Anda di halaman 1dari 21

FARMASI FISIKIA

DISPERSI KASAR (EMULSI DAN SUSPENSI)

Disusun Oleh :

1. Ni Luh Dian Setyawati (050117A075)


2. Nina Febrina (050117A079)
3. Nisha Johana Aojuha (050117A081)
4. Sri Hanedyo Utami (050117A101)
5. Sugiantoro (050117A103)
6. Taufikurrahman (050117A106)

PROGRAM STUDI FARMASI

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat-Nya saja, tugas makalah yang berjudul “Dispersi Kasar (Emulsi dan
Suspensi)” ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah
ini tentunya tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu saya
mengucapkan banyak terima kasih untuk seluruh pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Saya sadar bahwa dalam tulisan ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu saya menerima segala bentuk kritik dan saran yang ditujukkan kepada
saya. Kritik dan saran tersebut nantinya akan saya jadikan sebagai acuan dan
pedoman dalam membuat karya tulis lainnya, agar semakin baik dan semakin baik
lagi.

Semarang, 02 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................................7
A. Pengertian Dispersi Kasar (Emulsi dan Suspensi)..................................................7
 Ciri-ciri dispersi kasar........................................................................................7

 Perbedaan bentuk emulsi dan suspensi...............................................................8

 Kriteria emulsi dan suspensi yang baik..............................................................8

 Kelebihan dan kekurangan emulsi dan suspensi.................................................8

 Contoh aplikasi emulsi dan suspensi di bidang farmasi....................................10

B. Emulsifying agent pada Emulsi............................................................................10


 Pengertian emulsifying agent............................................................................10

 Tujuan pemberian emulsifying agent................................................................10

 Surfaktan beserta strukturnya...........................................................................10

 Mekanisme surfaktan dalam mempertahankan kestabilan emulsi....................11

 Kategori dan contoh emulsifying agent atau surfaktan.....................................11

 HLB (Hydrophile Lipohile Balance) dan Kategori nilai HLB..........................12

C. Tipe Emulsi..........................................................................................................13
D. Stabilitas Fisik Emulsi..........................................................................................13
BAB III. KESIMPULAN...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid
yang penting, yaitu dapat digunakan secara homogeny dan bersifat stabul
untuk produksi skala besar. Salah satu sistem koloid yang ada dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam industri adalah dispersi kasar (emulsi dan
suspensi) (Depkes, 1995).

Dispersi kasar adalah sistem tersebar heterogen, di mana partikel fase


tersebar lebih besar dari 1000 nm (4x10-5). Dispersi kasar ditandai dengan
sedimentasi yang relatif cepat dari fase tersebar yang disebabkan oleh
gravitasi atau kekuatan lain. Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang
biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Perlu ditambahkan zat
tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat membantu dua
cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil. Menurut Formakope
Indonesia, emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zal
pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Hisprastin dan Nurwada, 2018).
Sedangkan suspensi adalah partikel padat yang terdispersi. Partikel-partikel
tersebut memiliki kecenderungan untuk bersatu dan membentuk suatu
gumpalan sehingga mengendap di dasar. Suspensi adalah sediaan caur yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
(Alfauziah, 2018).

Berdsarkan penjelasan diatas, sangatlah penting untuk mempelajari


sistem dispersi kasar (emulsi dan suspensi) dengan tahu sistem dispersi
kasar ini maka akan lebih mudah dalam memahami mekanisme secara kimia
dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana definisi dari dispersi kasar, emulsi dan suspensi?
2. Bagaimana ciri-ciri dari dispersi kasar?
3. Bagaimana perbedaan antara emulsi dan suspensi?
4. Bagaimana kriteria emulsi dan suspensi yang baik?
5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari emulsi dan suspensi?
6. Bagaimana contoh aplikasi emulsi dan suspensi di bidang farmasi?
7. Bagaimana definisi dari emulsifying agent?
8. Bagaimana tujuan pemberian emulsifying agent?
9. Bagaimana definisi dari surfaktan dan strukturnya?
10. Bagaimana mekanisme surfaktan dalam mempertahankan kestabilan
emulsi?
11. Bagaimana kategori emulsifying agent atau surfaktan
12. Bagaimana definisi dari HLB (Hidrophile Lipophile Balance) dan
kategori nilai HLB?
13. Apa saja tipe emulsi?
14. Bagaimana stabilitas fisik emulsi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui definisi dari dispersi kasar, emulsi dan suspensi.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari dispersi kasar.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara emulsi dan suspensi.
4. Untuk mengetahui kriteria emulsi dan suspensi yang baik.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari emulsi dan suspensi.
6. Untuk mengetahui contoh aplikasi emulsi dan suspensi di bidang
farmasi.
7. Untuk mengetahui definisi dari emulsifying agent.
8. Untuk mengetahui tujuan pemberian emulsifying agent.
9. Untuk mengetahui definisi dari surfaktan dan strukturnya.
10. Untuk mengetahui mekanisme surfaktan dalam mempertahankan
kestabilan emulsi.
11. Untuk mengetahui kategori emulsifying agent atau surfaktan.
12. Untuk mengetahui definisi dari HLB (Hidrophile Lipophile Balance)
dan kategori nilai HLB.
13. Untuk mengetahui tipe emulsi.
14. Untuk mengetahui stabilitas fisik emulsi.
BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Dispersi Kasar (Emulsi dan Suspensi)


Dispersi kasar adalah sistem tersebar heterogen, di mana partikel fase
tersebar lebih besar dari 1000 nm (4x10-5). Dispersi kasar ditandai dengan
sedimentasi yang relatif cepat dari fase tersebar yang disebabkan oleh
gravitasi atau kekuatan lain. Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang
biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Perlu ditambahkan zat
tertentu yang bertindak sebagai pengemulsi, yang dapat membantu dua
cairan dapat bercampur secara homogen dan stabil. Menurut Formakope
Indonesia, emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zal
pengemulsi atau surfaktan yang cocok (Hisprastin dan Nurwada, 2018).
Sedangkan suspensi adalah partikel padat yang terdispersi. Partikel-partikel
tersebut memiliki kecenderungan untuk bersatu dan membentuk suatu
gumpalan sehingga mengendap di dasar. Suspensi adalah sediaan caur yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair
(Alfauziah, 2018).

 Ciri-ciri dispersi kasar


Dispersi kasar disebut juga suspensi. Suspensi merupakan
campuran heterogen antara fase terdispersi dengan medium pendispersi.
Oleh karena itu, antara fase terdispersi dan medium pendispersi dapat
dibedakan dengan jelas. Fase terdispersi biasanya berupa padatan,
sedangkan medium pendispersi berupa zat cair. Fase terdispersi
mempunyai ukuran partikel lebih besar dari 10-5 cm sehingga akan
terlihat adanya endapan. Contoh campuran pasir dengan air. Dalam
campuran pasir dengan air, antara fase terdispersi (pasir) dengan medium
pendispersi (air) dapat dibedakan karena pasir mengendap di dasar
wadah.
 Perbedaan bentuk emulsi dan suspensi
1. Emulsi adalah kombinasi dari dua cairan yang tidak bercampur,
sedangkan dalam suspensi kedua komponen dapat dalam fase serupa
2. Stabilitas emulsi dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan
pengemulsi
3. Partikel dalam suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan, namun
partikel / tetesan dalam emulsi tidak dapat dipisahkan dengan
penyarinyan

 Kriteria emulsi dan suspensi yang baik


Emulsi Suspensi
- Stabil baik secara fisik maupun - Zat terdispersi harus halus dan
khemis dalam penyimpanan tidak boleh mengendap
- Merupakan disperse homogen - Jika dikocok harus segera
antara minyak dengan air terdispersi kembali
- Fase dalam mempunyai ukuran - Dapat mengendung zat dan
partikel yang kecil dan sama bahan menjamin stabilitas
besar mendekati ukuran partikel suspensi
koloid - Kekentalan suspensi tidak
- Tidak terjadi creaming atau boleh terlalu tinggi agar
cracking mudah dikocok atau sedia
- Memiliki viskositas yang dituang
optimal - Karakteristik suspensi harus
- Dikemas dalam kemasan yang sedemikian rupa sehingga
mendukung penggunaan dan ukuran partikel dari suspensi
stabilitas obat tetap agak konstan untuk
jangka penyimpanan yang
lama

 Kelebihan dan kekurangan emulsi dan suspensi


Kelebihan Kekurangan
Emulsi  Untuk melarutkan obat-  Kurang stabil
obatan larut lemak dibandingkan dengan
 Meningkatkan absorpsi obat bentuk sediaan lain
 Meningkatkan absorpsi obat  Memiliki waktu simpan
secara topikal yang pendek
 Menutupi rasa dan bau yang  Dapat terjadi creaming,
tidak enak cracking, dan
 Meningkatkan palabilitas flocculation selama
nutrisi minyak masa penyimpanan
 Mudah ditelan  Takaran dosis kurang

 Efek terapi dapat teliti

diperpanjang  Emulsi kadang-kadang

 Lebih ekonomis sulit dibuat dan


membutuhkan teknik
pemrosesan khusus
Suspensi  Baik digunakan untuk orang  Memiliki kestabilan
yang sulit mengkonsumsi yang rendah
tablet, pil, kapsul, terutama  Jika terbentuk cracking
untuk anak-anak maka akan sulit
 Memiliki homogenitas yang terdispersi kembali,
cukup tinggi sehingga
 Lebih mudah diabsorpsi homogenitasnya menjadi
daripada tablet, karena luas buruk
permukaan kontak dengan  Alirang yang terlalu
permukaan saluran cerna kental menyebabkan
tinggi sediaan sulit untuk
 Dapat menutupi rasa tidak dibuang
enak/pahit dari obat  Ketepatan dosis lebih
 Dapat mengurangi rendah dibandingkan
penguraian zat aktif yang sediaan larutan
tidak stabil dalam air  Suspensi harus
dilakukan pengocokan
sebelum digunakan
 Pada saat penyimpanan,
kemungkinan perubahan
sistem disperse akan
meningkat apabila
terjadi perubahan
temperatur pada tempat
penyimpanan

 Contoh aplikasi emulsi dan suspensi di bidang farmasi


Produk sediaan emulsi yang berdar di pasaran sudah sangat banyak.
Contohnya saja emulsi suplemen anak yang mungkin sudah tidak asing
lagi seperti Scott Emulsion yang mengandung minyak ikan, sediaan
emulsi ini bahkan memiliki aroma dan rasa yang enak sehinggga disukai
anak. Sediaan lainnya adalah Curvit, Curcuma Plus, Scott + DHA dan
masih banyak yang lainnya.
Produk sediaan suspensi meliputi sediaan obat oral. Ada yang berbentuk
tablet, kapsul, puyer dan sirup.

B. Emulsifying agent pada Emulsi

 Pengertian emulsifying agent


Merupakan zat yang memiliki aktivitas permukaan oleh karenanya
emulsifier dapat menurunkan tegangan permukaan dan medispersikan
fase cair tidak tercampurkan.

 Tujuan pemberian emulsifying agent


Untuk menutupi rasa yang tidak enak pada obat, memudahkan
proses pencernaan dan memudahkan dalam pemakaian

 Surfaktan beserta strukturnya


Surfaktan adalah senyawa yang menurunkan tegangan permukaan
(tegangan atar muka) antara dua cairan, antara gas dan cairan, atau antara
cairan dan zat padat. Surfaktan dapat bertindak seperti deterjen, bahan
pembasah, pengemulsi, bahan pembusa dan pendispersi.
Surfaktan biasanya berupa senyawa organik yang bersifat amfifil,
yang artinya mereka memiliki gugus hidrofilik. Oleh karena itu,
surfaktan mengandung komponen tak larut air (atau larut dalam minyak)
dan komponen yang larut dalam air sekaligus. Surfaktan akan terdifusi
dalam air dan teradosopsi pada antarmuka antara udara dan air, ketika air
dicampur dengan minyak. Gugus hidrofobik yang tidak larut dalam air
dapat menerobos kelur dari fase air, menuruju fase udara atau minyak,
sementara gugus kepala yang larut dalam air tetap berada di fase air.

 Mekanisme surfaktan dalam mempertahankan kestabilan emulsi


Mekanisme kerjanya yaitu dengan cara gugus non polar akan mengikat
pada senyawa non polar, sedangkan ekornya (gugus polar) akan
mengikat air, sehingga akan membentuk globul yang medispersikan
kedua fase cair. Hal inilah yang membuat fase cair dan minyak seolah
tercampurkan dengan homogen, ukuran dari bagian hidrofil dan lipofil
iniliah yang mempengaruhi dalam pengemulsian.

Pada intinya, emulgator membentuk emulsi dengan tiga cara yaitu :

a. Penurunan tegangan antar muka


b. Terbentuknya film antar muka yang kaku
c. Tebentuknya lapisan ganda listrik

 Kategori dan contoh emulsifying agent atau surfaktan


Jenis-jenis emulgator :

1. Emulgator alam seperti :


 Berasal dari tumbuhan : Gom Arab, tragachan, agar-agar, chondrus
 Hewani (gelatin, kuning telur, kasein dan adeps lanae)
 Tanah dan mineral (Veegum/Magnesium Alumunium Silikat)
2. Emulgator buatan : sabun, tween (20,40,60,80)

Berdasarkan muatannya surfaktan dibagi menjadi empat golongan yaitu :

1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada


suatu anion
2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatu kation
3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak
bermuatan
4. Surfaktan amtofer yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai
muatan positif dan negatif

 HLB (Hydrophile Lipohile Balance) dan Kategori nilai HLB


Emulgator merupakan bagian dari surfaktan, akan tetapi tujuan
pemakaian surfaktan tidak hanya sebagai emulgator. Surfaktan
digunakan pula sebagai agent pembasah, bahkan detergent. Kemampuan
surfaktan digunakan dalam berbagai cara tersebut dipengario oleh HLB
(Hydrophile Lipophile Balance). Nilai dari HLB menunjukkan
kemampuan zat dalam membentuk ikatan dengan gugus hidrofil dan
gugus lipofil dengan fase terdispersi dan pendispersi pada suatu emulsi.
Nilai HLB yang besar menandakan kemampuan untuk berikatan dengan
gugus hidrofil yang tinggi, begitupun sebaliknya, semakin kecil nilai
HLB menunjukkan kemampuan yang rendah untuk berikatan dengan
gugus lipofil. Berikut tabel yang menunjukkan penggunaan surfaktan
dalam berbagai fungsi tergantung nilai HLB.

Kisaran HLB dan Penggunaannya :

 4–6 Pengemulsi untuk air dalam minyak


 7–9 Senyawa pembasah
 8 – 18 Pengemulsi untuk minyak dalam air
 13 – 15 Detergen
 10 – 18 Solubilizer memudahkan kelarutan senyawa

Setiap jenis surfaktan memiliki nilai HLB yang berbeda-beda, oleh


karenanya dalam penggunaan surfaktan perlu diketahui pila cara
menghitung HLB, sesuai dengan HLB butuh.

C. Tipe Emulsi
Berdasarkan tipenya emulsi dibagi menjadi empat yaitu :
1. Emulsi tipe o/w (oil in water)
Adalah fase minyak terdispersi sebagai tetesan dalam keseluruhan fase
luar air (Winarno, 1997).
2. Emulsi tipe w/o (water in oil)
Adalah fase air terdispersi sebagai tetesan dalam fase luar minyak
(Winarno, 1997).
3. Emulsi tipe o/w/o (oil in water in oil)
Adalah tetesan minyak yang terdispersi dalam tetesan air yang kemudian
terdispersi dalam fasa minyak kontinyu (Attama et al., 2016).
4. Emulsi tipe w/o/w (water in oil in water)
Adalah fase air terdispersi dalam fase air yang mengandung polimer
kemudian membentuk emulsi air dalam minyak (w/o). Emulsi yang
terbentuk kemudian ditambahkan ke fasa berair kedua (mengandung
surfaktan) dan diaduk terus menerus untuk membentuk emulsi (Attama
et al., 2016).

D. Stabilitas Fisik Emulsi


Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk
mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang
terjadi dalam jangka waktu panjang. Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua
gaya yaitu gaya tarik menarik/gaya London-Van Der Waals dan gaya tolak
menolak. Gaya tarik menarik menyebabkan partikel-partikel koloid
berkumpul membentuk agregat dan mengendap. Sedangkan gaya tolak
menolak dapat menstabilkan dispersi koloid.

Faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas emulsi yaitu

a. Viskositas
Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk menaikkan
stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara menambahkan zat-zat yang
dapat menaikkan viskositasnya dari fase luar. Bila viskositas fase luar
dipertinggi maka akan menghalangi pemisahan emulsi.
b. Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Untuk membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses
pengadukannya dilakukan dengan menggunakan daya tarik.
c. Perbandingan optimum fase interdal dan fase kontinu
Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam
antara 40-60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang digunakan.

Bentuk ketidakstabilan emulsi

 Creaming
Fase dalam lebih pekat dan mendorong fase luar, bisa diperbaiki dengan
pengocokan
 Cracking
Fase dalam dan luar memisah pada pemecahan sistem emulsi, tidak bisa
diperbaiki dengan pengocokan
 Inversi
Pecahnya emulsi dengan tiba-tiba dari satu tip eke tipe yang lain
BAB III. KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah :

1. Dispersi kasar adalah sistem tersebar heterogen, di mana partikel fase tersebar
lebih besar dari 1000 nm (4x10-5). Dispersi kasar ditandai dengan
sedimentasi yang relatif cepat dari fase tersebar yang disebabkan oleh
gravitasi atau kekuatan lain. Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang
biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Suspensi adalah sediaan
caur yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase
cair.
2. Terdapat fase terdispersi dan medium pendispersi. Fase terdispersi biasanya
berupa padatan, sedangkan medium pendispersi berupa zat cair.
3. Perbedaan emulsi dan suspensi meliputi : emulsi adalah kombinasi dari dua
cairan yang tidak bercampur, sedangkan dalam suspensi kedua komponen
dapat dalam fase serupa, stabilitas emulsi dapat ditingkatkan dengan
menambahkan bahan pengemulsi, partikel dalam suspensi dapat dipisahkan
dengan penyaringan, namun partikel / tetesan dalam emulsi tidak dapat
dipisahkan dengan penyarinyan
4. Kriteria emulsi dan suspensi yang baik

Emulsi Suspensi
- Stabil baik secara fisik maupun - Zat terdispersi harus halus dan
khemis dalam penyimpanan tidak boleh mengendap
- Merupakan disperse homogen - Jika dikocok harus segera
antara minyak dengan air terdispersi kembali
- Fase dalam mempunyai ukuran - Dapat mengendung zat dan
partikel yang kecil dan sama bahan menjamin stabilitas
besar mendekati ukuran partikel suspensi
koloid - Kekentalan suspensi tidak
- Tidak terjadi creaming atau boleh terlalu tinggi agar
cracking mudah dikocok atau sedia
- Memiliki viskositas yang dituang
optimal - Karakteristik suspensi harus
- Dikemas dalam kemasan yang sedemikian rupa sehingga
mendukung penggunaan dan ukuran partikel dari suspensi
stabilitas obat tetap agak konstan untuk
jangka penyimpanan yang
lama

5. Kelebihan dan kekurangan emulsi dan suspensi

Kelebihan Kekurangan
Emulsi  Untuk melarutkan obat-  Kurang stabil
obatan larut lemak dibandingkan dengan
 Meningkatkan absorpsi obat bentuk sediaan lain
 Meningkatkan absorpsi obat  Memiliki waktu simpan
secara topikal yang pendek
 Menutupi rasa dan bau yang  Dapat terjadi creaming,
tidak enak cracking, dan
 Meningkatkan palabilitas flocculation selama
nutrisi minyak masa penyimpanan
 Mudah ditelan  Takaran dosis kurang

 Efek terapi dapat teliti

diperpanjang  Emulsi kadang-kadang

 Lebih ekonomis sulit dibuat dan


membutuhkan teknik
pemrosesan khusus
Suspensi  Baik digunakan untuk orang  Memiliki kestabilan
yang sulit mengkonsumsi yang rendah
tablet, pil, kapsul, terutama  Jika terbentuk cracking
untuk anak-anak maka akan sulit
 Memiliki homogenitas yang terdispersi kembali,
cukup tinggi sehingga
 Lebih mudah diabsorpsi homogenitasnya menjadi
daripada tablet, karena luas buruk
permukaan kontak dengan  Alirang yang terlalu
permukaan saluran cerna kental menyebabkan
tinggi sediaan sulit untuk
 Dapat menutupi rasa tidak dibuang
enak/pahit dari obat  Ketepatan dosis lebih
 Dapat mengurangi rendah dibandingkan
penguraian zat aktif yang sediaan larutan
tidak stabil dalam air  Suspensi harus
dilakukan pengocokan
sebelum digunakan
 Pada saat penyimpanan,
kemungkinan perubahan
sistem disperse akan
meningkat apabila
terjadi perubahan
temperatur pada tempat
penyimpanan

6. Contoh aplikasi emulsi dan suspensi di bidang farmasi


Produk sediaan emulsi yang berdar di pasaran sudah sangat banyak.
Contohnya saja emulsi suplemen anak yang mungkin sudah tidak asing
lagi seperti Scott Emulsion yang mengandung minyak ikan, sediaan
emulsi ini bahkan memiliki aroma dan rasa yang enak sehinggga disukai
anak. Sediaan lainnya adalah Curvit, Curcuma Plus, Scott + DHA dan
masih banyak yang lainnya.
Produk sediaan suspensi meliputi sediaan obat oral. Ada yang berbentuk
tablet, kapsul, puyer dan sirup.
7. Emulsifying agent merupakan zat yang memiliki aktivitas permukaan oleh
karenanya emulsifier dapat menurunkan tegangan permukaan dan
medispersikan fase cair tidak tercampurkan.
8. Tujuan pemberian Emulsifying agent adalah untuk menutupi rasa yang
tidak enak pada obat, memudahkan proses pencernaan dan memudahkan
dalam pemakaian
9. Surfaktan adalah senyawa yang menurunkan tegangan permukaan
(tegangan atar muka) antara dua cairan, antara gas dan cairan, atau antara
cairan dan zat padat. Surfaktan dapat bertindak seperti deterjen, bahan
pembasah, pengemulsi, bahan pembusa dan pendispersi. Surfaktan
biasanya berupa senyawa organik yang bersifat amfifil, yang artinya
mereka memiliki gugus hidrofilik. Oleh karena itu, surfaktan mengandung
komponen tak larut air (atau larut dalam minyak) dan komponen yang
larut dalam air sekaligus. Surfaktan akan terdifusi dalam air dan
teradosopsi pada antarmuka antara udara dan air, ketika air dicampur
dengan minyak. Gugus hidrofobik yang tidak larut dalam air dapat
menerobos kelur dari fase air, menuruju fase udara atau minyak, sementara
gugus kepala yang larut dalam air tetap berada di fase air.
10. Mekanisme kerjanya yaitu dengan cara gugus non polar akan mengikat
pada senyawa non polar, sedangkan ekornya (gugus polar) akan mengikat
air, sehingga akan membentuk globul yang medispersikan kedua fase cair.
Hal inilah yang membuat fase cair dan minyak seolah tercampurkan
dengan homogen, ukuran dari bagian hidrofil dan lipofil iniliah yang
mempengaruhi dalam pengemulsian.
11. Jenis-jenis emulgator :
a. Emulgator alam seperti :
 Berasal dari tumbuhan : Gom Arab, tragachan, agar-agar, chondrus
 Hewani (gelatin, kuning telur, kasein dan adeps lanae)
 Tanah dan mineral (Veegum/Magnesium Alumunium Silikat)
b. Emulgator buatan : sabun, tween (20,40,60,80)
Berdasarkan muatannya surfaktan dibagi menjadi empat golongan
yaitu :
a. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatu anion
b. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada
suatu kation
c. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak
bermuatan
d. Surfaktan amtofer yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai
muatan positif dan negatif
12. Emulgator merupakan bagian dari surfaktan, akan tetapi tujuan pemakaian
surfaktan tidak hanya sebagai emulgator. Surfaktan digunakan pula
sebagai agent pembasah, bahkan detergent. Kemampuan surfaktan
digunakan dalam berbagai cara tersebut dipengario oleh HLB (Hydrophile
Lipophile Balance). Nilai dari HLB menunjukkan kemampuan zat dalam
membentuk ikatan dengan gugus hidrofil dan gugus lipofil dengan fase
terdispersi dan pendispersi pada suatu emulsi. Nilai HLB yang besar
menandakan kemampuan untuk berikatan dengan gugus hidrofil yang
tinggi, begitupun sebaliknya, semakin kecil nilai HLB menunjukkan
kemampuan yang rendah untuk berikatan dengan gugus lipofil.

Kisaran HLB dan Penggunaannya :

 4–6 Pengemulsi untuk air dalam minyak


 7–9 Senyawa pembasah
 8 – 18 Pengemulsi untuk minyak dalam air
 13 – 15 Detergen
 10 – 18 Solubilizer memudahkan kelarutan senyawa
Setiap jenis surfaktan memiliki nilai HLB yang berbeda-beda, oleh
karenanya dalam penggunaan surfaktan perlu diketahui pila cara
menghitung HLB, sesuai dengan HLB butuh.

13. Berdasarkan tipenya emulsi dibagi menjadi empat yaitu :


a. Emulsi tipe o/w (oil in water)
Adalah fase minyak terdispersi sebagai tetesan dalam keseluruhan fase
luar air.

b. Emulsi tipe w/o (water in oil)


Adalah fase air terdispersi sebagai tetesan dalam fase luar minyak.
c. Emulsi tipe o/w/o (oil in water in oil)
Adalah tetesan minyak yang terdispersi dalam tetesan air yang
kemudian terdispersi dalam fasa minyak kontinyu.
d. Emulsi tipe w/o/w (water in oil in water)
Adalah fase air terdispersi dalam fase air yang mengandung polimer
kemudian membentuk emulsi air dalam minyak (w/o). Emulsi yang
terbentuk kemudian ditambahkan ke fasa berair kedua (mengandung
surfaktan) dan diaduk terus menerus untuk membentuk emulsi.
14. Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi untuk mempertahankan
distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka
waktu panjang. Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya yaitu gaya
tarik menarik/gaya London-Van Der Waals dan gaya tolak menolak. Gaya
tarik menarik menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul
membentuk agregat dan mengendap. Sedangkan gaya tolak menolak dapat
menstabilkan dispersi koloid. Faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi
adalah viskositas, pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi dan
perbandingan optimum fase interdal dan fase kontinu.

DAFTAR PUSTAKA
Alfauziah, T.Q. 2018. Fakta Dibalik Label “Kocok Dahulu” pada Obat Bentuk
Sediaan Suspensi. Majalah Farmasetika. Universitas Padjadjaran. 3(4), 73-
76
Anief, M. 1993. Farmasetika. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta

Attama, A.A. et al. 2016. Nanomedicined for the Eye : Current Status and Future
Development. 1st ed. United States : Academia Press

Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen


Kesehatan RI : Jakarta

Hisprastin, Y., dan Nurwada, R. F. 2018. Review : Perbedaan Emulsi dan


Mikroemulsi pada Minyak Nabati. Jurnal Farmaka. Universitas
Padjadjaran. Vol. 16, No. 1

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka

Anda mungkin juga menyukai