Disusun Oleh :
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................5
1.4 Manfaat..............................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................6
2.1 Definisi Obat Kumur..........................................................................................................6
2.2 Sejarah Gargarisma............................................................................................................6
2.3 Jenis-jenis Gargarisma.......................................................................................................7
2.4 Tujuan Penggunaan Gargarisma........................................................................................8
2.5 Formula dan Bahan Gargarisma........................................................................................8
2.6 Syarat-syarat Bahan Gargarisma........................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................10
PEMBAHASAN........................................................................................................................10
3.1 Karakteristik Gargarisma/Gargle.....................................................................................10
3.2 Rancangan Formulasi.......................................................................................................10
3.3 Monografi Bahan.............................................................................................................11
3.4 Alat dan Bahan.................................................................................................................12
3.5 Perhitungan......................................................................................................................13
3.6 Penimbangan....................................................................................................................14
3.7 Permasalahan...................................................................................................................14
3.8 Cara Pembuatan...............................................................................................................14
3.9 Evaluasi Mutu..................................................................................................................15
3.10 Rancangan Kemasan......................................................................................................16
3.11 Pembahasan....................................................................................................................19
BAB IV......................................................................................................................................20
KESIMPULAN..........................................................................................................................20
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................20
4.2 Saran.................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak
dikeluhkan oleh masyarakat karena dapat mengganggu aktivitas seharihari. Masalah mulut
yang sering muncul adalah bau mulut, infeksi mulut, dan sariawan (Putri dkk., 2018; Rachma,
2010). Sariawan atau dengan istilah lain, yaitu apthae atau cancer sores, merupakan suatu lesi
ulserasi yang terjadi secara kambuhan pada mukosa mulut (Sulistiani dkk., 2017). Prevalensi
kejadian sariawan pada populasi umum sebesar 20% (Noviana dkk., 2018). Berdasarkan jenis
kelamin sariawan lebih sering terjadi pada perempuan, yaitu dengan prevalensi sebesar 55,4%
dibandingkan laki-laki dengan prevalensi sebesar 44,6% (Sulistiani dkk, 2017). Sariawan
merupakan penyakit yang yang disebabkan oleh adanya infeksi yang paling sering disebabkan
oleh jamur Candida albicans (Erawati dkk., 2013).
Jamur ini adalah salah satu jamur yang bersifat patogen jika jumlahnya berlebihan.
Pencegahan timbulnya mikroorganisme dapat dilakukan dengan memberikan antijamur yang
dikemas dalam bentuk sediaan obat kumur (Handayani dkk., 2017). Obat kumur merupakan
sediaan larutan yang diencerkan, untuk digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan
infeksi (Lukas, 2012). Penggunaan sediaan ini sangat efektif karena memiliki kemampuan
menjangkau tempat yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi (Kono dkk., 2018). Salah satu
keuntungan obat kumur yaitu, praktis dan mudah dibawa kemana, selain itu sediaan
bermanfaat, untuk menyegarkan mulut, menghilangkan bau mulut sampai mengurangi
pembentukan plak atau karies pada gigi (Anastasia & Tandah, 2017).
Obat kumur merupakan suatu larutan air yang digunakan sebagai pembersih untuk
meningkatkan kesehatan rongga mulut, estetika, dan kesegaran nafas (Power dan Sakaguchi,
2006). Mouthwash dapat digunakan juga sebagai agen anti-inflamasi dan analgesik topikal
(Farah et al., 2009). Menurut Widodo (1980) obat kumur digunakan karena kemampuannya
sangat efektif menjangkau tempat yang sulit dibersihkan dengan sikat gigi dan dapat
mencegah pembentukan plak.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Bagi pembaca
2. Bagi penulis
ilmu pengetahuan
Menurut Becker (1990), Obat Kumur adalah larutan yang biasanya mengandung bahan
penyegar nafas, astrigen, demulsen, atau surfaktan atau antibakteri untuk menyegarkan
dan pembersihan saluran pernapasan yang pemakaiannya dengan berkumur.
Tujuan utama penggunaan obat kumur adalah dimaksudkan agar obat yang terkandung
di dalamnya dapat langsung terkena selaput lendir sepanjang tenggorokan dan tidak
dimaksudkan agar obat itu menjadi pelindung selaput lendir. karena itu obat berupa
minyak yang memerlukan zat pensuspensi dan obat yang bersifat lendir tidak sesuai untuk
dijadikan obat kumur.
Bukti antroplogi mengenai resep untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas
pada budaya Mesir kuno,Cina,Yunani,dan Romawi. Orang Mesir kuno menggunakan
air,madu, dan berbagai rempah-rempah. Urin dipopulerkan orang Yunani kuno sebagai
obat kumur, hal ini dikuatkan oleh Pedanius Dioscorides(sekitar 40-90 AD) dalam
pharmacopeia-nya. Orang romawi kuno juga memakai urin, sampai ditemukan bahwa urin
orang romawi tidak cukup fit bagi mereka, sehingga harus mengimpor urin Portugis
dengan harga selangit. Obat Kumur Alkohol digunakan dalam obat kumur sebagai pelarut
dari beberapa senyawa kimia, seperti eucalyptol, mentol, metilsalisilat dan timol.
Sebenarnya, alcohol dalam obat kumur tersebut tidak membunuh bakteri tetapi hanya
digunakan sebagai pembawa minyak esensial, yang merupakan bahan aktif dalam
formula. Alkohol justru dapat menyebabkan halitosis (bau mulut) karena, alcohol
menyebabkan mulut menjadi lebih kering, produksi saliva dalam rongga mulut menurun.
Hal ini menyebabkan bakteri gram negative yang terdapat pada rongga mulut lebih mudah
berkembang biak. Bakteri ini akan bereaksi dengan sisa-sisa makanan secara anaerobic.
Hasil dari reaksi ini, salah satunya adalah gashydrogen sulfide yang memiliki bau tidak
sedap. Sebuah penelitian dilakukan kepada orang-orang yang berjumlah lebih dari 3200
orang oleh tim Universitas Melbourne dan telah menemukan bahwa obat kumur
meningkatkan risiko kanker mulut hingga 9 kali lipat pada perokok dan 5 kali lipat pada
peminum. Peningkatan ini terjadi pada produk yang menggunakan etanol.
a. Obat kumur untuk kosmetik; terdiri atas air (dan biasanya alcohol), flavor, dan zat
pewarna. Biasanya mengandung surfaktan dengan tujuan meningkatkan kelarutan
minyak atsiri.
b. Obat kumur yang mempunyai tujuan utama untuk menghilangkan bakteri yang
biasanya terdapat dalam jumlah besar dalam saluran nafas. Komponen antiseptic dari
obat kumur ini memegang peranan utama untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Obat kumur yang bersifat sebagai astringent, dengan maksud memberi efek langsung
pada mukosa mulut, juga mengurangi flokulasi dan presipitasi protein ludah sehingga
dapat dihilangkan secara mekanis.
d. Obat kumur yang pekat yang penggunaannya perlu diencerkan terlebih dahulu.
e. Obat kumur yang didapar, aktifitasnya tergantung pada pH larutan. Pada suasana alkali
dapat mengurangi mucinous deposit dengan dispersidari protein.
f. Obat kumur untuk deodorant, tergantung dari aktifitas antibakteri, atau mekanisme lain
untuk mendapatkan efek tersebut.
g. Obat kumur untuk terapeutik, diformulasikan untuk meringankan infeksi, mencegah
karies gigi dan untuk meringankan kondisi patologis pada mulut,gigi atau tenggorokan.
Salah satu bahan yang sering digunakan sebagai obat kumur adalah zincklorida. Zink
klorida adalah zat hygroskopik mudah larut dalam air dan spiritus.Larutan yang encer
biasanya keruh, karena terbentuk HCl dan zinkoksiklorida, tetapi dengan penambahan
sedikit HCl atau zat yang bereaksi asam akan jernih kembali.Asam salisilat dapat juga
melarutkan kembali zink oksiklorida, asal saja kadar ZnCl tidak melebihi 4%.
Umumnya garam – garam Zn jangan dicampur dengan tannin, zat lainnya. Alkali
karbonat, borax, sapones alkali fosfat. Melarutkan zink klorida sebaiknya dengan air
banyak. Bila tidak akan timbul endapan setelah disaring.
Obat kumur atau gargarisma digunakan untuk tujuan yang nonsistemik. Gargarisma
digunakan sebagai pencegah infeksi pada tenggorokan dengan tujuan agar obat yang
terkandung di dalamnya dapat langsung mengenai selaput lendir yang terdapat di
sepanjang tenggorokan. Obat ini tidak ditujukan sebagai pelindung selaput lendir itu
sendiri, maka bentuk suspensi dan obat yang bersifat lendir tidak cocok digunakan
sebagai obat kumur. Menurut Saragin dan Gershon (1972), secara garis besar, obat kumur
dalam penggunaanya dibedakan menjadi 3 yaitu:
b. Sebagai terapeutik, untuk perawatan penyakit pada mukosa atau gingiva, pencegahan
karies gigi atau pengobatan infeksi saluran pernafasan.
a. zat berkhasiat
b. zat penyedap rasa dan bau
c. zat pembawa
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh obat kumur antara lain:
a) Membasmi kuman yang menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut.
b) Tidak menyebabkan iritasic.
c) Tidak mengubah indera perasad.
d) Tidak mengganggu keseimbangan flora mulute.
e) Meningkatkan resistensi mikrobaf.
f) Tidak menimbulkan noda pada gigi
BAB III
PEMBAHASAN
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam
gliserin. Larutan dalam air atau larutan dalam etanol biasanya agak
kerih, tetapi kekeruhan hilang jika ditambahkan sedikit asam klorida.
Alat 9. Sudip
1. Timbangan Analitik 10. Gelas Ukur 100 ml
2. Sendok Timbangan Bahan
3. Labu erlenmayer 250ml 1. ZnCl2
4. pH meter digital/ pH meter kertas 2. Asam Salisilat
5. Kertas Perkamen 3. Kalii Sulfat/ Tawas
6. Kertas Saring 4. Oleum Menthae Pip
7. Botol 120 ml 5. Aquadest
8. Mortir dan Stemper
3.5 Perhitungan
3.7 Permasalahan
1. Uji Organoleptik
Atau uji indra atau uji sensori merupakan cara pengujian denganmenggunakan
indra manusia sebagai alat utama untuk mengukur daya penerimaanterhadap produk.
Pengujian organoleptik mempunyai peran penting dalam aplikasi mutu. Pengujian
organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan,kemunduran mutu dan kerusakan
lainnya dari produk.
2. Uji pH
4. Uji Viskositas
Digunakan viskometer yang sudah bersih, pipetkan cairan ke dalam viskometer
dengan menggunakan pipet. Lalu hisap cairan dengan menggunakan pushball sampai
melewati 2 batas. Disiapkan stopwatch, kendurkan cairan sampai batas pertama lalu
mulai penghitungan. Dicatat hasil, dan lakukan penghitungan dengan rumus.
Diusahakan saat melakukan penghitungan kita menggenggam di lengan yang tidak
berisi cairan (Anief, 1993)
Berat jenis diuji dengan menggunakan piknometer. Piknometer diisi dengan air
sampai penuh lalu renam dengan air es suhu kurang lebih 200 C dibawah suhu
percobaan lalu piknometer ditutup pipa kapiler dibiarkan terbuka dan suhu naik sampai
suhu percobaan lalu piknometer ditutup. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai
suhu kamar, air yang menepel diusap lalu timbang dengan sesama kemudian lihat
dalam tabel kerapan air dan suhu percobaan untuk menghitung volume air.
Golongan Obat
Etiket
Apotek ISTN
Jln. Moch Kahfi II Jakarta 12630 (021-
7270567)
APA : Lidiana Sulfi, S.Farm., Apt.
SIPA : 21334006
No : Tgl :
Kemasan Primer :
Kemasan Tersier :
3.11 Pembahasan
Rancangan sediaan obat kumur/gargle itu sendiri mengutip formula dari formularium
nasional edisi kedua tahun 1978 hal 304. dimana menjelaskan gargarima dari bahan aktif
atau berkhasiat seng klorida atau zinci klorida, dengan zat penyedap atau pemanis oleum
menthae, dan disertai asam salisilat sebagai antifungi. sediaan yang tersedia untuk
300ml, dikarenakan rancangan formula ini untuk uji skala laboratorium maka,
permintaan formula 100ml. permasalahan yang terjadi dalam rancangan formula ini
adalah, tidak terdispersinya oleum methae kek larutan obat kumur. maka diganti dengan
aqua menthae. Dalam pembuatan gargarisma ZnCl semua bahan obat larut dengan
sempurna dalam pelarut. Namun yang harus diperhatikan disini adalah dalam melarutkan
tawas/ Aluminii Kalii Sulfas sebaiknya dengan air panas atau air mendidih sesuai dengan
kelarutannya dalam FI.III. sangat mudah larut dalam air mendidih, jadi untuk 0,3 gram
dibutuhkan minimal kurang dari 0,3ml air mendidih. Zink klorida adalah zat higroskopik
yang mudah larut dalam udara dan spiritus. Larutan yang encer biasanya keruh, karena
terbentuk HCl dan zinkoksiklorida, tetapi dengan penambahan sedikit HCl atau zat yang
membahas asam akan jernih kembali. Asam salisilat juga dapat melarutkan kembali
zinkoksiklorida, asal saja kadar ZnCl tidak melebihi 4%. garam Umum-garam Zn jangan
dicampur dengan tanin, zat samak lainnya. Melarutkan zinkklorida sebaiknya dengan air
banyak. Bila tidak akan timbul endapan setelah mengendap.
Rancangan evaluasi sediaan yang dilakukan pada larutan obat kumur/gargle yaitu
meliputi Uji Organoleptic, Uji Mikrobiologi, Uji Stabilitas suhu 40 dan suhu kamar, uji
pH, Uji Viskositas, Uji Berat Jenis.
Kemasan sediaan obat kumur/gargle terdiri dari kemasan primer berupa botol cokelat
120 ml dan kemasan tersier berupa kotak persegi panjang.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Rancangan sediaan obat kumur/gargle itu sendiri mengutip formula dari formularium
nasional edisi kedua tahun 1978 hal 304.Rancangan evaluasi sediaan yang dilakukan
pada larutan obat kumur/gargle yaitu meliputi Uji Organoleptic, Uji Mikrobiologi, Uji
Stabilitas suhu 40 dan suhu kamar, uji pH, Uji Viskositas, Uji Berat Jenis.
Kemasan sediaan obat kumur/gargle terdiri dari kemasan primer berupa botol cokelat
120 ml dan kemasan tersier berupa kotak persegi panjang.
- Kemasan sekunder yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kemasan lain/
melindungi kemasan primer. Contoh : kotak karton untuk wadah kapsul dalam blister
- Kemasan tersier yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder,
digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Contoh obat yang sudah dibungkus
kemasan primer dalam kemasan sekunder, dimasukan ke dalam kardus
4.2 Saran
1. Kehati-hatian dalam menggunakan alat sangat diperlukan dalam pengerjaan Resep
karena sebagian besar alat terbuat dari kaca.selain itu pada pembuatan simplisia ini
kita banyak bekerja dengan api.
2. Dalam pengerjaan obat harus steril karena dapat mempengaruhi stabilitas suatu obat
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta : Universitas
Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Farmakope Indonesia Edisi 3. Jakart :
Depkes RI.
Anonim. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.