
(200 – umur) untuk wanita.
Dari hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian
dibandingkan dengan klasifikasi yang telah
ditetapkan sebagai berikut :
< 30% = Tidak terjadi kelelahan
30 s.d. < 60% = Diperlukan perbaikan
60 s.d < 80% = Kerja dalam waktu singkat
80 s.d <100% = Diperlukan tindakan segera
> 100% = Tidak diperbolehkan
beraktivitas
STUDY CASE
Dikarenakan setiap harinya Bapak Ergo
diberi target untuk membersihkan seluruh
gedung baru sebuah Universitas swasta baru di
Dayeuh Kolot, maka beliau bekerja lebih keras
dari sebelumnya. Seorang mahasiswa Teknik
Industri mencatat denyut istirahat Bapak Ergo
sebesar 70 pulse/menit sedangkan denyut
kerjanya sebesar 123 pulse/menit. Berapa besar
%CVL dari pekerjaan Pak Ergo
membersihkan gedung baru tersebut jika umur
Pak Ergo saat ini adalah 47 tahun dan berikan
rekomendasi! Jika beliau bekerja 11 jam
perhari!
Jawaban
100 x(Denyut nadi ker ja Denyut nadi istirahat)
%CVL
Denyut nadi maksimum Denyut nadi istirahat

Denyut nadi istirahat = denyut nadi sebelum = 70


Denyut nadi kerja = denyut kerja = 123
Denyut nadi maksimum = (220 – umur) = 173

%CVL = 100 x (123 – 70) / (173 – 70) = 51.46 %

Kesimpulan : Dikarenakan %CVL adalah 51.46 %


Sehingga diperlukan perbaikan
Rekomendasi Perbaikan
Jika dilihat dari segi energi yang dikeluarkan, maka kita
bisa melihat bahwa konsumsi energi yang dikeluarkan
adalah sebagai berikut :
Energi saat bekerja :

Y = 1,80 – 0,022 (123) + 4,71 x 0,0001 x (123x123)


Y = 6.2198
Energi saat istirahat :

Y = 1,80 – 0,022 (70) + 4,71 x 0,0001 x (70x70)


Y =2.5679
KE = Et – Ei
KE =6.2198 – 2.5679 = 3.6519 Kkal/mnt
Konsumsi energi Pak Ergo adalah 3.7 kkal/mnt.
Jika beliau bekerja selama 11 jam, maka Total energi
yang dikeluarkan adalah = 11 x 60 x 3.7 = 2442 kkal
Sedangkan menurut angka kecukupan gizi 2013
menunjukan bahwa nilai gizi seorang laki-laki berusia 47
tahun adalah 2350 kkal (Diasumsikan bahwa energi
yang dikonsumsi Pak Ergo sesuai dengan angka
kecukupan gizi tersebut).

Karena Energi Output >


Energi Input. Maka
masalah tersebut tidak
bisa diselesaikan hanya
dengan memenuhi gizi
Pak Ergo
Maka solusi yang disarankan adalah
– Perancangan alat bantu ergonomis,
– Faktor lingkungan harus diperbaiki
– Pengurangan pembebanan

Anda mungkin juga menyukai