Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA


“Uji Pelepasan Gel Na Diklofenak”

Hari, Tanggal :
Rabu, 16 Desember 2020

Dosen Jaga :
Apt., Lidya Ameliana M.Farm., S.Si.

Oleh :
Kelompok A2-1
Muhammad Egi Supaedi (152210101138)
Sukma Anora Wahyunia (162210101019)
Anna Dwi Rachmawati Asbolah (162210101144)
Dimas Aloisius (182210101068)
Havidhatul Maulia (182210101070)

LABORATORIUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLIDA


BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Natrium Diklofenak merupakan salah satu obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang
potensial berefek analgesik. Natrium diklofenak sering digunakan untuk mengobati
rheumatoid arthritis karena mempunyai efek yang lebih baik pada serangan akut maupun
pada pengobatan jangka panjang. bentuk sediaan topikal dipilih sebagai alternatif sediaan
Na Diklofenak. Rute topikal untuk penghantaran obat memiliki keuntungan dibandingkan
jalur lainnya. Diantaranya adalah menghindari efek lintas pertama hepar, memberikan
penghantaran obat secara berkelanjutan, memiliki efek samping yang lebih rendah, dan
memperbaiki kepatuhan pasien. Penggunaan secara topikal juga telah menghasilkan kadar
yang lebih tinggi dalam jaringan adiposa dan otot rangka yang berdekatan. Contoh sediaan
topikal diantaranya, salep, pasta, gel dan krim (Lachman et al., 1994). Pada praktikum kali
ini dilakukan Uji Pelepasan Gel Na Diklofenak untuk mengetahui pelepasan sediaan gel Na-
diklofenak dari basis gel karbopol. Dan digunakan membran selofan untuk menahan sediaan
keluar dari sel difusi.
Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa dapat memformulasikan sediaan gel natrium diklofenak.
b. Mahasiswa dapat mengetahui evaluasi uji pelepasan natrium diklofenak dalam sediaan
gel.
c. Mahasiswa dapat melakukan uji pelepasan gel natrium diklofenak dari sediaan gel
menggunakan alat disolusi tipe 2 (tipe dayung)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan Gel
Gel merupakan sediaan dengan semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil dan molekul organik yang besar dan terpenetrasi oleh suatu
cairan. Gel umumnya merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan
mengandung zat aktif. Gel merupakan dispersi koloid yang mempunyai kekuatan yang
disebabkan pengikat dalam granulasi, koloid pelindung dalam suspensi dan pengental untuk
sediaan oral dan sebagai basis suppositoria (Hardiana, 2007).
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik yang umumnya terdiri dari partikel
anorganik dimana apabila ditambahkan ke dalam fase pendispersi hanya sedikit sekali
interaksi antara ke dua fase, tidak secara spontan menyebar (Ansel, 1989). Dasar gel
hidrofilik terdiri dari partikel organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan
molekul dari fase pendispersi (Ansel, 1989).
Menurut FI IV, penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua :
a. Gel sistem dua fase
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relative besar, massa gel
kadang-kadang dinyatakan sebagai magma, misalnya magma bentonit.
b. Gel sistem fase tunggal
Terdiri dari makromolekul organic yang tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian rupa
hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel
fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik, misalnya karbomer atau gom alam
(tragakan).
Gel dapat dikelompokkan menjadi lipophilic gels dan hydrophilic gels. Lipophilic gels
(oleogen) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari paraffin cair, polietilen atau minyak
lemak yang ditambah dengan silica koloid. Sedangkan, hydrophilic gels basisnya terbuat dari
air, gliserol, atau propilen glikol yang ditambah gelling agent, seperti amilum, turunan
selulosa, karbomer, dan Aluminium-Magnesium-Silika.
Komponen gel dibagi menjadi 3 yaitu bahan aktif, gelling agent, dan bahan tambahan.
Sejumlah polimer digunakan untuk membentuk struktur berbentuk jaringan yang
merupakan bagian penting dalam sistem.
Na Diklofenak
Natrium diklofenak merupakan obat salah satu non-steroid (OAINS) dengan
golongan derivat asam fenil asetat. Na-diklofenak termasuk obat non selektif pada
penghambatan siklooksigenase. Obat ini menghambat biosintesis prostaglandin dimana
prostaglandin akan meningkat saat sel mengalami kerusakan. OAINS akan menghambat
enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu
enzim siklooksigenase. Ada 2 macam yaitu COX-1 yang berperan dalam pemeliharaan fungsi
fisiologis jaringan dan COX-2 berperan dalam stimulus inflamasi, faktor pertumbuhan dan
proses perbaikan jaringan. Natrium diklofenak memiliki aktivitas antiinflamasi, analgesik dan
antipiretik. Berikut ini merupakan uji evaluasi gel natrium diklofenak:
a. Uji penetrasi.
Penetrasi melalui stratum corneum dapat dilakukan melalui dan mekanisme yaitu:
 Penetrasi transdermal
Sebagian besar obat sediaan topikal berpenetrasi melalui stratum korneum melalui
ruang interseluler dan ekstraseluler. Pada kulit normal jalur penetrasi umumnya melalui
trasdermal. Prinsip dari penetrasi transdermal adalah masuknya penetrasi ke dalam
stratum korneum karena adanya koefisien partisi dari penetrasi obat-obatan yang bersifat
hidrofilik akan berpartisi melalui jalur transeluler sedangkan obat yang bersifat lipofilik
melalui jalur intraseluler. Penetrasi transepidermal berlangsung melalui dua tahap yaitu:
1. Pelepasan obat dan pembawa ke starum korneum (tergantung dari koefisien partisi
obat dalam pembawa dan stratum korneum).
2. Difusi melalui epidermis dan dermis dibantu oleh aliran pembuluh darah dalam lapisan
dermis.
 Penetrasi transapendageal
Jalur masuknya obat melalui kelenjar folikel pada kulit. Penetrasi transapendageal akan
membawa senyawa obat melalui kelenjar keringat dan kelenjar rambut yang berhubungan
dengan kelenjar sebalus disebabkan adanya pori-pori. Penetrasi transdermal lebih baik
dibandingkan penetrasi transapendageal karena luas permukaan pada jalur penetrasi
transapendageal lebih kecil.
Uji penetrasi sediaan dilakukan untuk menentukan seberapa besar obat dapat terpenetrasi
dalam kulit. Dimana uji penetrasi dapat dilakukan secara in vivo dengan menggunakan kulit
hewan yang masih hidup dan uji in vitro dengan menggunakan kulit hewan yang sudah mati
atau membran.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi atau absorbsi obat secara perkutan antara
lain:
1) Perbedaan spesies . Kulit manusia kurang permeabel dibanding kulit tikus, babi, dan
lain-lain.
2) Perbedaan usia dan jenis kulit. Kulit bayi lebih permeabel dibandingkan dewasa,
sehingga pada dewasa membutuhkan sediaan topikal 99 lebih banyak. Jenis kulit
tebal seperti telapak tangan/kaki dapat memperlambat absorbsi obat.
3) Temperatur kulit dan sirkulasi perifer. Laju penetrasi obat bergantung pada kondisi
temperatur sekitar dan kondisi perifer cukup mempengaruhi laju absorbsi obat.
Vasokonstaksi lokal akan memperlambat obat hilang dari kulit.
4) Kondisi kulit. Kulit yang telah rusak memungkinkan obat dan bahan asing lainnya
masuk ke dalam jaringan subkutan.
5) Tempat pemberian kontak waktu dengan sediaan frekuensi pemberian penetrasi
akan lebih besar jika obat dipakai pada kulit dengan lapisan tanduk tipis. Tempat
pemberian berkaitan dengan derajat absorbsi. Semakin lama waktu pemakaian obat
menempel pada kulit semakin banyak obat diabsorbsi.
6) Derajat hidrasi kulit. Hidrasi stratum korneum dapat meningkatkan derajat lintas
semua obat yang mempenetrasi kulit.
7) Perlakuan kulit. Menggosok atau mengoleskan obat pada kulit akan menunjukkan
jumlah obat yang diabsorbsi meningkat.
8) Karakteristik fisik dari zat yang berpenetrasi. Zat terlarut dengan berat molekul di
bawah 800-1000 dengan kelarutan yang sesuai dalam mineral dan air (71 mg/ml)
dapat menyerap ke dalam kulit.
9) Hubungan antara pembawa dengan zat yang berpenetrasi. Obat yang dicampur
dengan pembawa tertentu harus bersatu dengan permukaan kulit dalam konsentrasi
yang cukup. Jumlah obat yang berpenetrasi luas permukaan tiap waktu bertambah
sebanding dengan pertambahan konsentrasi.
Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya 16% berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7-3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 m2. Tebalnya kulit bervariasi mulai
dari 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Secara umum kulit
berfungsi sebagai barrier pelingdung tubuh terhadap ppengaruh lingkungan luar.
Selanjutnya secara spesifik kulit diklasifikasikan diantaranya memberikan fungsi
pelindungan, fungsi homeostasis dan fungsi sensori. Kulit tersusun atas 3 lapisan yaitu
lapisan epidermis, dermis dan jaringan subkutan. Pada kulit juga terdapat rambut, kelenjar
sebaceous dan kelenjar keringat.
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda beda pada berbagai tempat ditubuh, paling tebal pada telapak tangan
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu stratum basale, stratum
granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum.
Lapisan dermis merupakan komponen yang penting dengan ketebalan antara 3-5
mm. Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfa, gelombang rambut,
kelenjar lemak (sebacea), kelenjar keringat, kelenjar otot, serabut syaraf dan korpus pacini.
Selain berfungsi menyuplai gizi, pada lapisan dermis juga terdapat imun serta sensor panas,
tekanan dan rasa nyeri. Subkutan merupakan lapisan dibawah dermis/hypodermis yang
terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan dibawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda beda menurut
daerah ditubuh dan keadaan nutrisi induvidu. Fungsi subkutis sebagai cadangan kalori,
isolasi panas, bantalan terhadap trauma dan tempat penumpukan energy.
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Bahan :
1. Sediaan Gel Na Diklofenak
2. Larutan Dapar PBS pH 7,4
3. Aqudest
4. Membran Selofan
Alat :
1. Beaker Glass
2. Timbangan analitik
3. Labu ukur 10 ml
4. Kuvet
5. Spektrofotometer UV-Vis
6. Objek glass
7. Cakram
8. Bejana Tabung uji
Komposisi
Sediaan Gel Na Diklofenak
Jumlah
Nama bahan Fungsi Kadar (%)
(20 gram)
Na diklofenak Bahan aktif 1% 0,2 gram
Carbopol Gelling agent 1% 0,2 gram
Propilen glikol Humektan, Pelarut, penetrasi enhancer 15% 3 gram
Methyl paraben Pengawet 0,18% 0,036 gram
Propyl paraben Pengawet 0,02% 0,004 gram
Trietanolamin Alkalizing agent 1% 0,2 gram
Aquadest Pelarut 81,8% 16,36 gram

Penimbangan :
1
- Na diklofenak = x 20 gram=0,2 gram
100
1
- Carbopol = x 20 gram=0,2 gram
100
15
- Propilen glikol = x 20 gram=3 gram
100
0,18
- Methyl paraben = x 20 gram=0,036 gram
100
0,02
- Propyl paraben = x 20 gram=0,004 gram
100
1
- Trietanolamin = x 20 gram=0,2 gram
100
81,8
- Aquadest = x 20 gram=16,36 gram
100

Komposisi Larutan Dapar PBS pH 7,4


komposisi BM Massa Molaritas
NaCl 58,4 g/mol 8g 0,137 M
KCl 74,551 g/mol 200 g 0,0027 M
Na2HPO4 141,96 g/mol 1,44 g 0,001 M
KH2PO4 136,086 g/mol 240 g 0,0018 M

Metode Kerja
1. Pembuatan sediaan gel Na diklofenak

Disiapkan bahan yang akan digunakan

Dimasukkan karbopol dalam mortar, digerus. Kemudian dilarutkan dengan air

Ditambahkan TEA sedikit demi sedikit kedalam mortar hingga membentuk basis gel (i)

dilarutkan Na-Diklofenak dengan propilen glikol dalam beaker glasss

Ditambahkan nipagin dan nipasol ke dalam beaker glass, diaduk ad homogen (ii)

Diimassukkan campuran (ii) ke campuran (i), di gerus ad homogen.


Kemudian ditambahkan sisa air, aduk ad homogen

2. Pembuatan Larutan PBS pH 7,4


Disiapkan 800mL air suling/aquadest dalam wadah yang sesuai (beaker Glass)

Ditambahkan 8 gram NaCl ke dalam larutan

Ditambahkan 200 mg KCl kedalam larutan

Ditambahkan 1,44 g Na2HPO4 ke dalam larutan

Ditambahkan 240 mg KH2PO4 Ke dalam larutan

Larutan diajust dengan HCl/NaOH hingga pH 7,4

Ditambahkan aquadest hingga volume = 1 L

3. Prosedur Evaluasi Uji disolusi


a. Pembuatan larutan baku

Ditimbang Na-Diklofenak 25 mg

Dimasukkan dalam labu 10ml, ditambah baku induk 2500 ppm

Dilakukan pengenceran 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, dan 30 ppm

b. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Dilarutan blanko dalam kuvet di scan

Larutan standar 20 ppm di scan


Larutan sampel di scan

Gunakan panjang gelombang 200-400 nm

Dipilih nilai absorbansi yang paling tinggi pada panjang gelombang 200-400 nm

c. Penyiapan Membran

Membran selofan dipotong seukuran sel difusi

Membran selofan direndam dalam aquadest semalam

Setelah direndam membran ditiriskan dengan tissue

d. Preparasi Sel Difusi

Disiapkan sel difusi yang bersih, ditara dalam kondisi kosong ditimbang analitik

Sel difusi di isi dengan gel dan diratakan dengan gelas objek

Sediaan ditutup dengan membran yang telah dipotong sesuai dengan ukuran sel difusi,
sediaan disekitar sel difusi dibersihkan dan ditimbang kembali

Diatasnya diberi ring penyekat sebagai pengaman untuk mencegah kebocoran, lalu
diklem dengan lempengan sel yang lain dengan rapat

Gambar Cakram untuk Uji Disolusi


e. Pengukuran Pelepasan Na Diklofenak Dari Sediaan Gel

Menghangatkan media solusi 500ml pada suhu 37 OC

Sel Difusi dimasukkan ke dalam bejana tabung uji yang berisi media solusi

Sel Difusi diletakkan di dasar bejana disolusi dengan bagian cover menghadap ke atas

Paddle diputar 500 rpm, segera dicatat sebagai menit ke nol

Pada setiap menit ke 30 diambil cuplikan sebanyak 5 ml

Setiap kali pengambilan cuplikan, bejana disolusi ditambah media disolusi dengan jumlah
dan temperatur yang sama

Sampel ditentukan kadar Na-diklofenak dengan spektrofotometer UV VIS pada panjang


gelombang maksimal dan dikoreksi dengan rumus Wurster

f. Penentuan Jumlah Bahan Aktif yang Terlepas dari Basis

Jumlah Bahan Aktif yang terlepas per satuan luas membrane setiap waktu = konsentrasi
setiap waktu × jumlah media / luas permukaan membrane

Dibuat Kurva jumlah bahan aktif kumulatif VS akar waktu

g. Penentuan Profil Pelepasan Bahan Aktif dari Basis

Profil Pelepasan ditentukan dari kurva jumlah bahan aktif yang terlepas VS akar waktu

h. Penentuan Kecepatan Pelepasan Bahan Aktif

Dibuat Kurva jumlah kumulatif bahan aktif yang terlepas vs akar waktu

Dari kurva dibuat persamaan regresinya, slope persamaan regresi merupakan kecepatan
pelepasan

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. USP 32 NF-27. The United States Pharmacopeial Convention, 12601
Twinbrook Parkway, Rockville, MD 20852 All rights reserved.

Ansel, H. C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : Universitas Indonesia
Pers.

Herdiana, Y. 2007. Formulasi Gel Undesilenil Fenilalanin dalam Aktivitas sebagai Pencerah
Kulit. Bandung : UNPAD
Shargel, L., dan B. C. Andrew. 2005. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan Edisi 2.
Terjemahan oleh Siti Sjamsiah. Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai