Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, keaslian peneitian,


rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah


Sepatu merupakan jenis alas kaki yang diperlukan untuk aktivitas semua
orang, berfungsi juga sebagai pembungkus yang melindungi kaki pada saat
digunakan. Sepatu memiliki beberapa komponen desain yang terdiri dari sol, hak,
kap, tali dan lidah. Sepatu adalah pembungkus kaki yang biasanya dibuat dari
kulit maupun karet (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007). Awalnya desain
sepatu pada dibuat hanya berdasarkan nilai fungsi dan guna, yaitu sebagai
pelindung kaki dari macam-macam iklim (dingin, panas, dan hujan) serta
melindungi kaki saat menginjak suatu benda tajam atau runcing (Basuki, 2010).
Desain sepatu sekarang kian semakin modern dan beraneka ragam, konsumen
sekarang dapat memilih sepatu sesuai dengan apa yang mereka inginkan, seperti
lebih memilih ke bentuk sepatu, model sepatu, ataupun nilai guna dari sepatu
tersebut. Bentuk dan desain sepatu dibuat untuk menyediakan apa yang konsumen
butuhkan, seperti contoh sepatu untuk pergi ke sekolah, sepatu untuk kerja, sepatu
pesta dan sepatu olahraga. Masing-masing memiliki nilai fungsi dan kegunaannya
sendiri. Selain dari aspek nilai fungsi dan nilai kegunaan, desain sepatu juga
memiliki nilai aspek dari penampilan (fashion).
Sepatu merupakan suatu produk yang memiliki nilai fungsional bagi
konsumen. Nilai fungsional dari sepatu erat hubungannya dengan kenyamanan
saat memakai sepatu. Dalam memenuhi nilai fungsional dari sepatu berarti produk
sepatu harus dibuat sesuai dengan karakteristik penggunanya. Sepatu harus dibuat
senyaman mungkin untuk menunjang aktivitas manusia yang memakainya, telah
diasumsikan bahawa sepatu yang nyaman adalah sepatu yang dirancang
berdasarkan antropomerti kaki pemakai (Slater K, 1985). Sepatu yang didesain
sesuai dengan antropometri kaki akan menghasilkan sepatu yang pas dan
menunjang kenyamanan pada saat digunakan (Chantelau, 2002). Berbicara
2

mengenai ukuran dan kenyamanan sepatu, tentunya tidak lepas dari permasalahan
dimensi sepatu. Dimensi sepatu merupakan faktor penting untuk menghasilkan
sepatu yang nyaman dan aman pada saat digunakan. Dimensi sepatu untuk usia
anak sangatlah penting diperhatikan dalam tingkat kenyamanannya daripada
dimensi sepatu yang digunakan oleh orang dewasa (Zhang dan Yanzhen, 2017).
Jika harus nyaman berarti dimensi sepatu harus pas sesuai dengan kaki anak.
Faktor utama dari aspek fungsional dalam kenyamanan saat memakai sepatu
adalah ukuran yang pas di kaki (Miller, 2000).
Kaki pada usia anak masih mengalami pertumbuhan dengan bentuk dan
ukurannya, ini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan kaki orang dewasa
(Fritz dan Mauch, 2016). Penelitian dari Zhang dan Yanzhen (2017) menyatakan
awal usia anak yang baik untuk memakai sepatu adalah usia 4-6 tahun, karena
pada usia bayi umur 0-1 tahun tidak disarankan memakai sepatu dan hanya
diperbolehkan memakai kaus kaki untuk mejaga kaki anak tetap hangat
dikaranakan kaki anak usia 0-1 tahun mempunyai morfologi kaki yang belum
terbentuk sepenuhnya. Usia 2-3 tahun juga dianjurkan tidak memakai sepatu dan
tidak memakai alas kaki apapun, karena pada usia 2-3 tahun merupakan usia
dimana anak mulai belajar untuk merangkak, berdiri dan berjalan, ini
dimaksudkan agar kaki anak dapat bersentuhan langsung dengan lantai dan
bertujuan untuk melatih daya cengkram kaki serta meningkatkan keseimbangan
kaki. Awal memakai sepatu disarankan digunakan untuk anak usia 4-6 tahun,
karena pada usia ini anak sudah memulai aktivitas kegiatan dengan bersekolah
(PAUD dan TK) dan mulai memasuki tingkat SD pada kelas 1 awal, akan tetapi
tidak semata-mata sepatu yang digunakan tidak perlu perhatian khusus. Kaki anak
pada usia prasekolah (4-6 tahun) masih mengalami pertumbuan yang cepat,
terutama pada bagian bola kaki sehingga perlu desain sepatu dengan ukuran lebih
lebar pada bagian depan sepatu. Jari-jari kaki pada anak usia 4-6 tahun juga
mengalami pertumbuhan yang rata, sehingga perlu desain sepatu bagian ujung
dibentuk membulat (Maunch et al, 2008).
Sepatu untuk usia anak 4-6 tahun harus sangat diperhatikan dalam
perancangan desainnya. Hasil dari penelitian Zhang dan Yanzhen (2017) serta
3

(Maunch et al, 2008) jelas dikatakan aturan-aturan dalam perancangan desain


sepatu umtuk anak usia 4-6 tahun. Penelitian Zhang dan Yanzhen (2017)
dikatakan pertumbuhan pada bagian bola kaki anak mengalami pertumbuhan yang
sangat cepat, sehingga ukuran pada bagian bola kaki disepatu perlu sangat
diperhatikan. Penelitian (Maunch et al, 2008) menyatakan pertumbuhan jari pada
anak usia praskolah mengalami pertumbuhan yang hampir rata pada kelima jari,
sehingga ujung sepatu dibuat membulat. Dari kedua hasil penelitian diatas jelas
untuk desain sepatu pada usia anak 4-6 tahun harus dibuat dimensi ukuran sesuai
dengan antropometri kaki mereka, agar sepatu yang digunakan pas dengan kaki.
Akan berdampak buruk apabila ukuran dimensi sepatu dibuat tidak berdasakan
ukuran antropometri kaki, ini berarti ukuran sepatu tidak kan pas dan tidak akan
nyaman apabila dipakai. Dampak dari memakai sepatu yang tidak sesuai ukuran
kaki atau sempit pada anak usia sekolah akan dirasakan saat usia anak beranjak
dewasa, dan akibat yang paling buruk adalah terjadinya kelainan bentuk kaki (Rao
dan Joseph 1992; Sachithanandam dan Joseph 1995; Echarri dan Forriol 2003).
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan di beberapa toko dan produsen
sepatu di daerah Surakarta didapati bahwa sepatu untuk anak usia prasekolah pada
setiap merk sepatu mempunyai ukuran panjang, lebar dan tinggi yang berbeda
dari satu merk dengan merk yang lain dengan ukuran size yang sama. Sama
halnya saat melakukan wawancara dengan produsen sepatu juga, mereka juga
menyatakan bahwa untuk memproduksi sepatu secara masal, para produsen
mempunyai standar ukuran masing-masing yang berbeda dari produsen satu
dengan produsen yang lain. Dari kedua hasil studi pendahuluan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada permasalahan dalam ukuran sepatu. Permasalahan
ukuran sepatu akan berdampak buruk bagi konsumen dan produsen. Bagi
konsumen akan merasa tidak nyaman apabila memakai sepatu yang tidak pas di
kaki saat dikenakan, sedangkan untuk produsen akan mengalami penurunan nilai
jual apabila sepatu yang dibuat tidak jelas dalam penerapan ukuran dan tidak
disesuaikan dengan ukuran kaki pemakai.
Ukuran sepatu di Indonesia sebenarnya sudah mempunyai standar sendiri
yang harus dipakai dalam setiap membuat sepatu. Standar itu ada didalam SNI 12-
4

0655-1989, akan tetapi dikatakan dalam penelitian yang dilakukan Rahardian


Mardani (2014) ukuran SNI ini memiliki interval ukuran yang belum jelas dan
produsen sepatu kebanyakan masih memakai standar ukuran dari Perancis dan
Inggris (Suliestyah dan Dwi Asdono 2012). Standar dari SNI 12-0655-1989 juga
belum jelas mengenai ukuran pada notasi gemur, apabila dalam notasi gemur
diartiakan sebagai notasi lebar kaki, ukuranya akan terlalu lebar apabila dikenakan
oleh anak-anak, dalam notasi gemur tersebut memiliki ukuran minimal 108
millimeter sampai maksimal 233 millimeter (pada ukuran anak). Ukuran 108-233
millimeter lebih cocok apabila ditempatkan pada ukuran tebal kaki, yaitu ukuran
lingkar gemur kaki, tetapi menurut SNI ISO 9407:2013 menyatakan setiap sepatu
harus mempunyai notasi ukuran panjang dan lebar, bisa juga ditambahkan lingkar
kaki.
Kenyamanan sepatu berdasarkan ukuran yang pas pada kaki merupakan hal
yang penting dalam desain sepatu. Akan tetapi untuk memenuhi nilai kenyamanan
dalam desain sepatu ada faktor lain selain ukuran dimensi, yaitu kebutuhan
konsumen. Kebutuhan konsumen merupakan suatu hal yang harus ada dalam
setiap mendesain produk yang akan digunakan oleh manusia. Sepatu merupakan
produk yang memiliki interaksi langsung dengan manusia, hal inilah yang mebuat
produk sepatu memerlukan desain sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Kenyamanan merupakan faktor penting dalam mengambil keputusan untuk
membeli sepatu, bagi konsumen kenyamanan ini adalah hal yang subjektif dan
kenyamanan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor interaksi psikologis,
fisiologis dan faktor mekanik (Alcántara et al, 2005; Au dan Goonetilleke, 2007;
Mills et al, 2010). Kebutuhan konsumen ini akan berkaitan dengan faktor interaksi
psikologis, dimana konsumen akan memilih produk yang sesuai dengan selera dan
keinginan mereka. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi persepsi
kenyamanan konsumen dalam memakai sepatu, seperti dari bahan yang digunakan
untuk alas dan bagian atas sepatu, untuk apa sepatu tersebut akan digunakan,
ukuran yang pas dan karakteristik konsumen yang akan menggunakan sepatu
tersebut (Carina Price 2014).
5

Permasalahan mengenai produk sepatu yang telah dijabarkan diatas maka


dapat dikeahui bahwa untuk desain produk sepatu sebaiknya memperhatikan
ukuran dimensi dan kebutuhan konsumen. Penelitian ini akan membahas
bagaimana cara memebuat sistem ukuran sepatu untuk anak usia 4-6 tahun dan
bagaimana mendesain sepatu yang sesuai dengan kebutuhan anak usia 4-6 tahun
agar menghasilkan produk sepatu yang sesuai dengan karakteristik anak usia 4-6
tahun.

B. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiyah dan Dwi Andono Basuki (1994),
meneliti tentang standar ukuran sepatu anak-anak Indonesia dengan sampel anak
laki-laki dengan umur 5-11 tahun sejumlah 336 anak yang dilaksanakan di
Yogyakarta. Dalam penelitian ini menghasilkan standar ukuran sepatu
menggunakan parameter pembanding berdasarkan angka lebar kaki. Metode yang
digunakan adalah menghitung pertumbuhan dan perkembangan ukuran kaki
dengan menambahkan ukuran setiap interval waktu 4 bulan dan 8 bulan, sehingga
dihasilkan nilai parameter pembanding dari lebar kaki terhadap panjang kaki,
gemur kaki, tebal kaki untuk menetapkan standar ukuran.
Siti Balkies Bari, Mumtazah Othman dan Naimah Mohd Salleh (2010)
melakukan penelitian antropometri kaki anak usia prasekoalah di Malaysia.
Penelitian tersebut menghasilkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
terhadap panjang kaki kanan dan panjang kaki kiri. Perbedaan yang cukup
signifikan terdapat pada lebar kaki. Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian
tersebut dapat digunakan untuk pengembangan sistem ukuran sepatu.
Sulistiyah Wiryodiningrat dan Dwi Andono Basuki (2010) melakukan
penelitian pengukuran antropometri kaki pada anak laki-laki usia 5-11 tahun.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menghasilkan sistem ukuran dengan
menggunakan parameter ukuran lebar kaki dan dibandingkan dengan ukuran
panjang kaki, gemur kaki, gemuk kaki dan tumit. Metode yang digunakan adalah
menggunakan pertumbuhan ukuran kaki berdasarkan kenaikan interval umur.
6

Yu Chi Lee, Wen Yu Chao dan Mao Jiun Wang (2016) melakukan penelitian
dengan mengukur antropometri kaki wanita umur 20-60 tahun. Hasil dari
penelitian ini menghasilkan sistem grading ukuran sepatu dengan 80 sistem
ukuran yang terbentuk.
Sakina Mutiara Rahmawati dan Primaditya (2014) melakukan penelitian
untuk menghasilkan sepatu dengan motif batik untuk anak perempuan usia 8-12
tahun yang disesuaikan dengan analisa psikografi sesuai kebutuhan konsumen.
Mohammad Aldy Awaludin Azhari, Caecilia S dan Lauditta Irianti (2015)
dalam penelitian ini menghasilkan produk sepatu olahraga multifungsi dengan
metode QFD. Sepatu yang dihasilkan dapat digunakan untuk sepak bola lapangan
dan sepak bola futsal.
Penelitian yang dilakukan saat ini adalah mengusung tema perancangan
sistem ukuran sepatu menggunakan analisis cluster dan perancangan desain
sepatu dengan metode QFD untuk anak usia 4-6 tahun. Sebelum membuat
perancangan ukuran pertama kalo yang dilakukan adalah pengukuran
antropometri kaki untuk anak usia 4-6 tahun sebanyak 100 sampel laki-laki dan
100 sampel perempuan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
tentang perancangan ukuran sepatu, pada penelitian ini sistem ukuran dihasilkan
dari pengolahan analisis cluster K-Means dan menyusun sistem ukuran
menggunakan interval nilai kelonggaran kaki untuk pertumbuhan kaki yang sehat
pada anak usia 4-6 tahun, sehingga diharapkan akan mengasilkan sepatu yang
benar-benar pas pada kaki saat digunakan dan tidak menghambat pertumbuhan
kaki yang normal pada anak. Kelonggaran untuk panjang kaki adalah sebesar 9-15
mm, dan untuk lebar kaki serta gemur kaki adalah sebesar 5-10 mm. Untuk
perancangan desain sepatu akan dihasilkan dari kebutuhan dan keinginan
konsumen melalui VOC (voice of cutomer), sehingga produk sepatu yang
dihasilkan akan benar-benar sesuai dengan karakteristik konsumen.

C. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam penelitian ini
yaitu :
7

1. Bagaimana membuat sistem ukuran sepatu untuk anak usia 4-6 tahun
berdasarkan pengukuran antopometri kaki.
2. Bagaimanan mendesain sepatu yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
konsumen.

D. Tujuan Penelitian
1. Menghasilkan ukuran sepatu yang sesuai dengan antropometri kaki anak usia
4-6 tahun.
2. Membuat desain sepatu berdasarkan ukuran antropometri dan kebutuhan
konsumen menggunakan metode QFD.
3. Menghasilkan produk sepatu sesuai dengan karakteristik anak usia 4-6 tahun.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagaiberikut :
1. Sebagai masukan terhadap produsen sepatu mengenai hal standar ukuran
yang digunakan agar sesuai dengan ukuran antropometri konsumen
sebenarnya.
2. Mempermudah konsumen dalam mencari sepatu yang sesuai dengan
antropometri ukuran kaki mereka.
3. Konsumen merasa nyaman dengan mengunakan sepatu yang sesuai dengan
ukuran antropometri kaki mereka dan sesuai dengan kebutuhan yang mereka
inginkan dalam desain sepatu yang dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai