Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRAKTIKUM K3
“PENANGGULANGAN TUMPAHAN BAHAN KIMIA
DI LABORATORIUM”

OLEH:

FEBIYANTI AFITIA ROHMAN (K11116305)

NURAENUN LUKMAN (K11116311)

MEILINDA RISNUR (K11116024)

MARJUNI ASHAR (K11116350)

ANDI SYAHRIADI AKBAR (K11116322)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 2
C. Manfaat...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi...................................................................................................... 3
B. Tanggung jawanb dan wewenang............................................................. 3
C. Prosedur penanganan tumpahan bahan kimia........................................... 4
D. Metode pengolahan limbah....................................................................... 5
E. Kualifikasi bahan kimia di laboratorium................................................... 7
F. Petunjuk penyimpanan bahan kimia.......................................................... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 11
B. Saran.......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem penyimpanan dan pengelolaan bahan kimia sangatlah
berpengaruh terhadap kelancaran operasional laboatorium. Hal ini
disebabkan karena karakteristik dari masing-masing bahan kimia tersebut
sangat siginfikan sehingga dibutuhkan pengetahuan dan pengalaman
khusus dalam bidang kelola dan penyimpanan bahan kimia di gudang.
Penempatan penyimpanan bahan kimia berdasarkan sifat karaketristik,
tidak bisa bercampur (incompability) dan potensi bahaya yang dimiliki
menjadi dasar dari pengelompokan atau segregasi tempat dan ruang
penyimpanan dengan tujuan agar tidak terjadi kontaminasi diantara bahan
kimia tersebut sehingga tidak menimbulkan bahaya dan pencemaran
didalam gudang penyimpanan.
Selain itu juga, inventori dan penyimpanan bahan kimia di
laboratorium merupakan kegiatan penting yang harus mendapat perhatian
khusus oleh karena sifat dan karakteristik dari bahan kimia tersebut sangat
menentukan waktu dan lokasi tempat penyimpanan. Rak atau lemari tempat
bahan kimia diletakkan dan diatur menurut klasifikasi dan sifat bahaya dari
bahan tersebut, rak terbuat dari bahan logam yang diberi pelindung karet
pada sisi permukaan datar dengan tujuan agar dapat mengurangi laju korosi
yang ditimbulkan apabila terdapat tumpahan atau bocoran bahan kimia
korosif dari kemasan yang rusak.
Penetapan regulasi terkait penataan bahan kimia di laboratorium sangat
diperlukan untuk meminimalisir terjadinya suatu kejadian yang tidak
dikehendaki. Namun realitanya, hingga kini bahkan mungkin seterusnya
kita belum mampu untuk menghilangkan secara sempurna dan
komprehensif akan terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium. Salah satu
jenis kecelakaan yang juga sering terjadi di aspek ini ialah kecelakaan
karena tumpahan dari bahan kimia itu sendiri. Faktor terbesar yang menjadi

1
penyebab adalah human error, yang tentunya dipicu oleh beberapa motif
yang beragam di dalamnya.
Olehnya itu, diperlukan upaya pengendalian dan pencegahan yang
berkelanjutan, holistik, dan tepat sasaran dari setiap elemen yang ada di
laboratorium. Dengan ini, diharapkan bisa menurunkan angka insidensi
kecelakaan laboratorium dengan lebih signifikan, serta diharapkan bisa
meminimalisir dampak yang dihasilkan dari kecelakaan yang terjadi.
B. Tujuan
Tujuan penulisan ini yaitu:
1. Mengetahui prosedur penanganan tumpahan zat kimia di laboratorium
2. Mengetahui metode pengolahan limbah
3. Mengetahui petunjuk penyimpanan bahan kimia
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan ini yaitu agar pembaca dapat memahami
prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan apabila terjadi tumpahan bahan
kimia di laboratorium, memahami metode yang benar dalam pengolahan
limbah hasil tumpahan bahan kimia tersebut, serta petunjuk penyimpanan
bahan kimia yang aman.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Tumpahan bahan kimia dapat didefinisikan sebagai kejadian terlepasnya
bahan kimia berbahaya yang tidak dikehendaki secara tidak terkendali.
Tumpahan bahan kimia dapat berupa padatan, cairan, ataupun gas, yang
terlepas dari wadah pelindung bahan kimia tersebut. Untuk mengatasi masalah
ini dan agar bisa meminimalisir kadar bahan kimia yang tumpah, maka
digunakanlah Peralatan Tumpahan Kimia/Chemical Spill Kits. Peralatan ini
digunakan untuk membatasi penyebaran dan mengurangi kontaminasi bahan
kimia kepada manusia. Pada alat ini memiliki komponen yang bernama
Asbsorbent, yakni bagian dari peralatan tumpahan kimia yang berbentuk
SOCs, Pads dan Pillows dan berfungsi untuk menyerap tumpahan bahan kimia.
B. Tanggung Jawab dan Wewenang
1. Kepala Laboratorium
a. Melaksanakan pengawasan terhadap kejadian tumpahan bahan kimia.
b. Mendapatkan dan Melanjutkan laporan tumpahan bahan kimia yang
terjadi.
c. Melakukan evaluasi sebab-akibat terjadinya tumpahan bahan kimia.
2. Pengelola Laboratorium
a. Memastikan prosedur telah berjalan dengan benar.
b. Membuat laporan tumpahan bahan kimia.
c. Menyerahkan kepada Kepala Laboratorium.
d. Memperbaiki prosedur penanggulangan tumpahan bahan kimia.
Semua pegawai atau pengawas laboratorium harus mengetahui apa yang
harus dilakukan dalam keadaan darurat. Setiap laboratorium harus memiliki
rencana tanggap darurat tertulis yang mengatasi cedera, tumpahan, kebakaran,
kecelakaan, dan keadaan darurat lainnya yang mungkin terjadi serta mencakup
prosedur untuk komunikasi danpenanggulangan. Pekerjaan laboratorium tidak
boleh dilakukan tanpa mengetahui rencana tanggap darurat.

3
C. Prosedur Penanganan Tumpahan Bahan Kimia
1. Penilaian Risiko
a. Identifikasi/mengenali dengan jelas terkait jenis tumpahan dan sumber
tumpahan bahan kimia yang terjadi.
b. Jika tidak mengenali sifat cairan dan kimia tumpahan, maka langkah
yang dilakukan ialah mengosongkan daerah sekitar tumpahan dan
hubungi segera menghubungi pihak yang berwenang .
c. Jauhkan dan matikan sumber pengapian/listrik yang menyala.
2. Pakaian Pelindung
a. Gunakan pakaian pelindung tambahan yang sesuai dengan kondisi
tumpahan bahan kimia (APD wajib digunakan)
b. Apabila bahan tidak teridentifikasi, maka gunakanlah pakaian
pelindung tambahan dengan asumsi tumpahan terjadi pada tingkatan
terburuk.
c. Perhatikan SDS (Safety Data Sheet) yang berhubungan dengan
tumpahan yang terjadi.
3. Pelingkupan
a. Lingkupi atau batasi tumpahan kimia dengan absorbent berbentuk
SOCs yang memanjang.
b. Jika memadai, usahakan untuk menjauhkan tumpahan dari jalur air dan
listrik atau celah pada lantai.
4. Hentikan Sumber
a. Cari, tutup, dan hentikan tumpahan dari sumber.
5. Pembersihan
a. Gunakan absorbent untuk memulai proses penyerapan tumpahan kimia.
b. Bersihkan sisa tumpahan dengan cara mengelap menggunakan
absorbent yang tersedia.
c. Gunakan metode mengelap secara melingkar dari luar ke dalam untuk
membatasi penyebaran tumpahan kimia.
d. Simpan absorbent dalam kantong sampah khusus tumpahan kimia yang
telah tersedia

4
6. Tindakan Lanjutan
a. Jaga pengguna Laboratorium atau orang lain pada jarak yang aman dari
tumpahan kimia.
b. Hubungi Kepala Laboratorium atau Pengelola Laboratorium dan tunggu
hingga bantuan datang.
D. Metode Penanganan Limbah Tumpahan Bahan Kimia
Secara umum, metode pembuangan limbah dari tumpahan bahan kimia di
laboratorium terbagi atas empat metode, yakni:
1. Pembuangan langsung dari laboratorium
Metode pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan
kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam
air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium. Untuk
bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan
penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang
mengandung logam-logam berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd, dan
sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian
cairannya dinetralkan dan dibuang.
2. Pembakaran terbuka
Metode pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik
yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman
penduduk.
3. Pembakaran dalan insenerator
Metode pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan
toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-
senyawa yang bersifat toksik.
4. Dikubur
Penguburan dilakukan di dalam tanah dengan perlindungan tertentu agar
tidak merembes ke badan air. Metode ini dapat diterapkan untuk zat-zat
padat yang reaktif dan beracun.

5
Disamping metode-metode yang telah disebutkan diatas, terdapat
beberapa jenis tumpahan bahan kimia sisa yang perlu mendapatkan perlakuan
khusus sebelum dibuang ke perairan. Bahkan diantaranya perlu dimusnahkan
sebelum dibuang. Diantara bahan-bahan kimia tersebut antara lain:
1. Tumpahan Asam-asam Anorganik
Tumpahan asam-asam anorganik seperti HCl, HF, HNO3, H3PO4, H2SO4
haruslah diperlakukan dengan penanganan khusus. Bahan tumpahan
tersebut permukaannya ditutup dengan NaHCO3atau campuran NaOH dan
Ca(OH)2 dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya diencerkan dengan air
supaya brbentuk bubur dan selanjutnya dibuang kebak pembuangan air
limbah.
2. Basa Akali dan Amonia
Tumpahan basa-basa alkali dan ammonia seperti amonia anhidrat, Ca(OH)2,
dan NaOH dapat ditangani dengan mengencerkannya dengan air dan
dinetralkan dengan HCl 6 M. Kemudian diserap dengan kain dan dibuang.
3. Bahan-Bahan Kimia Oksidator
Tumpahan bahan-bahan kimia oksidator (padat maupun cair) seperti
amonium dikromat, amonium perklorat, asam perklorat, dan sejenisnya
dicampur dengan reduktor (seperti garam hypo, bisulfit, ferro sulfat) dan
ditambahkan sedikit asam sulfat 3 M. selanjutnya campuran tersebut
dinetralkan dan dibuang.
4. Bahan-Bahan Kimia Reduktor
Tumpahan bahan-bahan kimia reduktor ditutup atau dicampurkan dengan
NaHCO3 (reaksi selesai) dan dipindahkan ke suatu wadah.. Selanjutnya
kedalam campuran tersebut ditambahkan Ca(OCl)2 secara perlahan-lahan
dan air (biarkan reaksi selesai). Setelah reaksi selesai cmpuran diencerkan
dan dinetralkan sebelum dibuang ke perairan.
Untuk pemusnahan bahan reduktor (seperti Natrium bisulfit, NaNO2, SO,
Na2SO2) dapat dipisahkan antara bentuk gas dan padat. Untuk gas (SO2),
alirkan kedalam larutan NaOH atau larutan kalsium hipoklorit. Untu k
padatan, campurkan dengan NaOH (1:1) dan ditambahkan air hingga

6
terbentuk slurry. Slurry yang terbentuk ditambahkan kalsium hipoklorit dan
air dan dibiarkan selama 2 jam. Selanjutnya dinetralkan dan dibuang ke
perairan.
5. Sianida dan Nitril
Tumpahan sianida ditangani dengan menyerap tumpahan tersebut dengan
kertas/tissu dan diuapkan dalam lemari asam, dibakar, atau dipindahkan
kedalam wadah dan dibasakan dengan NaOH dan diaduk hingga terbentuk
slurry. Kemudian ditambahkan ferro sulfat berlebih dan dibiarkan lebh
kurang 1 jam dan dibuang keperairan. Pemusnahan sianida dapat dilakukan
dengan cara menambahkan kedalamnya larutan asa dan kalsium hipoklorit
berlebih dan dibiarkan 24 jam. Selanjutnya dibuang ke perairan.
Untuk tumpahan nitril, ditambahkan NaOH berlebih dan Ca(OCl)2. setelah
satu jam dibuang keperairan. Cuci bekas wadah dengan larutan hipoklorit.
Pemusnahan nitril dilakukan dengan menambahkan kadalamnya NaOH dan
alkohol. Setelah 1 jam uapkan alkohol dan ditambahkan larutan basa
kalsium hipoklorit. Setelah 24 jam dapat dibuang ke perairan.
E. Kualifikasi Bahan Kimia Di Laboratorium
Untuk memenuhi kriteria laboratorium yang sehat maka pengelolaan
inventori bahan kimia diupayakan untuk senantiasa terkendali dalam aspek
kualitas yaitu mutu bahan kimia harus memenuhi spesifikasi standard yang
diperlukan, aspek kuantitas yaitu jumlah yang akan dibeli harus sesuai dengan
kebutuhan dan dengan mempertimbangkan bahwa kepemilikan dalam jumlah
besar juga memiliki konsekuensi menanggung biaya kelola potensi timbulan
limbah apabila bahan kimia tersebut terkontaminasi atau mengalami degradasi
mutu sehingga tidak dapat dipergunakan.
Bahan kimia yang baik harus memenuhi beberapa ketentuan umum yaitu:
1. Mudah diperoleh yaitu proses pengadaan bahan kimia tidak berbelit serta
waktu kedatangan atau tiba di gudang dalam waktu singkat.
2. Konsep siap saji (just in time) merupakan pedoman yang menjadi kebutuhan
terhadap pengadaan bahan kimia saat ini dimana selang waktu yang

7
terlampau lama menyebabkan terjadinya permasalahan terhadap waktu
pakai (expire date) dari beberapa bahan kimia tertentu.
3. Mudah untuk disubsitusi yaitu bahan kimia yang dibeli memiliki beberapa
alternatif nama dagang sehingga bukan merupakan monopoli dari pabrik
tertentu.
4. Aman terhadap proses penanganan (handling)
5. Memiliki label atau identifikasi yang jelas tentang sifat dan karakteristik
bahan kimia.
6. Kemasan mampu untuk melindungi kualitas bahan terhadap perubahan
kondisi lingkungan sehingga apabila terjadi variasi perubahan suhu tidak
berpengaruh terhadap komposisi bahan kimia.
7. Suhu penyimpanan yang dipersyaratkan mendekati suhu kamar (ambien) di
Indonesia. Apabila merupakan bahan kimia Berbahaya dan Beracun (B3)
maka identifikasi MSDS harus senantiasa diikutsertakan disertai sertifikat
keaslian produk dari pabrik pembuat.
Penyimpanan bahan kimia juga memiliki beberapa aturan dasar yang
menjadi pedoman bagi laboratorium untuk memelihara aspek safety dalam hal
penyimpanan bahan kimia di gudang melalui segregasi, yaitu:
1. Bahan kimia bersifat korosif (asam kuat atau basa kuat)
2. Bahan kimia bersifat mudah terbakar (flamable)
3. Bahan kimia mudah bereaksi (reactive)
4. Bahan kimia racun (toxic).
Penyimpanan bahan kimia di gudang adalah pengetahuan tentang
ketidaksesuaian (incompatible) antara bahan kimia yang satu dengan yang lain.
Tabel berikut menyatakan ketidaksesuaian antara bahan kimia yang satu
dengan yang lain dan dipergunakan sebagai dasar pengaturan penyimpanan
bahan kimia di gudang. Bahan padatan lebih sulit bereaksi dibandingan dengan
cairan karena kecepatan reaksi dengan bahan lain rendah (dalam kondisi
kering) oleh karena itu dapat disusun menurut abjad pada rak, kecuali: a)
Sulfida, harus dipisahkan jauh dengan asam b) Senyawa sianida, harus

8
dipisahkan terhadap asam, terutama bentuk larutan asam, c) Bentuk kristal
penol, harus dipisahkan terhadap oksidator.
Sedangkan cairan lebih mudah bereaksi dengan bahan lain, oleh karena itu
cairan harus disimpan di rak dengan maksimum ketinggian ukuran bahu orang
dewasa, untuk larutan asam: a) Pisahkan antara asam organik dengan asam
anorganik seperti asam asetat dengan asam nitrat, b) Pisahkan secara tersendiri
asam perklorat (perchloric acid), cairan mudah terbakar, lebih dari 10 gallon
cairan harus disimpan didalam lemari safety atau dalam drum safety, c) Khusus
untuk bahan-bahan yang termasuk Oksidator dilakukan pengelolaanya sebagai
berikut: 1) Jauhkan dari asam, basa, organik dan logam 2) Simpan ditempat
dingin.
F. Petunjuk Penyimpanan Bahan Kimia

Akumulasi penyimpanan limbah dan bahan kimia kadaluarsa dilakukan


dengan: a) Sedapat mungkin menyimpan cairan limbah bahan kimia dengan
tingkat kesesuaiannya (compability), b) Jangan menumpuk lebih dari 55 gallon
limbah cair bahan kimia ini, seperempat jumlah dari daftar bahan kimia
berbahaya (daftar P).
Bahan yang termasuk katagori Logam, dilakukan sesuai jenisnya: a)
Logam reaktif (misalnya potasium, sodium) dan semua logam dalam bentuk
serbuk harus disimpan didalam lemari khusus anti nyala (flamable cabinet), b)
Logam air raksa (mercury) harus disimpan di kontainer yang tidak mudah
pecah dengan diletakkan didalam almari khusus.

9
Pada umumnya setiap laboratorium senantiasa memberikan poster tentang
tata cara penyimpanan bahan kimia dengan tujuan agar dapat dicegah
kontaminasi dari beberapa bahan kimia yang tidak boleh bercampur.
Pengaturan sistem penyimpanan bahan kimia ini juga menjadi tolok ukur
keberhasilan laboratorium didalam melakukan upaya pencegahan polusi
(pollution prevention) sejak awal proses kegiatan sehingga diharapkan kegiatan
penyimpanan bahan kimia di gudang ini juga tetap memperhatikan aspek
lingkungan melalui sistem manajemen lingkungan (SML).

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumpahan bahan kimia adalah kejadian terlepasnya bahan kimia berbahaya
yang secara tidak terkendali, baik berupa padatan, cairan, ataupun gas. Apabila
terjadi tumpahan, maka langkah yang harus diperhatikan ialah melakukan
penilaian risiko, memakai pelindung, melingkupi tumpahan, menghentikan
sumber, membersihkan permukaan yang tumpah, serta melakukan upaya
lanjutan.
Untuk memenuhi kriteria laboratorium yang sehat maka pengelolaan
inventori bahan kimia diupayakan untuk senantiasa terkendali dalam aspek
kualitas yaitu mutu bahan kimia harus memenuhi spesifikasi standard yang
diperlukan, aspek kuantitas yaitu jumlah yang akan dibeli harus sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu, laboraorium juga perlu memberikan poster tentang tata
cara penyimpanan bahan kimia dengan tujuan agar dapat dicegah kontaminasi
dari beberapa bahan kimia yang sejatinya tidak boleh bercampur.
B. Saran
Dari sedikit uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tumpahan bahan kimia
merupakan salah satu di antara contoh kecelakaan kerja yang terjadi di
laboratorium. Untuk menghindari kejadian tersebut, maka diharapkan kepada
pihak yang bertanggungjawab dalam hal ini kepala laboratorium beserta
pengelola, agar kiranya mengoptimalkan pelaksanaan kewajibannya sesuai
dengan tupoksinya masing-masing.

11
DAFTAR PUSTAKA

Lasut, R. 2006. Implementasi manajemen bahan kimia dan limbah


laboratorium kimia (studi kasus di laboratorium pt pupuk kaltim, tbk ).
Universitas Diponegoro Semarang. (Tesis)

Soeharto, F.R., 2013. Bekerja dengan bahan kimia melalui manajemen


bahan kimia dan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (k3) di
laboratorium kimia. Poltekkes Kemenkes Kupang. Jurnal Info Kesehatan,
Vol 11.

Susanto., Sunardi., Farawan, B. 2014. Evaluasi Penanganan Limbah Bahan


Berbahaya dan Beracun (B3) di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental
(Iebe). Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir –Batan. No. 14/Tahun VII.

Komite Pengembangan Kelengkapan Pengelolaan Zat Kimia: Prosedur


Operasi Standar. 2016. “Panduan Penyusunan Prosedur Operasi Standar”.
Dewan Ilmu Dan Teknologi Kimia. The National Academies Press 500 Fifth
Street, Nw Washington DC.

12

Anda mungkin juga menyukai