Anda di halaman 1dari 20

Tugas Individu

Epidemiologi Lanjut (Kelas H)


Dosen : Prof. Dr. drg. Andi Zulkifli, M.Kes

MAKALAH
EPIDEMIOLOGI PERENCANAAN PENINGKATAN CAKUPAN
SKRINING PENYAKIT KANKER SERVIKS

OLEH:

FEBIYANTI AFITIA ROHMAN


K012202067

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya
yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun dalam
rangka tugas mata kuliah Epidemiologi Lanjut. Saya menyadari, bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Makassar, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan Perencanaan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Kanker Serviks.....................................................................................................................4
B. Epidemiologi Penyakit Kanker Serviks...............................................................................7
C. Cakupan Skrining Kanker Serviks.......................................................................................9
D. Upaya Peningkatan Cakupan Skrining Kanker Serviks....................................................11
BAB III PENUTUP......................................................................................................................15
A. Kesimpulan........................................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan merupakan hal yang
sangat penting. Tidak sedikit penyakit yang dapat terjadi pada sistem reproduksi, khususnya
pada wanita. Salah satu masalah yang paling sering terjadi pada sistem reproduksi wanita
adalah kanker leher rahim atau yang sering disebut sebagai kanker serviks. Kanker serviks
merupakan kanker yang paling sering keempat pada wanita dengan perkiraan 530.000 kasus
baru, yang mewakili 7,9% dari semua kejadian kanker pada wanita. Menurut World Health
Organization (WHO) pada tahun 2015, sekitar 90% kematian atau sebanyak 270.000 kasus
terjadi akibat kanker serviks di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Perkiraan
American Cancer Society untuk kanker serviks di Amerika Serikat untuk tahun 2018 adalah
sekitar 13.240 kasus baru kanker serviks invasif dan diperkirakan sekitar 4.170 wanita akan
meninggal akibat kanker serviks. Di Hongkong, kanker serviks adalah kanker ketujuh yang
paling umum terjadi di antara wanita dengan 500 kasus baru di tahun 2015, menyumbang
3,3% dari semua kasus kanker baru pada wanita (Mariam, 2020).
Di Indonesia sendiri, kanker serviks menduduki peringkat kedua setelah kanker
payudara yang diderita oleh perempuan dengan angka kejadian 23,4/100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian sebesar 13,9/100.000 penduduk. Menurut perkiraan Kementrian
Kesehatan RI saat ini, jumlah perempuan penderita baru kanker serviks berkisar 90-100
kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks (Riani,
2020). Pada tahun 2019, HPV Information Centre melaporkan bahwa Negara Indonesia
sedang berada pada peringkat kedua angka terkait kejadian kanker serviks tertinggi untuk
seluruh Asia yaitu sebesar 23,4% setelah Negara Mongolia (23,4%). Angka kejadian dan
angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia masih tergolong tinggi. Hal ini didukung
dengan keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status
sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana
dan derajat pendidikan yang turut serta dalam menentukan prognosis dari penderita. Dari
semua pasien penderita kanker di Indonesia, lebih dari 75% merupakan penderita stadium
lanjut (Sitorus, 2020).

1
Kanker serviks sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya, terutama akibat
nyeri atau rasa tidak nyaman dan dapat menimbulkan perasaan cemas bahkan depresi.
Penyebab etiologis dari munculnya kanker serviks adalah infeksi persisten human
papillomavirus (HPV) risiko tinggi (high-risk HPV/hrHPV). HPV adalah virus yang dapat
ditularkan melalui hubungan seksual, dan DNA HPV risiko tinggi dapat ditemukan pada
99,7% spesimen kanker serviks (Putra, 2021). Keterlambatan diagnose kanker serviks
menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus kanker serviks. Kurangnya pengetahuan
akan kanker serviks menjadi salah satu penyebab yang mempengaruhi persepsi dan sikap
masyarakat untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Diharapkan dengan melakukan
deteksi secara dini jika terdapat kelainan pada serviks maka akan mendapat penanganan dan
pengobatan lebih dini. Sehingga dapat meningkatkan harapan hidup perempuan, yaitu
sebesar 85%-95% (Riani, 2020).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2020,
diketahui bahwa cakupan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara di wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan masih cenderung rendah dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
Hal ini terjadi dikarenakan masih banyak puskesmas yang tidak menjalankan program
kegiatan deteksi dini IVA & SADANIS. Kegiatan skrining dan surveilans Penyakit Tidak
Menular khususnya Kanker Leher Rahim masih dilakukan secara pasif.
C. Tujuan Perencanaan
Perencanaan kinerja dalam peningkatan kualitas pelaksanaan program P2PTM termasuk
penyakit Kanker Leher Rahim atau Kanker Serviks memiliki beberapa tujuan rancangan
kinerja, diantaranya ialah sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah tenaga dokter dan bidan yang mampu melaksanakan deteksi dini
kanker leher rahim dengan mendorong pemerintah daerah dalam melaksanakan pelatihan
IVA melalui pemanfaatan dana dekon, APBD, pajak rokok dll.
2. Memperkuat sosialisasi dan advokasi kepada pemangku kebijakan yaitu gubernur,
bupati, pemangku adat dan tokoh agama dan masyarakat serta stakeholder terkait dan
organisasi dalam mendukung pelaksanaan IVA dengan memotivasi petugas kesehatan
yang sudah dilatih untuk melaksanakan di fasyankes.

2
3. Memperkuat logistik deteksi dini sebagai sarana dukung deteksi dini kanker serviks di
fasilitas layanan kesehatan primer.
4. Memaksimalkan layanan rujukan bila ditemukan hasil IVA positif dengan penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai.
5. Pengembangan surveilans dan faktor risiko serta sistem informasi manajemen
pencegahan dan pengandalian kanker melalui penguatan registri kanker.
6. Memperkuat jejaring nasional maupun internasional dengan melibatkan berbagai sektor
baik pemerintah, organisasi profesi maupun kelompok masyarakat. Kemitraan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kanker.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kanker Serviks
1. Definisi
Kanker Serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim yaitu bagian terendah dari rahim yang melekat pada puncak vagina
yang disebabkan oleh adanya virus Human Papilloma Virus (HPV). Sebesar 90% kanker
serviks berasal dari sel skuamosa (pada jaringan epitel) yang melapisi serviks sedangkan
10% lagi berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke
dalam rahim. Kanker leher rahim adalah adalah kanker yang terjadi pada serviks uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim
yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini pada
umumnya terjadi pada wanita telah berumur, tetapi bukti statistik juga menunjukkan
bahwa kanker ini juga dapat menyerang wanita dengan umur 20-30 tahun. Infeksi Human
Papilloma Virus (HPV) tersebut pada umumnya menjangkit perempuan dengan usia
reproduksi (Sitorus, 2020).
2. Faktor Risiko
Faktor risiko adalah faktor yang mempermudah timbulnya penyakit kanker
serviks. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks antara
lain sebagai berikut (Malehere, 2019):
a. Faktor Genetik
Kelainan genetik berperan dalam karsinogenesis dan agresivitas tumor serviks
sekitar 32-34 %. Keluarga dengan riwayat kanker serviks dapat meningkatkan resiko
dua sampai tiga kali lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki riwayat
keluarga dengan kanker serviks.
b. Perilaku Seksual
Perilaku seksual terkait dengan usia awal melakukan hubungan seksual dan
jumlah pasangan seksual atau pasangan dengan banyak pasangan seks. Hal ini
berhubungan dengan kemungkinan serviks terpapar faktor karsinogen lebih
tinggi dan lebih lama. Wanita yang pertama kali melakukan hubungan seksual <20

4
tahun memiliki resiko lebih dibandingkan wanita yang melakukan hubungan
seksual >20 tahun.
c. Faktor Reproduksi
Jumlah paritas yang lebih tinggi, usia dini pada kelahiran pertama, dan jumlah
persalinan pervaginam menimbulkan trauma berulang pada serviks selama
kelahiran anak menjadi faktor penyebab kanker serviks. Seorang wanita yang
mengalami kehamilan pertama sebelum usia 17 tahun hampir dua kali lebih mungkin
mengalami kanker serviks daripada wanita yang menunggu untuk hamil sampai
usia 25 tahun.
d. Kebiasaan Merokok
Wanita perokok dengan durasi dan intensitas yang tinggi menunjukan
peningkatan dua kali lipat beresiko serviks intraepithelial neoplasia grade 3 (NIS 3)
/ karsinoma in situ (KIS). Wanita yang merokok dua kali lebih mungkin terkena
kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak merokok. bahan kimia penyebab
kanker dan produk sampingan tembakau dalam rokok telah ditemukan di mukosa
serviks wanita perokok dan zat-zat ini merusak DNA sel-sel serviks.
e. Penggunaan Kontrasepsi Oral
Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang lebih dari 5 tahun memiliki risiko
kanker serviks tetapi risikonya kembali ke normal 10 tahun setelah kontrasepsi oral
dihentikan.
f. Riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS)
Infeksi klamidia dan herpes simplex menyebabkan peradangan kronis dan
perubahan mikro ulseratif pada epitel serviks yang berperan dalam inisiasi dan
progresi kanker.
g. Imunosupresi Kronis
Wanita dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) stadium lanjut
memiliki resiko tinggi kanker serviks karena perkembangan lesi pra kanker menjadi
kanker invasif lebih cepat. HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh.
Sistem kekebalan tubuh penting dalam menghancurkan sel kanker dan
memperlambat pertumbuhan serta penyebaran. Wanita dengan HIV, prekanker
serviks berkembang menjadi kanker invasif lebih cepat daripada biasanya. Memiliki

5
HIV membuat sistem kekebalan tubuh seorang wanita kurang dapat memerangi baik
infeksi HPV maupun kanker-kanker pada stadium awal.
h. Faktor Diet
Diet tinggi kalori dan gula, minuman manis dan daging olahan berhubungan
dengan peningkatan berat badan yang dapat menyebabkan obesitas dan hal ini
beresiko meningkatkan karsinogenesis. Diet sehat dengan asupan makanan tingi
nabati (buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan dan gandum), asupan rendah
daging merah olahan, asupan rendah makanan manis, dan penghindaran asupan
garam yang tinggi terkait dengan rendahnya resiko kanker dan meningkatkan
prognosis kanker menjadi lebih baik pada penderita yang sudah terdiagnosis kanker.
i. Faktor Kemiskinan
Faktor kemiskinan dikaitkan dengan pendapatan rendah dan akses terbatas ke
perawatan kesehatan sehingga tidak dapat dilakukan skrining prekursor atau
pengobatan pada penderita kanker serviks.
3. Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Menurut Kementerian Kesehatan (2013), bahwa upaya pencegahan kanker serviks
memiliki tiga tingkatan pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengeliminasi dan meminimalisasi pajanan
penyebab dan faktor resiko kanker, termasuk mengurangi kerentanan individu
terhadap efek dari penyebab kanker. Selain faktor resiko, ada pula faktor pelindung
yang akan mengurangi kemungkinan seseorang terserang kanker serviks. Pencegahan
ini memberikan peluang besar dan sangat efektif dalam pengendalian kanker tetapi
membutuhkan waktu yang cukup lama, seperti memberikan edukasi tentang perilaku
gaya hidup sehat yang diberikan kepada masyarakat.
b. Pencegahan Sekunder
Terdapat 2 komponen deteksi dini pada kanker yaitu penapisan (screening) dan
edukasi tentang penemuan dini (early diagnosis).
1) Penapisan (screening) merupakan upaya pemeriksaan yang sederhana dan
mudah untuk dilaksanakan pada populasi masyarakat sehat, yang bertujuan
untuk membedakan masyarakat yang sakit dan masyarakat yang beresiko

6
terkena penyakit. Upaya penapisan dikatakan adekuat apabila pemeriksaan dapat
mencakup seluruh atau hampir seluruh populasi sasaran.
2) Penemuan dini (early diagnosis) merupakan upaya pemeriksaan pada masyarakat
yang telah merasakan adanya gejala penyakit, oleh sebab itu edukasi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tanda-tanda awal kemungkian
kanker sangatlah dibutuhkan. Program ataupun deteksi dini yang dilakukan di
masyarakat hanya akan berhasil apabila kegiatannya dihubungkan dengan
pengobatan yang adekuat, terjangka, aman serta mencakup 80% populasi
perempuan yang berisiko.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier merupakan suatu upaya yang dilakukan kepada penderita yang
positif kanker serviks. Tindakannya berupa :
1) Diagnosis dan terapi
Diganosis kanker serviks membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan
investigasi diagnostik. Pada saat diagnosis ditegakkan maka akan langsung dapat
ditentukan stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan
terapi yang sesuai. Tujuan dari pengobatan adalah memyembuhkan,
memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas
pengobatan harus difokuskan pada kanker dengan stadium yang lebih awal yang
mana lebih berpotensial untuk mengalami kesembuhan.
2) Pelayanan Paliatif
Penderita kanker serviks di Indonesia hampir seluruhnya terdiagnosis
stadium lanjut dan pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial,
rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan
adanya peningkatan kualitas hidup penderita kanker serviks. Untuk pasien
dengan kasus seperti ini maka pengobatan yang dianjurkan adalah pengobatan
yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yaitu dengan pelayanan paliatif.
D. Epidemiologi Penyakit Kanker Serviks
Data dari Global Burden of Cancer (GLOBOCAN) yang dirilis oleh Badan Kesehatan
Dunia (WHO) menyebutkan bahwa jumlah kasus dan kematian akibat kanker sampai
dengan tahun 2018 sebesar 18,1 juta kasus dan 9,6 juta kematian di tahun 2018. Kematian

7
akibat kanker diperkirakan akan terus meningkat hingga lebih dari 13,1 juta pada tahun
2030. GLOBOCAN menyebutkan bahwa negara-negara di Asia memiliki kontribusi terbesar
terhadap kasus kanker di seluruh dunia. Hal ini bisa disebabkan karena memang sebagian
negara dengan populasi besar seperti Cina, India, dan Indonesia berada di Asia. Penyakit
kanker di Indonesia juga berkontribusi terhadap transisi epidemiologi dan beban ganda
permasalahan kesehatan masyarakat. Penyakit ini juga menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
Data hasil Riskesdas tahun 2013 dan tahun 2018 menunjukkan adanya peningkatan
prevalensi kanker di Indonesia dari 1,4% menjadi 1,49%. Provinsi Gorontalo memiliki
peningkatan tertinggi dari 0,2% pada Riskesdas 2013 menjadi 2,44% pada Riskesdas 2018.
Peningkatan signifikan juga terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Terdapat beberapa provinsi yang mengalami penurunan prevalensi yaitu Jambi,
Bengkulu, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Maluku Utara. Prevalensi
kanker di Provinsi DI Yogyakarta tergolong tinggi dibandingkan provinsi lainnya, yaitu
sebesar 4,1% pada Riskesdas 2013 dan 4,86% pada Riskesdas 2018.

Berdasarkan hasil Riskesdas dapat diketahui bahwa prevalensi kanker pada kelompok
perempuan lebih besar dibandingkan laki laki. Pola ini terjadi baik pada Riskesdas 2013
maupun Riskesdas 2018. Prevalensi pada kelompok ini menunjukkan peningkatan pada dua

8
survey, yaitu dari 0,6% menjadi 2,2% pada laki-laki, dan 0,74% menjadi 2,85% pada
perempuan. Selisih atau perbedaan prevalensi antar jenis kelamin semakin melebar pada
Riskesdas tahun 2018 dibandingkan Riskesdas tahun 2013, yaitu dari 0,14 menjadi 0,65%.
Hal ini dapat disebabkan karena jenis kanker spesifik perempuan seperti kanker payudara
dan kanker serviks merupakan jenis kanker utama yang paling banyak dilaporkan di
Indonesia. Selain itu, jenis kanker ini juga memiliki cakupan deteksi dini yang lebih baik
dibandingkan jenis kanker lainnya (InfoDATIN Kementerian Kesehatan RI, 2019).
E. Cakupan Skrining Kanker Serviks
Penyakit tidak menular termasuk kanker telah menjadi beban ganda epidemiologi di
Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan.
Salah satu upaya preventif yang telah dilakukan adalah skrining melalui metode Inspeksi
Visual Asam Asetat (IVA), papsmear, dan pemeriksaan payudara kinis (Sadanis). Upaya
screening tersebut menjadi salah satu program yang terintegrasi dengan kegiatan di
Puskesmas yang dilakukan terhadap perempuan usia 30-50 tahun.

9
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa persentase pemeriksaan deteksi dini
kanker serviks dan payudara pada perempuan usia 30-50 tahun di Indonesia sampai dengan
tahun 2018 khususnya pada wilayah Sulawesi Selatan yaitu sebesar 5,08%. Persentase
tersebut cenderung rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya di Indonesia. Berdasarkan
data Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2020, berikut merupakan
persentase jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang diperiksa atau melalukan deteksi dini
IVA dan Sadanis di Puskesmas.

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2019


Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan dengan persentase cakupan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker
payudara tertinggi yaitu pada Kab/Kota Sinjai, sedangkan Kab/Kota dengan persentase
terendah yaitu Kab/Kota Pinrang, dimana menurut laporan dari 17 puskesmas, hanya 6
puskesmas yang melaksanakan kegiatan deteksi dini IVA & SADANIS. Berdasarkan
pemeriksaan leher rahim pada tahun 2019, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa jumlah
IVA positif tertinggi terdapat pada Kab/Kota Palopa (67 kasus), Bone (61 kasus), dan
Jeneponto (60 kasus).

10
F. Upaya Peningkatan Cakupan Skrining Kanker Serviks
1. Sumber Dana
Pelatihan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara bagi dokter dan bidan
puskesmas merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka program
pencegahan dan pengendalian penyakit. Program ini dilaksanakan oleh Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Seksi Surveilans dan Imunisasi, Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Prov. Sulsel. Untuk
melaksanakan program ini anggaran sebesar Rp 26.536.959.910.- dengan realisasi
keuangan sebesar Rp 24.547.530.396.- (92,50%) dan realisasi fisik 93,92%.
Berdasarkan data Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
2018-2023, pada program pengelolaan pelayanan kesehatan penyakit menular dan tidak
menular khususnya indikator jumlah peserta pelatihan deteksi dini kanker leher rahim
dan payudara disebutkan bahwa data capaian pada tahun awal perencanaan yaitu 30
orang dengan target kinerja untuk tahun 2021-2023 yaitu meningkat menjadi 60 orang
dengan anggaran sebesar Rp 80.674.000 setiap tahunnya dimana sumber dana tersebut
berasal dari APBD atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2018).
2. Upaya Peningkatan Cakupan Skrining
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan skrining
kanker leher rahim dan kanker payudara, yaitu:
a. Kemitraan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kanker
Kementerian Kesehatan dalam hal ini subdit kanker dan BUKR telah melakukan
upaya penguatan jejaring kemitraan baik lintas sektor maupun lintas program yang
terdiri dari berbagai unsur organisasi profesi, LSM, Kementerian dan Lembaga,
Dinas Kesehatan Provinsi, dan berbagai elemen masyarakat yang peduli terhadap
pengendalian kanker di Indonesia. Pertemuan dilakukan dalam bentuk koordinasi
program sehingga dapat bersinergi dan terintegrasi satu sama lain dari masing
masing unsur program. Diharapkan dapat memperkuat jejaring kerja dalam

11
kebijakan penanggulangan kanker di Indonesia. Kesepakatan yang didapat adalah
pembagian tugas dan kelompok kerja.
b. Komunikasi, Informasi dan Edukasi tentang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit kanker salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui
penyebarluasan media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), seperti Leaflet,
Poster dan Buku saku. Media KIE efektif digunakan pada saat kegiatan sosialisasi
dan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian penyakit
kanker.
Upaya untuk mendukung kegiatan pencegahan dan pengendalian kanker,
diperlukan media KIE sebagai instrumen bantu yang berpengaruh terhadap
peningkatan pengetahuan, kemampuan dan kepedulian baik petugas kesehatan di
lapangan maupun masyarakat. Salah satu strategi dalam meningkatkan kepedulian
semua pihak, maka dilakukan kampanye publik melalui peringatan hari-hari ataupun
bulan berkaitan dengan kanker yang jatuh pada tanggal berbeda setiap tahunnya.
Media KIE tersebut adalah leaflet SADARI, leaflet penemuan dini kanker pada
anak, banner SADARI, baner Ayo Cegah Kanker. Cetakan NSPK terdiri dari
Kurikulum Modul Deteksi Dini Thalassemia, Juknis Thalassemia, Acuan
Pemeriksaan Deteksi Dini Kanker Serviks, Pedoman Teknis Deteksi Dini Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim, Pedoman Nasional Pengendalian Kanker,
Pedoman Nasional Paliatif Kanker, Petunjuk Teknis Program Paliatif Kanker Anak,
Petunjuk Teknis Program Paliatif Kanker Pada Dewasa, Modul TOT Paliatif
Kanker, Pedoman Penemuan Dini Kanker Pada Anak.
c. Melaksanakan Gerakan Masyarakat Sehat dalam Peduli Kanker
1) Gerakan Masyarakat Sehat Dalam Deteksi Dini Kanker Pada Perempuan
Germas Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan
sistematik dan terencana yang dilakukan secara bersama – sama oleh seluruh
komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku
sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai
dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang
membentuk kepribadian.

12
GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI
yang mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan
upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam
memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa
hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja namun juga peran serta
kementerian dan lembaga di sektor berbagai sektor lain. Pada tahap awal
GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan yaitu
melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengkonsumsi buah dan sayur,
sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih membiasakan pola hidup sehat di
dalam keluarga.
2) Kampanye Peduli Kanker
Kampanye peduli kanker dilaksanakan sebagai rangkaian kegiatan Hari
Kanker Sedunia yang diperingati setiap tanggal 4 Februari. Pada tanggal tersebut
dilaksanakan pers breafing untuk menyebarluaskan informasi dan edukasi
kepada masyarakat melalui media massa dan elektronik. Kegiatan ini
mengundang awak media, bloger, penyintas kanker serta organisasi profesi.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
dan keluarga mengenai penyakit kanker; meningkatnya pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang pola hidup sehat sebagai upaya pencegahan
kanker; meningkatkan kewaspadaan tentang penyakit kanker; meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang pemeriksaan skrining kanker sebagai upaya
deteksi dini kanker; menemukan stadium dini dari penyakit kanker. Dalam
rangka meningkatkan cakupan dan jumlah puskesmas melaksanakan deteksi dini
kanker payudara dan kanker serviks, maka dilakukan upaya upaya pengendalian
kedua kanker tersebut melalui gerakan masyarakat untuk mengkampayekan
kanker payudara dan kanker serviks.
d. Penguatan Registri Kanker
Registrasi kanker adalah suatu proses pengumpulan data sistematik dari
penemuan, karakteristik dan outcome dari penyakit keganasan yang dilaporkan dan
bertujuan untuk membantu menilai dan mengendalikan keganasan/kanker. Kegiatan
registrasi kanker terdiri dari 2 kegiatan utama, yaitu Registrasi Kanker Berbasis

13
Rumah Sakit dan Registrasi Kanker Berbasis Populasi. Data beban kanker nasional
harus berbasis populasi.
Salah satu penyebab rendahnya cakupan data adalah kurangnya partisipasi dari
puskesmas dalam registrasi kanker. Penguatan registri kanker ini diadakan untuk
meningkatkan kualitas data registrasi kanker berbasis populasi, meningkatkan
pengetahuan petugas kesehatan di Dinas Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan tentang
Registrasi Kanker Berbasis Populasi serta meningkatkan kemampuan petugas
kesehatan di Puskesmas untuk melakukan registrasi kanker. Peserta adalah
Pengelola program PTM Dinkes Provinsi, Pengelola program Yankes Dinkes
Provinsi, Pengelola program PTM Dinkes Kabupaten/Kota, Pengelola program
Yankes Dinkes Kabupaten/Kota, Registrar Kanker RSUP/RSUD, Verifikator
Registrasi Kanker RSUP/RSUD, IAPI, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer,
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan dan puskesmas diutamakan yang
bertanggung jawab terhadap data kanker atau rekam medis.
e. TOT Kanker Leher Rahim
Masih kurangnya jumlah tenaga pelatih menjadi salah satu kendala dalam
distribusi dokter dan bidan yang mampu dan mandiri dalam melakukan deteksi dini
IVA, oleh karena peningkatan kapasitas dan kemampuan SDM tenaga kesehatan
yaitu dokter dan bidan masih terus dilakukan secara berkesinambungan melalui
pelatihan baik oleh pusat maupun daerah. TOT kanker serviks menjadi salah satu
upaya dalam mencetak jumlah pelatih IVA di daerah. Kegiatan dilaksanakan
sebagai upaya pengembangan dan peningkatan jumlah pelatih yang mampu melatih
dan melakukan deteksi dini kanker serviks di wilayah kerjanya masing-masing.
Bahan ajar yang dapat digunakan adalah Buku Acuan Deteksi Dini Kanker Leher
Rahim, Buku Petunjuk Teknis Deteksi Dini Kanker Leher Rahim, Atlas IVA,
Lembar Balik Deteksi Dini Kanker Leher Rahim, Buku Integrasi Pedoman Layanan
ISR/IMS, IVA dan CBE, Buku Pegangan Peserta Deteksi Dini Kanker Leher
Rahim, Buku Pegangan Pelatih Deteksi Dini Kanker Leher Rahim.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker Serviks atau kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim yaitu bagian terendah dari rahim yang melekat pada puncak vagina yang
disebabkan oleh adanya virus Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV tersebut pada
umumnya menjangkit perempuan dengan usia reproduksi. Upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit kanker serviks terbagi menjadi tiga, yaitu pencegahan primer
(memberikan edukasi tentang perilaku gaya hidup sehat), pencegahan sekunder (screening
dan edukasi tentang penemuan dini atau early diagnosis), dan pencegahan tersier (diagnosis
dan terapi, serta pelayanan paliatif).
Pelatihan deteksi dini kanker leher rahim bagi dokter dan bidan puskesmas merupakan
salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka program pencegahan dan pengendalian
penyakit. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan skrining kanker
leher rahim, yaitu melalui Kemitraan pencegahan dan pengendalian penyakit kanker,
Komunikasi, informasi dan edukasi tentang pencegahan dan pengendalian penyakit,
Melaksanakan Gerakan Masyarakat Sehat dalam peduli kanker, Penguatan registri kanker,
dan TOT kanker leher rahim.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan pada tenaga kesehatan agar dapat meningkatkan sosialisasi dan memperluas
jangkauan promosi kesehatan yang dilakukan secara rutin dan berkala mengenai
pentingnya melakukan deteksi dini kanker serviks dengan melibatkan kader, serta lebih
memaksimalkan pelaksanaan program dengan metode aktif yaitu melakukan
pemeriksaan IVA secara menyeluruh.
2. Diharapkan pemerintah terkait atau dinas kesehatan setempat dapat melakukan
pengawasan secara berkala dengan peninjauan lapangan sehingga dapat mengoptimalkan
pelaksanaan program IVA pada setiap puskesmas-puskesmas.

15
3. Diharapkan kepada wanita usia subur terutama yang telah memasuki periode seksual
aktif untuk selalu memperhatikan kesehatannya dengan mengonsumsi makanan dengan
gizi seimbang, meningkatkan aktivitas fisik, menambah pengetahuan terkait penyakit
khususnya yang berkaitan dengan alat reproduksi, serta melaksanakan vaksinasi HPV
agar terhindar dari risiko penyakit kanker serviks.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2018). Rencana Strategis Perubahan Dinas Kesehatan
Provinsi Sulsel Tahun 2018-2023.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. (2020). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2020.
InfoDATIN Kementerian Kesehatan RI. (2019). Beban Kanker di Indonesia.
Malehere, J. (2019). Analisis Perilaku Pencegahan Kanker Serviks pada Wanita Pasangan Usia Subur
berdasarkan Teori Health Promotion Model.
Mariam, S., Adyas, A., & Arisandi, W. (2020). Determinan Perilaku Wanita Melakukan Deteksi Dini
Kanker Serviks di Kabupaten Lampung Selatan. Manuju: Malahayati Nursing Journal, 2(3).
Putra, S. P., & Putra, A. E. (2021). Upaya Pencegahan Kanker Serviks melalui Vaksinasi dan
Skrining Human Papillomavirus. Majalah Kedokteran Andalas, 44(2), 126–134.
http://jurnalmka.fk.unand.ac.id
Riani, E. N., & Ambarwati, D. (2020). Early Detection Kanker Serviks Sebagai Upaya Peningkatan
Derajat Hidup Perempuan. Selaparang, Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 3(2).
Sitorus, Y. N. (2020). Analisis Pelaksanaan Program Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode
IVA di Puskesmas Bromo Medan Tahun 2019.
 

17

Anda mungkin juga menyukai