Anda di halaman 1dari 5

KASUS KERACUNAN MAKANAN

1. Kaleidoskop 2020, Kasus Keracunan Massal di Tasikmalaya, Korban Ratusan


tapi Tak Ada Hasil Penyelidikan

Terdapat 2 kejadian besar keracunan massal yang menyebabkan banyak orang


jadi korban di wilayah Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya pada tahun
2020. Bahkan ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Kedua kejadian itu
diketahui disebabkan karena para korbannya keracunan seusai menyantap hidangan
makanan pesta ulang tahun. Di wilayah Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya,
total korban akibat menyantap nasi kuning hidangan pesta ulang tahun sebanyak 215
orang pada Rabu (7/10/2020). Sedangkan, sebulan kemudian giliran di wilayah
Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya, total korban keracunan akibat nasi
kuning hidangan pesta ulang tahun sebanyak 74 orang pada Minggu (15/11/2020).

 Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sampai Senin (12/10/2020), total


korban keracunan massal nasi kuning di wilayahnya menembus 215 orang.
Sebanyak 171 orang di antaranya sudah sembuh, serta sisanya 44 orang
sempat menjalani perawatan di ruang kelas sekolah, puskesmas, klinik, dan
rumah sakit sampai akhirnya sembuh. Mereka sempat dirawat di ruang
darurat kelas SDN Puspasari samping Puskesmas Mangkubumi. Sebanyak
215 korban keracunan massal itu hampir semua korban merupakan keluarga
penyelenggara acara dari belasan kampung dan beberapa kelurahan di
Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya. Wali Kota Tasikmalaya Budi
Budiman menetapkan musibah keracunan massal nasi kuning di acara ulang
tahun seorang pengusaha sebagai kejadian luar biasa (KLB). Total jumlah
korban sebanyak 215 orang dan semua biaya perawatannya akan
ditanggung oleh Pemerintah Kota Tasikmalaya.

 Sedangkan, korban keracunan massal seusai menyantap nasi kuning


hidangan pesta ulang tahun di Desa Cikunteun, Kecamatan Singaparna,
Kabupaten Tasikmalaya, tercatat total seluruhnya sebanyak 74 orang.
Sebagian besar korban yakni rombongan berjumlah 46 orang asal Kampung
Cilimus, Desa Sukasenang, Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten
Tasikmalaya, yang sebelumnya sengaja datang bersama-sama ke acara
ulang tahun tersebut. Kebanyakan korban dirawat di ruang darurat madrasah
Kampung Cilimus. Dokter Puskesmas Tanjungjaya, Kabupaten
Tasikmalaya, Fitriani Firdaus, kepada wartawan di lokasi kejadian, Selasa
(17/11/2020), mengatakan belum zat apa yang jadi penyebab keracunan
massal tersebut. "Tapi yang pasti penyebab keracunan ini akibat asupan
makanan yang tak sesuai dengan pencernaan dan adanya bakteri yang
masuk. Namun, pastinya nanti hasil uji lab sudah keluar baru akan
diketahui," katanya.

Ada yang menarik perhatian masyarakat dari dua kejadian besar keracunan
massal di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya tersebut, yakni hasil penyelidikan kasus
ini tak diketahui ujungnya. Baik penyelidikan di Kota ataupun Kabupaten
Tasikmalaya, sampai sekarang tak diketahui bagaimana proses selanjutnya supaya
kejadian serupa tak terulang lagi. Para aparat penegak hukum memilih tak
mempublikasi karena alasan kasian terhadap penyelanggara pesta ulang tahun yang
berniat awalnya membagi-bagikan makanan di momen bahagia anak-anaknya. Ada
pun beberapa alasan lainnya dikarenakan lamanya hasil sampel yang dibawa ke
Laboratorium di Bandung, kerap menjadi alasan yang terlontar saat proses
penyelidikan tersebut. Satuan Reserse Kriminal Polres Tasikmalaya menyelidiki
penyebab kasus keracunan massal yang sempat menimpa 74 orang seusai menyantap
hidangan pesta ulang tahun. Petugas mengambil sampel sisa makanan untuk diperiksa
dan memastikan penyebab keracunan massal tersebut

Referensi : https://regional.kompas.com/read/2020/12/23/11550071/kaleidoskop-
2020-kasus-keracunan-massal-di-tasikmalaya-korban-ratusan-tapi?page=all
2. Studi Case Report: Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan di Desa
Parikesit Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo

Telah terjadi peningkatan kasus yang diduga keracunan makanan di Desa


Parikesit, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Laporan
kasus ini akan menggambarkan kejadian dan faktor yang mempengaruhi kejadian
keracunan makanan. Penyelidikan epidemiologi dilakukan oleh Tim Penanggulangan
KLB Dinas Kesehatan dengan menginvestigasi seluruh warga yang hadir dan
mengkonsumsi makanan di acara Kartini’s Day. Warga kemudian dikelompokkan
menjadi kasus dan control, secara kohort diikuti perkembangan gejala. Data yang
telah terkumpul kemudian dianalisis dengan statistic bivariat dan multivariat untuk
menentukan faktor penyebab keracunan. Hasil menunjukkan bahwa warga yang
mengkonsumsi sambal goreng ati (p<0,001) berisiko keracunan 14,58 kali lebih
tinggi. Selain itu, mengkonsumsi gudeg (p=0,021) meningkatkan risiko keracunan
2,03 kali. Adapun faktor yang paling dominan adalah sambal goreng ati (p<0,001)
dan ditunjang dengan hasil laboratorium yang menunjukkan terdapat bakteri
Enterobacter aerogenes. Langkah penanggulangan dan pencegahan KLB telah
dilakukan dengan baik.

Hasil penyelidikan epidemiologi pada tanggal 25 - 27 Maret 2019 menunjukkan


adanya kasus sebanyak 225 orang dari 276 dengan gejala mual, muntah, diare, kejang
perut, pusing, demam, menggigil, sakit perut, nyeri pinggang, badan pegel, mules,
lemas, dan disentri. Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa gejala yang paling
banyak dialami adalah diare (211 orang), mules (204 orang) dan sakit perut (185
orang). Berdasarkan gejala-gejala klinis tersebut maka diduga telah terjadi KLB
keracunan makanan di dengan sumber keracunan diduga berasal dari makanan
katering yang diterima warga pada hari Minggu, 24 Maret 2019. Makanan tersebut
dipesan dari salah satu Katering di Desa Kejajar. Jenis makanan yang dikonsumsi
oleh warga tersaji pada Gambar 2 dengan jenis makanan yang paling banyak
dikonsumsi adalah nasi (218 orang; 96,8%), diikuti telur puyuh sambal goreng ati
(184 orang; 94,6%) dan ayam (184 orang; 81,7%).

Referensi : Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), Vol. 2 (1), 2020
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/810-1837-1-PB.pdf
3. PENYELIDIKAN KLB KERACUNAN MAKANAN ACARA RUWAHAN
AKIBAT KONTAMINASI BAKTERI DI DESA MULO KABUPATEN
GUNUNG KIDUL

Adanya laporan peningkatan kasus diare dari suatu klinik di desa Mulo pada
tanggal 8 Mei 2017, ditindaklanjuti dengan melakukan investigasi oleh tim Dinkes
Gunung Kidul dan mahasiswa FETP UGM. Pelacakan kasus pada 9 Mei 2017 tidak
didapatkan informasi adanya acara makan bersama oleh warga. Awal dugaan KLB
diare disebabkan karena kontaminasi pada air yang dikonsumsi warga sehingga tim
berinisiatif mengambil sampel air bersih. Selain itu sampel feces serta muntahan
penderita juga diambil untuk diperiksa. Penyelidikan dilanjutkan pada tanggal 10 Mei
2017 dan tim baru mendapatkan informasi dari keluarga salah satu pasien, bahwa
keluarganya menerima dan mengkonsumsi nasi hantaran ruwahan sebelum sakit yang
berasal dari 2 sumber (pak K dan S). Terlambatnya informasi membuat tim tidak bisa
mengamankan sampel makanan. Dari informasi tersebut maka tim menetapkan bahwa
telah KLB tersebut adalah KLB keracunan makanan. Penyelidikan KLB dilakukan
untuk mengetahui deskripsi dan penyebab KLB keracunan pangan di desa Mulo,
termasuk faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya KLB.

Gejala keracunan yang paling dominan adalah diare, demam, pusing dan mual. Dari
diagnosis banding untuk agent penyebab keracunan diduga adalah Eschericia Coli
Enterotoxigenic (ETEC).

Proses pengolahan makanan menggunakan air bersih dari PAH yang dimiliki pak S.
Informasi dari pak S, bak tendon air pernah bocor dan telah ditambal tanpa dikuras
sebelumnya. Penggalian informasi pada pengolah makanan, proses pengolahan urap
tidak higyenis dimana sayuran yang telah selesi direbus kemudian disiram dengan air
mentah dengan alasan supaya cepat dingin. Pada sayur lombok pengolah makanan
tidak bisa mendeskripsikan waktu untuk proses mendidihkan sayur. Pengolah
makanan tidak menderita sakit sebelum dan sewaktu melakukan proses pengolahan.
Penyajian makanan pada besek plastik tanpa membungkus lagi per jenis makanan
menyebabkan terkontaminasinya menu lain yang tidak tercemar

Hasil laboratorium menyatakan bahwa pada sampel muntahan dan feces ditemukan 2
jenis bakteri yang sama yaitu klebsiella pneumonia. Pada feces ditemukan juga
kapang. Pada dasarnya bakteri ini merupakan flora normal di usus besar dan kecil,
jika jumlah berlebih baru akan menyebabkan sakit dengan gejala yang berbeda
dengan kasus pada KLB ini. Hasil pemeriksaan sampel air pada sumber pengolah
makanan di 2 titik pengambilan, keduanya positif coliform yang melebihi ambang
batas (110 dan 1.600 per 100 ml)

Referensi : Gadjah Mada University/ Public Health /Outbreak Investigation


https://media.neliti.com/media/publications/260301-penyelidikan-klb-keracunan-
makanan-acara-b62f7962.pdf

Anda mungkin juga menyukai