Nim : 20190311051
2. Kelarutan
Obat harus memiliki gaya tarik fisiko-kimia yang lebih besar
terhadap kulit dibandingkan terhadap pembawa. Sehingga obat akan
terlepas dari pembawa menuju kulit. Beberapa kelarutan obat baik
dalam lipid maupun air dianggap penting untuk absorpsi perkutan.
Pada prinsipnya kelarutan dalam air menentukan konsentrasi yang ada
pada daerah absorpsi. Secara umum, obat dalam bentuk tidak
terionisasi berpenetrasi ke dalam kulit lebih baik.
3. Konsentrasi obat
Konsentrasi obat merupakan faktor penting, umumnya jumlah
obat yang terabsorpsi secara perkutan pada setiap unit luas permukaan
tiap interval waktu meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi
obat dalam sistem penghantaran transdermal.
4. Suhu dan pH
Kecepatan penetrasi suatu bahan bisa berlipat ganda akibat
variasi suhu. Ketika koefisien difusi menurun karena turunnya suhu.
Pembawa oklusif meningkatkan suhu kulit beberapa derajat. Hanya
molekul tak terion yang dapat melewati lipid.
Asam- asam lemah dan basa lemah berdisosiasi ke dalam tingkat
yang bebrbeda tergantung pada pH dan nilai pKa/pKb sehingga
jumlah dari obat tak terionkan sangat menentukan gradien membran
yang efektif dan fraksi ini bergantung pada pH.
5. Koefisien difusi
Penetrasi suatu obat tergantung koefisien difusi obat. Pada suhu
konstan, koefisien difusi suatu obat tergantung pada sifat obat,
medium difusi dan interaksi antara keduanya. Difusitas obat
merupakan parameter penting untuk permeabilitas polimer. Membran
yang mengontrol difusi, disyratkan menunjukkan kecepatan transport
yang cukup memadai, sedangkan polimer dan atau gel polimer untuk
adhesive hruslah sangat permeable agar akses terhadap kulit baik.
Peran difusitas dalam sistem penghantaran obat transdermal penting,
Hidrasi kulit
• Air dapat mempengaruhi absorpsi obat melalui kulit
• Hidrasi kulit swelling dari keratinosit mempengaruhi susunan lipid SC.
• Gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan fluks beberapa obat.
Obat akan masuk ke dalam sirkulasi darah melalui beberapa mekanisme, yaitu:
1. Absorpsi Trans-epidermal
Merupakan jalur masuk utama, karena luas permukaan epidermis yang sangat luas.
Penetrasi melalui jalur ini sangat ditentukan oleh stratum korneum pada epidermis.
Jalur difusi melintasi stratum korneum dapat dibagi menjadi dua jalur, yaitu jalur
transseluler dan jalur interseluler.
2. Absorpsi Trans-appendageal
Merupakan jalur masuknya obat melalui folikel rambut dan kelenjar keringat. Hal ini
dapat terjadi karena adanya pori-pori di antaranya, sehingga obat dapat berpenetrasi
ke dalam kulit hingga mencapai pembuluh darah.
Kerugian transdermal
Barangkali tantangan terberat untuk penghantaran transdermal adalah hanya sedikit
obat yang bisa diberikan lewat jalur ini yaitu obat dengan bobot molekul rendah (beberapa
ratus dalton) dan lipofilik. Di samping itu, ada kemungkinan terjadi eritema, iritasi lokal,
edema lokal, maupun gatal pada kulit yang ditempelkan patch. Risiko-risiko ini bisa ditekan
dengan merotasi lokasi penempelan patch.
Pasien harus diberikan instruksi yang jelas pada pemakaian patch agar lapisan-lapisan
patch tidak rusak. Bila terjadi kerusakan pada lapisan reservoar, jumlah obat yang masuk ke
pasien berkurang. Sedangkan bila terjadi kerusakan pada lapisan rate-controlling membrane,
bisa terjadi toksisitas pada pasien.
Kesimpulan
• Sistem Penghantaran Transdernmal dapat digunakan untuk mengoptimalkan
penghantaran dari berbagai jenis obat.
• Terdapat banyak strategi untuk meningkatkan permease pada penghantaran
transdermal.
• Transdermal merupakan salah satu strategi yang menjanjikan untuk memperbaiki
dan meningkatkan bioavailabilitas obat.