Anda di halaman 1dari 7

Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan

obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. (FI III hal. 10) Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk dimasukkan ke dalam saccus conjungtival. Mereka dapat mengandung bahan-bahan antimikroba seperti antibiotik, bahan antiinflamasi seperti kortikosteroid, obat miotik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriatik seperti atropin sulfat. Teks Book of Pharmaceutics : 358 Faktor-faktor dibawah ini sangat penting dalam sediaan larutan mata : 1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan; 2. Sterilitas akhir dari collyrium dan kehadiran bahan antimikroba yang efektif untuk menghambat pertumbuhan dari banyak mikroorganisme selama penggunaan dari sediaan; 3. Isotonisitas dari larutan; 4. pH yang pantas dalam pembawa untuk menghasilkan stabilitas yang optimum (Scovilles : 211) Obat tetes mata yang baik seharusnya memiliki sifat sebagai berikut : 1. Steril 2. Dalam pembawa yang mengadung bahan-bahan germisidal untuk meningkatkan sterilitas; 3. Bebas dari partikel yang tersuspensi; 4. Bahan-bahan yang akurat; 5. Isotonik atau sangat mendekati isotonic; 6. Dibuffer sebagaimana mestinya; 7. Dimasukkan dalam wadah yang steril; 8. Dimasukkan dalam wadah yang kecil dan praktis Keuntungan Tetes Mata Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air. Selain itu tidak menganggu penglihatan ketika digunakan (AMA Drugs : 1624) Kerugian Tetes Mata Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi. (RPS 18 th : 1585) Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai ke ruang anterior. Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat. (DOM King : 142) Karakteristik Sediaan Mata Kejernihan Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. pengerjaan penampilan dalam lingkungan bersih. (RPS 18th : 1589) Stabilitas

Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe pengemasan. Untuk menjaga stabilitas bahan aktif maka pH sediaan disesuaikan dengan pH kestabilan bahan aktif. Buffer dan pH Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk kestabilan. Sistem buffer diseleksi agar mempunyai kapsitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama, situasi ini. Tonisitas Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair, larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketika tonisitasnya sama denganlarutan NaCl 0,9%. Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas daripada suatu waktu yang diusulkan. Maka biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5%-1,8% NaCl. Memberikan pilihan, isotonisitas selalu dikehendaki dan khususnya penting dalam larutan intraokuler. Namun demikian, ini tidak dibutuhkan ketika total stabilitas produk dipertimbangkan. Viskositas USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas. Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata. Additives/Tambahan Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin. Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan sebaiknya dengan karakteristik bahan-bahah. surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel

sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata komersial. Mengapa Tetes Mata Harus Steril Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka. Bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya. (SDF : 357-358) pH Sediaan Mata Larutan lakrimal normalnya pH 7,4 rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa ditoleransi oleh larutan mata dengan range pH ini, disebabkan oleh (1)volume kecil larutan,(2)buffer cairan mata, dan(3)peningkatan produksi air mata.(Parrot : 223) Pewadahan Wadah untuk larutan mata. Larutan mata sebaiknya digunakan dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. Botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminasi. Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan (Scovilles : 247) Komposisi Tetes Mata Selain bahan obat, tetes mata dapat mengandung sejumlah bahan tambahan untuk mempertahankan potensi dan mencegah peruraian. (DOP Cooper : 184) Bahan tambahan itu meliputi : 1. Pengawet Sebagaimana yang telah dikatakan, ada bahan untuk mencegah perkembangan mikroorganisme yang mungkin terdapat selama penggunaan tetes mata. Larutan untuk tetes mata khusus, yang paling banyak tetes mata dan yang lain menggunakan fenil merkuri nitrat, fenil etil alcohol dan benzalkonium klorida. 2. Isotonisitas dengan Sekresi Lakrimal NaCl normalnya digunakan untuk mencapai tekanan osmotik yang sesui dengan larutan tetes mata. 3. Oksidasi Obat Banyak obat mata dengan segera dioksidasi dan biasanya dalam beberapa kasus termasuk bahan pereduksi. Natrium metasulfit dalam konsentrasi 0,1% umumnya digunakan untuk tujuan ini. 4. Konsentrasi Ion Hidrogen Butuh untuk kestabilan konsentrasi ion hidrogen, dan beberapa buffer telah digambarkan. Sodium sitrat digunakan dalam tetes mata fenilefrin. 5. Bahan Pengkhelat Ketika ion-ion dan logam berat dapat menyebabkan peruraian obat dalam larutan digunakan bahan pengkhelat yang mengikat ion dalam kompleks organik, akan memberikan perlindungan.

Na2EDTA, satu yang paling dikenal sebagai pengkhelat. 6. Viskositas Untuk menyiapkan larutan kental dengan memberi aksi yang lama pada larutan mata dengan tetap kontak lebih lama pada permukaan mata, bahan pengental dapat digunakan, metilselulosa 1% telah digunakan untuk tujuan in

Stabilitas obat mata Pendaparan Telah disebutkan bahwa nilai pH air mata sama dengan nilai pH darah yaitu sebesar 7,4 sedangkan untuk pemakaian dengan tetesan, larutan obat mata tersebut nyeri karena pH diatur antara 7,3-9,7. Tetapi pada daerah kisaran pH 5,5-11,4 masalah ini dapat diterima dengan baik. Pengaturan pH ini tujuannya adalah agar bebas dari rasa nyeri meskipun keadaan ini biasanya sulit untuk direalisasikan. Sebagai contoh adalah garam alkaloida yang pada umumnya yang digunakan sebagai obat mata memiliki stabilitas maksimal pada pH 2-4, berarti tidak memili sifat fisiologik. Dengan demikian maka dilakukan dengan menaikkan nilai pHnya untuk meningkatkan efektivitas penetrasi obat tersebut pada kornea mata, dengan memperhatikan keseimbangan fisiologis larutan samapi nilai pH 5,5-6,5. Penyeimbangan pH ini dilakukan dengan menggunakan larutan dapar isotonis. Larutan yang digunakan secara internasional adalah : 1. Dapar natrium asetat-asam borat, kapasitas daparnya tinggi di daerah asam 2. Dapar fosfat, dengan kapasitas daparnya tinggi di daerah alkalis Jika suatu obat mata nilai pHnya berada di luar daerah stabilitas yang dapat diterima secara fisiologis, maka wajib menambahkan larutan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui penambahan asam atau basa Sebagai contoh beberapa dapar yang dapat digunakan pada beberapa tetets maat sebagai berikut: Dapar borat (asam borat/borax), pH 6,8-9,1 1. Chloramphenicol eye drop BP 1993 pH 7,5 2. Hypromellose eye drop BPC 1973 pH 8,4 Dapar fosfat (sodium acid phosphate atau sodium phosphate), pH 4,5-8,5 1. Neomycin eye drop BPC 1973 pH 6,5 2. Prednisolon sodium phosphate eye drop BPC 1973 pH 6,6 Dapar sitrat (asam sitrat atau natrium sitrat) pH 2,5-6,5

1. Benzylpenicillin eye drop pH 6,0 2. Idoxuridine eye drop pH 6,0

Ada beberapa hal, perlunya dipertimbangkan pemakain dapar pada sediaan farmasi antara lain sebagai berikut: 1. Untuk menjamin stabilitas optimal dari suatu sediaan farmasi 2. Untuk menjamin efek fisiologis dan teraupetik yang sebaik-baiknya dan sebesar-besarnya suatu sediaan farmasi 3. Selama prose pembuatan sediaan farmasi, pH larutan dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya : a. Pada pembuatan dengan alat gelas dapat mempengaruhi pH karena alat-alat dapat melepaskan alkali b. Penyaring (filter) dapat mempengaruhi pH karena dpat melepaskan zat-zat bereaksi alkalis c. Biasanya kalau dipaaki aqua destillata, reaski agak asam, karena mengandung CO2 yang terlarut di dalamnya. Bila air tersebut dipanaskan, CO2 akan keluar maka pengaruh CO2 tidak ada. Sedangkan pengaruh gelas yang melepas alkali tidak dapat dihilangkan, hal inilah perlunya memperhatikan pH suatu larutan

Benzalkonium klorida Benzalkonium Klorida merupakan senyawa turunan amonium kuartener yang digunakan pada formulasi farmasetik sebagai pengawet. Senyawa ini bersifat surfaktan kationik, yang aktivitasnya akan tidak aktif oleh sabun dan surfaktan anionic (Remington, J. P., 1975).Dalam sediaan obat mata, benzalkonium klorida adalah pengawet yang sering digunakan, pada konsentrasi 0,01% - 0,02% b/v. Sering digunakan dalam kombinasi dengan pengawet atau eksipien lain, terutama 0,1%. Benzalkonium klorida : sebagai bahan pengawet yang dapat mencegah perkembangan mikroorganisme yang mungkin terdapat selama penggunaan tetes mata. Isotonisitas dengan Sekresi Lakrimal.

Pembahsan
Cara sterilisasi yang digunakan adalah sterilisasi akhir dengan autoklaft pada suhu 115 oC. Dalam pengerjaan sebisa mungkin dilakukan secara aseptis. Pertama -tama dibuat API bebas CO2 dan O2 dengan cara aquadest didihkan selama 40 menit. Lalu ditimbang zat aktif dan zat tambahan, yang

dimasukkan kedalam gelas vial (kaca arloji dibilas 2 kali dengan Aqua pro injeksi secukupnya). Kemudian larutkan neomisin sulfat dengan Aqua pro injeksi, lalu bilas dengan Aqua pro injeksi. Kemudian larutkan Na metabisulfit dengan Aqua pro injeksi, lalu bilas dengan Aqua pro injeksi. Lalu larutkan Benzalkonium klorida dengan Aqua pro injeksi, lalu bilas dengan Aqua pro injeksi. Setelah itu dituangkan aqua pro injeksi secukupnya untuk membasahi kertas saring lipat yang akan digunakan. Lalu lakukan kalibrasi di beker glass dan di botol plastik (wadah). Lalu larutan zat dituangkan ke dalam gelas ukur, catat volume larutan. Kemudian larutan disaring dan dilakukan pengecekan pH sebelum penambahan API hingga volume yang diinginkan. Setelah sediaan jadi, diperoleh larutan yang bening. Sediaan dimasukkan ke dalam wadah dan kemudian disterilisasi akhir dengan autoklaft pada suhu 115oC selama 30 menit. Setelah penyimpanan sediaan selama 2 minggu, dilakukan eveluasi terhadap sediaan. Diperoleh larutan yang bening dan setelah dicek pH sediaan diperoleh pH antara 6-7. pH tersebut sesuai persyaratan sediaan yaitu 6,5 - 7,5. Ternyata buffer yang digunakan dapat mempertahankan pH sediaan sesuai yang diinginkan. Tidak terjadi kebocoran wadah, dan wadah masih dalam keadaan tertutup rapat ( Ansel, 1989).

Cara kerja autoklaf adalah menggunakan uap panas dengan suhu 121oC selama 15 menit pada tekanan 1 atm. Sterilisasi uap tergantung pada : (1) alat/bahan harus dapat ditembus uap panas secara merata tanpa mengalami kerusakan (2) Kondisi steril harus bebas udara (vacum) (3) Suhu yang terukur harus mencapai 121oC dan dipertahankan selama 15 menit. Untuk sediaan obat steril yang volumenya kurang dari 100ml dilakukan sterilisasi 115 116 selama 30 menit sedangkan untuk sediaan yang volumenya lebih dari 100 ml dilakukan sterilisasi dilakukan sampai seluruh isi berada dalam suhu 115 116 dengan waktu 30 menit. Bahan/alat yang tidak dapat disterilisasi dengan uap panas adalah serum, vitamin, antibiotik, dan enzim, pelarut organik, seperti fenol, buffer dengan kandungan detergen, seperti SDS. Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum dari total volumenya. Prosedur dalam penggunaan autoklaf: - Pelajari bagian-bagian autoklaf dan fungsinya masing-masing - Tuangkan air suling ke dalam autoklaf hingga batas yang dianjurkan - Masukkan alat/bahan yang akan diserilkan, ditata sedemikian rupa sehingga uap air secara merata dapat menembus alat/bahan yang akan disterilkan tersebut. - Tutup autoclave dan hidupkan alat. Perhatikan tahap kenaikan suhu dan tekanan pada autoclave. Tunggu hingga alat mencapai suhu 121oC selama 15 menit. Autoclave akan otomatis membunyikan alarm, jika proses sterilisasi sudah selesai. - Hindari membuka tutup autoclave begitu proses sterilisasi selesai, tunggu sampai tekanan dan suhunya turun. Bagian-bagian autoklaf antara lain : 1. Tombol pengatur waktu mundur (timer) 2. Katup pengeluaran uap 3. pengukur tekanan 4. kelep pengaman 5. Tombol on-off

6. Termometer 7. Lempeng sumber panas 8. Aquades (dH2O) 9. Sekrup pengaman 10. batas penambahan air Mekanisme penghancuran bakterioleh autoklaf adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial organisme tersebut. Adanya uap air yang panas dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada temperature yang relative rendah. Karena tidak mungkin untuk mendapatkan uap air dengan temperatur diatas 100C pada kondisi atmosfer, maka tekanan digunakan untuk mencapai temperature yang lebih tinggi. Ditemukan bahwa bukan tekanan yang menghancurkan mikroba, tetapi temperature, tekanan digunakan untuk meningkatkan temperatur. Waktu juga merupakan factor penting dalam penghancuran mikroba oleh panas. Waktu yang dibutuhkan oleh uap air untuk menembus beban yang disterilkan berbeda-beda tergantung pada sifat beban yang disterilkan, dan waktu pemaparan harus diatur untuk memperhitungkan masa laten ini. (TUGAS STReil-2)

Anda mungkin juga menyukai