Anda di halaman 1dari 4

OMPAS.

com Dugaan etiket atau bungkusan obat anestesi yang tertukar


sehingga menyebabkan pasien meninggal dunia dinilai ahli farmasi sangat tidak
masuk akal.
"Kalau sampai keliru itu tidak masuk akal karena semua produk farmasi memiliki
standar prosedur operasi (SOP), yakni cara pembuatan obat yang baik dan benar,"
kata A Hadiutomo, Anggota Dewan Penasihat Ikatan Apoteker Indonesia, ketika
dihubungi Kompas.com, Selasa (17/2/2015).
Ia mengatakan, obat anestesi bupivacaine dan juga asam traneksamat yang saling
tertukar itu bukanlah obat baru. Menurut Haditomo, setiap perusahaan farmasi
sudah memiliki kontrol kualitas (QC) dalam produksinya.
"Jadi waktu obat dimasukkan harus sesuai antara wadah dan isinya. Pasti ada QC
sejak pembuatan sampai selesai," paparnya.
Ia menambahkan, jika memang obat yang disuntikkan bukanlah obat anestesi,
mengapa pasien bisa menjalani operasi dengan tenang.
"Masih ada masalah yang perlu diperjelas. Ada missing link dalam kasus ini. Berarti
ini bukan sekadar salah obat saja," paparnya.
Dugaan bahwa pasien memiliki alergi berat pada jenis obat yang disuntikkan juga
perlu diselidiki lagi. "Kalau memang alergi, seberapa berat derajatnya," katanya.

Kasus dugaan kesalahan obat ini, menurut Haditomo, harus menjadi pelajaran bagi
semua pihak untuk menuruti ketentuan undang-undang kesehatan yang berlaku.
"Sebenarnya semua sudah diatur dalam UU Kesehatan No 36 Tahun 2009,
terutama Pasal 108. Kalau semua prosedur dipatuhi, kasus seperti ini tidak perlu
terjadi," katanya.

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan


Rakyat, Dede Yusuf mengusulkan untuk membuat sistem pelacakan
obat di Indonesia.
Sistem itu bertujuan untuk mencegah peredaran obat palsu.
"Sekarang kami usulkan itu namanya tracking system. Ini kan obat
masuk ke pelabuhan lalu beredar ke mana-mana," kata Dede dalam
suatu diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (10/9/2016).
Dede menuturkan, nantinya setiap obat akan memiliki barcode atau
hologram untuk menunjukkan keaslian suatu obat.
Sampai di apotek, masyarakat dapat mengetahui keaslian obat
tersebut.
"Saya sudah minta yang mau dipakai yang mana? Misalnya obat ini
dari pelabuhan barcode-nya ini, hologram-nya ini. Nanti sampai di
apotek itu tinggal di cek bener apa tidak," ucap Dede.
Akibat sistem itu, Dede menjelaskan Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) akan berkoordinasi dengan semua industri
farmasi.

Jika pihak industri ingin obatnya beredar, maka wajib menggunakan


sistem pelacakan tersebut.
"Itu sistemnya tinggal ditempel kok. Itu tidak bisa dirobek, kalau
dirobek rusak dia," ujar Dede.
Setelah ditemukan vaksin palsu, masyarakat kembali diresahkan
dengan peredaran obat palsu.
Bareskrim Polri bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan
menggerebek lima gudang produksi obat palsu di Balaraja, Banten.
Wakil Kepala Bareskrim Polri Irjen Antam Novambar mengatakan, di
gudang tersebut ditemukan berbagai mesin untuk memproduksi
obat.
"Bermula dari temuan kecil, informasi kecil, dikembangkan sehingga
kami dapat langsung 42 juta butir," ujar Antam dalam jumpa pers di
Bareskrim Polri, Jakarta, Selasa (6/9/2016).
Tak hanya memproduksi, pabrik tersebut juga mengedarkan obatobatan secara ilegal. Peredarannya mayoritas di Kalimantan
Selatan.
Antam mengatakan, penyelidikan soal produksi dan peredaran obat
palsu dimulai delapan bulan lalu.
Banyak pelaku tindak pidana yang mengaku menggunakan obatobatan palsu tersebut sebelum melakukan kejahatan.
Dalam jumpa pers tersebut, Ketua BPOM Penny Lukito mengatakan,
obat yang dipalsukan rata-rata merupakan obat pereda sakit.
Dari kelima pabrik itu, disita sebanyak 42.480.000 butir obat-obatan
dari berbagai merek.
Penulis

: Lutfy Mairizal Putra

Editor

: Glori K. Wadrianto

Anda mungkin juga menyukai

  • At Ropin
    At Ropin
    Dokumen11 halaman
    At Ropin
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
    Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
    Dokumen1 halaman
    Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • Mekanisme Kerja
    Mekanisme Kerja
    Dokumen1 halaman
    Mekanisme Kerja
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Buku
    Daftar Buku
    Dokumen1 halaman
    Daftar Buku
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • STERILISASI
    STERILISASI
    Dokumen5 halaman
    STERILISASI
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • GDEPT
    GDEPT
    Dokumen2 halaman
    GDEPT
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • Ofloksasin
    Ofloksasin
    Dokumen12 halaman
    Ofloksasin
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • SEMSOL
    SEMSOL
    Dokumen5 halaman
    SEMSOL
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • Laporan Gel
    Laporan Gel
    Dokumen28 halaman
    Laporan Gel
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat
  • UU
    UU
    Dokumen34 halaman
    UU
    Hidayah Dwi Renggani
    Belum ada peringkat