I. Latar Belakang
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja
menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP) . Parasetamol
digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai
analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui
resep dokter atau yang dijual bebas. (Lusiana Darsono, 2002) Parasetamol, mempunyai daya
kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan.
Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak
menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan
baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol. (Sartono, 1996)
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai
fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin
stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi
atau suspending agent. Syarat & syarat suspensi yang terdapat dalam Farmakope indonesia
edisi V adalah zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika
dikocok perlahan dan lahan endapan harus segera terdispersi kembali, kekentalan suspensi
tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014)
Adapun zat aktif yang sering digunakan pada sediaan ini memiliki sifat yang praktis
tidak larut dalam air. Sebagai contoh bahan obat yang praktis tidak larut dalam air, yaitu
Parasetamol. Untuk itu, bahan obat ini dapat di formulasikan dalam bentuk suspensi. Dalam
pembuatan sediaan suspensi Parasetamol ini diperlukan suspending agent yang digunakan
untuk mendispersikan bahan aktif yang tidak larut dalam pembawanya, meningkatkan
viskositas dan mempengaruhi stabilitas fisik suspensi.
II. Preformulasi
a. Zat Aktif(Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2014)
Struktur kimia
Kelarutan Larut dalam 70 bagian air , dalam 7 bagian etanol 95% P, dalam
13 bagian Aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9
bagian Propilen Glikol P
pH larutan 5,2 dan 6,5
pKa 9,5
Titik lebur Antara 168˚C dan 172˚C
Stabilitas Peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kegunaan Zat Aktif
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan dalam
suhu ruang,
penyimpanan
hindarkan dari kelembapan dan panas.
Kesimpulan :
Strukturkimia
Rumusmolekul -
Nama kimia Cellulose, carboxymethyl ether
Sinonim Cellulose gum, CMC sodium
Beratmolekul -
Pemerian Granul atau serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau, tidak
berasa, dan higroskopik
Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%, eter, dan toluene.
Mudah terdispersi dalam air, dan membentuk suspensi koloidal
pH larutan 6,5-8,5
pKa 4,30
Titiklebur 227 ֯C dan 252֯ C
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis 0,52 g/cm3
Stabilitas Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH
Panas dibawah 2
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kegunaan Agen pensuspensi, peningkat viskositas
Wadah dan Wadah tertutup baik yang dingin dan kering
penyimpanan
Rumusmolekul C3H8O2
Nama kimia 1,2-Propanediol
Sinonim Metil glikon
Beratmolekul 76,09 g/mL
Pemerian Jernih, tanpa warna, kental, praktis tidak beraroma, cairan manis
menyerupai gliserin.
Kelarutan Larut di aseton, kloroform, dan air
pH larutan -
pKa -
Titiklebur 188°C
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis 1,038g/mL pada suhu 20°C
Stabilitas Stabil di suhu dingin, stabil bila bercampur dengan etanol 95%,
Panas gliserin, atau air, tidak cocok berdampingan dengan bahan
Hidrolisis/oksidasi oksidator. Jenis yang higroskopis
Cahaya
Kegunaan Kosolven, antimikroba, pelarut non polarik
Wadah dan Wadah tertutup yang sejuk, kering, dan terlindung dari sinar
penyimpanan matahari
Struktur kimia
Strukturkimia
Rumusmolekul C8H8O3
Nama kimia Metil-4-hidroksibenzoat [99-76-3]
Sinonim Aseptoform M, Metagin, Nipagin M
Berat molekul 152,15 g/mol
Pemerian Kristal tidak berwarna atau Kristal putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau dan sedikit rasa terbakar
Kelarutan Larut dalam 5 bagian propilen glikol, 400 bagian air
pH larutan -
pKa 8,4 pada suhu 22֯ C
Titik lebur 125-128֯ C
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis 1,352 g/cm3
Stabilitas Larutan metil paraben stabil pada pH 3-6
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kegunaan Pengawet
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik
penyimpanan
Strukturkimia -
Rumusmolekul -
Nama kimia Lemon essence
Sinonim -
Beratmolekul -
Pemerian -
Kelarutan -
pH larutan -
pKa -
Titiklebur -
Konstanta Dielektrik -
Bobot jenis -
Stabilitas -
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kegunaan Pengaroma
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat
penyimpanan
Struktur kimia
Strukturkimia
Rumusmolekul H2O
Nama kimia Aquadestilasi
Sinonim Air suling
Beratmolekul 18,02 g/mL
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan Larut dalam pelarut polar
pH larutan Antara 5,0 sampai 7,0
pKa -
Titiklebur 0°C
Konstanta Dielektrik 78,54 (Rowe, 2006)
Bobot jenis 1 g/mL
Stabilitas Stabil dalam segala bentuk fisik( padat, cair, gas)
Panas
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kegunaan Pelarut
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat
penyimpanan
III.Permasalahan Farmasetika
VI. Perhitungan
Konstanta dielektrik parasetamol
Volume air Volume propilen glikol
KD = ( Volume total
x KD air ) +(
Volume total
x KD propilen glikol )
55 15
= ( x 80,4 ) +( x 33)
70 70
= 70,17
VII. Penimbangan
Paracetamol agak sukar larut dalam air, maka dilarutkan dengan menggunakan propilen
glikol. Metil paraben dilarutkan terlebih dahulu dalam propilen glikol agar homogen.
Volume sediaan dibuat berlebih untuk pengambilan sampel yang akan digunakan dalam
evaluasi. Volume sediaan dalam wadah juga dilebihkan untuk mencegah pengurangan
dosis.
4. Ditambahkan metil paraben yang telah Metil paraben larut dalam propilen glikol
dilarutkan sebelumnya dengan propilen
glikol
5. Ditambahkan sisa bahan tambahan lain Suspensi homogen.
kedalam sediaan. Diaduk hingga
homogeny Ditambahkan aquades
hingga 70ml
XII. Pembahasan
Praktikum kali ini adalah membuat formulasi sediaan suspensi oral dengan aktif
paracetamol. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai
fase dispersi, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin
stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau
suspending agent. Syarat & syarat suspensi yang terdapat dalam Farmakope indonesia edisi V
adalah zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan
dan lahan endapan harus segera terdispersi kembali, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu
tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat
analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem
Syaraf Pusat. Parasetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik. Parasetamol dibuat
dalam bentuk suspensi karena mudah terhidrolisis dalam air dan memiliki sifat yang praktis tidak
larut dalam air. Untuk itu, bahan obat ini dapat di formulasikan dalam bentuk suspensi. Dalam
pembuatan sediaan suspensi Parasetamol ini diperlukan suspending agent yang digunakan untuk
mendispersikan bahan aktif yang tidak larut dalam pembawanya, meningkatkan viskositas dan
mempengaruhi stabilitas fisik suspensi.
Metode yang digunakan dalam pembuatan suspense paracetamol ini adalah metode
presipitasi. Metode presipitasi adalah metode pembuatan suspensi dengan melarutkan bahan obat
ke dalam pelarut organik terlebih dahulu, kemudian ditambahkan mucilago dan diencerkan.
CMC Na digunakan sebagai suspending agent pada pembuatan suspensi secara presipitasi.
Formulasi yang digunakan dalam pembuatan sediaan suspensi ini yaitu, zat aktif paracetamol
dengan dosis 120mg/5ml. Suspending agent yang digunakan yaitu suspending agent sintetik,
berupa derivate selulosa yang tidak diabsorbsi usus halus dan tidak beracun yaitu CMCNa
sebanyak 0,25%. Propilen glikol sebanyak 20% yang berfungsi sebagai pelarut zat aktif,
dikarenakan sifat paracetamol yang tidak larut air, sehingga dilarutkan dalam propilen glikol,
dapat juga berfungsi sebagai wetting agent. Sorbitol sebanyak 20% sebagai pemanis dan
anticaplocking. Metil paraben sebagai antimikroba dan pengawet sebanyak 0,2% diperlukan
karena sediaan yang dibuat mengandung air dan merupakan multidose, sehingga rentan
terkontaminasi bakteri. Paracetamol merupakan zat yang tidak berwarna dan berasa, sehingga
perlu ditambahkan perasa dan pewarna sebanyak 3 tetes berupa lemon essence dan yellow color.
Suspensi ditambahkan aquades hingga 100% sebagai pelarut dan pembawa Suspensi dibuat
sebanyak 70 ml. Parasetamol penyimpanannya dalam "wadah tertutup baik dan terlindungdari
cahaya, maka wadah atau kemasan sediaan suspensi dibuat sedemikian rupa agar seminimalisir
mungkin cahaya tidak dapat mengoksidasi zat aktif parasetamol seperti botol sediaan berkaca
gelap.
Pembuatan sediaan suspense dilakukan dengan cara menimbang dan menyiapkan semua
bahan yang dibutuhkan. Aquades yang akan digunakan terlebih dahulu dididihkan untuk
menjamin kesterilan sediaan. Suspending agent yaitu CMCNa sebanyak 0,175 mg dikembangkan
di dalam mortar hingga membentuk mucilago. Zat aktif parasetamol sebanyak 1680 mg
dilarutkan di dalam propilen glikol. Kemudian CMCNa yang telah dikembangkan ditambahkan
ke dalam larutan zat aktif dan diaduk hingga homogen. Campuran kemudian ditambahkan 0,14
mg metil parabem yang telah dilarutkan di dalam propilen glikol sebelumnnya, sorbitol sebanyak
14 ml, dan sisa larutan propilen glikol dan di aduk hingga homogen. Suspensi kemudian
ditambahkan aquades hingga 70 ml. Sediaan kemudian ditambahkan lemon essence untuk
memberi rasa dan aroma serta yellow color sebagai pewarna untuk membuat sediaan lebih
menarik. Sediaan suspensi kemudian dimasukkan ke dalam wadah botol gelap yang telah ditara
63 ml sebelumnya, sediaan dilebihkan sebanyak 5% untuk mengurangi dosis pada saat
penuangan. Dilakukan evaluasi terhadap sediaan dengan menggunakan suspense yang tersisa.
Sediaan suspense yang telah dibuat kemudian dilakukan evaluasi. Evaluasi yang dilakukan
yaitu uji organoleptis, uji volume terpindahkan, bobot jenis, dan uji pH. Evaluasi uji organoleptis
dilakukan dengan cara pengamatan secara visual berupa warna, aroma, rasa, dan kejernihan.
Hasil evaluasi organoleptis yaitu sediaan berwarna kuning beraroma lemon, berasa sedikit asam,
dan jernih kental. Uji volume terpindahkan yaitu dengan menggunakan gelas ukur, di dapat hasil
volume terpindahkan 62ml dari 63 ml sampel. Uji pH suspensi dilakukan dengan menggunakan
pH meter dan didapatkan hasil pH sebesar 6. Uji penentuan densitas/bobot jenis dilakukan
dengan menggunakan piknometer, di dapat hasil bobot jenis suspnsi sebesar 1,04 g/cm3. Sediaan
suspense tidak dilakukan uji penentuan tipe suspensi. Uji kecepatan sedimentasi suspense yang
dibuat, partikel dalam suspensi lambat mengendap dan mudah di dispersikan kembali, dengan
tinggi endapan sekitar 1 cm.
Sediaan suspensi dengan formula yang telah dijelaskan belum mendapat hasil maksimal.
Meskipun memenuhi sebagian besar syarat formulasi seperti organoleptis dan pH. Hasil sediaan
belum memenuhi syarat karena viskositas yang masih encer untuk sediaan suspensi dan tidak
mudah dituang. Hal ini dapat disebabkan karena konsentrasi suspending agent yang digunakan
terlalu sedikit yaitu hanya 0,25% sehingga untuk saran ke depannya konsentrasi suspending
agent dapat dinaikkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
XIII. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini ialah :
1. Paracetamol dapat dibuat dalam bentuk suspense dengan menggunakan metode
presipitasi.
2. Hasil evaluasi sediaan belum memenuhi syarat tingkat viskositas yang baik, karena
masih encer untuk sediaan suspensi.