Anda di halaman 1dari 31

EFEKTIFITAS SEDIAAN GEL EKTRAK DAUN PANDAN

(Pandanus amaryllifolius) SEBAGAI REPELLENT NYAMUK Aedes


aegypti

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat


Mencapai Jenjang Pendidikan Diploma III Analis Kesehatan

Oleh :

RIKA NISA ARQILAH

20118022

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini dengan Judul

“EFEKTIVITAS SEDIAAN GEL EKSTRAK DAUN PANDAN

REPELLENT NYAMUK Aedes aegypti”.

Proposal penelitian ini disusun untuk melenmgkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat mencapai jenjang pendidikan Diploma III Program

Studi Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.

Dalam menyelesaikan proposal penelitian ini, penulis banyak

mendapatkan pengarahan, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Rudy Hidana, M.Pd, selaku pembimbing utama yang telah

membantu dan mengarahkan penulis sejak awal sampai akhir

penyusunan proposal penelitian.

2. Ajeng Rahmi Pratiwi, Amd. AK, selaku pembimbing teknis yang juga

membantu dan mengarahkan penulis sejak awal sampai akhir

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Hj. Meti Kusmiati, M.Si, selaku ketua Program Studi D-III Analis

Kesehatan Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.

4. Hj. Enok Nurliawati, S.Kep, M.Kep. selaku ketua STIKes Bakti Tunas

Husada Tasikmalaya.

5. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan semangat

serta pengorbanannya baik moril maupun materil demi kesuksesan


penulis dalam mengikuti dan menyelesaikan kuliah serta Karya Tulis

Ilmiah ini di STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.

6. Seluruh rekan seperjuangan dan seluruh pihak yang tidak dapat di

sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Proposal penelitian ini tidak lepas dari

kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan, supaya Proposal penelitian ini

dapat menjadi lebih baik. Penulis berharap, Proposal penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Tasikmalaya, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2
BAB I..............................................................................................................6
PENDAHULUAN..........................................................................................6
1.1 Latar Belakang.................................................................................6
1.2 Rumusan Masalah............................................................................9
1.3 Pembatasan Masalah........................................................................9
1.4 Tujuan..............................................................................................9
1.5 Manfaat............................................................................................9
1.6 Waktu dan Tempat.........................................................................10
BAB II..........................................................................................................11
TUJUAN PUSTAKA...................................................................................11
2.1 Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)...........................11
2.2 Aedes aegypti.................................................................................14
2.3 Gel..................................................................................................19
2.4 Pengendalian vector.......................................................................19
2.5 Anggapan Dasar.............................................................................24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................25
3.1 Metode Penelitian..........................................................................25
3.2 Alat dan bahan yang digunakan.....................................................25
3.3 Prosedur Kerja...............................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu


penyakit yang perjalanannya cepat dan dapat menyebabkan kematian
dalam waktu singkat. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang
sering menimbulkan kejadian luar biasa di Indonesia (Depkes RI, 2009).
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar
biasa atau wabah. Tempat istirahat yang disukainya adalah benda-benda
yang tergantung yang ada di dalam rumah, seperti gordyn, kelambu dan
pakaian di kamar yang gelap dan lembab (Mutiasari & Kala’Tiku,
2017). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Aedes aegypti merupakan
nyamuk yang dapat berperan sebagai vector berbagai macam penyakit
diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD).Walaupun beberapa
spesies dari Aedes sp. dapat pula berperan sebagai vektor tetapi Aedes
aegypti tetap merupakan vector utama dalam penyebaran penyakit
Demam Berdarah Dengue. (Lawuyan S, 1996 ;Yotopranoto S dkk., 1998
; Soegijanto S,2003)

Aedes aegypti merupakan nyamuk yang bersifat diurnal (aktif


siang hari) dan berperan sebagai penular (vektor) flavivirus, yaitu virus
penyebab penyakit demam berdarah yang sudah banyak menimbulkan
kerugian. Nyamuk betina memerlukan darah untuk merangsang
pembentukan dan pematangan telur, sedangkan nyamuk jantan tidak
memerlukan darah dalam hidupnya. A. aegypti bersifat antrofilik dalam
mengisap darah yaitu lebih menyukai darah manusia daripada darah
hewan (Gunandini, 2006).
Berbagai cara telah ditempuh dalam pengendalian nyamuk
demam berdarah, antara lain dengan insektisida berbahan aktif
diethyltoluamide (DEET), diclorovinil dimethyl phosphat (DDP),
malathion, parathion,dan lain-lain. Penggunaan bahan kimia tersebut
secara terus menerus, selain berdampak buruk terhadap kesehatan
manusia, juga akan membuat nyamuk menjadi resisten (Wilkinson dan
Moore,1982). Oleh karena itu, salah satu alternatif cara pengendalian
nyamuk demam berdarah adalah dengan memanfaatkan tanaman yang
banyak tumbuh di Indonesia dan sudah sering digunakan masyarakat
sebagai salah satu bahan dalam makanan atau minuman. Selain itu
daunnya yang hijau dimanfaatkan sebagai pewarna alami masakan
khususnya kue. Sekaligus merupakan pengetahuan lokal masyarakat
memanfaatkan daun pandan wamgi sebagai bahan aktif anti nyamuk
demam berdarah.

Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan tanaman


yang banyak tumbuh dan digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Kandungan kimia yang terdapat dalam Daun Pandan Wangi adalah :
Tanin, Saponin, Alkaloid, Flavonoid dan Zat Warna (lili fajlia, 2011).
Pandan wangi (atau biasa disebut pandan saja) adalah jenis tumbuhan
monokotil dari famili Pandanaceae yang memiliki daun beraroma wangi
yang khas. Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi
masakan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Tumbuhan ini mudah dijumpai di pekarangan atau tumbuh liar di tepi-
tepi selokan yang teduh.

Geneva-based International Standards Organization (ISO) telah


memasukkan spesies Pandanus amaryllifolius dalam daftar spesies 109
tanaman herbal (Asmain, 2010). Pandan merupakan salah satu
tumbuhan dari family Pandanaceae yang beranggotakan tanaman-
tanaman yang umum dikenal sebagai pandan ‘screw pines’.Penelitian
sebelumnya mengungkapkan bahwa 2-acetyl-1-pyrroline (2-AP) adalah
komponen terbesar yang terdapat pada daun pandan, sementara
kandungan lain yang dimilikinya adalah komponen minyak volatil,
alkohol, senyawa aldehid aromatik, keton dan ester juga ditemukan
(Cheetangdee, 2006).

Pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya.


Komponen aroma dasar dari daun pandan wangi itu berasal dari
senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) yang terdapat juga pada
tanaman jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY pada pandan wangi lebih
tinggi dibandingkan dengan jasmin (Cheetangdee, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, saponin dan


polifenol dapat menghambat bahkan membunuh larva nyamuk, saponin
dapat merusak membran sel dan mengganggu proses metabolisme
serangga sedangkan polifenol sebagai inhibitor pencernaan serangga.
Pada penelitian tersebut, konsentrasi ekstrak kental daun pandan wangi
0,547% dapat menyebabkan kematian larva Anopheles aconitus sebesar
99% selama 24 jam.(Muftiah et al., 2019)

Berdasarkan hasil penelitian Dwitya Rilianti (2015) diketahui


bahwa ekstrak ethanol daun Pandan wangi memiliki daya tolak sebagai
repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Konsentrasi 40% memiliki
persentasi daya tolak paling efektif ekstrak ethanol daun pandan wangi
sebagai repellent terhadap daya tolak nyamuk Aedes aegypti yaitu 99%.
Konsentrasi 11,086% memiliki daya tolak 50% (Effective Doses 50%,
ED50) ekstrak ethanol daun Pandan wangi sebagai repellent terhadap
nyamuk Aedes aegypti. Konsentrasi 73,247% memiliki daya tolak99%
(Effective Doses 99%, ED99) ekstrak ethanol daun Pandan wangi
sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti dan dengan
menggunakan aquadest sebagai pengencernya (Rilianti, 2013).

Jadi berdasarkan saran penelitian sebelumnya, yang


menyebutkan Penelitian lebih lanjut baiknya menggunakan ekstrak daun
Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) sebagai repellent dengan
rentang konsentrasi lain di atas 50% dan ditambahkan dengan kontrol
positif, dengan menggunakan DEET” maka dari itu, akan dilakukan
pemanfaatan daun pandan wangi sebagai bahan aktif gel repellent
nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) dengan konsentrasi 60%.
70%, 80%. 90%. Sediaan repellent dalam bentuk gel memiliki
kemudahan dalam pengaplikasiannya di kulit. Gel merupakan sistem
semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang
kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Gel sendiri memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan sediaan
topikal lainnya seperti daya lekatnya tinggi, tidak menyumbat pori
sehingga tidak mengganggu pernapasan, mudah dicuci dengan air,
kemampuan penyebaran pada kulit baik, dan memiliki pelepasan obat
yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah “berapa
persen daya proteksi gel daun pandan wangi dalam melindungi kulit
dari gigitan nyamuk Aedes aegypti betina?”

1.3 Pembatasan Masalah


Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyamuk
Aedes aegypti.
2. Sampel yang digunakan adalah gel daun pandan wangi
(Pandanus amaryllifolius).

1.4 Tujuan
Mengetahui efektifitas ekstrak daun pandan wangi sebagai bahan
aktif pada gel repellent.

1.5 Manfaat
1. Bagi masyarakat
Masyarakat dapat memanfaatkan bahan alami yang ada di
alam tanpa tergantung pada bahan kimia yang mungkin
membahayakan.
2. Bagi penulis
Untuk menambah dan memperdalam ilmu dan wawasan
mengenai berbagai macam manfaat tumbuhan sebagai repellent
nyamuk aedes aegypti.

3. Bagi Akademi
Menambah sumber kepustakaan dan pengetahuan tentang
repellent alami bagi pembaca di perpustakaan STIKes BTH Kota
Tasikmalaya.

1.6 Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan di STIKes BTH Tasikmalaya.
BAB II

TUJUAN PUSTAKA

2.1 Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius)

2.1.1 Pengertian daun pandan

Pandan wangi adalah nama umum dari tanaman semak, Pandanus


amaryllifolius Roxb., Dalam famili Pandanaceae. Pandan wangi
merupakan satu-satunya spesies pandan dengan daun wangi. Ini adalah
semak pendek dengan tinggi 1,2–1,5 m (4–5 kaki) dan lebar 60–90 cm
(24–36 inci) dengan batang kokoh dan biasanya bercabang di bagian
bawah. Daunnya yang aromatik, linier, runcing, tanpa tepi bergerigi,
memiliki panjang sekitar 80 cm (32 inci) dan lebar 5 cm (2 inci). Pandan
wangi (Pandanus ammaryllifolius) atau biasa disebut pandan saja adalah
jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae. Daunnya merupakan
komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia di negara-negara
Asia tenggara lainnya. Dibeberapa daerah tanaman ini dikenal dengan
berbagai nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa), Seuke
Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan Rempai (Sumatra), Pondang,
Ponda, Pondago (Sulawesi), Kelamoni, Haomoni, Kekermoni, Ormon,
Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku), Pandan arrum (Bali), Bonak
(Nusa Tenggara) (Rohmawati, 1995).
Rasa pandan wangi yang manis dan menyenangkan, yang terkenal
di seluruh dunia sebagai komponen penting dalam masakan Asia, telah
membuat produksi industri baik ekstrak alami maupun perasa buatan
yang mengandung pewarna makanan hijau untuk digunakan sebagai
aditif makanan di negara-negara Asia Tenggara (P. Pushpangadan, S.K.
Tewari, 2006)
(Gambar 1. Tanaman Pandan Wangi)
(Sumber : Rohmawati, 1995)

2.1.2 Taksonomi daun pandan wangi

Berikut ini merupakan klasifikasi dari pandan wangi


(Pandanus amaryllifolius):

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Bangsa : Pandanales
Suku : Pandanacea
Marga : Pandanus
Spesies : Pandanus amaryllifolius

2.1.3 Kandungan yang ada dalam daun pandan wangi

Tabel 3. Zat-Zat Dan Kegunaan Zat Yang Terkandung Di Dalam Daun


Pandan Wangi (Pandanus ammaryllifolius)
(Sumber : Dalimarta, 2008)

Zat Kegunaan
Flavonoid1) Sebagai antioksidan
2.1.4
2) Melindungi struktur sel
3) Meningkatkan efektivitas vitamin C
4) Inti inflamasi
5) Mencegah keropos tulang
6) Antibiotik
7) Antivirus
8) Menghambat penyerapan glukosa diusus
Tanin 1) Antibakteri
2) Penawar racun
3) Anti diare
4) Antioksidan
5) Menghambat pertumbuhan tumor
Saponin 1) Insektisida
2) Antiseptik
3) Menghambat Na+ / D-glucose cotransport system (SGLUT) di
membran brush border intestinal
Polifenol 1) Antioksidan
2) Memperkuat sistem kekebalan tubuh
3) Meningkatkan sirkulasi darah dan
4) meningkatkan kesehatan jantung
5) Menghambat pertumbuhan kanker
6) Memperlambat keropos pada tulang
Minyak 1) Anti nyeri
atsiri 2) Anti infeksi
3) Pembinih bakteri
Alkaloid Meminimalisir racun-racun di dalam tubuh
Manfaat daun pandan wangi
Daun pandan wangi banyak memiliki manfaat, sebagai rempah-
rempah dalam pengolahan makanan, pemberi warna hijau pada
masakan, dan juga sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi.
Daunnya harum jika diremas atau diiris-iris. Selain itu daun pandan
wangi juga memiliki banyak manfaat dalam bidang pengobatan antara
lain:
1. Pengobatan lemah saraf
2. Pengobatan rematik dan pegel linu
3. Menghitamkan rambut dan mengurangi rambut rontok
4. Menghilangkan ketombe
5. Penambah nafsu makan
6. Mengatasi hipertensi
7. Mengatasi diabetes
8. Terapi kanker
9. Mengatasi insomnia

2.2 Aedes aegypti


2.2.1 Pengertian aedes aegypti
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus
dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti
juga merupakan pembawa virus demam kuning, chikungunya, dan
demam Zika yang disebabkan oleh virus Zika.

2.2.2 Taksonomi
Kedudukan nyamuk Aedes aegyptidalam klasifikasi hewan adalah
sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Dipteria
Sub ordo : Nematocera
Famili : Culicidae
Sub famili : Culicinae
Tribus : Culicini
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti
2.2.3 Siklus hidup aedes aegypti
Masa pertumbuhan dan perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat
dibagi menjadi beberpa tahapan yaitu, telur, larva, pupa, dan nyamuk
dewasa, sehingga termasuk metamorfosa sempurna atau holometabola.

a. Stadium telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0.80 mm, berbentuk
oval yang mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih,
atau menempel pada dinding tempat penampung air. Jumlah telur
nyamuk Aedes aegyptikurang lebih sebanyak 100-200 butir setiap
kali bertelur. Telur ini dapat menempel di tempat yang kering
(tanpa air) dan dapat bertahan sampai 6 bulan. Saat terendam air
lagi telur akan menetas.

(Gambar 3.a
telur aedesaegyoti)
(sumber : kemenkes 2016)

b. Stadium larva
Setelah menetas, telur akan berkembang menjadi larva. Larva
Aedes aegypti memiliki ciri-ciri yaitu adanya corong udara pada
ruas terakhir pada abdomen tidak dijumpai adanya rambu-rambut
berbentuk kipas (palmate hairs) (Yulidar, 2016 dalam Kharisma,
2018).
Ada 4 tingkatan (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva,
yaitu:

1) Instar I : berukuran paling kecil yaitu 1-2 mm


2) Instar II : 2-5 –3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm (Kemenkes RI, 2015)

c. Stadium pupa

(Gambar 3.c pupa aedes aegypti)


(Sumber : Yulidar, 2016 dalam Kharisma, 2018).

Pupa berbentuk seperti ‘koma’. Bentuknya lebih besar namun


lebih ramping dibandingkan larva (jentik) nya. Pupa berukuran
lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain
(Kemenkes, 2015). Pada pupa terdapat kantong udara yang terletak
diantara bakal sayap dewasa dan terdapat sepasang sayap pengayuh
yang saling menutupi sehingga memungkinkan pupa untuk
menyelam cepat dan mengadakan serangkaian gerakan sebagai
reaksi terhadap rangsang.

d. Stadium dewasa
Secara umum Aedes aegyptitubuhnya terdiri dari tiga bagian,
yaitu kepala, thorak, dan abdomen (Perut).
(Gambar 3.d Aedes aegypti)
(Sumber : Yulidar, 2016 dalam Kharisma, 2018).

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika


dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini
mempunyai dasar warna hitam dengan bintik-bintik putih pada
bagian badan, kaki dan sayapnya.
Aedes aegypti dikenal juga sebagai Tiger Mosquito
atau Black White Mosquito, karena tubuhnya mempunyai ciri khas
berupa adanya garis-garis dan bercak putih keperakan di atas dasar
warna hitam. Dua garis melengkung berwarna putih keperakan di
kedua sisi lateral serta dua buah garis putih sejajar di garis median
dari punggungnya yang berwarna dasar hitam (lyre shaped
marking)(Fatna, 2010 dalam Kharisma, 2018)

Nyamuk Aedes betina mempunyai abdomen yang


berujung lancipdan mempunyai cerci yangpanjang(Neva FA and
Brown HW, 1994 dalam Palgunadi, 2011 dalam Kharisma, 2018).

e. Factor lingkungan fisik yang mempengaruhi nyamuk aedes


aegypty

Aedes aegypti berkembangbiak di dalam tempat


penampungan air yang tidak langsung berhubungan dengan tanah
seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, dan barang bekas
yang dapat menampung air hujan di daerah urban dan sub urban.
Aedes albopictusjuga demikian tetapi biasanya lebih banyak
terdapat di luar rumah (Kesumawati Hadi dan Koesharto, 2006).
Setelah itu akan mencari tempat berair untuk meletakkan telurnya.
Setelah bertelur nyamuk akan mulai mencari darah lagi untuk
siklus bertelur berikutnya(Kesumawati Hadi dan Koesharto, 2006
dalam Cecep Dani Sucipto, 2011).

Aedes aegypti lebih suka menghisap darah di dalam rumah


daripada di luar rumah dan menyukai tempat yang agak gelap.
Nyamuk betina lebih menyukai darah manusia daripada darah
binatang (bersifat antropofilik). Aedes aegypti mempunyai
kebiasaan menggigit berulang (multiple-biters) sampai lambung
penuh berisi darah, dalam satu siklus gonotropik. Dengan demikian
nyamuk Aedes aegypti sangat efektif sebagai penularan penyakit
(Departemen Kesehatan RI, 2005dalam Cecep Dani Sucipto, 2011)

Tempat hinggap yang disenangi ialah benda-benda yang


tergantung seperti: pakaian, kelambu atau tumbuh-tumbuhan
didekat tempat perkembangbiakannya. Biasanya ditempat yang
gelap dan lembab. Di tempat tersebut nyamuk menunggu proses
pematangan telurnya. Setelah beristirahat dan proses pematangan
telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding
tempat berkembangbiaknya sedikit di atas permukaan air. Jumlah
telur yang dikeluarkan setiap sekali adalah sekitar 100-400 butir
(Brown 1969dalam Cecep Dani Sucipto, 2011).

2.3 Gel
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995), gel
didefinisikan sebagai sistem padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel organik kecil atau molekul organik besar, berpenetrasi oleh suatau
cairan. Gel bersifat transparan, lunak, lembut, mudah dioleskan dan tidak
meninggalkan lapisan berminyak pada kulit. Sediaan gel harus disimpan
dalam wadah tertutup karena kandungan airnya sangat mudah menguap.

Beberapa keuntungan gel diantaranya

a. Mempunyai aliran tiksotropis dan pseudoplastik yang berarti gel


akan berwujud pada saat penyimpanan dan akan mencair pada saat
dituang ke dalam tempatnya.
b. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk membuat masa gel hanya
sedikit.
c. Viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada
temperatur penyimpanan.
d. Kurang berminyak sehingga tidak meninggalkan bekas.
e. Mudah tersebar dan merata pada saat dioleskan.
f. Dapat larut dalam air sehingga mudah dioleskan.
g. Bersifat menyejukkan karena kandungan airnya tinggi.
h. Pada konsentrasi rendah gel mempunyai daya pelumas yang baik
karena sifatnya yang transparan, lunak dan lembut. (Meinitasari et
al., 2018)
Evaluasi gel dilakukan dengan uji organoleptis, uji pH, uji
homogenitas, ujin viskositas, uji daya rekat, dan uji daya sebar.

2.4 Pengendalian vector

Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk


menurunkan atau menekan populasi vektor pada tingkat yang tidak
membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut buku parasitology
kedokteran FKUI (Hoedojo dan Zulhasril, 2013), secara garis besar
pengendalian vektor nyamuk dibagimenjadi pengendalian alami dan buatan.
Pengendalian buatan terdiri dari pengendalian kimiawi, pengendalian
lingkungan, pengendalian lingkungan, pengendalian mekanik, pengendalian
fisik, pengendalian biologik, pengendalian genetika, dan pengendalian.

2.2.4.1 Pengendalian alami


Berbagai faktor ekologi berperan dalam pengendalian vektor secara
alami, yaitu :

a. Adanya gunung, laut, danau, dan sungai merupakan


rintanganbagi penyebaran serangga.
b. Ketidakmampuan beberapa spesies serangga untuk
mempertahankan hidup diketinggian tertentu dari permukaan
laut.
c. Perubahan musim, iklim yang panas,udara kering, curah
hujan, dan angin besar dapat menimbulkan gangguan pada
beberapa spesies serangga.
d. Adanya burung, katak, cicak, dan binatang lain yang menjadi
pemangsa serangga.
e. Penyakit serangga.

2.2.4.2 Pengendalian buatan

a. Pengendalian kimiawi

Pengendalian kimiawi adalah cara kimiawi yang dilakukan


dengan senyawa atau bahan kimia untuk membunuh telur
nyamuk, jentiknya, dan mengusir atau menghalau nyamuk
supaya tidak menggigit.

Insektisida berasal dari kata insect, yang berarti serangga dan


cide artinya membunuh. Secara harfiah insektisida diartikan
sebagai bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau
mengendalikan serangga. Pengertian insektisida secara luas,
yaitu semua bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk
mencegah, membunuh, menolak atau mengurangi serangga
(Sigit dkk, 2006 dalam Mirna 2016).

Insektisida yang baik mempunyai sifat sebagai berikut :


1. Mempunyai daya bunuh yang besar dan cepat beserta tidak
berbahaya bagi binatang vertebrata termasuk manusia dan
ternak.
2. Murah harganya dan mudah di dapat jumlah yang besar
3. Mempunyai susunan kimia yang stabil dan tidak mudah
terbakar
4. Mudah di pergunakan dan dapat di campur dengan berbagai
macam bahan pelarut
5. Tidak berwarna dan tidak berbau yang tidak menyenangkan
Adapun jenis-jenis insektisida berdasarkan sifat kimianya di
klasifikasikan dalam dua bagaian yaitu anorganik dan
organik.
1) Insektisida anorganik (kimia)
Insektisida anorganik biasanya kurang
spesifik dan karena sifatnya tidak terlalu beracun
maka dalam perlakuan dilapangan harus diberikan
dalam jumlah yang tinggi (250-2500 ram per acre).
Jenis insektisida ini kini telah jarang dipergunakan
karena telah banyak diganti oleh insektisida
organik. Senyawa yang biasa digunakan untuk
insektisida anorganik yaitu arsenikal, timbal
aresenat (PbHAsO4), kalsium arsenat Ca3(AsO4)2,
sodium arsenat (NaASO2), fluorida, dan sodium
fluorida (Naf). (Toksikologi lingkungan, 2015).

2) Insektisida organic

Insektisida nabati merupakan insektisida yang


bersumber dari bahan alami dan berisfat mudah
terurai di alam (biodegradable), sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relatif aman bagi
manusia maupun ternak peliharaan karena
residunya mudah menghilang (Kardinan,2002:4).
Tujuan penggunaan insektisida nabati yaitu untuk
meminimalisir penggunaan insektisida sintetis,
sehingga dapat mengurangi terjadinya kerusakan
lingkungan. Tanaman yang dapat dijadikan sebagai
insektisidanabati terutama larvasida diantaranya
yaitu daun sirih, jarak pagar, daun selasih, rimpang
kunyit, dan daun mimba (Permadi,2013).

b. Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan dilakukan dengan modifikasi
lingkungan dan manipulasi lingkungan. Modifikasi lingkungan
merupakan cara yang paling aman tidak akan mencemari
lingkungan, tetapi harus dilakukan secara terus menerus seperti
dilakukannya pengaliran air yang menggenang sehingga kering
atau tidak ada genangan air yang bisa menjadi tempat
pertumbuhan nyamuk.

c. Pengendalian mekanik
Menggunakan alat yang dapat langsung membunuh,
menangkap serangga. Memakai baju pelindung untuk
menghindari hubungan antara manusia dengan vector.

d. Pengendalian fisik
Pengendalian fisik dilakukan dengan menggunakan pemanas,
pembeku untuk membunuh atau mengganggu kehidupan
serangga.

e. Pengendalian biologik
Pengendalian biologik dengan memperbanyak pemangsa
sebagai musuh alami bagin serangga.

f. Pengendalian genetik
Pengendalian genetik dilakukan dengan cytoplasmic
incompatibility (mengawinkan antarstrain nyamuk sehingga
sitoplasma telur tidak dapat ditembus oleh sperma dan tidak
terjadi pembuahan) atau hybrid steril(mengawinkan sehingga
antarspesiesterdekat sehingga didapatkan keturunan jantan yang
steril).
2.5 Anggapan Dasar

Menurut (Womack, 1993) Aedes aegypti merupakan nyamuk


yang berperan sebagai penular (vektor) virus yang menyebabkan
penyakit demam berdarah yang sudah banyak menimbulkan
kerugian.

Daun Pandan wangi merupakan salah satu tanaman yang


memiliki wangi yang khas serta diyakini dapat membunuh dan
meracuni larva nyamuk aedes aegypti karena kandungannya yang
terdapat dalam daun pandan wangi seperti: Tanin, Saponin,
Alkaloid, Flavonoid dan Zat warna. (lili fajlia, 2011)

Repellent bekerja menghambat reseptor asam laktat di antena


nyamuk betina. Nyamuk dapat mendeteksi kehadiran makhluk hidup
berdasarkan keringat yang mengandung unsur karbondioksida,
produk 25 eksretori dan asam laktat. Produk tersebut membuat
nyamuk betina menjadi lebih atraktif (Hu, 2012; Patel and Oswal,
2012).
Daun pandan wangi dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif
gel anti nyamuk Aedes aegypti. Selain dapat membunuh nyamuk
Aedes aegypti daun pandan juga memiliki bau yang sangat harum
yang tidak disukai nyamuk. Konsistensi yang berbentuk gel
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan
kulitnya, sehingga dapat dengan mudah menyebar dan dapat segera
kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada
permukaan kulit.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini tentang pembuatan gel yang berasal dari ekstrak daun
pandan. Daun pandan diperoleh di pasar tradisional yang berada di
Tasikmalaya. Daun pandan yang digunakakn adalah daun pandan yang
sudah siap panen atau berwana hijau. Penelitian ini bersifat eksperimen
dimana sampel dilakukan proses pembuatan lotion melalui tahap ekstraksi.
Pembuatan lotion ekstrak daun pandan melalui beberapa tahap, yaitu tahap
ekstraksi dengan metode maserasi dan pembuatan gel. Gel yang dihasilkan
kemudian di evaluasi dengan uji homogenitas, uji PH, uji organoleptis, dan
uji iritasi.

3.2 Alat dan bahan yang digunakan


3.2.1 Alat

Spesifikas
No Nama Alat i Jumlah
1 Neraca Analitik - 3
2 Lumpang dan alu - 1
3 Erlenmeyer - 2
4 Kertas perkamen - 3
5 Penangas air - 1
6 Gelas ukur - 2
7 Sudip - 1
8 Rotary vacum evaporator - 1
9 Pipet tetes - 2
10 Batang pengaduk - 3
11 Wadah - 3
secukupny
12 Label sediaan - a
3.2.2 Bahan

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah


1 Ekstrak daun pandan Secukupnya
60%, 70%, 80%, 90%
2 Karbopol - Secukupnya
3 Propilenglikol - 100ml
4 Gliserin secukupnya
5 Metil paraben secukupnya
6 Etanol 70% secukupnya

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pra analitik
Sampling :
Subjek penelitian adalah daun pandan (Pandanus amarillifolius)
yang sudah siap panen dan berwarna hijau yang dibeli di pasar
tradisional cikurubuk Tasikmalaya. Sampel dilakukan secara
purposive yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain yang
dibeli.
a) Kriteria inklusi
Daun pandan yang sudah siap panen dan nyamuk aedes
aegypti betina.
b) Kriteris eksklusi
Selain daun pandan wangi dan jenis nyamuk selain
Aedes aegypti betina dan nyamuk yang tidak steril.

3.3.2 Analitik
a) Pembuatan gel ekstrak daun pandan wangi (pandanus
amarillyfolius)

Daun pandan dipotong – potong kecil kemudian direndam ke


dalam pelarut dengan perbandingan 1:3, 1 untuk berat daun pandan
dan 3 untuk pelarut yang digunakan. Setelah itu diaduk selama satu
menit secara manual pada suhu ruang dan tanpa terkena cahaya dan
diamkan selama 12 jam. Kemudian diekstrak ng sehingga diperoleh
ampas dan filtrat, dan di evaporasi dengan rotary vacuum evaporator
pada suhu 50-60ºC untuk memisahkan pelarut.. menggunakan variasi
konsentrasi carbopol sebagai gelling agent. Karbopol dicampur
dengan aquadest lalu digerus hingga homogen. Tambahkan dengan
propilenglikol, gliserin, dan trietanolamin hingga terbentuk gel yang
mengembang dan jenuh. Basis yang telah terbentuk lalu ditambahkan
ekstrak daun pandan wangi serta metil paraben, aduk hingga
homogen dan diperoleh gel ekstrak daun pandan yang disimpan
dalam kemasan tertutup rapat.

Tabel 3.3.2 a Formula sediaan gel ekstrak daun pandan


wangi

N Formula Ekstrak daun Gel


o pandan wangi
1 Bahan dasar - 100g
gel
2 Ekstrak daun 60 40g
x 100
100
pandan 60%
3 Ekstrak daun 70 30g
x 100
100
pandan 70%%
4 Ekstrak daun 80 20g
x 100
100
pandan 80%%
5 Ekstrak daun 90 10g
x 100
100
pandan 90%

Masing-masing formula ekstrak daun pandan wangi tersebut


dimasukkan kedalam lumpang, kemudian digerus sampai
homogen.Setelah homogen gel tambahkan aquadest sedikit demi
sedikit hingga homogen. Masukkan kedalam wadah dan tutup rapat.

b) Evaluasi Sediaan Gel

1) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan
lotion pada sekeping kaca atau bahan transparan lain, hasil
harus menunjukkan susunan yang homogeny dan tidak adanya
partikel-partikel kasar pada permukaan kaca.

2) Uji pH
Pengujian pH dilakukan untuk mengecek dan memastikan
bahwa pH dari sediaan gel yang telah dibuat sudah sesuai
dengan pH yang dianjurkan untuk kulit yaitu 4,5-7.

3) Uji Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk mengetahui
tampilan gel berupa warna, aroma dan tekstur dari sediaan
yang dilakukan secara visual. Pengujian ini dilakukan karena
berkaitan dengan pemakaian sebagai sediaan topikal.

4) Uji Iritasi
Uji dilakukan dibelakang telinga sukarelawan selama 24
jam, dilihat perubahan yang terjadi berupa eritema, papula,
vesikula dan edema.

3.3.3 Pasca Analitik

Hasil yang diperoleh, disusun dan disajikan yang selanjutnya


dianalisa dan disajikan deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV.


Diterjemahkan oleh Farida I. UI Press.
Meinitasari, E., Tyas, S. P., D, N. J., & Septianingrum, N. M. A. N. (2018).
Inovation of Leaf Extract of Randa Midang ( Cosmos Caudatus ) in
Repellent Gel Preparation Inovasi Ekstrak Daun Randa Midang
( Cosmos Caudatus ) dalam Bentuk Sediaan Gel Repellent. Prosiding
Anual Pharmacy Conference 3rd, 40–46.
Muftiah, A. T., Kasma, A. Y., & M, R. (2019). Efektivitas Ekstrak Daun
Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) Terhadap Mortalitas Larva
Aedes sp dan Anopheles. Jurnal Vektor Penyakit, 13(2), 107–114.
https://doi.org/10.22435/vektorp.v13i2.465
Mutiasari, D., & Kala’Tiku, L. L. B. T. (2017). UJI EFEKTIVITAS
EKSTRAK DAUN PANDAN ( Pandanus amaryllifolius Roxb .)
SEBAGAI LARVASIDA ALAMI TERHADAP LARVA Aedes
Aegypti Diah Mutiarasari *, Lady L iberties Bubun Tangke Kala ’ Tiku
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan , Universitas Tadulako *
Email k. Kesehatan Tadulako, 3(2), 33.
Rilianti, D. (2013). 済無 No Title No Title. Journal of Chemical
Information and Modeling, 01(01), 1689–1699.
Cheetangdee, V. and Siree C. 2006. Free Amino Acid and Reaching Sugar
Composition of Pandan (Pandanusamaryllifolius) Leaves. Department
of Food and Science and Technology, Faculty of Agro-Industry,
Kasetsart University, Bangkok 10900. Thailand.
Departemen Kesehatan. Demam berdarah dengue di Indonesia tahun 1968-
2009. Jendela Epidemiologi 2.2010.

Departemen Kesehatan. Laporan Kasus Demam Berdarah Dengue.Jakarta:


Depkes RI.2015.

I Wayan Supartha, 2008. Pengendalian Terpadu Vektor VirusDemam


Berdarah Dengue, Aedes aegypti(Linn.) dan Aedes
albopictus(Skuse)(Diptera: Culicidae : Senior Entomologist, Guru
Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

Anda mungkin juga menyukai