Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun

Manahan (1994) mengatakan sebuah benda yang berbahaya adalah

material yang boleh jadi menghadidrkan bahan berbahaya bagi kehidupan

organisme, material, bangunan atau lingkungan karena ledakan atau bahaya

kebakaran, korosi, keracunan bagi organisme, maupun akibat yang

menghancurkan (Riyanto, 2014).

Menurut PP No. 18 tahun 1999 pengertian limbah adalah sisa suatu

usaha dan/atau kegiatan sedang limbah bahan berbahaya dan beracun disingkat

menjadi limbah B3 adalah sisa suatu usaha kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dari beracun yang karena sifat atau kssentrasinya dan jumlahnya,

baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau

merusakan lingkungan hidup, dan dapat membahayakan lingkungan hidup

kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk ihdup lainnya (Riyanto,

2014).

2.2 Sifat-sifat Bahan Kimia


1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam
tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Pada
umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian
beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat
tersebut dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti
hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut
berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa dan
menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat
beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel
efitel dan keringat (Harjanto dkk, 2011).
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.Zat
korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan saluran
pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal)
dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia)
(Harjanto dkk, 2011).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat
juga menimbulkan ledakan (Harjanto dkk, 2011).
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang
karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan
tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan
kerusakan disekelilingnya. Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan
pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja
untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT),
nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3) (Harjanto dkk, 2011).
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar,
tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran
bahan-bahan lainnya (Harjanto dkk, 2011).
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air dengan
mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar(Harjanto dkk, 2011).

7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)


Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan asam
menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang
beracun dan korosif (Harjanto dkk, 2011).
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang ditekan
maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan
(Harjanto dkk, 2011).
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan memancarkan
sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002
microcurie/gram.Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau
lebih golongan di atas karena memang mempunyai sifat kimia yang lebih
dari satu sifat (Harjanto dkk, 2011).
2.3 Penanganan Masalah Umum
1. Mencampur zat-zat kimia
Jangan campur zat kimia tanpa mengetahui sifat reaksinya. Jika
belum tahu segera tanyakan pada orang yang kompoten.
2. Zat-zat baru atau kurang diketahui
Demi keamanan laboratorium, berkonsultasilah sebelum
menggunakan zat kimia baru atau yang kurang diketahui. Semua zat-zat
kimia dapat menimbulkan resiko yang tidak dikehendaki.
3. Membuang material-material yang berbahaya
Sebelum membuang material-material yang berbahaya harus
diketahui resiko yang mungkin terjadi. Karena itu pastikan bahwa cara
membuangnya tidak menimbulkan bahaya. Jika tidak tahu tanyakan pada
orang yang kompoten. Demikian juga terhadap air buangan laboratorium,
sebaiknya harus ada bak penampung khusus, jangan dibuang begitu saja
karena air buangan mengandung bahan berbahaya yang menimbulkan
pencemaran. Air buangan harus di treathment, antara lain dengan cara
netralisir sebelum dibuang ke lingkungan.
4. Tumpahan
Tumpahan asam diencerkan dahulu dengan air dan dinetralkan
dengan CaCO3 atau soda abu, dan untuk basa dengan air dan dinetralisir
dengan asam encer. Setelah itu dipel dan pastikan kain pel bebas dari asam
atau alkali. Tumpahkan minyak, harus ditaburi dengan pasir, kemudian
disapu dan dimasukkan dalam tong yang terbuat dari logam dan ditutup
rapat.
2.4 Penanggulangan Limbah Laboratorium
Tujuan penanganan limbah adalah untuk mengurangi risiko pemaparan
limbahterhadapkuman yang menimbukjan penyakit (patogen) yang mungkin
berada dalam limbahterrsebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh
sifat limbah, yaitu:
a. Penanganganan Secara Umum
Menurut (Himatekkim, 2016), penanganan secara umum dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Praktikan yang menemukan tumpahan B3 memakai alat pelindung
diri, seperti masker, sarung tangan atau handscoon, sepatu boots, dan
pakaian pelindung.
2. Praktikan mulai menangani tumpahan, apabila tumpahan bahan kimia
B3 dalam bentuk cair maka dapat menggunakan bahan inert untuk
menyerap cairan. Misalnya kain flanel kering atau pasir.
3. Apabila tumpahan bahan kimia B3 dalam bentuk serbuk dapat
menggunakan kain flannel basah untuk mengikat tumpahan.
4. Praktikan mengambil kain flannel yang digunakan untuk menanggani
tumpahan danditaruh dalam wadah atau tempat sampah yang
ditentukan.
5. Praktikan menggunakan pinset untuk mengambil pecahan dan taruh
pecahan kedalam wadah yang tidak tembus terhadap benda tajam yang
sudah ditentukan,bila ada pecahan.
6. Praktikan membungkus atau menutup wadah sampah dengan rapat.
7. Praktikan menyemprotkan air dan mengepel seluruh area yang
terkena.
8. Praktikan membuang air untuk mengepel ke saluran pengolahan air
limbah, jangan membuang ke saluran umum.
9. Praktikan kembali keruangan dan melepaskan pakaian dan
alat pelindung yang dipakai.
10. Praktikan cuci tangan sebelum melanjutkan pekerjaan yang lain.
b. Penaanganan Limbah B3
Menurut (Himatekkim, 2016), penanganan Limbah B3 dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Netralisasi : limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa
seperti kapur tohor, CaO atau Ca(OH)2. Sebaliknya, limbah yang
bersifat basa dinetralkan dengan asam seperti H2SO4 atau HCl.
Parameter netralisasi adalah pH dan sebagai indikator dapat
digunakan Phenol Phtalein (PP). Zat ini akan berubah pada pH 6-8
sehingga cukup aman digunakan jika pH limbah berkisar antara 6,5-
8,5.
2. Pengendapan/Sedimentasi, Koagulasi, dan Flokulasi: kontaminan
logam berat dalam ciaran diendapkan dengan tawas/FeC13,
Ca(OH)2/CaO karena dapat mengikat As, Zn, Ni. Mn dan Hg.
3. Reduksi-Oksidasi : terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat
dilakukan reaksi reduksi oksidasi(redoks) sehingga terbentuk zat
yang kurang/tidak toksik.
4. Penukaran Ion: ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation,
sedangkan anion beracun dapat diserapoleh resin anion.
c. Limbah Bakteriologis/Infeksius
Menurut (Himatekkim, 2016), penanganan limbah bakteriologis
atau infeksius dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Metode Desinfeksi: penanganan limbah (terutama cair) dengan cara
penambahan bahan-bahan kimia yang dapat mematikan atau
membuat kuman- kuman penyakit menjadi mati.
2. Metode Pengenceran (Dilution): mengencerkan air limbah sampai
mencapai konsentrasiyang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke
badan-badan Kerugiannya ialah bahankontaminasi terhadap badan-
badan air masih tetap ada, pengendapan yang terjadi
dapatmenimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air seperti
selokan, sungai dansebagainya sehingga dapat menimbulkan banjir.
3. Metode Ditanam (Landfill): menimbun limbah
4. Metode Insinerasi (Pembakaran): memusnahkan limbah dengan cara
memasukkan kedalam insinerator senyawa kimia karbon yang ada
dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O.
5. Limbah Radioaktif : Masalah penanganan limbah radioaktif dapat
diperkecil dengan memakai radioaktif sekecil mungkin, menciptakan
disiplin kerja yang ketat dan menggunakan alat yang mudah
didekontaminasi. Penanganan limbah radioaktif dibedakan
berdasarkan bentuk : cair, padat dan gas, tinggi-rendahnya tingkat
radiasi sinar gamma (γ), Tinggi-rendahnya aktifitas, Panjang-
pendeknya waktu dan sifat : dapat dibakar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum penanganan tumpahan bahan kimia bersifat
cair dan padat yaitu:
1. Jangan panik.
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri yang lengkap
3. Tumpahan dibersihkan dengan menggunakan prinsip ABSB sesuai
sifatnya.
4. Dilap dengan kain basah yang dapat menyerap air.
.2 Pembahasan
Tumpahan bahan-bahan kimia dapat menyebabkan bahaya yang serius
terhadap kesehatan dan keselamatan terhadap pekerja maupun lingkungan,
apalagi tumpahan dalam jumlah besar. Oleh karena itu diperlukan suatu
sistem manajemen bahaya (emergency management) sehingga diketahui
penanganan secara efektif terhadap bahaya khususnya tumpahan dan adanya
kebocoran pada laboratorium. Pengendalian dokumen ini harus berisi data-
data MSDS (Material Safety Data Sheets). Sehingga diperoleh informasi
penanganan/ minimalisasi efek tumpahan tumpahan bahan kimia
bersangkutan.
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan untuk mengetahui
penanganan tumpahan bahan kimia yang bersifat cair, pertama-tama yang
kita lakukan adalah jangan membuat panik dan keributan dan berilah
ketenangan kepada orang-orang disekeliling. Kedua, untuk yang
membersihkan tumpahan wajib menggunakan Alat Pelindung Diri yang
bertujuan untuk menghindari tumpahan bahan kimia, karena bisa saja
larutan tersebut terhidup, terkena pada diri kita.
Saat melakukan penanganan, lakukanlah sesuai prinsip ABSB
(Amankan, Bendung, Serap dan Bersihkan). Amankanlah diri , untuk
melakukan kegiatan pengamanan kita wajib tahu tentang segala informasi
mengenai Bahan kimia tersebut melalui MSDS. Misalkan bahan kimia yang
tumpah adalah bahan kimia mudah terbakar berarti tidak boleh ada sumber
panas dan listrik. Melakukan netralisir bahan kimia (bila diperlukan) juga
merupakan salah satu kegiatan pengamanan, kemudian bendung pada aliran
yang mengalir untuk mencegah aliran bahan kimia meluas, lalu diserap
menggunakan kain dan bersihkan.
Yang perlu diperhatikan bahwa tumpahan bahan kimia B3 dalam
bentuk cair dilap dengan menggunakan bahan inert untuk menyerap cairan.
misalnya kain flanel kering, kain basah atau pasir . Namun sebelumnya kita
harus mengidentifikasi atau mengenal jenis cairan apa yang tertumpah,
apakah bersifat asam atau basa agar kita bisa menetralkan cairan tersebut.
Kemudian untuk yang bahan kimia bersifat padat, kita encerkan dan
kemudian diserap dengan menggunakan kain basah.
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto. 2014. E-book Limbah Bahan Bahaya dan Beracun (Lilmbah B3).
Yogyakarta: Deepublish. Diakses tanggal 25 April 2019.
Harjanto, dkk. 2011. Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun sebagai
Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan
Lingkungan.Portal Garuda: Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir. Diakses
tanggal 25 April 2019.
Himatekkim. 2016. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Hygiene Lingkungan
Kerja Laboratorium. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Diakses tanggal 25 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai