Disusun oleh:
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul
“Formulasi Sediaan Gel Asam Salisilat” untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
praktikum farmasetika sediaan semisolid. Sholawat serta salam semoga selali
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya
sehingga pada umatnya sampai akhir zaman.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Yani Ambari,
S.Farm, M.Farm, Apt. selaku dosen pengampu Praktikum Farmasetika Sediaan
Semisolid yang telah membimbing dan memberikan saran dalam pembuatan laporan ini.
Kami selaku penulis menyadari akan kelemahan dan kekurangannya. Oleh
karena itu segala kritik membangun dan sumbang saran akan diterima dengan penuh
ucapan terimakasih demi semakin baiknya dan berkualitasnya makalah ini. Semoga
makalah yang kami susun ada manfaatnya bagi para pembaca pada umumnya.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.2 ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM ........................................................................ 20
3.3 METODE KERJA ................................................................................................ 20
3.3.1 Rancang Formulasi Gel Asam Salisilat ....................................................... 20
3.3.2 Cara Pembuatan Gel Asam Salisilat............................................................ 21
3.3.3 Evaluasi Gel ................................................................................................. 21
3.3.3.1 Uji Organoleptis .................................................................................... 21
3.3.3.2 Uji pH ...................................................................................................... 21
3.3.3.3 Uji Daya Sebar ........................................................................................ 21
3.3.3.4 Uji Daya Lekat ...................................................................................... 22
3.3.3.5 Homogenitas ......................................................................................... 22
3.3.3.6 Ukuran Partikel ..................................................................................... 22
3.3.3.7 Uji kesukaan ......................................................................................... 22
3.3.3.8 Uji Mikrobiologi ................................................................................... 22
3.3.4 Bagan Rancang Kerja .................................................................................. 22
BAB IV .......................................................................................................................... 23
HASIL PERCOBAAN ................................................................................................. 24
BAB V ............................................................................................................................ 26
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 26
BAB VI .......................................................................................................................... 28
PENUTUP ..................................................................................................................... 28
6. 1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 28
6.2 SARAN ................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 29
LAMPIRAN .................................................................................................................. 30
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Metode yang digunakan adalah metode pencampuran karena dalam pembuatan gel
semua bahan langsung dicampur satu persatu hingga terbemtuk gel. Dalam pembuatan gel
beda seperti halnya pembuatan salep dengan metode peleburan dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana formulasi sediaan gel dari bahan aktif asam salisilat?
2. Bagaimana evaluasi fisik gel asam salisilat?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Keuntungan dan Kekurangan Gel
Keuntungan dan kerugian sediaan gel menurut Lachman, 1994 :
1. Keuntungan sediaan gel
Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan
sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastis, mudah dicuci dengan air, pelepasan
obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
2. Kekurangan sediaan gel
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel
tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah
dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi dapat
menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
4
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang
baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan
kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan
tube, atau selama penggunaan topical.
3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang
diharapkan.
4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM
besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan
gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC,
HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan
yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation.
5
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin
membentuk larutan yang kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan
oleh pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik
dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada
dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan
konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu
untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel Na-alginat akan segera
mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang disebabkan karena
terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak
larut.
5. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap
perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat
bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran
non–newton yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju
aliran.
6
1. Gelling Agent
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan
yang merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini
adalah gom alam, turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut
berfungsi dalam media air, selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan non-
polar. Beberapa partikel padat koloidal dapat berperilaku sebagai pembentuk gel
karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang tinggi dari beberapa
surfaktan non-ionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di dalam
sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral.
2. Bahan tambahan
1. Pengawet
Meskipun beberapa basis gel resisten terhadap serangan mikroba, tetapi semua
gel mengandung banyak air sehingga membutuhkan pengawet sebagai
antimikroba. Dalam pemilihan pengawet harus memperhatikan
inkompatibilitasnya dengan gelling agent.
2. Penambahan bahan higroskopis
Bertujuan untuk mencegah kehilangan air. Contohnya gliserol, propilenglikol
dan sorbitol dengan konsentrasi 10-20 %.
3. Chelating agent
Bertujuan untuk mencegah basis dan zat yang sensitive terhadap logam
berat. Contohnya EDT
7
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih;
hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian ethanol
(95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P;
larut dalam larutsan ammonium acetat P, dinatrium
hydrogen fosfat P; kalium sitrat Pdan natrium sitrat P.
Suhu Lebur : 158,5°C dan 161°C.
Titik Didih : 211 °C (2666 Pa)
Densitas : 1,44 g/cm3
Keasaman (pKa) : 2,97
Struktur Kimia :
Inkompatibilitas
Bereaksi dengan alkali dan karbonat hydroxids membentuk garam yang
larut dalam air. Inkompatibel dengan larutan besi klorida, memberikan warna
ungu. Dan dengan nitro ether kuat.
Dosis (USP)
Untuk pemakaian topikal 1-2% dalam larutan alkohol atau salep.
Sebagai agen antiseptik, antiparasit dan keratolitik 2-5% dalam sediaan serbuk
atau salep.
Sebagai keratolitik kuat hingga 20%.
Efek Farmakologi Zat Aktif
Sebagai antiseptik, sangat mengiritasi selaput lendir dan agak korosif.
untuk obat luar digunakan dalam pengobatan pruritus, urtikaria bromidrosis, dan
eksim. Dalam bentuk salep dan koloidon digunakan untuk melunakkan dan
8
menghilangkan kutil. Kondisi hyperkeratosis (pertumbuhan jaringan keratin kulit
yang berlebihan)
Kontra Indikasi
• Kulit yang terbuka, meradang atau pada anak dibawah dua tahun.
• Perhatian : dapat menimbulkan gangguan saraf tepi, pada pasien diabetes
rentan terhadap ulkus neuropati, hindari kontak dengan mata, mulut , area
kelamin dan anus, dan selaput lendir, hindari penggunaan pada area yang
luas.
2.7.2.1 Carbomer
Sinonim : Carbopol; Acrylic Acid Polymer; polyacrylic acid;
carboxyvinyl polymer; Karboksipolietilen.
Berat Molekul : Karbomer adalah polimer sintetik dari asam akrilat yang
mempunyai ikatan silang dengan ether allyl sucrose atau
sebuah allil ethers dari pentaerythritol. Karbomer
mengandung asam karboksilat antara 56%- 68% pada
keadaan kering. BM teoritis diperkirakan sekitar 7 x 105
hingga 4 x 109.
Pemerian : Serbuk putih, sedikit berbau khas, asam, Higroskopik,
Fungsi : Bioadhesive; emulsifying agent; release modifying agent;
suspending agent; tablet binder; viscosity-increasing agent
Kegunaan Konsentrasi (%)
Bahan pengemulsi 0,1-0,5
Gelling agent 0,5-2,0
Bahan pensuspensi 0,5-1,0
Pengikat tablet 5,0-10,0
Tabel 1 Kegunaan dan Konsentrasi Karbomer
Kelarutan :Larut dalam air dan setelah netralisasi larut dalam etanol (95 %)
dan gliserin.
9
pH :Tingkat viskositas yang lebih tinggi pada pH 6-11 dan viskositas
akan menurun pada pH di bawah 3 atau di atas 12.
10
Titik Leleh : 20°C -21°C
Kelarutan :
Pelarut Kelarutan pada suhu 20oC
Aseton Larut
Benzene 1: 24
Karbon tetraklorida larut
Ethil eter 1 : 63
metanol larut
air larut
Tabel 2 Kelarutan TEA
11
4. Trietanolamina juga akan bereaksi dengan tembaga untukmembentuk
garam kompleks.
5. Perubahan warna dan pengendapan dapat terjadi akibat kontak dengan
garam logamberat.
6. Trietanolamina dapat bereaksi dengan reagen sepertitionil klorida untuk
menggantikan gugus hidroksi denganhalogen. . Produk yang dihasilkan
sangat toksik.
7. Dalam sediaan dengan minyak mineral diperlukan TEA sebanyak 5% v/v
dengan peningkatan yang sesuaidalam jumlah asam lemak yang
digunakan.
2.7.2.3 Nipagin
Nama Senyawa : Methyl Paraben
BM : 152,15
Rumus Empiris : C8H8O3
Organoleptis : Kristal transparan/bubuk Kristal putih, rasa membakar
Penggunaan : Antimicrobial preservative
Deskripsi : Merupakan kristal tdak berwarna atau serbuk kristal
berwarna
putih; tidak berbau atau hamper tidak berbau dan sedikit
mempunyai rasa panas.
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian propilenglikol; 3 bagian etanol 95%;
60
bagian gliserin; dan 400 bagian air.
Stabilitas : Larutan metilparaben pada pH 3-6 dapat disterilkan
dengan autoklaf pada suhu 120° C selama 20 menit, tanpa
penguraian. Larutan ini stabil selama kurang lebih 4 tahun
dalam suhu kamar, sedangkan pada pH 8 atau lebih dapat
meningkatkan laju hidrolisis.
Alasan : Sebagai pengawet agar sediaan dapat disimpan dalam
waktu tertentu. Jika penggunaan tidak bersaam nipasol
karena nipasol sangat sukar larut dalam air dan biasanya
12
digunakan untuk emulsi atau jika lotio sudah mengandung
alkohol, tidak perlu penambahan nipasol. Jika
menggunakan sirup simpleks meskipun di dalam nya sudah
ada nipagin tapi kadarnya hanya 0,2 %, sehingga masih
perlu penambahan nipagin. Mudah larut dalam alkohol,
efektif pada beberapa range pH dan mempunyai aktifitas
antimikroba yang luas.
Struktur Molekul :
13
2.7.2.5 Nipasol
Nama resmi : PROPYLIS PARBENUM
Nama lain : Propil paraben, nipasol
RM/BM : C10H12O3/180,21
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol
(95%) P, dalam 3 bagian aseton P,dalam 140 bagian gliserol,
40 bagian mineral oil.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pengawet
Range : 0,01% – 0,6%
Incomp : Dikurangi surfaktan hasil micellization, dan menyerap jernih
plastik, dan visicle, Mg silikat, Mg trisilicate.
Struktur Kimia :
2.7.2.6 Menthol
Sinonim : hexabydrotimol; 2-isopropyl-5-methylcyclohexanol; 4-isopropyl-
1- methylcyclohexan-3-d; 3-p-mentahnol; p-menthan-3-ol;dl-
menthol; pepermint champor; racemic menthol
Struktur Kimia :
14
Rumus Empiris : C10H20O
BM : 156,27
Penggunaan :
Penggunaan pada produk farmasi Konsentrasi (%)
inhalasi 0,02-0,05
Oral suspensi 0,003
Sirup oral 0,005-0,0015
tablet 0,2-0,4
Formula topikal 0,05-10,00
Produk kosmetk 0,4
Pasta gigi 0,1-2,0
Spray oral 0,3
Tabel 3 Penggunaan dan Konsentrasi Menthol
2.7.2.7 Etanol
Sinonim : etil alkohol, alkohol gandum
Organoleptis :cairan, jelas tidak berwarna dengan bau,
karakteristik menyenangkan. Dalam encer larutan
air, memiliki rasa agak manis, tetapi dalam larutan
terkonsentrasi lebih rasanya terbakar.
Rumus Molekul : CH3CH2OH
Rumus Struktur :
15
Densitas : 0,789 g/ml
Titik beku : -40oC
2.7.2.8 Gliserin
Sinonim : Croderol; E422; glycerine; Glycon G-100; Kemstrene;
Optim; Pricerine; 1,2,3-propanetriol; trihydroxypropane
glycerol.
Rumus molekul : C3H8O3
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup; tidak berwarna, rasa manis,
hanya boleh n berbau khas lemah (tajam atau tidak enak);
higroskopik, netral terhadap lakmus.
Kegunaan : Antimicrobial preservative; emollient; humectant;
plasticizer; solvent; sweetening agent; tonicity agent.
Inkompatibilitas
Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan agen oksidator kuat seperti
kromium trioksida, potasium klorat atau kalium permanganat. Perubahan warna
Hitam gliserin terjadi jika terkena cahaya, atau pada kontak dengan seng oksida
atau nitrat bismuth. penggunaan bersama fenol, asam salisilat dan tanin
menimbulkan warna zat besi. Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam
glyceroboric.
Penyimpanan
Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi
oleh suasana di bawah kondisi penyimpanan biasa tetapi terurai pada pemanasan,
dengan evolusi akrolein beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan
propylene glikol secara kimiawi stabil. Gliserin dapat mengkristal jika disimpan
pada suhu rendah, sedangkan kristal tidak meleleh hingga dihangatkan sampai
208°C. Gliserin harus disimpan dalam wadah kedap udara, dalam cool, kering
tempat.
16
Pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk mendeskripsikan sediaan
gel yang meliputi bentuk, warna, bau, dan kejernihan. Pengamatan
dilakukan secara makroskopis (Paye dkk., 2001).
2.8.2 pH
Pemeriksaan pH bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman dari
sediaan gel yang dihasilkan. Pengamatan nilai pH dilakukan segera setelah
sediaan selesai dibuat. Sebaiknya besar nilai pH sama dengan nilai pH
kulit atau tempat pemakaian untuk menghindari terjadinya iritasi. pH
normal kulit manusia berkisar antara 4,5-6,5 (Draelos & Lauren, 2006).
17
2.8.5 Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan
gel yang dihasilkan sudah tercampurkan dengan homogen dan merata.
Pengujian homogenitas dapat dilakukan dengan cara visual (Paye dkk.,
2001). Homogenitas gel diamati di atas kaca objek dengan adanya bantuan
cahaya. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat bagian-
bagian yang tidak tercampurkan dengan baik. Gel yang bersifat stabil akan
dapat menunjukkan susunan yang homogen. Homogenitas sediaan gel
ditunjukkan dengan tercampurnya bahan-bahan yang digunakan dalam
formula gel, baik bahan aktif maupun bahan tambahan secara merata. Cara
pengujian homogenitas yaitu dengan meletakkan gel pada object glass
kemudian meratakannya untuk melihat adanya partikel-partikel kecil yang
tidak terdispersi sempurna.
18
menggunakan gel antiseptic dengan berbagai formulasi kemudian diminta
tanggapannya dari warna, aroma, tekstur dan kesan tidak lengket.
19
BAB III
METODE PRAKTIKUM
20
7 Nipagin Pengawet 0.18% 0,0279 gram 0,135 gram
9 Menthol Pembau Qs Qs Qs
3.3.3.2 Uji pH
Pada uji ini kelompok kami melakukan dengan cara menyelupkan kertas pH
kedalam sediaan gel yang sudah dibuat, lalu diamati perubahan pH nya.
21
gr, 150 gr, 200 gr selama 2 menit. Lalu diamati hasilnya dengan cara
mengukur panjang vertical dan horizontal nya.
3.3.3.5 Homogenitas
Pada uji ini kelompok kami melakukan dengan cara mengambil sediaan
seujung spatula dan diberi air sedikit. Lalu diamati partikelnya dalam
mikroskop untuk melihat homogenitasnya.
a. Cara pembuatan
22
Dalam wadah lain, Asam salisilat di larutkan dengan ethanol.
Kemudian menthol di tambahkan perlahan di aduk sampai larut .
Sisa volume air di tambahkan sambil di gerus sampai homogen dan terbentuk massa
gel.
23
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
24
GRAFIK
20
15 Tidak suka
kurang
10 suka
suka
0
Warna Aroma Teksture Kesan Tidak Lengket
25
BAB V
PEMBAHASAN
Asam salisilat merupakan asam yang bersifat iritan local, yang dapat
digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan sebagai obat
luar yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari asam
organic. Di samping itu digunakan pula gram salisilat, Turunanya yang paling
dikenal asalah asam asetilsalisilat (Heba, 2015).
Asam salisilat adalah obat topikal yang digunakan untuk mengobati
sejumlah masalah kulit, seperti jerawat, kutil, ketombe, psoriasis dan masalah
kulit lainnya. Asam salisilat juga bisa digunakan untuk mengawetkan makanan,
antiseptik, dan campuran dalam pasta gigi. Ketika digunakan untuk jerawat, asam
salisilat akan mencegah sel-sel kulit mati menutup folikel rambut sehingga
mencegah penyembuhan pori-pori yang dapat menyebabkan jerawat (Whitney,
2011).
Sebagian dengan bahan aktif asam salisilat dibuat dalam bentuk sediaan
gel bertujuan untuk memberikan pelepasan obat yang baik, memberikan efek
dingin pada kulit dan kemudian dicuci dengan air sehingga dapat menimbulkan
rasa nyaman saat penggunaan (Voight, 1994).
Dalam menentukan kelayakan edar dari sediaan maka perlu dilakukan
proses evaluasi yang meliputi uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, uji daya
lekat, uji homogenitas, ukuran partikel uji kesukaan dan uji mikrobiologi. Uji
organoleptis betujuan untuk mengetahui perubahan warna, tekstur dan bau dari
suatu sediaan. Uji pH untuk mengetahui perubahan pH pada sediaan gel asam
salisilat sebelum dan satu minggu setelah pembuatan gel. Uji daya sebar bertujuan
untuk mengetahui persebaran dari sediaan gel asam salisilat. Uji mikroba untuk
mengetahui ada tidaknya mikroba yang terdapat dalam sediaan gel asam salisilat.
Uji homogenitas untuk mengetahui homogenitas dari suatu sediaan. Uji daya lekat
bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan gel dapat melekat pada kuit serta
uji aseptabilitas atau uji kesukaan untuk mengetahui nyaman tidaknya gel asam
salisilat pada saat digunakan.
26
Tahap evaluasi dilakukan setelah satu minggu permbuatan. Pada uji
organoleptis didapatkan hasil antara lain gel beraroma khas menthol, berwarna
pink pudar dan bertekstur sedikit menggumpal. Hasil tersebut tidak sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan. Tekstur sediaan yang sedikit menggumpal dapat
disebabkan karena kurang halusnya saat penggerusan pada bahan saat pembuatan.
Selanjutnya uji pH dilakukan pengukuran menggunakan kertas pH indicator
universal, hasil yang didapatkan pada uji pH ini yaitu pada percobaan pertama
didapatkan pH 4,5 dan percobaan kedua didapatkan pH 5. pH sediaan tersebut
sesuai dengan target pH pada kulit yaitu 4,5-6,5 (Nabibaho,2013). Pada uji daya
sebar, sediaan gel asam salisilat memiliki rata-rata daya sebar yaitu 4,318 cm.
Daya sebar pada sediaan gel asam salisilar sesuai dengan literature yang
menyatakan bahwa daya sebar yang baik untuk sediaan topikal yaitu 3-4 cm
(Siegel, 1984). Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengamati partikel gel
asam salisilat, hasil yang didapatkan yaitu gel terlihat homogen, tetapi memiliki
ukuran partikel yang tidak seragam. Hal tersebut tidak sesuai dengan literature,
seharusnya sediaan gel terlihat homogen dan memiliki partikel yang seragam
(Sulistyaningrum dkk, 2012). Selanjutnya dilakukan uji mikroba pada sediaan gel
asam salisilat menunjukkan tidak adanya mikroba, hal tersebut terbukti ketika
sampel di swab pada media agar dan diinkubasi selama 24 jam menunjukkan hasil
tidak adanya mikroba pada sediaan gel asam salisilat. Selanjutnya dilakukan uji
daya lekat sebanyak 3 kali replikasi, pada replikasi pertama diperoleh 20,45 detik,
replikasi kedua diperoleh 20,02 detik dan replikasi ketiga diperoleh 07,79
sehingga didapatkan rata-rata yaitu 15.09 detik. Daya lekat dari formulasi tersebut
tidak memenuhi syarat karena menurut literature Ulaen dkk (2012) menyatakan
bahwa syarat untuk uji daya lekat pada sediaan topikal adalah 3-5 detik.
Selanjutnya dilakukan uji aseptabilitas dengan memberikan kuisoner kepada 20
panelis rata-rata suka dengan kesukaan warna 45%, aroma 35%, tekstur 65%, dan
kesan tidak lengket 45% hingga sangat suka dengan kesukaan warna 25%, aroma
50%, tekstur 20%, kesan tidak lengket 45% pada sediaan gel asam salisilat.
27
BAB VI
PENUTUP
6. 1 Kesimpulan
1. Formulasi sediaan asam salisilat 2%, karbopol 1,5%, TEA 1%, etanol 5%,
Propilenglikol 15%, Gliserin 5%, Nipagin 0.18%, Nipasol 0.02%.
2. Evaluasi fisik gel asam salisilat diantaranya adalah uji organoleptik
berwarna pink pudar dan bertekstur sedikit menggumpal. Uji pH pada
percobaan pertama didapatkan pH 4,5 dan percobaan kedua didapatkan pH
5. Uji daya sebar memiliki rata-rata yaitu 4,318 cm. Uji homogenitas
didapatkan hasil yaitu gel terlihat homogen, tetapi memiliki ukuran
partikel yang tidak seragam. Uji mikroba pada sediaan gel asam salisilat
menunjukkan tidak adanya mikroba. Uji daya lekat didapatkan rata-rata
yaitu 15.09 detik. Uji aseptabilitas rata-rata suka dengan kesukaan warna
45%, aroma 35%, tekstur 65%, dan kesan tidak lengket 45% hingga sangat
suka dengan kesukaan warna 25%, aroma 50%, tekstur 20%, kesan tidak
lengket 45%.
6.2 Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk lebih banyak belajar mengenai sifat
stabilitas gel, tipe gel, maupun cara melarutkan dan cara menyimpannya. Pada
saat pembutan dan evaluasi gel mohon alat yang ada dilab dilengkapi lagi.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
LAMPIRAN
PENGUKURAN PH
UJI ANTIMIKROBA
30
ASAM SALISILAT 2%
Netto : 15 gr
Farmakologi :
Asam Salisilat dikenal memiliki efek keratolitik dan keratroplastik. Mekanisme kerja asam salisilat adalah melarutkan zat-zat dalam
tautan antar sel sehingga mampu merenggangkan lekatan korneum. Lapisan kulit kemudian akan mengalami deskuamasi. Asam salisilat
topical diserap cepat pada kulit yang intrak, terutama bila menggunakan vehikulum berminyak. Penyerapan terjadi sebanyak 9-60%.
Pada penyerapan topical, konsentrasi maksimalumumnya dicapai dalam 5 jam. Asam salisilat dimetabolisme diretikulum endoplasma
dan mitokondria sel hati. Waktu paruh bervariasi sesuai dengan dosis pajanan, mulai dari 20 menit hingga 30 jam.
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Asam salisilat dikontraindikasin pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitas terhadap salisilat atau komponen obat lain. Asam
salisilat dengan konsentrasi diatas 6% juga dikontra indikasikan pada pasien diabetes, pasien pada gangguan sirkulasi perifer, serta
pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.
Cara Pemakaian :
Asam Salisilat salep, dioleskan 1-3 kali sehari tipis-tipis pada bagian wajah yang berjerawat
Jangan gunakan asam salisilat pada pasien yang hipersensitif terhadap asam salisilat dan komponen lain yang terkandung dalam obat.
Hati-hati penggunaan pada pasien yang memiliki kondisi diabetes, penyakit pembuluh darah, gangguan ginjal, dan gangguan hati.
Penggunaan asam salisilat pada anak usia dibawah 2 tahun tidak disarankan
Beri tahu dokter jika anda sedang hamil, sedang merencanakan kehamilan atau sedang menyusui. Jika anda hamil ketika sedang
menjalani pengobatan dengan obat ini, sega beri tahu dokter.
Kotak, Cepuk @ 15 g
Diproduksi oleh :
Sidoarjo-Indonesia
31