Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan naoh

Bahan yang digunakan kelompok satu pada praktikum adalah NaOH.


Sebelum memasuki laboratorium sebaiknya praktikan menggunakan masker dan
sarung tangan untuk menjaga keselamatan dari bahan-bahan kimia yang
berbahaya. Namun pada saat praktikum, praktikan tidak menggunakan masker
dan sarung tangan karena NaOH bukanlah senyawa berbahaya dan tidak mudah
terbakar. Hal ini sesuai dengan Anonim (2008) yang menyatakan bahwa Natrium
Hidroksida merupakan padatan berbentuk kristal putih, yang larut dalam air dan
gliserol. Natrium Hidroksida tidak beracun and tidak mudah terbakar.
Untuk membuat larutan, pertama kita harus menghitung jumlah bahan
yang akan digunakan untuk membuat larutan NaOH 0,35 N sebanyak 50 ml.,
dengan

cara

mengalikan

normalitas

dengan

volume

dan

nilai

bst

NaOH. Kemudian bahan ditimbang dan dimasukkan dalam labu takar, lalu
ditambahkan sedikit air dan aquadest hingga tanda tera. Lalu homogenkan dan
masukkan ke dalam botol kaca. Suatu campuran dapat dikatakan sebagai larutan
apabila telah homogen sehingga tidak dapat dibedakan lagi antara pelarut dan
zat terlarut. Hal ini sesuai dengan Baroroh (2004) yang menyatakan bahwa
larutan adalah campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi
baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Volume awal NaOH dihitung menggunakan rumus pengenceran, yaitu
molaritas akhir dikali volume akhir kemudian dibagi dengan nilai molaritas awal.
Larutan NaOH diambil sebanyak 25 ml menggunakan pipet ukur dan dimasukkan
ke dalam labu ukur kemudian tambahkan aquadest hingga batas tera. setelah itu
homogenkan dan dimasukkan ke dalam botol kaca lalu diberi label. Pada proses
pengenceran ini terjadi proses pencampuran larutan pekat (NaOH) dengan cara
menambahkan pelarut (aquadest). Hal ini sesuai dengan Brady (2000) yang
menyatakan bahwa proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat
(konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume
akhir yang lebih besar.

IV. PENUTUP
A.

Kesimpulan
Setelah dilakukan praktikum pembuatan larutan dan pengenceran,
maka dapat disimpulkan bahwa :

1.

Untuk membuat suatu larutan, pertama hitung massa bahan yang akan dibuat
larutan dengan menggunakan rumus molaritas atau normalitas.

2.

Untuk pengenceran, pertama dihitung terlebih dahulu volume larutan yang


akan diencerkan denga menggunakan rumus pengenceran yaitu M1 x V1 = M2 x
V2. Setelah itu campur dengan menggunakan zat pelarut aquadest lalu
homogenkan.

B.

Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah agar semua praktikan dapat
mengikuti prosedur pada percobaan, sehingga praktikan dapat mengerti akibat
dari proses-proses yang dilakukan pada pembuatan larutan dan pengenceran.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2008. Mengenal NatriumHidrosida.http://anekailmu.blogspot.com/2008/12/men
genal-natrium hidroksida. html. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2013,
Makassar.
Anonim.2014.Natrium

Hidroksida. http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida.

Diakses pada tanggal 26 September 2014, Makassar.


Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Brady, J. E. 2000. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Gunadarma,2011. Larutan. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-threeprogram/study-program-of-computer-engineering-d3/fisika-dasar-2/larutan. Diaks
es pada tanggal 26 September 2014, Makassar.
Muhammad,

Faisal.

2013.

Pembuatan

Larutan.

http://muhammadfaisal-sakuru.blogspot.com/2013/02/laporan-kimia-pem
buatan-larutan_8970.html. Diakses pada tanggal 26 Oktober 2014, Makassar.
Ningrum,

Wahyuni.

2012. Teknik

Dasar

Pembuatan

Larutan.http://openwetware.org/images/1/15/LAPORAN_PRAKTIKUM_2_NINGRUM
WAHYUNI.pdf. Diakses pada tanggal 26 September 2014, Makassar.

PEMBAHASAN

Dari hasil yang


menggunakan zat KCl yang
terjadi hasil pengenceran
berfungsi untuk pada saat
konsentrasi
namun

telah diperoleh dari praktikum laboratorium dengan


diperoleh di dalam laboratorium dimana sebelum
terlebih dahulu dilakukan perhitungan dimana
melakukan pengenceran tidak terjadi perubahan
hanya
terjadi
perubahan
volume.
Diketahui bahwa zat yang nantinya akan
diencerkan ataupun sebagai zat terlarut adalah zat KCl dan zat pelarut adalah
aquades. Sebelum hal itu di lakukan maka akan terdapat pula proses hitungan
untuk mengetahui berapa volume pelarut dan terlarut agar nantinya tidak
mengubah konsentrasinya dengan menggunakan rumus:
=

Sehingga nantinya akan didapati volume yang menjadi patokan adalah 100 ml
dengan konsentrasi KCl sebesar 1 N dan konsentrasi aquades sebesar 0,1 N.
Dengan demikian maka nantinya akan diperoleh volume zat KCl sebesar 10
ml.
Setelah itu, langkah berikutnya dalah mengambil zat KCl sebesar yang sudah
ditentukan yaitu 10 ml dengan menggunakan alat pipet ukur. Hal ini
menggunakan pipet ukur karena pengambilan zat ini sangat membutuhkan
ketelitian dan tingkat kewaspadaan yang tinggi agar saat nantinya melakukan
pengenceran maupun pencampuran akan diperoleh hasil yang sempurna dengan
tanpa mengubah patokan hitungan konsentrasi yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
Pada saat pengambilan zat melalui alat pipet ukur dimana
diatas pipet ukur terdapat filler dimana berfungsi untuk mengisap ataupun
membantu
suatu
alat
menyedot
suatu
zat
cair.
Kemudian, sesudah zat
tersebut diambil, masukkanlah kedalam suatu media yang telah di tetapkan
yaitu labu ukur karena labu ukur memiliki skala ukuran di dinding medianya
sehingga dalam mengencerkan dapat memperhatikan volume yang sudah di
tetapkan.
Sesudah zat KCl dimasukkan
kedalam bejana kemudian masukkan aquades secukup mungkin hingga volume
yang di peroleh di labu ukur adalah sebesar 100 ml. Pada saat pengenceran
terjadi maka kita juga dapat menentukan sebenarnya jenis larutan KCl tersebut.
Ada beberapa macam penggolongan terhadap larutan. Berdasarkan jumlah jenis
zat yang menyusun larutan, dikenal larutan biner (larutan yang tersusun dari 2
jenis zat); larutan terner (larutan yang tersusun dari 3 jenis zat penyusun),
larutan kuartener (larutan yang tersusun dari 4 jenis zat penyusun),
dst.
Dan untuk langkah terakhirnya adalah dengan
mengaduk sampai homogen. Sehingga diperolehlah pengenceran KCl.
Dalam membuat sediaan kimia berupa larutan dan pereaksi khusus di
laboratorium memerlukan teknik tertentu dengan ditunjang oleh pengetahuan
teoritis yang mendasar.
Kekeliruan atau penyimpangan dalam pembuatan pereaksi kimia (sediaan
kimia) akan mengakibatkan hasil pengamatan (data percobaan) menjadi tidak
jelas atau hasil analisis menjadi tidak tepat. Hal ini dapat menimbulkan kerugian
dan pemborosan yang seharusnya tidak perlu terjadi, bahkan teknik pembuatan

yang salah dapat mengancam kesehatan dan keselamatan diri sendiri dan/atau
orang lain. Oleh karena itu, penerapan teknik pembuatan sediaan kimia benar
merupakan pekerjaan penting dan menentukan keberhasilan dalam percobaan
atau analisis kimia.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A.
1.
2.
3.

4.

5.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu
larutan dikenal sebagai standarisasi.
Setiap senyawa ataupun bahan-bahan kimia memiliki perbedaan konsentrasi.
Larutan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yaitu temperatur, sifat
pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks,
dll.
Indikator yang digunakan dalam percobaan titrasi menentukan warna yang
akan dihasilkan. Dengan menggunakan indikator yang sesuai maka akan dapat
terbaca sifat larutan tersebut.
Pembuatan, pengenceran, serta pencampuran suatu zat ataupun larutan
membutuhkan adanya ketelitian dan kewaspadaan yang tinggi.
B.

SARAN
Dengan diadakannya praktikum pembuatan dan pengenceran larutan ini
diharapkan para praktikan dapat mengerti cara-cara untuk melakukannya, dan
praktikan juga harus dapat memahami semua yang telah di praktikumkan.

DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
Harjadi, W. 1997. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.
Haryadi, Sri Saeni, Hendra Adijuana dan Wlly Djohan. 1975. Kimia Dasar 1. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia: Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1995. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
Pudjaatmaka, H. 1999. Kimia Untuk Universitas. Erlangga. Jakarta.
Woller, Paul dan Jerome H. Suple. 1996. Chemistry Elementary Principles. Addison
Wesley Publishing Company Inc. London.

Anda mungkin juga menyukai