Anda di halaman 1dari 3

SISTEM DISPERSI

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Menentukan dispersibilitas suatu zat dalam pelarut air dengan penambahan CMC
dalam berbagai konsentrasi

II.DASAR TEORI
Sistem dispersi secara sederhana dapat diartikan sebagai larutan atau campuran
dua zat yang berbeda maupun sama wujudnya. Sistem dispersi ditandai dengan adanya zat
yang terlarut dan zat pelarut. Contohnya, jika tiga jenis benda, yaitu pasir, gula dan susu
masing-masing dimasukkan ke dalam suatu wadah yang berisi air, kemudian diaduk dalam
wadah terpisah, maka kita akan memperoleh 3 sistem disperse (Ridwan, 2012)

Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara
merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi. Tepung kanji
bila dimasukan ke dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi dengan air
sebagai medium pendispersi dan tepung kanji sebagai zat terdispersi (Henrayani, 2009).

Sistem terdispersi terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase terdispers,
terdistribusi ke seluruh medium kontinu atau medium terdispersi. Bahan-bahan yang
terdispers bisa mempunyai jangkauan ukuran dari partikel-partikel berdimensi atom dan
molekul sampai partikel-partikel yang ukurannya diukur dalam milimeter. Oleh karena itu,
cara yang paling mudah untuk penggolongan sistem terdispers adalah berdasarkan garis
tengah partikel rata-rata dari bahan terdispers. Umumnya dibuat tiga golongan ukuran,
yaitu dispersi molekuler, dispersi koloid, dan dispersi kasar (Martin et al, 2008).

Dispersi molecular. Disperse molecular atau larutan adalah system satu fase yang
homogeny, jernih, dan memiliki diameter tidak lebih dari 10-7cm. partikel-partikel larutan
tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa maupun mikroskop ultra, sukar diendapkan, dan
dapat melewati kertas saring biasa maupun membrane semipermeable (Sumardjo, 2009).

Disperse koloid. Koloid adalah campuran yang heterogen. 3 fase (padat, cair dan
gas) dapay dibuat sembilan kombinasi campuran fase zat, tetapi yang dapat membentuk
system koloid hanya delapan. Koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol.
Koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi. Koloid yang mengandung fase
terdipersi gas disebut buih (Sutresna,2007).

Emulsi adalah campuran dari dua atau lebih cairan yang biasanya bercampur (
nonmixable atau unblendable ). Emulsi adalah bagian dari kelas yang lebih umum dari
sistem dua – fase materi disebut koloid. Meskipun istilah koloid dan emulsi kadang-kadang
digunakan secara bergantian, emulsi harus digunakan ketika kedua tersebar dan fase
kontinyu adalah cairan. Dalam emulsi, satu cair ( fase terdispersi ) tersebar di lain ( fase
kontinyu ). Contoh emulsi meliputi vinaigrettes, susu, mayones, dan beberapa cairan
pemotongan untuk pengerjaan logam (Aqila, 2014).

Pada pembuatan emulsi dibutuhukan emulgator atau zat penghubung yang


menyebabkan pembentukkan emulsi, contoh dari emulgator ini adalah sabun
(Sutresna,2007).

Dispersi kasar. Dispersi kasar atau suspensi akan terjadi jika diameter fasa
terdispersi memiliki ukuran di atas 100 nanometer. Sistem ini mula-mula keruh tetapi dalam
beberapa saat segera nampak batas antara fasa terdispersi dengan medium pendispersi
karena terjadinya pengendapan. Kita dapat memisahkan fasa terdispersi dari mediumnya
dengan cara melakukan penyaringan (Ridwan, 2012).

Dispersi kasar ini disebut juga dengan suspense adalah system dua fase yang
heterogen, tidak jernih. Partikel dari suspense ini dapat dilihat dengan mikroskop biasa,
mudah diendapkan dan tidak dapat melewati kertas saring biasa maupun membran
semipermeable (Sumardjo, 2009).

Suspense adalah disperse zat padat di dalam air. Zat yang terdispersi memiliki
ukuran yang cukup besar. Padatan ini merupakan gabungan dari molekul-molekul zat
terdispersi (Sutresna,2007).

Contoh dispersi kasar adalah dispersi pasir di dalam air, air kopi, air sungai,
campuran minyak dengan air, campuran tepung gandum dengan air, dan lain-lain (Ridwan,
2012).

Suatu suspensi yang dapat diterima mempunyai kualitas tertentu yang diinginkan :
1. Zat yang tersuspensi (disuspensikan) tidak boleh cepat mengendap
2. Partikel-partikel tersebut walaupun mengendap pada dasar wadah tidak boleh
membentuk suatu gumpalan padat tapi harus dengan cepat terdispersi kembali
menjadi suatu campuran homogen bila wadahnya dikocok.
3. Suspensi tersebut tidak boleh terlalu kental untuk dituang dengan mudah dari
botolnya. (Martin et al, 1993).

System pembentukkan suspense ada dua, yaitu system flokulasi dan system
deflokulasi. Dalam system flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan
pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Sedangkan partikel
deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, akan menjadi agregasi
dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali (Syamsuni, 2007).

Dua parameter yang berguna yang bisa diturunkan dari peyelidikan sedimentasi
adalah volume sedimentasi dan derajat flokulasi. Colume sedimentasi (F) didefinisikan
sebagai perbandingan dari volume akhir dari endapan (Vu) terhadap volume awal dari
suspense (Vo) sebelum mengendap.

𝑉𝑢
𝐹=
𝑉𝑜

Derajat flokulasi adalah rasio volume akhir sedimen sediaan suspense flokulasi (Vu) dengan
volume akhir sedimen sediaan suspense deflokulasi (Voc)

𝑉𝑢
𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑓𝑙𝑜𝑘𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 =
𝑉𝑜𝑐

Anda mungkin juga menyukai