Anda di halaman 1dari 21

SISTEM PENGHANTARAN OBAT

TRANSDERMAL

Disusun Oleh :
 Khairul Fikry
(20160042)
 Muhammad Fadhil
(20160044)
 Axal Jaminaldo Musti(20160052)
Latar Belakang
Transdermal adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat
berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit, namun mampu
menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat; dermal = kulit).
Rute penghantaran obatsecara transdermal merupakan rute pilihan alternatifuntuk
beberapa obat dan mempunyai banyak keuntungan dibandingkan penghantaran obat secara
konvensional, antara lain dapat memberikan efek obat dalam jangka waktu yang
lama, pelepasan obat dengan dosis konstan, menghindari metabolisme lintas pertama di
hati, cara penggunaan yang mudah, dan dapat mengurangi frekuensi pemberian obat . Jumlah
pelepasan obat yang diinginkan dapat dikendalikan, durasi penghantaran aktivitas
terapeutik dari obat, dan target penghantaran obat ke jaringan yang
dikehendaki.
Anatomi dan Fisiologi
Kulit
• Epidermis adalah lapisan kulit paling
epidermi atas atau paling luar yang dapat
kita lihat
s
• Lapisan di bawah epidermis adalah
dermis, yang berfungsi mendukung
dermis dan mempertahankan keberadaan
epidermis

• Hipodermis terletak di bawah


dermis. hipodermis atau subkutan
jaringan lemak mendukung dermis
hypodermis dan epidermis. Ini membawa
pembuluh darah utama dan saraf
pada kulit dan mungkin berisi
tekanan sensorik organ.
Mekanisme Terabsorbsi Obat di Organ Kulit
1) Transcellular
Jalur transport transcellular terjadi proses partisi molekul obat pada kompartemen sel
SC yang sifatnya lipophilic dan hydrophilic. Rute trans-seluler merupakan jalur
terpendek dimana bahan obat melewati membran lipid maupun korneosit, tetapi
rute ini memiliki resistansi yang besar terhadap penetrasi.
2) Intercellular
Jalur transport ini juga masih dipengaruhi oleh intercellular lipids. Rute yang lebih umum
adalah melalui rute inter-seluler. Bahan obat melintasi membran lipid antara korneosit.
Jalur ini lebih mudah dibandingkan transcellular pathway.
3) Transappendageal
Melalui kelenjar dan folikel rambut memiliki kontribusi yang kecil terhadap penetrasi per
kutan. Rute transappendageal merupakan rute yang sedikit digunakan untuk transport
molekul obat, karena hanya mempunyai daerah yang kecil (kurang dari 0,1% dari total
permukaan kulit). Rute ini berperan penting pada beberapa senyawa polar dan molekul
ion hampir tidak berpenetrasi melalui stratum corneum.
Transappendageal: hair follicles
Sistem penghantaran obat transdermal atau transdermal llinery systems (TDDSS)
memudahkan penghantar wumlah bahan obat terapeutik melalui kulit dan ak ke
dalam sirkulasi sistemik. Pada tahun 1965, Sughton pertama kali memperkenalkan
absorpsi per senyawa obat Sistem transdermal pertama, Trenderm Scop (Baxter),
diterima oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1979 dan digunakan
thencegah mual dan muntah karena perjalanan, thanya perjalanan laut.Pembuktian
absorpsi obat perkutan dapat diketahui melalui pengukuran kadar obat dalam darah,
ekskresi obat dan/atau metabolitnya yang dapat dideteksi dalam urin, dan respons
klinis pasien terhadap terapi. Pada penghantaran obat transdermal, korisentrasi obat
dalam darah yang diperlukan untuk mencapai efikasi terapeutik dapat ditentukan
dengan analisis perbandingan respons pasien terhadap kadar obat dalam darah.
Untuk peng- hantaran obat transdermal, perpindahan obat melalui kulit menuju
peredaran darah utama tanpa menumpuk dalam lapisan dermal dianggap sebagai
perpindahan yang ideal (2). Hal tersebut berkebalikan dengan jenis sediaan topikal
yang dibahas pada bab sebelumnya dengan senyawa obat yang diinginkan untuk
tinggal di kulit sebagai organ target.
Absorpsi perkutan suatu obat secara umum dihasil- kan dari penetrasi
obat langsung melalui stratum kor- neum, yaitu lapisan tipis datar setebal 10
hingga 15 um yang sebagian merupakan jaringan tidak hidup (34) 1. Stratum
korneum tersusun dari sekitar 40% protein (terutama keratin) dan 40% air,
dalam keseimbangan lipid yang pada prinsipnya berupa trigliserida, asam
lemak bebas, kolesterol, dan fosfolipid Kandungan lipid terkonsentrasi pada
fase ekstraselular stratuns koneum dan membentuk sebagian besar membran
di sekitar sel. Karena rute penetrasi obat ulama melalui 3. saluran interselular,
komponen lipid dianggap sebagai penentu yang penting dalam langkah
pertama absorpal (5). Setelah melalui stratum kormeum, molekul obat dapat
melintasi jaringan epidermal yang lebih dalam dan memasuki dermis. Ketika
obat mencapai lapisan dermal yang kaya pembuluh darah, obat siap untuk
terabsorpsi memasuki sirkulasi sistemik
Stratum korneum yang merupakan jaringan terkera tinasi
berperan sebagai membran semipermeabel buatan dan molekul obat
berpenetrasi melalui difusi pasid Stratum korneum merupakan
penghalang/harrier utama yang menjadi penentu kecepatan
transport transdermal (6). Hampir seluruh tubuh stratum korneum
memiliki 15 hingga 25 lapisan korneosit datar dengan ketebalan
keseluruhan sekitar 10 µm (6). Kecepatan obat melintasi lapisan ini
bergantung pada konsentrasi obat dalam pembawa, kelarutan dalam
air, dan koefisien partisi 4. minyak-air antara stratum korneum dan
pembawa (7).Senyawa dengan karakteristik kelarutan baik dalama
maupun dalam lemak merupakan kandidat yang b untuk dapat
berdifusi melalui stratum korneum e dermis, dan dermis
FAKTOR YANG MEMENGARUHI ABSORPSI PERKUTAN

1. Konsentrasi obat merupakan faktor yang penting Umumnya, jumlah obat


yang terabsorpsi secara perkutan pada setiap unit luas permukaan tiap
interval waktu meningkat seiring dengan peningla an konsentrasi obat dalam
TDDS.

2. Semakin luas area pemakaian (semakin besar TDDS), semakin banyak jumlah
obat terabsorpsi.

3. Obat harus memiliki gaya tarik fisikokimia yang lebih besar terhadap kulit
dibandingkan terhadap pembawa sehingga obat akan meninggalkan
pembawa menuju kulit.
PEMACU ABSORPSI PERKUTAN

1. PEMACU KIMIA
Secara definisi, pemacu penetrasi kulit kimia meningkatkan
permeabilitas kulit melalui kerusakan dan perubahan wassi
fisikokimia stratum korneum yang reversibel untuk rengurangi
tahanan difusi. Perubahan-perubahan yang meningkatkan hidrasi
stratum korneum, yaitu perubahan struktur lipid dan lipoprotein
dalam saluran sieselular akibat kerja pelarut atau denaturasi, atau
keduanya.Beberapa obat memiliki kapasitas permeasi pada halt
tapa pemacu kimia yang inheren Akan tetapi ketika suatu obat tidak
dalam kondisi demikian, pemacu Cimi dapat membuat obat yang
tidak dapatberpenetrasi esebur dapat dihantarkan secara
transdermal.
2. IONTOFORESIS DAN SONOFORESIS

Selain cara kimia, beberapa metode fisika digunakan untuk memacu penghantaran
obat transdermal dan penetrasi, yaitu iontoforesis dan sonoforesis.Iontoforesis merupakan
penghantaran senyawa kimia bermuatan melintasi membran kulit menggunakan medan
listrik. Sejumlah obat menjadi subjek penelitian iontoforesis; meliputi lidokain;
deksametason; asam amino, peptida, dan insulin; verapamil; dan propranolol. Terdapat
ketertarikan yang besar untuk mengembangkan rute alternatif penghantaran peptida yang
aktif secara biologis. Saat ini, senyawa-senyawa tersebut dihantarkan melalui injeksi karena
metabolismenya yang cepat dan absorpsi yang buruk pada pemberian oral. Bahan tersebut
juga sedikit diab-sorpsi pada penghantaran transdermal karena memiliki ukuran molekul
yang besar dan karakter ionik serta ketidakmampuannya terpenetrasi pada kulit . Akan
tetapi, penghantaran transdermal yang dipacu ionto-foresis menunjukkan hasil yang
menjanjikan dalam penghantaran peptida dan protein.
MODEL ABSORPSI PERKUTAN

Permeabilitas kulit dan absorpsi perkutan menjadi subjek


sejumlah penelitian untuk menentukan prinsip pokok dan untuk
mengoptimasi penghantaran obat transdermal. Meskipun
beberapa metode eksperimen dan model telah digunakan,
metode dan model tersebut cenderung dapat dilakukan hanya
pada salah satu dari dua kategori, in vivo atau in vitro.
A. PENGUJIAN IN VIVO
Pengujian penetrasi kulit secara in vivo dapat dilakukan untuk satu atau lebih tujuan berikut
ini :

1. Untuk verifikasi dan kuantifikasi bioavailabilitas perkutan obat yang digunakan secara
topikal
2. Untuk verifikasi dan kuantifikasi bioavailabilitas sistemik obat transdermal
3. Untuk mengetahui bioekivalensi formulasi topikal yang berbeda dengan senyawa obat
yang sama
4. Untuk menentukan pengaruh dan derajat risiko toksikologis sistemik setelah penggunaan
obat spe-sifik atau sediaan obat secara topikal
5. Untuk menghubungkan kadar resultan obat dalam darah pada manusia terhadap efek
terapeutik sistemik
B. PENGUJIAN IN VITRO

Permeasi kulit dapat diuji in vitro menggunakan jaringan kulit


yang beragam (kulit utuh manusia atau hewan, dermis, atau
epidermis) pada sebuah sel difusi.Pengujian penetrasi in vitro
menggunakan kulit manusia memiliki keterbatasan dalam hal sulitya
mendapatkansampel biologis, penyimpanan, biaya, dan keberagaman
permeasi (30). Potongan kulit hewan juga memiliki kualitas dan
permeasi yang beragam. Kulit hewan jauh lebih permeabel
dibandingkan kulit manusia. Salah satu alternatif yang efektif yaitu
kulit mati ular (Elaphe obsoleta, ular tikus hitam) yang merupakan
stratum korneum murni, tidak berambut, dan menyerupai kulit
manusia, tetapi sedikit kurang permeabel.
KEISTIMEWAAN RANCANGAN SISTEM
PENGHANTARAN OBAT TRANSDERMAL
TDDS (sering juga disebut sebagai plaster transdermal) dirancang untuk membantu
perpindahan bahan obat dari permukaan kulit melalui lapisan yang beragam dan memasuki
sirkulasi sistemik. Secara teknis, TDDS dapat dikategorikan menjadi dua jenis, sistem
monolitik dan membran terkontrol.Sistem monolitik menyatukan lapisan matriks obat
antara lapisan pendukung dengan lapisan depan. Lapisan matriks obat tersusun atas bahan
polimer tempat obat didispersikan. Matriks polimer mengendalikan laju pada saat obat
dilepaskan untuk absorpsi perkutan. Matriks dapat terdiri atas dua jenis, baik dengan
maupun tanpa kelebihan obat dalam kaitannya dengan kesetimbangan kelarutan dan
gradien konsentrasi keadaan tunak pada stratum korneum. Pada jenis yang tidak memiliki
kelebihan obat, obat tersedia untuk mengatur kejenuhan pada stratum korneum hanya
sepanjang kadar obat dalam alat melebihi batas kelarutan stratum korneum. Saat
konsentrasi obat dalam alat berkurang di bawah batas kejenuhan kulit, transpor obat dari
peralatan ke kulit menurun (35). Pada sistem dengan obat berlebih dalam matriks, terdapat
cadangan obat untuk menjamin keberlanjutan kejenuhan pada stratum korneum.
Transdermal Drug Delivery System (TDDS)
Transdermal Drug Delivery System atau dikenal sebagai suatu bentuk sediaan yang diterapkan
pada kulit akan melepaskan efek terapeutik obat secara terkendali melewati kulit ke sirkulasi
sistemik. TDDS dikembangkan dengan tujuan pengobatan sistemik melalui kontak pada
permukaan kulit.
Mekanisme Penghantaran Obat pada Sediaan Transdermal
Sistem penghantaran transdermal adalah sistem penghantaran obat secara sistemik
melalui kulit sebagai tempat absorpsi/permeasi obat secara perkutan Absorbsi
transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang ditentukan oleh gradient
konsentrasi obat dari konsentrasi tinggi (pada sediaan yang diaplikasikan) menuju
konsentrasi rendah di kulit.
Langkah-Iangkah absorpsi obat melalui kulit:
• Difusi bahan aktif pada lapisan batas antara pembawa dengan kulit (pelepasan)
• Penetrasi melalui stratum corneum
• Permeasi bahan obat ke dalam korium
• Resorpsi ke dalam peredaran darah
• Pengangkutan dan distribusi oleh darah
Perjalanan Obat Yang Diberikan Secara Transdermal

Urutan proses absorpsi obat secara sistemik dari sediaan transdermal


1. Disolusi 2,4,6. Difusi 3,5. Partisi 7. Depot jaringan, 8. Metabolisme
dan 9,10. Sistem Kapiler
Perjalanan Obat Yang Diberikan Secara
Transdermal
Proses perjalanan obat dari sediaan
transdermal menuju sirkulasi sistemik dimulai
dari disolusi obat, tahapan difusi dan
partisi, pembentukan depot obat,
metabolisme dan pengambilan melalui
kapiler dan vasklator. Pertama-tama
obat berdifusi keluar dari matriks atau
melalui rate- controlling membrane ke
stratum korneum. Kemudian, obat
diabsorpsi oleh stratum korneum dan
berpenetrasi melalui epidermis viable.
Selanjutnya, di lapisan dermis tejadi
proses uptake obat oleh saraf- saraf yang
terdapat pada pembuluh darah.
Kemudian, obat dihantarkan melalui
sirkulasi sistemik dan akan memberikan
efek terapi sesuai dengan zat aktif yang
bersangkutan.
Keuntungan dan Kerugian
TDDS
KEUNTUNGAN KERUGIA
N
🠶 Menghindari kesulitan penyerapan obat di 🠶 Hanya bisa digunakan
gastrointestinal yang disebabkan oleh pH pencernaan , untuk obat dengan
aktivitas enzimatik dan interaksi obat dengan potensi tinggi (dosis
makanan, minuman dan obat-obatan oral lainnya. kecil)
🠶 Menggantikan pemberian oral dari pengobatan ketika 🠶 Dapat terjadi
rute tidak cocok , seperti dalam kasus muntah dan “dose dumping”
diare. 🠶 Patch tidak boleh
🠶 Menghindari metabolisme lintas pertama dan digunakan pada tempat
menghindari penonaktifan obat oleh enzim hati. yang sama terus
menerus karena
🠶 Non - invasif sehingga menghindari
ketidaknyamanan terapi parenteral. terdapat kemungkinan
toksisitasnya meningkat.
🠶 Penghantaran obat dapat dikontrol dan
diperpanjang. 🠶 Biaya produksinya mahal.
🠶 Mudah digunakan dan dilepas.
🠶 Kepatuhan pasien dan penerimaan pasien sangat
baik.
Faktor Yang Mempengaruhi Transdermal Delivery

A. Faktor Biologi B. Faktor Fisikokimia


• Kondisi Kulit • Hidrasi Kulit
• Usia Kulit • Suhu dan pH
• Aliran Darah • Koefisien Difusi
• Lokasi Kulit • Konsentrasi Obat
• Metabolisme Kulit • Koefisen Partisi
• Perbedaan • Ukuran dan Bentuk
Spesies Molekul
• Berat molekul
• Kelarutan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai