Anda di halaman 1dari 5

PEMBAHASAN

Gel merupakan salah satu contoh sediaan dari semisolid. Gel adalah sediaan
bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan
organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan
saling terserap oleh cairan. Gel dapat didefinisikan sebagai sediaan semipadat
yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik kecil atau molekul
organik besar, berpenetrasi oleh suatu cairan. Gel adalah sistem semipadat yang
pergerakan medium pendispersinya terbatas oleh sebuah jalinan jaringan tiga
dimensi dari partikel – partikel atau makromolekul yang terlarut pada fase
pendispersi (Allen et. al., 2002). Gel memiliki sistem sistem disperse yang banyak
tersusun dari air serta sangat rentan terhadap terjadinya instabilitas fisik, kimia
maupun mikroba (Gad, 2008).

Ketidakstabilitas gel pada kondisi normal menunjukkan perubahan rheology


secara irreversible sehingga menyebabkan hasil akhir yang tidak dapet diterima
bila digunakan. 16 Khusus gel berbahan dasar polisakarida alam akan mudah
mengalami degradasi mikrobial. Maka perlu penambahan preservatif untuk
mencegah serangan mikrobial. Peningkatan suhu penyimpanan dapat
menyebabkan efek yang berlawanan pada stabilitas polimer sehingga
menghasilkan viskositas yang berubah dari waktu ke waktu (Zatz and Kushla,
1996).

Pada praktikum kali ini digunakan Natrium Diklofenak. Natrium


Diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dengan
efek analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik .Zat aktif natrium diklofenak pada
praktikum kali ini dibuat dalam sediaan gel melalui jalur topical yang dapat
memberikan efek pada persendiaan dengan hanya melalui jalur sistemik yang
terbatas.

Dipilih Na diklofenak dalam sediaan gel karena Na diklofenak obat yang


biasa digunakan sebagai penghambat siklooksigenase yang kuat dengan efek anti
inflamasi, analgesik dan anti piretik. Diklofenak cepat diabsorbsi setelah
pemberian oral dan mempunyai waktu paruh yang pendek. Obat ini dianjurkan
untuk kondisi peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta
untuk pengobatan nyeri otot rangka akut (Katzung dkk., 2011 ). Selain itu dibuat
dalam sediaan gel karena bentuk sediaan gel mudah digunakan dan mudah dicuci
dengan air. Gel juga memberikan sensasi dingin sehingga acceptabilitasnya tinggi.
Kadang air yang tinggi pada gel dapat menghidrasi stratum corneum sehingga
dapat mengurangi resiko peradangan lebih lanjut. Kemudian karena tujuan terapi
sistemik pada sendi-sendi dan rute penetrasinya adalah transdermal melalui
epidermis maka dipilih sediaan bentuk topikal yaitu gel. Selain itu Na diklofenak
digunakan pada pengobatan osteoarthritis dan rheumatoid arthritis, untuk
mengurangi efek pada saluran cerna, pendekatan yang dilakukan adalah dengan
mebuat sediaan transdermal yaitu sistem penghantar yang memanfaatkan kulit
sebagai tempat masuknya obat. Untuk meningkatkan fluks obat yang melewati
membran, dapat digunakan senyawa-senyawa peningkat penetrasi.

Didalam formulasi tidak hanya menggunaan zat aktif saja, tetapi juga
terdapat bahan tamabah atau eksipient yang berupa gelling agent, pelarut dan
alkalizing. Eksipient gelling agent merupakan suatu gum alam atau sintesis, resin
maupun hidrokoloid lain yang dapat digunakan dalam formulasi gel untuk
menjaga konsituen cairan serta padatan dalam suatu bentuk gel yang halus. Bahan
berbasis polisakarida atau protein merupakan jenis bahan yang biasanya
digunakan sebagai pembentuk gel. Beberapa contoh gelling agent yaitu CMC-Na,
metil selulosa, asam alginat, sodium alginate, kalium alginat, kalsium alginate,
agar, karagenan, locust bean gum, pektin serta gelatin (Raton, et al., 1993). Dalam
preformulasi sediaan gel terutama pada gelling agent bahan polisakarida alami
yang peka terhadap derajat pertumbuhan mikrobial. Maka dari itu, penambahan
bahan pengawet perlu ditambahkan guna mencegah kontaminasi serta hilangnya
karakter gel dalam kaitannya dengan microbial (Clegg, 1995).

Pada kedua formula dengan bahan aktif yaitu Na diklofenak dan bahan
tambahan yang digunakan adalah Na-Alginat dengan konsentrasi 3% karena
menurut (Raymond et, 2009) Na alginate yang digunakan sebagai gelling agent
memiliki rentang pemakaian sebesar 1 – 5%. Na alginate merupakan polimer
alam. Polimer semi sintetik merupakan polimer yang diperoleh dari hasil
modifikasi polimer alam dan bahan kimia, sedangkan sintetik merupakan polimer
yang dibuat melalui polimerisasi dari monomer-monomer polimer dan polimer
alam merupakan polimer yang diperoleh dari alam.

FORMULA AKHIR

Na Diklofenak 1%

Na Alginat 3%

Propilenglikol 10%

Metil paraben 0,2%

Aquadest ad 20

Formula yang diusulkan yaitu adanya penambahan propilenglikol sebagai


peningkat penetrasi, metilparaben sebagai kombinasi pengawet yang sering
digunakan karena efektivitasnya yang sinergis terhadap antimikroba. Dalam
usulan formula sediaan gel terdapat zat aktif yang digunakan yakni diklofenak
natrium 1%. Khasiat dari Na diklofenak adalah sebagai analgetika, antipiretik, dan
antiinflamasi (Depkes RI, 1979; Sweetman, 2009).Ditambahkan propilenglikol ke
dalam sediaan gel ini guna meningkat penetrasi sehingga mempercepat
tercapainya onset obat, selain itu propilenglikol ini berfungsi pula sebagai
humektan dimana dapat membantu mempertahankan kelembaban kulit ketika gel
telah disebarkan.dan untuk zat tambahan Na Alginat digunakan sebagai bahan
tambahan, pengental, dan bahan pengemulsi. Gel dengan karbomer sebagai
gelling agent merupakan gel yang paling baik, kemampuan pelepasan obatnya
meningkat dengan penambahan propilen glikol hingga 10%, namun jika
penambahan lebih dari 10% dikhawatirkan akan menurunkan aktivitas pelepasan
obat (Dewi, 2016).
DAPUS

Abatzopoulos, Th. J., Beardmore, J. A., Clegg, J.S., dan Sorgeloos, P.


(1996).Biology of Aquatic Organism: Artemia-Basic and Applied Biology

Allen, L. V., 2002, The Art science, and Technology of Pharmaceutical


Compouding, 304,309,310, American Pharmaceutical Association,
Washington D. C.

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia III. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Dewi, C. C. (2016). Review Artikel: Hidroksi Propil Metil Selulosa dan


Karbomer serta Sifat Fisikokimianya sebagai Gelling Agent. Farmaka,
14(3), 1-10.

Gad S.C., 2008, Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Production and


Processes, A John Wiley & Sons, Inc., New Jersey

Katzung, B.G. 2011. Farmakologi Dasar dan Klinik. 8th ed. Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Raton, F.L Boca and C.K Smoley, 1993, Everything Added to Food in the United
States.

Rowe, Raymond C, dkk. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed.


Pharmaceutical Press, USA.

Sweetman, S. C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference (Thirty-Sixth


ed.). London: Pharmaceutical Press.

Zatz, J.L., 1996, ed. Kushla G. P., Gels and Lieberman, H.A., Pharmaceutical
Dosage Forms Disperse System, Vol. 2, Marcel Dekker Inc., New York:
p.400-401,405-415.

Anda mungkin juga menyukai