Disusun oleh :
Novia Hilma
Sendy Puspitosary
Hidayah Dwi R.
Shahnaz Apsari M.
M. Bayu S.
Lisa Ayu W.
(122210101043)
(122210101045)
(122210101047)
(122210101051)
(122210101053)
(122210101061)
LABORATORIUM FARMASETIKA
BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memformulasikan sediaan gel natrium diklofenak
2. Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan gel
natrium diklofenak
3. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan gel natrium
diklofenak
1.2
Dasar Teori
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus
kelompok-kelompok
partikel
kecil
yang
berbeda,
maka
gel
ini
dikelompokkan dalam sistem dua fase (Ansel, 1989). Polimer-polimer yang biasa
digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin,
karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti
metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang
merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel
dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan
dengan sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994).
Dasar gel yang umum digunakan adalah gel hidrofobik dan gel hidrofilik.
1) Dasar gel hidrofobik
Gel
hidrofilik
umummnya
mengandung
komponen
bahan
Cairan dapat berupa pelarut organic, minyak mineral, atau minyak sayur.
Xerogel berbentuk gel padat yang dikeringkan dengan cara penyusutan.
Xerogel biasanya mempertahankan porositas yang tinggi (25%),luas permukaan
yang besar (150-900 m2/g), dan ukuran porinya kecil (1-10 nm). Saat pelarutnya
dihilangkan di bawah kondisi superkritikal, jaringannya tidak menyusut dan
porous, dan terbentuk aerogel.
Gelling agent bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Gom alam dan polimer
berfungsi dengan membentuk lapisan tipis pada permukaan partikel. Pada saat
dikempa, partikel cenderung beraglomerasi. Bahan sangat larut seperti gula,
mengikat partikel bersama dengan membentuk jembatan kristal. Pengikat untuk
proses granulasi basah biasanya dilarutka dalam air atau suatu pelarut biasanya
berupa alkohol dan larutan pengikat digunakan untuk membentuk masa
basah/granul. Dalam pengikatan partikel bersama yang berperan adalah ikatan van
der walls dan ikatan hidrogen. Contoh : mikrokristalin selulosa, gom arab.
Penggunaan gelling agent dengan konsentrasi yang tinggi mengakibatkan
viskositas dari gel meningkat pula sehingga bisa mengakibatkan gel akan sulit
dikeluarkan dari wadahnya. Temperature yang tinggi pada saat penyimpanan akan
mengakibatkan konsistensi dari basis berubah, misalnya pada hydrogel yang
sebagian besar solvennya berupa air maka temperature yang tinggi akan
mengakibatkan sebagian
mengakibatkan perubahan pada struktur gel. Basis gel sebagian besar berupa
polimer polimer.
Gel merupakan crosslinked system dimana aliran tidak akan terjadi apabila
berada dalam keadaan steady state. Sebagian besar bahan merupakn liquid tetapi
gel memiliki sifat seperti padatan karena adanya ikatan 3 dimensi didalam larutan.
Ikatan ini mengakibatkan adanya sifat swelling dan elastic. Untuk melihat
kerusakan dari struktur gel dapat dilihat dari kekakuan/rigidness dari gel tersebut.
Temperature tinggi dapat mengakibatkan kekakuan dari gel meningkat oleh
karena
itu
proses
penyimpanan
dari
sediaan
bentuk
gel
harus
CH2COOH
Cl
Absorbsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap.
Obat ini terikat 99% pada protein plasma dan mengalami efek metabolisme lintas
pertama (first pass) sebesar 40 50%. Walaupun waktu parohnya singkat yakni 1
3 jam, Na diklofenak diakumulasi di cairan sinovial yang menjelaskan efek
terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paroh obat tersebut. (Farmakologi
dan Terapi, 240)
Efek Samping:
a.
Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/keram perut, sakit kepala,
retensi cairan, diare, nausea, konstipasi, flatulen, kelainan pada hasil uji hati,
indigesti, tukak lambung, pusing, ruam, pruritus dan tinitus.
b.
c.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
a.
b.
Diklofenak
meningkatkan
konsentrasi
plasma
digoksin,
metotreksat,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
1. Nama Produk
Nama Pabrik
Kandungan
Indikasi
Kontra Indikasi
Dosis
Kemasan
:
:
:
:
Valto Gel
Nufarindo
Natrium diklofenak 10mg/g
Inflamasi karena trauma pada tendon, ligamen otot dan
persendian, rematik jaringan lunak, penyakit rematik
yang terlokalisasi
: Hipersensitif, sensitivitas silang terhadap aspirin atau
obat antiinflamasi non steroid
: 3-4 kali sehari, dioleskan pada tempat yang sakit
: Tube 15 gram
2. Nama Produk
:
Nama Pabrik
:
Kandungan
:
Kemasan
:
diethylamonium 1,16 g
Voltaren Emulgel
Novatris
Diklofenak Diethylamonium
Tiap 100 g emulgel mengandung Diklofenak
3. Nama Produk
Nama Pabrik
Kandungan
Indikasi
:
:
:
:
Kontra Indikasi
Efek Samping
Dosis
Kemasan
:
:
Flamar Emulgel
Sanbe Farma
Natrium diklofenak 10mg/g emulgel
Inflamasi, reumatik jaringan lunak, penyakit reumatik
yang terlokalisir
Hipersensitif, pasien yang terserang asma, urtikaria atau
rinitis akut yang dipresipitasi oleh asam asetil salisilat
atau obat antiinflamasi non steroid lain
Iritasi lokal, eritema, pruritus atau dermatitis,
forosensitivitas pada kulit, deskuamasi dan atropi
3-4 kali sehari, tidak dianjurkan pada anak-anak
Tube 20 gram
4. Nama Produk
Nama Pabrik
Kandungan
Kemasan
:
:
:
:
Voren Gel
Medikan
Diklofenak
Gel 1 % 20 gram
5. Nama Produk
Nama Pabrik
Indikasi
2.2
: Befein
: Na diklofenak 25 mg
: Inflamasi akut dan kronis, rheumathoid arthritis,
osteoarthritis, trauma olahraga
Bahan Aktif
: Na Diklofenak
Rumus Bangun
Rumus Molekul
Pemerian
Kelarutan
:
: C14H10Cl2NnaO2
: Serbuk Hablur, bewarna putih, tidak berasa
: Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol, praktis
tidak larut
dalam kloroform dan eter, bebas larut dalam alkohol
metil. PH
larutan 1% dalam air adalah 7 dan 8. Sedikit
higroskopis.
Efek Utama
: Analgesik, Antipiretik, dan Antiinflamasi
Mekanisme Aksi
: Diklofenak mampu melawan COX-2 lebih baik di
banding
NSAID lain. Diklofenak mampu menghambat
sintesis prostaglandin di dalam jaringan tubuh dan
Indikasi
menghambat COX.
: Na diklofenak dalam bentuk gel diindikasikan
untuk
Rheumatoid Asthritis, Osteoarthritis
Kontraindikasi
diklofenak,
akut dan
Efek Samping
gel Na
diklofenak adalah dermatitis pada daerah yang
diolesi
obat.
Juga
terjadi
pruritus,
eritema,
mudah dicuci dengan air. Gel juga memberikan sensasi dingi sehingga
acceptabilitasnya tinggi. Kadar air yang tinggi pada gel dapat mengjidrasi stratum
corneum sehingga dapat mengurangi resiko peradangan lebih lanjut. Kemudian
karena tujuan terapi sistemik pada sendi-sendi dan rute penetrasinya adalah
transdermal melalui epidermis melalui kulit maka dipilih sediaan bentuk topikal
yaitu gel.
2.5
- Alasan Pemilihan
yang
berarti
pada
penggunaan,
kemungkinan
Propilen glikol
Pemerian
Kelarutan
Konsentrasi : 5-20%
Alasan
ADI
: 25 mg/kgBB
Karbopol
Pemerian
Fungsi
: gelling base
Kosentrasi
: 0,5-2%
pH
: pengawet/Antimiroba
: 4-8
Penggunaan : 10 mg/kgBB
Kelarutan
: mudah larut dalam aseton, dan eter. Air 1 dalam 4350 pada
suhu 50 0C etanol (95%) 1 dalam 1 gliserin 1 dalam 250
Fungsi
: pengawet
: 8.4 at 22 0C
alasan
: untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan dalam
pemakaiannya bersaan dengan metil paraben untuk hasil lebih optimal.
Aktif pada pH 4-8 sehingga masuk dalam rentang pH sediaan
pH
: 4-8
Penggunaan : 10 mg/kgBB
2.8
Komposisi formula
No
Bahan
1.
Na.
diklofenak
Propilengliko
l
Carbopol
TEA
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Metal
paraben
Propil
paraben
Ol. MP
Aq. Dest
2.8
Fungsi
Bahan Aktif
Konsentra
si
1%
1tube
(20g)
0,2g
20g +
10%
0,220g
1 batch
(100g)
1g
100g +
10%
1,100g
Cosolvent
15%
3g
3,300g
15g
16,500g
Gelling agent
Alkalizing
Agent
Pengawet
1%
2%
0,2g
0,4g
0,220g
0,440g
1g
2g
1,100g
2,200g
0,18%
0,036g
0,039g
0,08g
0,198g
Pengawet
0,02%
0,004g
0,004g
0,020g
0,022g
Corigen odoris
Pelarut
0,01%
80,79%
0,002g
16,158
g
0,002g
17,774
g
0,010g
80,790
g
0,011g
88,869g
Perhitungan
1. Na. diklofenak
2. Propilenglikol
3. Carbopol
4. TEA
5. Metil paraben
6. Propil paraben
7. Ol. Mentha Piperita
8. Aq. Dest
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
3.3.1 Alat
: Kaca arloji
: Mortir dan stamper
: Cawan porselen
: Batang penyaduk
: Beaker glass
: Timbangan analitik
: Gelas ukur
: Pipet tetes
3.3.2 Bahan : Na diklofenak
: Metil paraben
: Propilen glikol
: TEA
: Carbopol
: Aquadest
3.2
Cara Kerja
Basis Gel
Pembuatan Gel
3.3
Prosedur Evaluasi
1. Uji organoleptis
Uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu
sediaan sudah seseuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan uji
ini merupakan uji awal sediaan yang telah dibuat. Uji organoleptis
meliputi bentuk sediaan, warna dan bau.
(Muharni.2008).
2. Uji viskositas
uji viskositas dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu
cairan untuk mengalir. Jika semakin tinggi viskositas, maka semakin
besar tahanannya.
Alat: Viskotester VT-04
Prosedur pengujian:
1) Sejumlah sediaan ditempatkan dalam wadah tertentu
2) Alat dirangkai dengan memasang rotor dengan ukuran tertentu
3) Celupkan rotor pada sediaan hingga bagian bawah rotor
tertutup rata oleh sediaan
4) Alat dinyalakan, biarkan rotor berputar
5) Amati angka yang tertera pada jarum penunjuk angka hingga
harum penunjuk konstan
tersebut menunjukkan
6) Angka
nilai
viskositas
sediaan.
(Muharni.2008).
3. Uji pH
Uji pH dilakukan untuk mengukur pH (derajat keasaman) sediaan dan
untuk menguji apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang sesuai
dengan kondisi pH kulit.
Alat: kertas indikator pH
Prosedur:
1) Timbang 1 gram sediaan, larutkan dalam 10 ml akuades
2) Celupkan kertas indikator pH kedalam larutan
sampai
diameter
sudah
tidak
bertambah
lagi
(Muharni.2008).
5. Uji homogenitas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas bahan aktif dan bahan
tambahan lainnya dalam sediaan.
Prosedur:
1) Sejumlah sampel sediaan dioleskan pada lempeng kaca sampai
merata
2) Amati secara visual homogenitasnya (semua bahan tercampur
proses ini
dialisis
100ml bufer fosfat dlm beakerkompartemen reseptor
1mg sediaan dioleskan merata pd membran
Kompartemen donor & reseptor dibiarkan kontak
Pd interval waktu tertentu, pipet 5ml lar komp.reseptor, ganti
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
No.
a) Uji pH
EVALUASI
HASIL
1. Organoleptis Warna
Bening
2. Organoleptis bau
Mint
3. Organoleptis bentuk
Gel
4. PH
5. Homogenitas
Homogen
6. Daya sebar
5,5 cm
7. Viskositas
BAB V
PEMBAHASAN
Pada Praktikum ini dilakukan pembuatan gel dengan bahan aktif Na
Diklofenak. Menurut FI IV yang dimaksud dengan gel adalah sistem setengah
padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel kecil
anorganik atau molekul-molekul besar organik yang diinterpenetrasikan dalam
sebuah cairan. Gel dibagi menjadi 2, yaitu gel 2 fase dan gel fase tunggal. Pada
praktikum kali ini dibuat gel fase tunggal karena molekul organiknya dapat
tersebar merata pada cairan pembawa sehingga tidak terlihat adanya ikatan antar
molekul.
Dipilih sediaan gel selain dapat memberikan rasa dingin dan
meningkatkan acceptabilitasnya tetapi juga dapat membantu proses masuknya
bahan aktif kedalam sasaran pengobatan yaitu dermis karena kandungan air dalam
gel cukup tinggi. Pertimbangan lain dalam pemilihan bentuk sediaan adalah
afinitas bahan aktif terhadap basisnya, semakin tinggi tingkat afinitasnya maka
semakin sulit bahan aktif terlepas dari basis yang berakibat pada waktu untuk
menimbulkan efek farmakologi menjadi lebih panjang. Pelepasan bahan aktif dari
sediaan gel lebih mudah daripada sediaan semisolid lainnya karena gel memiliki
kemampuan menghidrasi kulit terutama stratum corneum yang bagus, struktur
stratum corneum yang sudah terhidrasi akan mengembang dan berubah dari
susunan awalnya yang padat sehingga bahan aktif dapat dengan mudah menembus
lapisan tersebut untuk menuju ke dermis. Kekhasan gel terletak pada peristiwa
sineresisnya. Sineresis adalah peristiwa mengkerutnya gel karena disebabkan
keluarnya cairan dari gel tersebut dengan cara meresap tanpa adanya penguapan
dari pelarut atau terekstraksinya / keluarnya suatu cairan dengan cara meresap dari
suatu gel tanpa adanya penguapan dari pelarutnya. Yang dapat mempengaruhi
sineresis adalah pH, temperatur dan titik isoelektrik dari gel itu sendiri. Gel yang
baik adalah gel yang memiliki tingkat sineresis yang rendah sehingga ketika gel
itu disimpan, tidak akan berubah bentuk dan acceptabilitasnya tetap.
Natrium diklofenak dipilih untuk dibuat sediaan gel karena kelarutannya
yang cukup baik pada setiap bahan tambahannya meskipun sedikit dipengaruhi
oleh pH, kelarutan dipengaruhi oleh pH dalam arti Na diklofenak dapat larut
sempurna pada suatu bahan tetapi jika pH nya berubah maka larutan tersebut
dapat berubah warna menjadi keruh sebagai akibat dari berubahnya kelarutan Na
diklofenak. Selain itu juga afinitas Na diklofenak pada basis gel yang cukup
rendah.
Salah satu bahan yang paling penting dalam gel adalah bahan pembentuk
gel (gelling agent) yang biasa digunakan adalah turunan selulosa seperti CMC Na,
HPMC. Basis ini dapat menghasilkan gel yang netral, jernih, tidak berwarna dan
tidak berasa, stabil pada pH 3 hingga 11 dan punya resistensi yang baik terhadap
serangan mikroba serta memberikan kekuatan film yang baik bila mengering pada
kulit. Carbomer juga dapat digunakan sebagai bahan pengental dalam beberapa
sediaan farmasi dan kosmetik, digunakan secara luas dalam sediaan topikal. Salah
satu nama dagang carbomer adalah carbopol. Keuntungan pemakaian carbopol
dibanding bahan lain adalah sifatnya yang mudah didispersikan oleh air dan
dengan konsentrasi kecil yaitu 0,05-2% mempunyai kekentalan yang cukup
sebagai basis gel (Agoes, 1993). Carbopol merupakan material koloid hidrofilik
yang mengental lebih baik daripada natural gums (bahan alam) ataupun selulosa
yang lain (bahan semisintetik). Carbopol dapat dikembangkan dengan cara
merubah pH-nya yaitu dengan cara ditambah asam lemah/kuat, misalnya TEA
(basa lemah), NaOH (basa kuat), KOH , dll. Sedangkan MPMC dikembangkan
dengan cara menaburkan dalam air dingin sebanyak 20 kali bobotnya dan
dibiarkan selama 24 jam dan CMC Na dikembangkan dengan jalan ditaburkan
diatas air panas dengan bobot 20 kalinya dan ditunggu 15 menit untuk
mengembang. Karena alasan efektifitas dan tampilan sediaan yang lebih jernih
carbopol kemudian dipilih sebagai gelling agent.
Bahan lain yang ditambahkan adalah TEA. TEA digunakan sebagai
alkaliazing
agent.
Penambahan
TEA dilakukan
karena
karbopol
yang
didispersikan dalam air membentuk dispersi koloid yang bersifat asam dengan
viskositas rendah sehingga harus dinetralisasi dengan basa untuk menghasilkan
gel dengan viskositas tinggi. Carbopol merupakan polimer asam akrilat dengan
sucrose dan mempunyai BM tinggi, larutannya bersifat asam dan mempunyai
viskositas yang rendah, namun apabila dinetralisasi dengan basa maka akan
menghasilkan gel yang viskositasnya lebih tinggi. Basa lain yang dapat digunakan
adalah NaOH dan KOH. Tetapi, baik NaOH maupun KOH merupakan basa kuat
sedangkan TEA adalah basa lemah. TEA dipilih agar tidak terjadi lonjakan pH
yang terlalu drastis pada sediaan dan pH gel yang dibuat masih dalam rentang pH
pada kulit.
Sedangkan untuk menjaga stabilitas sediaan gel, ditambahkan nipagin dan
nipasol sebagai pengawet untuk mencegah kontaminasi mikroba. Nipagin dan
nipasol dipilih karena dalam jumlah kecil telah memberikan efektifitas yang besar.
Selain itu efeknya dapat meningkat jika menggunakan kombinasi keduanya.
Untuk melarutkan kedua pengawet tersebut dipilih propilenglikol sebagai pelarut
karena kelarutan nipagin (1:5) dan nipasol (1:3,9) dalam propilenglikol.
Bahan lain yang ditambahkan adalah corigen odoris. Corigen yang dipilih
adalah oleum menthapiperita (minyak permen). Oleum ini dipilih karena jenis
sediaan yang dibuat adalah gel. Gel berwarna bening dan memberikan rasa yang
dingin pada kulit sehingga ol. MP lebih dipilih.
Sediaan gel dibuat dalam kemasan 20 gram dan batch besar sebanyak 100
gram. Batch besar digunakan untuk evaluasi sediaan gel yang dibuat. Bentuk
evaluasi sediaan gel diantaranya uji organoleptis, PH, viskositas, daya sebar, daya
lekat, homogenitas, stabilitas sediaan, iritatif terhadap kulit, penetapan kadar
bahan aktif, pelepasan, dan uji difusi membran. Namun dikarenakan keterbatasan
waktu maka kami hanya dapat melakukan evaluasi organoleptis (meliputi warna,
bau dan bentuk), PH, daya sebar, homogenitas, dan viskositas.
Uji organoleptis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah suatu
sediaan sudah seseuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan uji ini
merupakan uji awal sediaan yang telah dibuat. Setelah diamati warna dari sediaan
gel ini bening, berbau mint, dan bentuknya gel. Hal ini sesuai dengan spesifikasi
yang diharapkan.
Uji PH dilakukan untuk mengukur pH (derajat keasaman) sediaan dan
untuk menguji apakah sediaan sudah memenuhi syarat pH yang sesuai dengan
kondisi pH kulit. Uji ini menggunakan kertas PH universal dengan mengamati
perubahan warna yang terjadi yang kemudian dicocokkan dengan standar warna
pada kertas ini. Hasil uji ini, didapatkan PH sediaan gel ini adalah 7. pH sediaan
ini masih memenuhi persyaratan pH sediaan gel ideal, yakni berada pada rentang
6-8 (British Pharmacopoeia. 2009).
Evaluasi berikutnya adalah uji daya sebar. Uji daya sebar ini dilakukan
untuk mengetahui luas permukaan daya sebar sediaan pada kulit. Dalam uji ini
kami menggunakan sediaan gel sebanyak 1 gram, dengan beban 5 gram, 10 gram,
dan 15 gram dengan waktu uji 1 menit. Dan didapat diameter 5,5 cm. Hasil ini
masih sesuai dengan syarat daya sebar gel yang baik yaitu berada pada rentang 57 cm (Garg , 2002).
Kemudian dilakukan uji homogenitas, uji ini bertujuan untuk mengetahui
homogenitas bahan aktif dan bahan tambahan lainnya dalam sediaan. Uji ini
dilakukan dengan mengamati secara visual sediaan gel yang dioleskan secara
merata dilempeng kaca. Dan hasilnya, sediaan gel ini homogen yang ditunjukkan
dengan tidak adanya gumpalan-gumpalan bahan yang tidak tercampur pada gel
ini.
Dan uji terakhir yang kami lakukan adalah uji viskositas, uji viskositas
dilakukan untuk mengetahui besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir. Jika
semakin tinggi viskositas, maka semakin besar tahanannya. Namun dalam
pengujian ini, hasilnya tidak dapat diamati, dikarenakan spindel yang kami
gunakan adalah spindel nomor 3. Sedangkan spindel yang lebih besar yaitu nomor
4 dan 5 tidak tersedia. Ketika menggunakan spindel nomor 3, jarum menunjukkan
angka yang melebihi 300 mPas, sehingga uji ini tidak dapat kami amati hasilnya.
Selain itu pengujian sifat alir juga penting untuk dilakukan karena sifat alir
berguna untuk mempertahankan mutu atau kualitas produk farmasetik. Sebagian
besar sediaan farmasetik memiliki sifat alir pesudoplastis. Pseudoplastis adalah
suatu aliran yang bergantung pada kecepatan pengadukan, semakin cepat diaduk
maka akan semakin encer. Namun uji ini tidak dapat dilakukan saat praktikum
karena keterbatasan waktu praktikum.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Setelah dilakukan praktikum pembuatan gel na diklofenak
dapat
disimpulkan bahwa pembuatan gel bergantung pada beberapa parameterparameter, seperti sifat fisika kimia dari bahan aktif, basis, maupun bahan
tambahan dan target dan area penggunaan, juga kondisi patofisiologis dari kulit
pasien.
Dalam pembuatan gel na diklofenak dibutuhkan bahan-bahan tambahan
seperti gelling agent, alkalizing agent, cosolvent dan pengawet untuk menambah
stabilitas, konsistensi, dan acceptability dari pasien.
Setelah dilakukan beberapa uji sediaan, dapat disimpulkan bahwa sediaan
yang telah kami buat memenuhi spesifikasi jika dilihat dari PH yakni 7 dan daya
sebar 5,5. Jika dilihat dari segi organoleptis juga memenuhi spesifikasi yakni
homogen dan bening.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh.1996. Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Anief, Moh.2002. Formulasi Obat Topikal dengan Dasar Penyakit Kulit.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Anonim. 2002. Britis Pharmacopeia Volume II Book 2. London : The Stationery
Office.
Anonim. 2002. United States Pharmacopeia Book 2. United Stated Pharmacopeia
Convention
Inc.. Rockville.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,Edisi ke 4. Jakarta:
Universitas Indonesia Press
Kibbe. 2000. Handboox Of Pharmaceutical Excipient third edition. USA :
American Pharmaceutical Association
Reynolds, James E.F. 1982. Martindale the Extra Pharmacopoeia 28th Edition.
London: The Pharmaceutical Press
Sirait, Midian, dkk. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Soeosilo, Slamet, dkk. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departmen
Kesehatan Republik Indonesia
LAMPIRAN
Desain Label
Desain Kemasan
Brosur
Clarenac
Natrium Diklofenak Gel
Komposisi :
Natrium Diklofenak.1%
INDIKASI
Pengobatan lokal radang pada otot dan sendi akibat trauma seperti terpukul
atau terbentur, bursitis, rheumatoid arthritis dan osteoarthritis akut dan
kronik.
KONTRA-INDIKASI
Asma, biduran/kaligata, rinitis akut yang ditimbulkan oleh Asam Asetil
salisilat atau obat-obat anti radang non inflamasi lainnya.
EFEK SAMPING
Iritasi lokal, eritema (kemerahan kulit karena pelebaran pembuluh-pembuluh
darah), gatal-gatal atau dermatitis, fotosensitifitas kulit, pengelupasan kulit,
atropi.
PERINGATAN
Untuk penggunaan luar
Hindari kontak mata dan luka terbuka
Jauhkan dari anak-anak.
Jika tertelan segera hubungi dokter.
DOSIS DAN CARA PEMAKAIAN
Oleskan merata pada bagian yang nyeri. Dapat digunakan 1-4 kali sehari
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
KEMASAN