Anda di halaman 1dari 26

PENGAMBILAN SAMPEL, STERILISASI ALAT DAN PEMBUATAN

MEDIA PDA (MANUAL)

REZKI AMALIA BAHAR


M021221023

NAMA ASISTEN:
1. NUR FADLI, S. Hut
2. SRI YUSMITASARI YUSUF
3. VERONIKA MASSENG
4. GINA MUTMAINNAH
5. EUNIKE CHRISTAFILIA RUBEN
6. GILANG RAMADHAN

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN POHON


PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2024
1

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan ini yang berjudul ”Pengambilan Sampel, Sterilisasi Alat dan Pembuatan
Media PDA (Manual)” guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Praktek
Bioteknologi. Saya Menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Saya menyadari sepenuhnya bahwa
laporan ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang saya miliki.
Sebagai penulis, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik
dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam laporan ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat menjadikan koreksi dalam pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap
semoga laporan praktikum yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang
sangat berperan penting dalam proses kegiatan praktikum, terutama kakak asisten
kami yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis. Semoga laporan
praktikum ini bermanfaat untuk praktikum selanjutnya,Penulis menyadari sebagai
manusia tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,penulis mengucapakan terima
kasih kepada semua pihak yang sudah membantu selama penyusunan laporan ini .

Makassar, 14 Maret 2023

Rezki Amalia Bahar


2

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI ii

i
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
BAB I............................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat.........................................................................2
BAB II.............................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
2.1 Pengambilan Sampel.......................................................................3
2.1.1 Tristaniopsis Merguensis..................................................................3
2.2 Sterilisasi dan Pembuatan Media.....................................................5
2.2.2 Media Pertumbuhan.........................................................................6
BAB III............................................................................................................. 10
METODE PRAKTIKUM...................................................................................10
3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................10
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................10
3.3 Prosedur Kerja.................................................................................11
BAB IV............................................................................................................. 13
HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................................13
4.1 Hasil................................................................................................. 13
4.2 Pembahasan....................................................................................14
BAB V.............................................................................................................. 15
PENUTUP........................................................................................................ 15
5.1 Kesimpulan......................................................................................15
5.2 Saran............................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16
LAMPIRAN...................................................................................................... 17
3

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Sampel tanah..............................................................................
Gambar 4.2 Sterilisasi panas kering menggunakan oven...............................
Gambar 4.3 Sterilisasi panas basah menggunakan autoklaf..........................
Gambar 4.4 Media Potato Dextrose agar (manual).........................................
4

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data lingkungan pohon Tristaniopsis Merguensis..............................
5
6

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah yang terbentuk merupakan hasil kombinasi dari proses fisik, biologi
maupun kimia. Pada tanah baik didalam maupun di permukaan terdapat mikroba
yang berkembang biak secara beraneka ragam. Jenis mikroba tanah antara lain
dapat berupa bakteri, aktomisetes dan fungi. Adanya mikroba dalam tanah dapat
berperan sebagai penyubur tanah karena menghasilkan zat-zat nutrisi dalam tanah.
Selain itu mikroba juga berperan untuk menguraikan bahan-bahan organik dan
menghasilkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba sebagai hasil
metabolismenya (Puspadewi dkk.,2020).
Proses penelitian di laboratorium yang dilakukan oleh mahasiswa atau
peneliti sebagian besar menggunakan peralatan yang steril. Penelitian yang
memerlukan peralatan steril antara lain: kultur bakteri, kultur sel, kultur tanaman
dan penelitian di bidang biologi molekuler seperti DNA/RNA. Peralatan yang perlu
disterilkan antara lain: tabung kaca,alat bedah, tabung plastik berbagai ukuran,
petridish, tip kuning, dan tip biru. Peneliti memerlukan bahan untuk mengemas dan
melindungi peralatan tersebut selama proses sterilisasi dengan tekanan dan suhu
tinggi di dalam alat autoklaf. Bahan pengemas yang sering dipakai antara lain:
kertas payung, kertas koran, rak tip, aluminium foil, dan plastik tebal, akan tetapi
bahan-bahan tersebut masih memiliki kelemahan. Penggunaan kertas
payung/koran sering meninggalkan bercak pada peralatan setelah disterilisasi di
dalam autoklaf. Penggunaan plastik tebal masih membutuhkan staples dan selotip
yang terkadang kurang rapat. Penggunaan alumunium foil mudah robek sedangkan
rak tip harganya relatif mahal (Istini, 2020).
Kontaminasi oleh bakteri dan jamur merupakan masalah yang sering
menyerang kultur jaringan tanaman. Sumber kontaminasi dapat berasal dari
peralatan yang terbuat dari kaca maupun plastik, media kultur, peralatan yang
digunakan untuk memindahkan eksplan ke media, bahan tanam yang dipakai, serta
ruang penanaman dan pertumbuhan eksplan. Persiapan dan pemeliharaan sistem
kultur jaringan memerlukan sterilisasi media kultur, wadah kultur, dan sterilisasi
permukaan benih atau jaringan tanaman yang dikultur, serta sterisilasi semua
peralatan yang digunakan untuk kegiatan kultur jaringan. Spora jamur atau sel
bakteri yang bersentuhan dengan media pertumbuhan akan mengontaminasi
eksplan secara cepat. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi perlu dilakukan
sterilisasi peralatan. Sterilisasi berguna untuk membunuh dan membersihkan
semua bentuk mikrobia hidup di peralatan dan bahan tanam yang digunakan
(Wulandari dkk., 2021).
Cara sterilisasi yang dipakai tergantung pada macam sifat atau bahan yang
akan disterilisasi (misalkan ketahanan terhadap panas, bentuk media: padat, cair
dan lain-lain). Di dalam pelaksanaan sterilisasi alat tidak dapat dipisahkan dengan
tahap-tahap sebelumnya, kebersihan alat yang paling utama yaitu pencucian dan
pembungkusan. Oleh karena itu pengambilan sampel, praktikum sterilisasi dan
7

pembuatan media ini perlu untuk dilakukan agar dapat mengetahui dan
mempelajari pertumbuhan mikrobiologi dengan mempelajari teknik sterilisasi dalam
kerja mikrobiologi serta fungsi media pertumbuhan mikrobiologi (Suprapti dkk.,
2020).

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami metode pengambilan sampel tanah yang tepat.
2. Mengetahui karakteristik tanah yang tidak dapat diamati langsung
dilapangan.
3. Mengenal berbagai jenis media pertumbuhan mikroba.
4. Mempelajari cara-cara pembuatan media pertumbuhan mikroba.
5. Mengenal berbagai fungsi media pertumbuhan mikroba.
6. Mengetahui dan mempelajari macam-macam Teknik sterilisasi dalam kerja
mikrobiologi.
1.2.2 Manfaat
Manfaat dari Pengambilan Sampel, Sterilisasi Serta Pembuatan Media PDA
secara Manual, antara lain :
1. Manfaat dari Pengambilan Sampel adalah mengetahui cara pengambilan
sampel khususnya sampel tanah secara tepat.
2. Manfaat dari Sterilisasi Alat adalah mampu mengetahui cara untuk
mencegah terjadinya kontaminasi pada media PDA manual, selain itu
sterilisasi yang dilakukan sebagai salah satu syarat berhasilnya praktikum
pembuatan media (PDA) yang dilakukan sebagai media tanam jamur.
3. Manfaat dari Pembuatan Media PDA secara (Manual) adalah Mengetahui
jenis-jenis media pertumbuhan mikroba serta fungsi dari media tersebut.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan Sampel

2.1.1 Tristaniopsis Merguensis


Tristaniopsis merguensis (Griff.) Peter G. Wilson & J. T. Waterh merupakan
salah satu anggota dari famili Myrtaceae. Pohon pelawan banyak tersebar di hutan-
hutan Kepulauan Bangka Belitung. Tanaman ini hidup di daerah gambut dan
banyak ditemukan di Indonesia salah satunya di Bangka Belitung. Pohon pelawan
merupakan inang bagi madu pelawan dan jamur pelawan yang memiliki banyak
manfaat dan bernilai jual tinggi. Jamur pelawan termasuk ke dalam genus
Heimioporus mengandung komponen antioksidan dan asam amino esensial. Madu
pelawan yang dihasilkan oleh Apis dorsata memiliki rasa pahit bercampur rasa
manis dipercaya sebagai obat batuk dan obat antidiabetes (Enggiwanto dkk.,
2018).
Genus Tristaniopsis mempunyai tinggi akan kandungan senyawa fenolik
dengan keunikan fenol terglikosilasi. Ekstrak dengan kandungan fenolik yang tinggi
sering dijadikan obat herbal. Tingginya kandungan fenolik pada genus Tristaniopsis
dan khasiat pada pohon pelawan Tristaniopsis merguensis yang banyak, membuat
peneliti tertarik untuk mengungkap kandungan fitokimia pada spesies Tristaniopsis
merguensis sehingga berpotensi dijadikan obat herbal (Enggiwanto dkk., 2018).

Gambar 2.1. Pelawan merah (Tristaniopsis merguensis)

Kedudukan daun berseling, jarang berhadapan. Permukaan daun kasar, tak


berambut. Bentuk daunnya obovatus atau oblanceolatus dengan pangkal tumpul
sampai meruncing ke arah tangkai daunnya. Tangkai daun bersayap. Panjang daun
antara 6-8 inci dan lebar 1,25- 2,25 inci. Bunga majemuk besar, padat, putih
dengan ibu tangkai bunga di ketiak daun (axilaris) dan berambut. Kelopak
9

berbentuk tabung menyatu dengan bagian lobus yang tajam, berambut. Petal 5
berlekatan. Benang sari banyak, berhadapan dengan petal, 5 kelompok. Ovari
tenggelam atau setengah tenggelam dengan 3 ruang. Buah kapsul dengan 3 lokus,
sebagian tertutup kelopak (Akbarini, 2016).
Sampai saat ini masih belum ada data yang akurat tentang
perkembangbiakan dan pertumbuhan pohon Pelawan. Masyarakat saat ini mulai
membudidayakan pohon Pelawan dari anakannya. Pohon Pelawan dimanfaatkan
oleh masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung sebagai kayu bakar karena
menghasilkan api yang bagus, panas lebih lama, dan abu sedikit. Selain itu, pohon
Pelawan mempunyai kayu yang sangat kuat sehingga dijadikan sebagai bahan
bangunan oleh masyarakat. Selain itu, pohon Pelawan merupakan tumbuhan yang
memegang peranan penting bagi masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung
sebagai sumber ekonomi. Keberadaan pohon ini akan memicu kemanfaatan yang
sangat berarti bagi perekonomian masyarakat. Pada sistem perakaran pohon
Pelawan akan tumbuh jamur Pelawan jika selesai hujan yang disertai petir. Jamur
Pelawan merupakan jamur termahal yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, bahkan mungkin di Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan, Penulis
mendapatkan informasi bahwa 1 kg jamur Pelawan bernilai 800 ribu rupiah, bahkan
jika sulit diperoleh dipasaran harganya mencapai 1,2 juta/kg. Hasil penelitian
Wardani pada tahun 2008, pohon Pelawan berpotensi sebagai bahan insektisida
dengan cara membakar pepagan pada malam hari sehingga asap yang dihasilkan
dapat mengusir hama padi di sawah (Akbarini, 2016).
2.1.2 Mikroba Tanah
Tanah yang terbentuk merupakan hasil kombinasi dari proses fisik, biologi
maupun kimia. Pada tanah baik didalam maupun di permukaan terdapat mikroba
yang berkembang biak secara beraneka ragam. Jenis mikroba tanah antara lain
dapat berupa bakteri, aktomisetes dan fungi. Adanya mikroba dalam tanah dapat
berperan sebagai penyubur tanah karena menghasilkan zat-zat nutrisi dalam tanah.
Selain itu mikroba juga berperan untuk menguraikan bahan-bahan organik dan
menghasilkan zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba sebagai hasil
metabolismenya (Banyak jasad renik yang diisolasi dari tanah ditemukan memiliki
kemampuan menghasilkan zat-zat antibiotik. Produksi antibiotika yang berasal dari
hasil metabolisme mikroba dilakukan secara fermentasi. Proses fermentasi ini
membutuhkan koloni mikroba sebagai stater dan media tertentu sebagai subtrat
(sumber nutrisi). Beberapa penelitian di Indonesia sudah membuktikan adanya
mikroba tertentu yang menghasilkan metabolit yang berpotensi sebagai antimikroba
(Puspadewi, 2020).
Mikroorganisme yang berada di permukaan maupun dalam tanah dapat
dijadikan sebagai koleksi untuk konservasi mikroba tanah. Salah satu tempat yang
menjadi habitat dari mikroba adalah kebun. Tanah kebun sangat berpotensi untuk
diambil dan digunakan sebagai bahan untuk mencari mikroba yang bermanfaat
(Puspadewi, 2020). Mikroba tanah adalah komponen utama biota tanah dan sangat
menentukan status kesuburan dan kesehatan tanah. Mikroba tanah dipelajari
dalam dalam kajian Mikrobiologi Tanah (Soil Microbiology) yaitu ilmu yang
10

mempelajari mikroorganisme tanah dan berbagai proses di dalamnya (Sutarman,


2019).
Banyak komponen biota tanah yang dipelajari dalam ilmu mikrobiologi tanah
yaitu meliput: bakteri, fungi, protozoa, serta mikroflora dan mikrofauna lainnya
dengan propagul mandiri terbesar memiliki ukuran di sekitar 10-4 m atau tidak lebih
dari 100 µm (milimikron). Dengan ukuran kurang dari 0,1 mm, maka sulit mata
manusia dapat melihat bentuk dan keberadaan jasad mikro ini. Propagul mandiri
dimaksud yaitu individu tunggal bisa dalam bentuk spora satu sel misalnya fungi
Aspergillus atau bentuk spora bersel banyak misalnya fungi Fusarium sp. bersel 3-
4; sementara itu untuk potongan hifa fungi (sebagai propagul mandiri) berukuran
diameter sekitar 2-4 µm. Penggunaan mikroskop sebagai alat bantu dapat
memperbesar ukuran obyek yang tampak di lensa okuler hingga 1.000 kali;
sementara itu bagi pemula untuk melihat jasad nematoda Meloidogyne betina
cukup dengan menggunakan lup pada perbesaran 10 kali. Struktur propagul
berukuran besar bisa dilihat dengan mata yaitu 2 terlihat seperti potongan benang
kain, namun kita tidak bisa melihat komponen penyusun sesungguhnya yang
merupakan miselium yang menyatu membentuk kumpulan atau agregat. Fungi
mikoriza Scleroderma columnare yang bersiombiosis dengan akar Pinus merkusii
akan tampak sebagai benang-benang putih di perakaran pinus sesungguhnya
merupakan untaian hifa eksternal yang tumbuh dari akar secara masif membentuk
kumpulan miselium di dalam tanah. Pada pertumbuhan simbiosis yang sempurna
pada tanaman pinus tingkat tiang hingga pohon sering kali menghasilkan struktur
seperti mushroom dan disebut tubuh buah (mengandung spora) yang muncul di
permukaan tanah sekitar perakaran pohon pinus (Sutarman, 2019).
Dari sekian banyak jenis mikrob tanah relatif elum terlalu banyak jeni-jenis
yang dikaji dan dikembangkan teknologi aplikasinya sebagai bioferilizer oleh para
ilmuwan. Dari dunia bakteri sudah dikenal beberapa jenis Rhizobum, Azotobacter,
Bacillus, Pseumonas dan banyak lainnya yang dimanfaatkan sebagai biofertilizer.
Sementara itu untuk dunia fungi setidaknya ada dua kelompok besar yaitu fungi
Trichoderma dan fungi mikoriza. Potensi spesies Trichoderma sebagai agent
biokontrol penyakit tanaman pertama kali ditemukan pada awal 1930an dan saat ini
lebih banyak dikenal dan diaplikasikan oleh petani dibandingkan dengan
pemanfaatannya sebagai biofertilezer. Fungi mikoriza adalah fungi yang mampu
bersimbiosis mutualistis dengan tumbuhan (terutama pada lahan kering). Fungi
mikoriza arbuskula berkontribusi 3 penting dalam menjaga kualitas dan
produktivitas tanaman sekaligus menjamin terpenuhinya daya dukung lahan bagi
pertanian berkelanjutan. Perannya membantu tanaman dalam penyerapan air dan
nutrisi dari sumbernya yang seringkali tidak terjangkau bulu-bulu akar, membuatnya
layak disebut sebagai agent bioferilizer (Sutarman, 2019).

2.2 Sterilisasi dan Pembuatan Media


2.2.1 Sterelisasi
Sterilisasi adalah proses penghilangan atau membunuh mikroorganisme
(protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) dalam benda/peralatan untuk menjaga
11

peralatan di laboratorium tetap bersih/steril, serta mencegah terjadinya


kontaminasi. Tujuan sterilisasi adalah menjaga kebersihan supaya peralatan
terbebas dari mikroorgaisme berbahaya sehingga terhindar dari kontaminasi.
Sreilisasi juga sebagai jaminan bahwa suatu produk sudah bersih, steril, dan aman
digunakan oleh konsumen. Sterilisasi menggunakan cara pemanasan basah
membunuh mikroorganisme dapat karena pemanasan basah dapat menyebabkan
denaturasi protein, termasuk enzim-enzim di dalam sel (Istini, 2020).
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik
yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen/ non patogen (tidak
menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak)
maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak,
tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat). Tidak semua mikroba
bisa berbahaya, misalnya mikroba yang terdapat di usus yang dapat membusukkan
sisa makanan yang tidak terserap oleh tubuh. Mikroba patogen seperti Salmonella
typhosu penyebab penyakit tifus, E. coli penyebab penyakit lambung. Sterilisasi
adalah suatu proses untuk membuat ruang/ benda menjadi steril. Sedangkan
sanitasi adalah suatu proses untuk membuat lingkungan menjadi sehat (Pati,
2015).
Cara sterilisasi yang dipakai tergantung pada macam sifat atau bahan yang
akan disterilisasi (misalkan ketahanan terhadap panas, bentuk media: padat, cair
dan lain-lain). Di dalam pelaksanaan sterilisasi alat tidak dapat dipisahkan dengan
tahap-tahap sebelumnya, kebersihan alat yang paling utama yaitu pencucian dan
pembungkusan (Suprapti dkk., 2020):
1. Sterilisasi dengan pemijaran adalah cara untuk mensterilkan alat dengan
nyala api yang menggunakan spiritus atau gas hingga memijar Biasanya
digunakan untuk alat yang tidak rusak oleh api seperti alat dari logam,
misalkan pinset, pisau, gunting, ose dan lain- lain.
2. Sterilisasi dengan udara panas dan kering merupakan sterilisasi dengan
udara panas/suhu yang tinggi, dimana terjadi dehidrasi sel pada
mikroorganisme yang dilanjutkan dengan proses oksidasi. Sterilisasi panas
kering menghasilkan kondisi yang steril, bebas virogen, dan bebas partikulat.
3. Sterilisasi dengan air mendidih adalah cara untuk mensterilkan alat yang
tidak rusak oleh panasnya air, misalkan gunting, pinset, pisau dll. Caranya
adalah dengan menggodok alat sampai 100°C (mendidih) selama minimal 15
menit.
4. Sterilisasi dengan uap air panas sterilisasi dengan uap panas tak bertekanan
atau dengan cara tindalisasi, yaitu sterilisasi yang digunakan untuk
mensterilkan bahan-bahan yang mengandung cairan atau perbenihan yang
tidak dapat disterilkan dengan autolaf (yang tidak tahan pada temperatur
tinggi dan kering), misalkan untuk media yang mengandung telur, untuk
sterilisasi protein dan sebagainya.
5. Sterilisasi dengan penyinaran adalah cara untu/k mensterilkan dengan
menggunakan cahaya dengan panjang gelombang pendek mempunyai daya
12

bunuh terhadap mikroorganisme secara ionisasi- radiasi, seperti cahaya ultra


violet/UV, sinar rontgen, sinar kosmos dll.
6. Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan alat ini terdiri atas bejana yang
tahan tekanan tinggi, yang dilengkapi dengan manometer, termometer, dan
klep pengaman. Sterilisasi dengan cara ini merupa sterilisasi yang paling
baik dari pada cara yang lain, karena adanya tekanan yang mempermudah
penetrasi uap ke dalam sel mikroorganisme. Bahan/alat yang disterilkan
adalah bahan/alat yang tidak rusak karena pemanasan dan tekanan tinggi,
dengan menggunakan uap air panas bertekanan antara 12 atm (± 15 lbs)
selama 150 menit dengan suhu 121°C. Cara ini dapat membunuh
mikroorganisme dan spora. Contoh: Autoklaf.
Sterilisator atau autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk
mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi
(121ºC, 15 lbf/in2) selama kurang lebih 15 menit. Suhu yang tinggi inilah yang akan
membunuh. Sistem kerjanya menggunakan system Gravity Displacement
Autoclave yaitu udara dalam ruang autoklaf dipindahkan hanya berdasarkan
gravitasi. Prinsipnya adalah memanfaatkan keringanan uap dibandingkan dengan
udara, sehingga udara terletak di bawah uap (Hermanto, 2017).

2.2.2 Media Pertumbuhan


Bentuk kehidupan mulai dari mikroba dalam siklus hidupnya membutuhkan
lingkungan media yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang optimal. Di
laboratorium mikrobiologi untuk menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat suatu
bakteri diperlukan suatu substansi yang sudah diatur komposisi nutrisinya, yang
disebut media. Media pertumbuhan kuman/ mikroorganisme adalah suatu bahan
yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembang biak. Komposisi nutrisi yang digunakan oleh organisme
untuk bertumbuh disebut medium kultur dan upaya untuk menumbuhkan organisme
disebut sebagai kultur. Media digunakan sebagai gold standard penegakan
diagnosa pasti suatu penyakit infeksi. Keterlambatan dalam penegakan diagnosa
penyakit infeksi dapat mengakibatkan peningkatan insiden kesakitan, bahkan
insiden kematian. Media kultur selain dapat dipergunakan sebagai gold standar
penegakan diagnosa pasti. juga dapat dipergunakan untuk isolasi. Pengujian sifat
fisiologis, dan perhitungan jumlah mikroorganisme (Atmanto dkk., 2022).
Tujuan utama dari membuat media kultur mikroorganisme adalah untuk
menyediakan keseimbangan campuran nutrient yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroorganisme yang baik. Media kultur lingkungan buatan yang
mensimulasi kondisi alami yang penting untuk pertumbuhan. Media kultur
digunakan sebagai gold standar penegakan diagnosa penyakit infeksi, juga dapat
dipergunakan untuk isolasi, pengujian sifat fisiologis, dan perhitungan jumlah
mikroorganisme. Karakteristik media yang ideal yaitu dapat menumbuhkan
mikroorganisme untuk inok lasi kecil. bahkan untuk sel tunggal. Karakteristik
lainnya yaitu dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan cepat. media kultur
mudah disiapkan, murah, mudah dibuat. dan dapat memperagakan karakteristik
yang kita minati. Media kultur harus mengandung bahan yang dibutuhkan
13

organisme dalam proporsi tertentu. Yang mendasar ada sumber energi, berbagai
makro dan mikronutrien, vitamin dan lain-lain juga harus memiliki pH yang cocok.
Terlebih lagi harus steril, maka organisme yang dikembangbiakkan dapat
membantu media murni (Atmanto dkk., 2022).
Cara membuat media tanam adalah dengan mencampur semua bahan,
kemudian ditambah air hingga kandungan airnya 60% dan dimasukan kedalam
media tanam, Sambil dilakukan pemadatan pada media. Sebelum digunakan
sebagai media tumbuh jamur tiram putih, dahulu harus melalui proses sterilisasi.
Proses ini sangat penting dilakukan guna menghindari kontaminasi atau tumbuhnya
jamur liar yang tidak diinginkan. Sterilisasi bertujuan untuk mencegah pertumbuhan
semua jasad hidup yang berada dalam baglog (yang terbawa bersama bahan
baku),yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam (Sp, 2017).
Untuk penyimpanan stok bahan media maupun media yang sudah jadi perlu
diperhatikan suhu ruangan atau lemari pendingin yang sesuai dengan petunjuk
suhu penyimpanannya. Kesalahan-kesalahan yang terjadi akibat proses
pembuatan media (Suprapti dkk., 2020):
1. Kualitas akuades yang jelek (keruh, kotor, berbusa, pH terlalu rendah).
2. Wadah yang tercemar.
3. Salah dalam penimbangan dan volume akuades.
4. Terlalu panas pada proses pembuatannya.
5. Terlalu lama disimpan pada suhu 50°C.
6. Ph tidak cocok.
7. Tidak sempurnanya cara melarutkan.
8. Kesalahan penyimpanan media, baik bahan baku maupun media setelah
jadi.
Akibat dari kesalahan pembuatan media (Supraptip, 2020):
1. Terjadi kekeruhan/pengendapan.
2. Warna terlalu gelap (terkadang media gosong).
3. Media agar terlalu lembek.
4. Pertumbuhan kuman terhambat.
2.2.3 PDA (Potato Dextrose Agar)
PDA (Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan
jamur di laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6)
sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang
netral dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C
(Cappucino, 2014)(Aini dan Rahayu, 2015). Media PDA instan dibuat oleh pabrik-
pabrik atau perusahaan tertentu sudah dalam bentuk sediaan siap pakai, namun
harganya mahal, higroskopis, dan hanya dapat diperoleh pada tempat tertentu.
Mahalnya harga media instant yang mencapai Rp 500.000,- hingga Rp 1.500.000,-
setiap 500 g serta melimpahnya sumber alam yang dapat digunakan sebagai media
pertumbuhan mikroorganisme mendorong para peneliti untuk menemukan media
alternatif dari bahan-bahan yang mudah didapat dan tidak memerlukan biaya yang
mahal dan sekaligus dapat mengurangi keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan
dalam penelitian. Bahan yang digunakan harus mengandung nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan seperti dari bahan yang kaya akan karbohidrat dan
protein (Wantini & Octavia, 2018).
14

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan salah satu media yang digunakan
untuk pertumbuhan jamur Aspergillus flavus. Media PDA dibuat pabrik dalam
bentuk sediaan siap pakai, harganya mahal, higroskopis, dan hanya diperoleh pada
tempat tertentu. Melimpahnya sumber alam seperti singkong (Manihot esculenta
Crantz), dapat digunakan sebagai media alternatif pertumbuhan mikroorganisme.
Dilakukan modifikasi media pertumbuhan jamur Aspergillus flavus menggunakan air
rebusan singkong sebagai komposisi utama pengganti karbohidrat dari kentang.
Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan jamur Aspergillus
flavus pada media PDA dan media alternatif dari singkong. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan cara menginokulasikan Aspergillus flavus
dengan metode single dot. Pengamatan dilakukan selama tujuh hari secara
makroskopis dengan mengukur diameter koloni jamur menggunakan jangka sorong
dalam satuan mm serta dilakukan uji penegasan secara mikroskopis. Hasil
penelitian menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan diameter koloni pada media
PDA adalah 30,911 mm dengan standar deviasi 15,335 mm, sedangkan untuk
media singkong rata-rata diameter koloninya adalah 34,592 mm dengan standar
deviasi 15,219 mm. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,690 > 0,05, artinya
bahwa tidak ada perbedaan antara rata-rata diamater koloni pertumbuhan
Aspergillus flavus pada media PDA dan media singkong. Dapat disimpulkan bahwa
media kentang merupakan media alternatif yang cukup optimal sebagai pengganti
media PDA instan (Wantini & Octavia, 2018).
Pertumbuhan jamur pada biji dapat diketahui dengan menggunakan medium
pertumbuhan berbahan kentang dan agar-agar yang biasa disebut Potatoes
Dextrose Agar (PDA). Medium PDA dapat dijadikan sebagai medium alternatif
karena bahannya mudah diperoleh, murah, dan menghemat biaya penelitian.
Medium PDA adalah bahan semi sintetik yang mengandung bahan alami yaitu
kentang serta bahan sintesis yaitu agar-agar dan dextrose (Wantini & Octavia,
2018).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu praktikum terbagi menjadi dua yakni antara praktikum pengambilan
sampel dan pembuatan media. Adapun pembagian waktu dari kedua praktikum ini
adalah sebagai berikut :
3.1.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel
Praktikum pengambilan sampel dilakukan pada hari sabtu, 2 Maret 2024
pukul 08.00 – selesai di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin Maros, Bengo-
Bengo.
3.1.2 Waktu dan Tempat Pengambilan Sampel
Praktikum Sterilisasi Alat dan Pembuatan Media PDA dilakukan pada hari
Sabtu, 9 Maret 2024 pukul 09.30 – selesai di Laboratorium Bioteknologi dan
Pemuliaan Pohon, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
15

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan terbagi menjadi dua yakni antara praktikum pengambilan
sampel dan pembuatan media. Adapun alat dan bahan dari kedua praktikum ini
adalah sebagai berikut :
3.2.1 Alat dan Bahan Pengambilan Sampel
Alat dan bahan pada praktikum ini antara lain:
1. Parang/linggis, untuk menggali tanah.
2. Tally sheet lapangan, untuk mencatat data lapangan dari pohon.
3. Mistar, untuk mengukur jarak pohon dan tanah yang akan di ambil.
4. Kertas label ukuran sedang, untuk menandai sampel.
5. Spidol, untuk menulis keterangan sampel.
6. Amplop coklat, sebagai wadah sampel.
7. Alkohol 70%, untuk sterilisasi alat.
8. Water one, untuk melarutan sampel.
9. Kontainer sampel, sebagai wadah sampel tanah.
10. Skop tanah, untuk menggali tanah.
11. Roll meter, untuk mengukur jarak pohon ke tanah yang akan di ambil dan
mengukur diamater pohon.
12. Aplikasi avenza, sebagai alat navigasi di jalan.
13. Trash bag, untuk menyimpan sampah saat pengambilan sampel.
14. Plastik sampel ukuran sedang, untuk meletakkan amplop.
15. Kamera/hp, untuk mendokumentasikan kegiatan.
16. Plastik wrapping, untuk membungkus kontainer sampel agar tidak
terkontaminasi.
17. Papan ujian, untuk alas menulis tally sheet.
18. Masker, untuk melindungi mulut dari mikroorganisme ataupun bahan kimia.
19. Latex, digunakan untuk melindungi tangan.
20. Alat tulis, sebagai alat untuk mencatat data lapangan.
21. Cooler box, untuk memastikan sampel tetap segar.
3.2.2 Alat dan Bahan Sterilisasi dan Pembuatan Media
Alat dan bahan pada praktikum ini antara lain:
1. Autoklaf,untuk mensterilkan bahan dengan panas basah.
2. Timbangan analitik, untuk menimbangi bahan.
3. Pembakar Bunsen, untuk wadah spritus.
4. Gelas ukur, untuk mengukur bahan yang akan digunakan.
5. Oven, untuk mensterilkan alat dengan panas kering.
6. Magnetic stirrer, untuk menghomogenkan bahan.
7. Cawan petri, menjadi wadah untuk media buatan.
8. Hot plate stirrer, untuk memanaskan dan membantu menghomogenkan
bahan.
9. Erlenmeyer, menjadi wadah untuk media buatan.
10. Laminary air flow, untuk mensterilkan alat dan bahan sebelum pengerjaan.
11. Box, untuk menyimpan cawan petri atau media.
12. PDA/ Kentang, menjadi media pertumbuhan jamur.
16

13. Aquades, untuk mensterilkan alat.


14. Sukrosa, untuk bahan campuran media.
15. Agar-agar, untuk memadatkan media.
16. Alkohol, untuk mensterilkan alat.
17. Aluminium foil, untuk menjadi wadah bahan ketika ditimbang dan
membungkus alat dan berisi bahan.
18. Bunsen, untuk sterilisasi dengan pemanasan.
19. Plastik Wrap, untuk membungkus cawan petri yang berisi media.
20. Novachlor, untuk membersihkan permukaan, alat, atau bahan.

3.3 Prosedur Kegiatan


Prosedur kegiatan praktikum terbagi menjadi dua yakni antara praktikum
pengambilan sampel dan pembuatan media. Adapun pembagian prosedur kegiatan
praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.3.1 Prosedur Kegiatan Pengambilan Sampel
Prosedur dalam praktikum pengambilan sampel, yaitu:
1. Pilihlah pohon yang memiliki diameter > 20 cm dam memiliki jarak
berdekatan dari pohon sekitarnya.
2. Bersihkan permukaan tanah dari rerumputan, sampah kerikil maupun batu,
bahan organic segar/serasah yang mengganggu.
3. Gali tanah di sekitar akar tanaman yang masih berada dalam tajuk) dengan
kedalaman lubang tanah berkisar 20 cm di 4 sisi pohon (utara, selatan, barat,
dan timur) seperti pada gambar di bawah.
4. Sebelum mengambil sampel tanah dibawah tegakan siramlah terlebih dahulu
skop tanah dan latex dengan menggunakan water one dan alkohol, juga
memakai masker untuk menjaga kondisi sampel tanah tetap dalam keadaan
steril.
5. Sampel tanah kemudian dimasukkan ke dalam container sampel lalu di
wrapping.
6. Masukkan juga beberapa sampel tanah pada amplop coklat yang kemudian
di masukkan lagi dalam plastic sampel sebagai cadangan untuk sampel
tanah.
7. Beri keterangan informasi pada kertas label yang berisi tanggal praktikum
pengambilan sampel, arah pohon, dan jenis pohon.
8. Terakhir masukkan kontainer sampel, plastik sampel yang berisi sampel
tanah kedalam cooler box.
9. Catatlah juga ketinggian lokasi, diameter pohon, tinggi pohon, dan titik
koordinat lokasi pada tally sheet
3.3.2 Prosedur Kegiatan Sterelisasi dan Pembuatan Media
Prosedur dalam praktikum sterilisasi alat ini, yaitu :
1. Siapkan semua alat yang akan digunakan pada saat kerja.
2. Cuci alat yang akan digunakan menggunakan sabun cuci piring
3. Tiriskan alat kemudian keringkan menggunakan tissue
17

4. Bungkus semua alat (yang terbuat dari gelas kaca dan yang tahan terhadap
pemanasan) menggunakan kertas bekas.
5. Masukan semua alat yang sudah terbungkus rapat ke dalam oven
6. Nyalakan oven dan lakukan proses sterilisasi (dengan suhu 150ºC, selama 2
jam).
7. Keluarkan semua alat dan letakkan di tempat yang bersih
8. Tidak membuka pembungkus jika alat tersebut belum akan digunakan
(bungkus dibuka hanya apabila alat tersebut akan digunakan. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi
terhadap alat-alat yang sudah steril).
Prosedur dalam praktikum pembuatan media ini, adalah:
1. Cuci cawan, bungkus cawan petri dengan kertas bekas kemudian oven
dengan suhu 1500C selama 2 jam
2. Masukkan cawan yang telah di oven di laminary air flow untuk diberikan UV
3. Cuci kentang dan kupas hinggah bersih lalu potong menjadi bangian yang
kecil-kecil
4. Timbang Potato Dextrose Agar (PDA) (100 gram) atau kentang yang telah di
potong kecil-kecil, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer.
5. Tambahkan 500 ml aquades
6. Masukkan kedalam oven selama 20 menit (di bagi menjadi 4 sesi dengan 5
menit per sesinya, 5 menit ketiga Erlenmeyer di keluarkan dan kentang di
haluskan lalu dimasukkan kembali kedalam Erlenmeyer sambil
mengaduknya, kemudian masukkan lagi kedalam oven selama 5 menit)
7. Keluarkan Erlenmeyer dari oven
8. Timbang Sukrosa (10 gram), dan agar-agar (8,9 gram) dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer, lalu tutup menggunakan aluminium foil
9. Panaskan Erlenmeyer di atas hot plate hingga mendidih sambil diaduk
dengan magnet stirer sampai homogen. Lalu tutup dengan aluminium foil.
10. Panaskan Erlenmeyer dalam autoklaf untuk disterilkan pada suhu 121ºC
dengan tekanan 2 atm selama 15 menit
11. Keluarkan Erlenmeyer dari autoklaf, tuang media PDA pada cawan petri.
12. Bungkus cawan petri dengan menggunakan plastik wrap,lalu simpan dalam
box.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengambilan Sampel
Tabel 1. Data lingkungan pohon Tristaniopsis Merguensis
No. Sampel Diameter Ttot Tbc
1. Pohon TM 1 22 cm 26˚ 102 cm
2. Pohon TM 2 19 cm 18˚ 124 cm
3. Pohon TM 3 16 cm 21˚ 47 cm
18

Gambar 4.1 Sampel tanah


Hasil yang didapatkan pada sampel pohon TM 1 dengan diameter 22 cm
tinggi total 26˚ dan tinggi bebas cabang 102 cm. Pada sampel pohon TM 2 dengan
diameter 19 cm, tinggi total 18˚ dan tinggi bebas cabang 124 cm. Pada sampel
pohon TM 3 dengan diameter 16 cm, tinggi total 21˚ dan tinggi bebas cabang 47
cm. Dari ketiga sampel pohon diperoleh 12 kontainer sampel tanah yang berada
dibwah tajuk berbagai arah mata angin (ilmu barat selatan dan utara).
4.1.2 Sterilisasi dan Pembuatan Media
Hasil dari praktikum sterilisasi alat dan pembuatan media PDA adalah
sebagai berikut:

Gambar 4.2 Sterilisasi panas kering dengan menggunakan oven


19

Gambar 4.3 Sterilisasi panas basah dengan menggunakan autoklaf

Gambar 4.4 Media Potato Dextrose Agar (Manual)

Sterilkan 15 cawan petri dalam oven bersuhu 150º C selama 2 jam. Setelah
alat disterilkan, media disiapkan dan dipanaskan dalam autoklaf selama 2 jam pada
suhu 121°C dan tekanan 2 atm. Hasil yang diperoleh adalah media Potato
Dextrose Agar (PDA) sebanyak 400 ml cukup untuk mengisi 15 cawan petri yang
telah disterilkan.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengambilan Sampel
Praktikum pengambilan sampel dilakukan untuk mengetahui dan
mempelajari keadaan tana yang ada di bawah tajuk dan smpel pohon Tristaniopsis
Merguensis. sampel tanah standa di ambil dari tiga pohon yang berbeda di Hutan
Pendidikan, Universitas Hasanuddin. Sampel tanah yang diambil adalah contoh
tanah terganggu (disturbed soil sample) pada kedalaman 0-20 cm. Sampel diambil
dalam keadaan steril dan langsung dimasukkan ke dalam box pendingin agar kadar
air dan mikroorganisme didalamnya tetap terjaga kondisinya. Kemudian bekteri
rhizosfer ajan diisolasi dan di identifikasi di Laboratorium Bioteknologi dan
Pemuliaan Pohon, Fakultas Kehutanan Universita Hasanuddin, Makassar.
Bakteri rizosfer memiliki berbagai peran seperti menyediakan nutrisi bagi
tanaman, melindungi tanaman dari infeksi bakteri patogen (terutama di daerah
perakaran) menghasilkan hormon pertumbuhan, seperti indol acetic acid, pelarut
fosfat, pengikat nitrogen, dan lain-lain. Selain itu, bakteri rizosfer dapat
20

memengaruhi ketersediaan dan siklus nutrisi tanaman dengan menjaga kestabilan


tekstur tanah. Dengan berbagai kemampuan dan peran tersebut, bakteri rizosfer
tanaman sawit di Provinsi Jambi perlu dieksplorasi, agar kelompok bakteri rizosfer
yang diketahui dapat dimanfaatkan secara optimal (Khairani dkk., 2019).
4.2.2 Sterilisasi dan Pembuatan Media
Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik
yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen/ non patogen (tidak
menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak)
maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak,
tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat). Bentuk kehidupan mulai
dari mikroba/ mikroorganisme dalam siklus hidupnya membutuhkan lingkungan
media yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang optimal (Pati, 2015).
Sterilisasi dengan udara panas dan kering merupakan sterilisasi dengan
udara panas/suhu yang tinggi, dimana terjadi dehidrasi sel pada mikroorganisme
yang dilanjutkan dengan proses oksidasi. Sterilisasi panas kering menghasilkan
kondisi yang steril, bebas virogen, dan bebas partikulat. Sterilisasi dengan ini
merupa sterilisasi paling baik dari pada cara yang lain, karena adanya tekanan
yang mempermudah penetrasi uap ke dalam sel mikroorganisme. Bahan/alat yang
disterilkan bahan/alat yang tidak rusak karena pemanasan dan tekanan tinggi,
dengan menggunakan uap air panas bertekanan antara 12 atm (± 15 lbs) selama
1520 menit dengan suhu 121°C. Cara ini dapat membunuh mikroorganisme dan
spora, contohnya autoklaf. Media buatan ini akan menjadi tempat isolasi untuk
mikroba yang diambil dari sampel pohon Girang (Suprapti dkk, 2020).
Pelawan atau pelawan merah (Tristaniopsis Merguensis) adalah semak
besar dalam keluarga Myrtaciae yang dapat tumbuh hingga 5 m (16 ft) tinggi. Pada
praktikum sterilisasi dan pembuatan media PDA ini diperoleh jumlah media yaitu 15
cawan. Sebelumnya dilakukan sterilisasi cawan petri menggunakan oven dengan
suhu 150°C selama 2 jam. Lalu masukkan cawan yang telah dioven dalam laminary
air flow untuk diberikan UV. Media Potato Dextrose Agar (PDA) digunakan 100
gram yang telah dipotong kecil kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer. Pada
praktikum ini juga digunakan sukrosa dengan jumlah 10 gram dan agar-agar 8,9
gram. Setelah memanaskan semua bahan untuk pembuatan media pada autoklaf,
tuang media PDA pada cawan petri dan bungkus menggunakan plastik wrap, lalu
menyimpan media pada box.
21

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan mengenai praktikum sterilisasi dan media tanam yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Metode pengambilan sampel tanah yang tepat dilakukan sesuai dengan
prosedur praktikum dan dalam kondisi aseptik.
2. Karakteristik tanah yang tidak dapat diamati langsung dilapangan, tanah
dalam berbagai tempat memiliki banyak perbedaan dengan tempat lainnya
maka kita perlu melakukan praktikum praktikum sampel tanah dan
pembuatan media sehingga dapat lebih memahami keadaan tanah pada
suatu tempat yang dapat dijadikan sebagai lahan yang baik untuk
pertumbuhan tanaman.
3. Media pertumbuhan mikroba yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar
(PDA), memberikan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan studi
mikroorganisme.
4. Mempelajari cara pembuatan media pertumbuhan mikroba melibatkan
pemahaman yang mendalam tentang komposisi media, teknik sterilisasi, dan
praktik kebersihan yang baik.
5. Media pertumbuhan mikroba memiliki fungsi untuk menumbuhkan
mikroorganisme.
6. Teknik sterilisasi adalah proses kunci dalam kerja mikrobiologi, terdapat
sterilisasi menggunakan autoklaf (sterilisasi basah) dan sterilisasi
nenggunakan oven (sterilisasi kering).

5.2 Saran
5.1.1 Saran untuk Laboratorium
Saran saya untuk laboratorium adalah agar tetap menjaga kebersihan dan
semoga kedepannya laboratorium sudah tidak padat praktikan lagi.
5.1.2 Saran untuk Asisten
Saran saya untuk kakak agar mempertahankan sifat dan cara
menjelaskannya dengan baik saat melaksanakan praktikum.
22

DAFTAR PUSTAKA
Aini, N., & Rahayu, T. (2015). Media alternatif untuk pertumbuhan jamur
menggunakan sumber karbohidrat yang berbeda. Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah : Surakarta.
Akbarini, D. (2016). Pohon Pelawan (Tristaniopsis Merguensis): Spesies Kunci
Keberlanjutan Hutan Taman Keanekaragaman Hayati Namang–Bangka
Tengah. Al-Kauniyah, 9(1), 66-73.
Atmanto, Y. K. A. A., Asri, L. A., & Kadir, N. A. (2022). Media Pertumbuhan
Kuman. Jurnal Medika Hutama, 4(01 Oktober), 3069-3075.
Enggiwanto, S., Istiqomah, F., Daniati, K., Roanisca, O., & Mahardika, R. G. (2018).
Ekstraksi daun pelawan (Tristaniopsis merguensis) sebagai antioksidan
menggunakan Microwave Assisted Extraction (MAE). Indonesian journal
of pure and Applied Chemistry, 1(2), 50-55.
Hermanto, S. P. (2017). Modifikasi Steam Boiler pada Alat Sterilisasi untuk Minimasi
Kontaminan Mikroba Media Tumbuh Jamur (Baglog). Indonesian Journal
of Industrial Research, 12(2), 131-138.
Hermanto, S. P. (2017). Modifikasi Steam Boiler pada Alat Sterilisasi untuk Minimasi
Kontaminan Mikroba Media Tumbuh Jamur (Baglog). Indonesian Journal
of Industrial Research, 12(2), 131-138.
Irawati, A. F. C., Mutaqin, K. H., Suhartono, M. T., Sastro, Y., Sulastri, N., & Widodo,
N. (2017). Eksplorasi dan pengaruh cendawan endofit yang berasal dari
akar tanaman cabai terhadap pertumbuhan benih cabai merah. Jurnal
Hortikultura, 27(1), 105.
Istini, I. (2020). Pemanfaatan plastik polipropilen standing pouch sebagai salah satu
kemasan sterilisasi peralatan laboratorium. Indonesian Journal of
Laboratory, 2(3), 41-46.
Khairani, K., Aini, F., & Riany, H. (2019). Karakterisasi dan identifikasi bakteri
rizosfer tanaman sawit jambi. Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 12(2), 198-206.
Pati, T. M. (2015). Ilmu Resep Teori Jilid I. Deepublish.
Puspadewi, R., Anugrah, R., Abdulbasith, A., & Yunita, I. (2019). Isolasi
Mikrobatanah Yang Berpotensi Menghasilkan Antimikroba. Jurnal Ilmiah
Manuntung, 6(1), 49-56.
Suprapti, L., Heruwati, A., Sukesi, A. D. B., Setiyono, H., Indahwati, T., &
Handayani, W. (2020). Pedoman Pembuatan Media Dan Reagensia
Racik. Deepublish.
Suprapti, L., Heruwati, A., Sukesi, A. D. B., Setiyono, H., Indahwati, T., &
Handayani, W. (2020). Pedoman Pembuatan Media dan Reagensia
Racik. Deepublish.
Sutarman, S. (2016). BIOFERTILIZER FUNGI: Trichoderma dan Mikoriza. UMSIDA
Press : Sidoarjo.
Wantini, S., & Octavia, A. (2018). Perbandingan pertumbuhan jamur Aspergillus
flavus pada media PDA (potato dextrose agar) dan media alternatif dari
singkong (Manihot esculenta Crantz). Jurnal Analis Kesehatan, 6(2), 625-
631.
23

Wulandari, S., Nisa, Y. S., Taryono, T., Indarti, S., & Sayekti, R. S. (2021). Sterilisasi
peralatan dan media kultur jaringan. Agrotechnology Innovation
(Agrinova), 4(2), 16-19.
24

LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi kegiatan

Lampiran 1. Sterilisasi alat Lampiran 2. Proses


menggunakan oven pemotongan kentang

Lampiran 3. Menimbang bahan Lampiran 4. Memasukkan


yang akan digunakan media pada cawan

Lampiran 5. Membungkus cawan


menggunakan platik wrap
25

lampiran 2. Sampul Buku dan Jurnal

Anda mungkin juga menyukai