PERCOBAAN V
ABSORBSI PERKUTAN OBAT
Disusun oleh :
Galuh Nilam Pratiwi (1041511073)
Intan Nur Faizah (1041511084)
Khairunnisa (1041511092)
Latifatul Khoiriyah (1041511098)
Fithria Lathifatul B (1041611175)
Nur Aliya Fitri Ana (1041611184)
I. TUJUAN
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh absorbsi perkutan asam salisilat
dengan basis salep vaselin dan PEG.
Kulit yang utuh merupakan rintangan terhadap absorpsi obat melalui kulit. Penetrasi obat
menembus kulit dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
Penetrasi transeluler (menyebrangi sel)
Penetrasi interseluler (antar sel)
Penetrasi transappendageal (melalui folikel rambut, kelenjar lemak, dan perlengkapan pilo
sebaceaus)
Faktor faktor yang mempengaruhi penyerapan perkutan ada 2 yaitu faktor fisiologik dan
faktor fisiko-kimia.
Faktor fisiologik meliputi :
1. Keadaan dan umur kulit
Pada keadaan patalogis yang ditandai dengan perubahan sel sel tanduk (stratum
korneum) : dermatosis dengan eksim, psiorasis,dermatosis seborheik, maka permeabilitas
kulit akan meningkat. Hal ini dibuktikan dengan kadar hidrokortison yang melintasi kulit
akan berkurang bila lapisan sel tanduk berjamur dan akan meningkat pada kulit yang
eritematosis. Selain itu permeabilitas kulit juga dipengaruhi oleh usia, kulit anak anak
lebih permeabilitas dibandingkan dengan kulit orang dewasa.
2. Aliran darah
Pada sebagian besar obat obatan, lapisan tanduk merupakan faktor penentu pada proses
penyerapan dandebit darah selalu cukup untuk menyebabkan senyawa menyetarakan diri
dalam perjalanannya. Namun bila kulit luka atau bila zat aktif digunakan secara ionoforesis
menjadi faktor yang menentukan.
3. Tempat pengolesan
Jumlah molekul yang sama akan berbeda tergantung pada tempat pengolesan . karena
adanya perbedaan ketebalan. Perbedaan ketebalan terutama disebabkan ketebalan lapisan
tanduk (stratum korneum) berbeda pada setiap bagian tubuh.
4. Kelembaban dan suhu
Kelembaban dapat mengembangkan lapisan tanduk dengan pengurangan bobot jenisnya
atau tahanan difusi. Secara in vivo , suhu kulit yang dipengaruhi
Faktor fisiko-kimia meliputi :
1. Tetapan difusi
Tetapan difusi suatu membran berkaitan dengan tahanan yang menunjukan keadaan
perpindahan. Senyawa dengan bobot molekul rendah akan berdifusi lebih cepat daripada
senyawa dengan bobot molekul yang tinggi, paling tidak karena membentuk ikatan
konstituen membran. Pada keadaan tersebut maka jumlah yang diserap berbanding terbalik
dengan bobt molekul.
2. Konsentrasi zat aktif
Umumnya, jumlah obat yang diabsorpsi secara perkutan per unit luas permukaan per
satuan waktu akan meningkat, bila kosentrasi obat pada sistem penghantaran obat
transdermal ditambah
3. Koefisien partisi
Harga koefisien partisi obat yang tergantung dari kelarutannya dalam air dan minyak.
Harga ini menentukan laju perpindahan melewati daerah absorbsi. Koefisien partisi dapat
diubah dengan memodifikasi gugus kimia dalam struktur obat dan variasi pembawa.
(Aiache, J.M, 1993 : 458-464).
Karena kecepatan difusi suatu obat menembus sawar kulit tergantung langsung pada kadar
obat dalam bahan pembawa, maka absorpsi obat perkutan dapat lebih mudah diubah dengan:
1. Memodifikasi kelarutan suatu obat dalam bahan pembawa
2. Mengubah komposisi bahan pembawa
3. Memodifikasi struktur kimia obat dibanding dengan mencoba menaikkan kelarutan obat di
dalam sawar kulit.
Dulu dipercaya bahwa factor utama yang berpengaruh terhadap penetrasi melalui kulit
adalah dasar salepnya sendiri, oleh karena itu klasifikasi salep menurut penetrasi lebih banyak
dikemukakan daripada komposisi tipe dasar salep.
Pengaruh komposisi bahan pembawa pada absorbsi perkutan kebanyakan berhubungan
dengan efek:
1. Kelarutan obat dalam bahan pembawa
2. Koefisien aktivitas obat
3. Koefisien partisi kulit atau bahan pembawa
Pengaruh ketiga efek tersebut lebih besar daripada pengaruh efek bahan pembawanya
sendiri terhadap kulit. (Moh. Anief, 2002)
Salep adalah preparat setengah padat untuk pemakaian luar. Dasar salep dikelompokkan
menjadi 4 kelompok besar, yaitu basis hidrokarbon, bais absorbsi, basis yang dapat dicuci
dengan air dan basis yang larut dalam air. Fungsi salep adalah sebagai bahan pembawa substansi
obat untuk pengobatan kulit, sebagai bahan pelumas dan sebagai pelindung kulityaitu mencegah
kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit.
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
Tidak mengahmbat proses penyembuhan luka / penyakit pada kulit tersebut.
Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
Tidak merangsang kulit.
Reaksi netral, pH mendekati ph kulit yaitu sekitar 6-7.
Stabil dalam penyimpanan.
Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
Mudah dicuci dengan air.
Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
Mudah diformulasikan / diracik.
Dasar salep hidrokarbon bebas air, preparat yangberair mungkin dapat dicampurkan hanya
dalam jumlah sedikit. Dasar hidrokarbon terutama dipakai untuk efek emolien. Dasar salep
tersebut bertahan paada kulit dalam waktu yang lama dan tidak memungkinkan larinya lembab
ke udara dan sukar dicuci. Contohnya vaselin, paraffin, minyak mineral.
Dasar salep yang bias dibersihkan dengan air merupakan emulsi minyak dalam air yang
dapat dicuci dari kulit, misalnya salep hidrofil.
Dasar salep absorbsi berguna sebagai emollient walaupun tidak menyediakan derajat
penutupan seperti yang dihasilkan dasar salep berlemak. Contoh lanolin, petrolatum hidrofilik,
cold cream.
Dasar salep larut dalam air hanya mengandung komponen yang larut dalam air. Contoh
PEG.
(Sulaiman. 2008)
Tinjauan Bahan
1. Acidum Salicylicum
Asam Salisilat
C7H6O3 BM 138,12
Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur putih;
rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih
dan tidak berbau. Jika dibuat dari metal salisilat alami dapat berwarna
kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene; mudah larut dalam etanol dan
dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0%
C7H6O3, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur putih, biasanya
berbentuk jarum halus atau serbuk hablur putih halus, rasa agak manis, tajam dan stabil di
udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat darimetil salisilat alami
dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip etanol. Kelarutan
sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut
dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.
(Anonim, 1995 : 51)
Asam salisilat berkhasiat sebagai fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi
3-6% dalam salep. Di samping itu, zat ini juga bekerja sebagai keratolitis, yaitu dapat
melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%. Selai itu juga dapat berkhasiat
sebagai bakteriostatik lemah. Asam salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar
terhadap infeksi jamur yang ringan. Sering kali, asam ini dapat dikombiasikan dengan
asam bensoat (salep whitfield) dan belerang (sulfur praipitatum) yang keduanya memiliki
kerja fungistatis maupun bakteriostatis. Bila dikombinasikan dengan obat lain, misalnya
kortikosteroid, asam salisilat meningkatkan penetrasinya ke dalam kulit. Tidak dapat
dikombinasikan dengan oksida karena akan berbntuk garam seng salisilat yang tidak aktif.
(Tjay.2007. hal 101)
2. Acidum Trikloroacetat (TCA)
Asam trikloroasetat mengandung tidak kurang dari 98% C2HCl3O2.
Pemerian : hablur atau masa hablur, sangat rapuh, tidak berwarna, rasa lemah atau
getir dank has.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam ethanol (95%) P dan dalam eter
(Anonim,, 1979)
3. Heparin
Heparin adalah sediaan steril mengandung polisakaridosulfat seperti yang terdapat
dalam jaringan hewan yang menyusui, mempunyai sifat khas menghambat pembekuan
darah. Potensi tiap mg tidak kurang dari 110 UI dan tidak lebih dari 130 UI, dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan dan tidak kurang dari 90 % dan tidak lebih dari 110
% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Pemerian : serbuk; putih atau putih kuning gading; agak higroskopik.
Kelarutan : larut dalam 2,5 bagian air. (Anonim, 1979)
4. Vaselin
Kelarutan: praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol ( 95 % ) P, larut dalam
kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter minyak tanah P, larutan kadang-kadang
beropalesensi lemah. ( Anonim, 1979 : 633 )
BAHAN :
Salep Asam Salisilat basis vaselin dan PEG
Heparin
TCA 10 %
Aquadest
HEWAN UJI :
Kelinci
IV. SKEMA KERJA
a. Pembuatan larutan Stock Asam Salisilat
250 mg serbuk Asam Salisilat dimasukkan labu takar 50 ml
Diambil 1 ml beningan
di centrifuge 15'
di ambil 1ml beningan
di tambah 3ml air
di tentukan konsentrasi obat dengan
spektro
salep di tutup dengan aluminium foil dan di balut dengan kain kasa
pengambilan sampel darah dilakukan menit ke 0,10, 20, 30, 45, 60,
90, dan 120
Deret Baku
Kadar Koreksi kadar
V1. C1 = V2. C2 V1. C1 = V2. C2
V1. 5000 g/ml = 500 l. 250 g/ml 25 l. 4994 g/ml = 500 l. C2
V1 = 25 l (stok) C2 = 249,7 g/ml
+ 475 l darah
V1. C1 = V2. C2 V1. C1 = V2. C2
V1. 5000 g/ml = 500 l. 500 g/ml 50 l. 4994 g/ml = 500 l. C2
V1 = 50 l (stok) C2 = 499,4 g/ml
+ 450 l darah
V1. C1 = V2. C2 V1. C1 = V2. C2
V1. 5000 g/ml = 500 l. 750 g/ml 75 l. 4994 g/ml= 500 l. C2
V1 = 75 l (stok) C2 = 749,1 g/ml
+ 425 l darah
V1. C1 = V2. C2
V1. C1 = V2. C2
V1. 5000 g/ml = 500 l. 1000 g/ml
100 l. 4994 g/ml = 500 l. C2
V1 = 100 l (stok)
C2 = 998,8 g/ml
+ 400 l darah
V1. C1 = V2. C2
V1. C1 = V2. C2
V1. 5000 g/ml = 500 l. 1250 g/ml
125 l. 4994 g/ml = 500 l. C2
V1 = 125 l (stok)
C2 = 1248,5 g/ml
+ 375 l darah
a = 0,0687
b = 6,9970 x 10-4
r = 0,9877
y = a + bx
y = 0,0687 + 6,9970.10-4x
a. Data Absorbansi Sampel Salep Asam Salisilat
0 0,156 0,000
10 0,298 0,129
20 0,148 0,123
30 0,115 0,126
45 0,145 0,118
60 0,153 0,158
90 0,180 0,135
Perhitungan AUC
327,7119+124,7678/
010 = x (10-0) menit = 2262,40 g menit/ml
2
20 113,3343+327,7119/
10 = x (20-10) menit = 2205,23 g menit/ml
2
30 66,1712+113,3343/
20 = x (30-20) menit = 897,53 g menit/ml
2
45 109,0467+66,1712/
30 = x (45-30) menit = 1314,13 g menit/ml
2
60 120,4802+109,0467/
45 = x (60-45) menit = 1721,45 g menit/ml
2
90 159,0682+120,4802/
60 = x (90-60) menit = 4193,23 g menit/ml
2
120 164,7849+159,0682/
90 = x (120-90) menit = 4857,80 g menit/ml
2
120 4857,80
AUC = = 5,2183x103 = -930916,20 g menit/ml
86,1798+(98,1849)/
010 = x (10-0) menit = -60,03 g menit/ml
2
20 77,6047+86,1798/
10 = x (20-10) menit = 818,92 g menit/ml
2
30 81,8922+77,6047/
20 = x (30-20) menit = 797,48 g menit/ml
2
45 70,4588+81,8922/
30 = x (45-30) menit = 1142,63 g menit/ml
2
60 127,6261+70,4588/
45 = x (60-45) menit = 1485,64 g menit/ml
2
90 94,7549+127,6261/
60 = x (90-60) menit = 3335,72 g menit/ml
2
120 111,9051+94,7549/
90 = x (120-90) menit = 3099,9 g menit/ml
2
120 3099,9
AUC = = 2,1900x103 = 1415479,45g menit/ml
Khairunnisa
(1041511092)
Latifatul Khoiriyah
(1041511098)
Fithria Lathifatul B
(1041611175)