Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL HERBA KANCING


UNGU (Borreria laevis) TERHADAP PENURUNAN KADAR
ASAM URAT DARAH MENCIT
(Mus muscullus)

YULIN ANASTASYA FABIOLA PONTENGI


F201801069

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL

Proposal penelitian ini telah kami setujui untuk diajukan pada seminar proposal

penelitian Program Studi Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala

Waluya, dalam rangka penyempurnaan penulisan.

Kendari, April 2022

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Lodes Hadju, SKM., M.Kes apt. Fatma Sari Siharis, S.Farm., M.Si
NIDN : 09 1705 8303 NIDN : 03 1204 8703

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

apt. Wa Ode Yuliastri, S.Farm., M.Si


NIDN : 09-2007-8202

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan proposal

penelitian yang berjudul “UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL HERBA KANCING

UNGU (Borreria laevis) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH

MENCIT (Mus muscullus)” guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

pendidikan pada Program Studi Farmasi di Universitas Mandala Waluya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Penyusunan Proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun

untuk meningkatkan mutu dari Penulisan ini sangat Penulis harapkan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menghanturkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Lodes Hadju SKM., M.Kes selaku Pembimbing I dan

kepada Ibu apt. Fatma Sari Siharis, S.Farm., M.Si selaku Pembimbing II atas semua

waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing, mengarahkan,

memberi saran maupun kritik sehingga hasil penelitian ini menjadi lebih baik.

Tak lupa pula penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Tasman SKM.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari

2. Ibu Dr. Ratna Umi Nurlila, S.Si. M.Sc selaku Rektor Universitas Mandala Waluya

3. Bapak Laode Hadju SKM., M.Kes selaku wakil rektor Bidang Akademik, Ibu Wa

Ode Nova Noviyanti SKM., M.Kes selaku wakil rektor Bidang Non Akademik,

Toto Surianto S, SKM., MH.Kes selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswan

Universitas Mandala Waluya

4. Bapak La Djabo Buton, SKM.,M.Kes selaku Ketua Lembaga (LPPM, LPM)

Universitas Mandala Waluya

iii
5. Ibu apt. Wa Ode Yuliastri, S.Farm., M.Si selaku Ketua Prodi Farmasi Fakultas

Sains Dan Teknologi Universitas Mandala Waluya

6. Para Tim Penguji masing-masing : Ibu Risky Juliansyah S.Farm.,M.Si selaku

Penguji I, Ibu apt. Silviana Hasanudin S.Farm., M.Farm selaku penguji II dan

Bapak apt. Bai Athur Ridwan S.Farm., M.Pharm,Sci selaku penguji III.

7. Seluruh dosen dan staf/karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah banyak

membantu Penulis semasa pendidikan.

8. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta

motivasi.

9. Seluruh teman – teman khususnya Program Studi Farmasi yang telah memberikan

bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya proposal ini.

Demikian proposal ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama

Penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Mandala Waluya

Kendari, April 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL ................................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................... vi
DAFTAR TEBEL.......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................................... 3
C. Tujuan penelitian................................................................................................ 3
D. Manfaat penelitian.............................................................................................. 4
E. Kebaruan penelitian............................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Variabel Terikat..................................................................... 6
B. Tinjauan Umum Variabel Bebas...................................................................... 9
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pikir Penelitian......................................................................................... 18
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian.................................................................... 18
C. Variabel Penelitian.............................................................................................. 19
D. Definisi Operasional & Kriteria Objektif........................................................... 19
E. Hipotesis Penelitian............................................................................................ 20
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian................................................................................. 22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................................. 22
C. Populasi dan Sampel........................................................................................... 22
D. Alat dan Bahan.................................................................................................... 23
E. Prosedur Kerja.................................................................................................... 27
F. Analisis Data....................................................................................................... 27
G. Etika Penelitian................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kancing ungu (Borreria laevis)................................................................... 10


Gambar 2. Mencit (Mus musculus)............................................................................... 13

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian terkait dalam 5 tahun terakhir......................................................... 5


Tabel 2. Sifat Fisiologis Mencit .................................................................................... 14

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam urat adalah penyakit sendi yang terjadi akibat kadar asam urat yang

terjadi diatas normal atau bisa juga disebut dengan hiperurisemia. Asam urat

merupakan produk akhir dari metabolisme purin. Tingginya kadar asam urat dalam

tubuh dapat menyebabkan penyumbatan aliran darah karena penumpukan kristal

(Lingga, 2012).

Skala internasional berdasarkan survei WHO, Indonesia merupakan negara

terbesar ke 4 didunia yang penduduknya menderita asam urat. Prevalensi penyakit

asam urat diindonesia diperkirakan 1,6-13,6/100.000 orang yang terjadi pada usia

dibawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34 tahun sebesar 68%, prevalensi ini

meningkat seiring dengan meningkatnya umur (WHO, 2011). Gangguan asam urat

dapat dilakukan dengan pengobatan asam urat dimana pengobatannya yakni untuk

meringankan gejala asam urat. Pengobatan asam urat yang bisa diterapkan untuk

meringankan gejala asam urat, yaitu dengan cara mengonsumsi obat pereda sakit dan

mencegah peningkatan kadar asam urat. Seperti obat-obat sintetis dan obat-obat herbal

(Lingga, 2012).

Penggunaan obat tradisional dalam upaya mempertahankan kesehatan

masyarakat telah lama kita ketahui. Bahkan sampai saat ini 80% penduduk dunia masih

menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional. Sebagian dari obat-obat modern

yang beredar didunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari

tanaman. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sediaan cairan (galenik) atau campuran dari bahan

1
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat

diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat (BPOM, 2014).

Tumbuhan rumput kancing ungu merupakan jenis herba, tubular dan memiliki

polimorfisme dalam kaitannya dengan ukuran mereka. Tumbuhan ini merupakan

tumbuhan semusim (annual) dan termasuk tumbuhan liar (Plasta, 2007).

Penelitian mengenai herba kancing ungu (Borreria laevis) sebagai penurun

kadar asam urat belum peneliti temukan, namun terdapat penelitian yang diteliti oleh

Dewajanti (2019) mengenai aktivitas penurun kadar asam urat pada famili Rubiaceae

yang terdapat pada tanaman biji kopi. Kandungan senyawa polifenol pada biji kopi

dalam bentuk chlorogenic acid mampu menghambat aktivitas xantin oksidase sehingga

dapat menurunkan kadar asam urat pada penderita asam urat pada dosis 400 mg/gBB,

800 mg/gBB dan 1600mg/gBB.

Menurut penelitian yang diteliti oleh Indah (2019) menggunakan Rumput

Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) dengan famili Rubiaceae telah terbukti

bahwa flavonoid yang diujikan dapat menghambat aktivitas kerja enzim xantin

oksidase yang dapat berpengaruh dalam menurunkan kadar asam urat dengan

konsentrasi dosis 2,5 mg, 5 mg dan 7,5 mg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrawati (2021) melakukan

penelitian daun kancing ungu (Borerria laevis). Peneliti menguji skrining fitokimia,

dimana adanya kandungan fitokimia yang terdapat pada tanaman kancing ungu. Hasil

penelitian dari pengujian skrining fitokimia yang dilakukan, peneliti menemukan hasil

positif adanya senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, quimun, dan steroid.

Menurut Van Hoorn melaporkan bahwa penghambatan kerja enzim oksidase

diduga berhubungan dengan gugus hidroksil yang terdapat pada senyawa flavonoid,

2
dimana setidaknya ada satu gugus fungsi hidroksil untuk dapat melakukan

penghambatan terhadap kerja enzim xantin oksidase.

Berdasarkan lebih yang telah dipaparkan, terkait belum ada penelitian yang

meneliti adanya aktivitas kadar asam urat pada tanaman kancing ungu, oleh sebab itu

peneliti menyimpulkan bahwa perlu dilakukannya penelitian tentang Uji Aktivitas

Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis) Terhadap Penurunan Kadar

Asam Urat Darah Mencit (Mus musculus). Hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi dan referensi untuk mendapatkan kandidat obat baru dari herba

kancing ungu (Borreria laevis) sebagai penurun kadar asam urat dan penelitian

selanjutnya bisa meneliti adanya senyawa kandidat obat baru.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis) mempunyai aktivitas

terhadap penurunan kadar asam urat pada darah mencit (Mus musculus)?

2. Bagaimana aktivitas asam urat jika dibandingkan dengan penginduksi dan ektrak

dari herba kancing ungu (Borreria laevis) ?

3. Berapakah dosis yang efektif untuk menurunkan kadar asam urat pada darah mencit

(Mus muscullus) ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria

laevis) terhadap penurunan kadar asam urat pada darah mencit (Mus

muscullus)

3
2. Tujuan khusus

1. Mengamati apakah ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis)

mempunyai aktivitas terhadap penurunan kadar asam urat pada darah mencit

(Mus muscullus)

2. Mengamati aktivitas asam urat jika dibandingkan dengan penginduksi dan

ektrak dari herba kancing ungu (Borreria laevis)

3. Menentukan nilai dosis ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis)

yang efektif untuk menurunkan kadar asam urat pada darah mencit (Mus

muscullus)

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis manfaat penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan,

wawasan, dan referensi terkait dengan kandungan senyawa yang terkandung dalam

ekstrak etanol daun kancing ungu (Borreria laevis) untuk penurunan kadar asam

urat.

2. Institusi

Dapat mewujudkan peran Universitas Mandala Waluya Kendari dalam

mengkaji permasalahan yang terjadi di masyarakat terkait tanaman obat lokal.

3. Praktis

Secara praktis manfaat penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam

pengujian terkait dengan adanya aktivitas yang terdapat dalam ekstrak etanol daun

kancing ungu (Borreria laevis) terhadap penurunan kadar asam urat.

4
4. Peneliti

Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan keahlian dalam pengujian

uji aktivitas ekstrak etanol herba kancing ungu (Borerria laevis) terhadap

penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus muscullus)

E. Kebaruan Penelitian

Berdasarkan kajian literatur, penelitian tentang Uji Aktivitas Ekstrak Etanol

Herba Kancing Ungu (Borreria laevis) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah

Mencit (Mus musculus) ini belum pernah di temukan sebelumnya oleh peneliti.

Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :

Tabel 1. Penelitian terkait dalam 5 tahun terakhir.


No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1 Hasmeidar Penetapan kadar Sampel Pengujian dan
(2020) flavanoid total (kancing ungu metode
ekstrak etanol Borreria laevis)
herba kancing
ungu (Borreria
laevis Lamk.)
2 Hendrawati Uji Aktivitas Sampel Peneliti
(2021) Antidiare Ekstrak (kancing ungu sebelumnya
Etanol Daun Borreria laevis) melakukan uji
Kancing Ungu aktivitas antidiare
(Borreria laevis)
Pada Mencit
(Mus-musculus)
3 Sidarima Skrining fitokimia Sampel Menggunakkan
(2020) dan penentuan (kancing ungu pelarut etanol
kadar polifenol Borreria laevis) 70%
total, flavonoid,
total dan tanin
total herba
kancing ungu
(Borreria laevis
Lamk).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variabel Terikat

1. Tinjauan umum asam urat

Menurut DEPKES RI (2003) asam urat adalah bagian dari metabolisme

purin, namun jika tidak berlangsung secara normal maka akan terjadi proses

penumpukan kristal pada persendian yang bisa mengakibatkan rasa sakit. Purin

adalah zat alami yang merupakan salah satu struktur kimia pembentuk DNA dan

RNA (Apriyanti, 2013).

Kadar asam urat normal pada laki-laki dan perempuan berbeda. Perempuan

mempunyai kadar asam urat normal berkisar 2,6 – 6 mg/dl, sedangkan kadar asam

urat normal pada laki-laki yaitu 3,5 – 7 mg/dl (Dhalimarta S, 2008). Asam urat jika

dibiarkan dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Asam urat terjadi akibat

peningkatan produksi asam urat atau penurunan ekskresi ataupun biasanya

disebabkan oleh diet tinggi purin (eksogen) yang berlebihan. Asam urat yang

berlebihan tidak akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka

akan terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut sebagai

hiperurisemia. Faktor yang menyebabkan penyakit asam urat yaitu faktor pola

makan, faktor kegemukan, faktor usia, dan lain-lain (Ahmad, 2011).

2. Etiologi

Penyebab asam urat adalah metabolisme tubuh yang tidak sempurna.

Penyebab asam urat bisa juga dari kegagalan ginjal yang dikeluarkan melalui air

seni. Sekitar 80-85 % asam urat diproduksi oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal

dari makanan, dimana penyebabnya juga dapat terjadi faktor dari luar yaitu

makanan yang tinggi purin sedangkan faktor dari dalam dikarenakan terjadinya

6
proses penyimpanan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia,

dimana usia lebih dari 40 tahun atau manula lebih beresiko besar terkena asam urat

(Nabyluro’y, 2011).

3. Metabolisme pembentukan asam urat

Pembentukan asam urat dalam tubuh dihasilkan dari hasil akhir

metabolisme purin. Metabolisme purin menjadi asam urat terjadi pada saat DNA

dan RNA menjadi Adenosine dan Guanosin menjadi asam urat.

Proses tersebut terjadi secara terus-menerus didalam tubuh. Sebagian besar

sel tubuh selalu diproduksi dan digantikkan, terutama dalam darah. Adenosine yang

terbentuk kemudian dimetabolisme menjadi hipoksantin. Hipoksantin kemudian

dimetabolisme menjadi xanthine. Sedangkan Guanosin dimetabolisme menjadi

xantin. Kemudian xanthine dari hasil metabolisme hiposantin dan Guanosin

dimetabolisme dengan bantuan enzim xanthine oxidase menjadi asam urat.

Keberadaan enzim xanthine oxidase menjadi sangat penting dalam metabolisme

purin, karena mengubah hipoksantin menjadi xanthine, dan kemudian xanthine

menjadi asam urat.

4. Peran enzim xantin oksidase

Enzim xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam metabolisme

purin yang berasal dari dalam tubuh (asam nukleat) dan dari luar tubuh (makanan

dan minuman yang mengandung purin). Pada proses pembentukan asam urat,

xantin oksidase memiliki peranan penting yaitu mengkatalisis berturut-turut

hipoxantin menjadi xantin kemudian menjadi asam urat, jika kadar purin dalam

tubuh meningkat akan memicu kerja enzim xantin dalam membentuk asam urat

(Haidari, 2009).

7
5. Tanda dan gejala

Penyakit asam urat merupakan kondisi yang bisa menyebabkan gejala nyeri

yang tak tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas diarea persendian.

Semua sendi ditubuh beresiko terkena asam urat, tetapi sendi yang paling sering

terserang adalah jari tangan, lutut, pergelangan kaki dan jari kaki (Iskandar, 2012).

Menurut Dianati (2015) Tanda asam urat adalah sebagai berikut:

a. Akut Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung

cepat, lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki. Ada kalanya serangan nyeri di

sertai kelelahan, sakit kepala dan demam.

b. Interkritikal Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi

periode interkritikal asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-

tanda radang akut.

c. Kronis Pada gout kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat) dalam

jaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.

6. Penggolongan obat asam urat

1. Allopurinol

Allupurinol adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat

di dalam darah. Obat allopurinol mempunyai struktur yang menyerupai bentuk

alami purin, yaitu hypoxanthine. Allopurinol bekerja menurunkan kadar asam

urat dalam darah dengan cara menghambat kerja enzim xantin oksidase, yaitu

enzim berperan dalam pembentukan asam urat, sehingga pembentukan asam

urat terhambat.

2. Dexamethasone

Dexamethasone adalah obat yang tergolong dalam kelompok obat yang

disebut steroid. Dalam kondisi tertentu, peradangan (inflamasi) dapat

8
menyebabkan sistem imun tubuh menjadi terlalu aktif. Jika terus terjadi hal ini

dapat merusak jaringan-jaringan tubuh. Disinilah obat steroid seperti

dexamethasone berguna untuk membantu menghambat respon sistem imun

tubuh terhadap peradangan sehingga membantu mencegah kerusakan jaringan.

Salah satunya obat ini dapat digunakan untuk mengatasi masalah radang pada

penderita asam urat.

3. Meloxicam

Meloxicam adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid. Obat ini

umumnya digunakan untuk meredakan gejala-gejala arthritis dan asam urat,

misalnya peradangan, pembengkakan, serta kaku dan nyeri otot. Obat ini

digunakan pada kondisi Gout yang bersifat akut.

7. Kalium oksonat

Kalium oksonat merupakan salah satu penginduksi hiperurisemia pada

hewan pengerat, dan biasanya diberikan dengan cara injeksi intraperitonial. Kalium

oksonat bekerja dengan cara menghambat enzim urikase. Enzim tersebut dapat

mengurai asam urat menjadi allantoin yang dapat larut dalam air. Hambatan pada

kerja urikase menyebabkan asam urat lebih mudah terakumulasi dalam tubuh.

Proses membuat hiperurisemia dengan kalium oksonat juga sangat cepat. Dalam

waktu kurang lebih dari 2 jam, kadar maksimal asam urat dalam darah telah

tercapai (Watanabe, 2007).

B. Tinjauan Umum Variabel Bebas

1. Tinjauan umum tanaman kancing ungu (Borreria laevis)

Tanaman kancing ungu (Borreria laevis) digunakan juga dalam mengobati

berbagai macam penyakit. Bunga kancing ungu kaya akan antioksidan (anti radikal

9
bebas), vitamin A, E dan B, mineral seperti kalsium, kalium, saponosides dan

beberapa asam amino esensial. (Maria, 2012).

Tanaman kancing ungu (Borreria laevis) dalam taksonomi tumbuhan dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 1. Kancing ungu (Borreria laevis)


(Tjitrosoepomo, G. 2001)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Borreria

Spesies : Borreria laevis (Lamk.) (Weka, 2011).

a. Morfologi tumbuhan

a) Akar

Akar Rumput kancing ungu (Borreria laevis) termasuk ke dalam

sistem perakaran tunggang. Akar rumput kancing memiliki banyak cabang-

cabang akar. Akar rumput kancing memiliki banyak bulu-bulu halus. Akar

10
rumput kancing memilik tudung akar atau kaliptera. Akar rumput kancing

berwarna kecoklatan (Tjitrosoepomo, G. 2001).

b) Batang

Batang Rumput kancing ungu (Borreria laevis) tumbuh tegak

tingginya 15-20 cm biasanya kurang lebih 25 cm, membentuk cabang dari

bagian pangkal batang, warnanya ungu, bentuk penampangnya segi empat,

sisi-sisinya berambut halus, pada buku-bukunya tumbuh dua helai daun

yang berhadapan (Tjitrosoepomo, G. 2001).

c) Daun

Daun Rumput kancing ungu (Borreria laevis) berbangun daun bulat

panjang lanset, bagian pangkal melebar dan ujungnya runcing, ukuran

panjangnya 2,5-5,5 cm dan lebarnya 0,75-2 cm, tepi daun terasa kasar bila

diraba karena adanya bulu-bulu halus yang keras, permukaan atas berwarna

hijau gelap keungu-unguan dengan urat daun yang nyata (Tjitrosoepomo, G.

2001).

d) Bunga

Bunga Rumput kancing ungu (Borreria laevis) mempunyai dua

kelopak berambut halus, mahkota berbentuk seperti lonceng dengan 4 daun

tajuk, panjangnya 3-3,75 mm, berwarna putih dengan corak ungu di bagian

ujung. Kepala bunga kecil, terdapat di ketiak daun dan di ujung batang,

ukuran penampangnya kurang lebih 12 mm (Tjitrosoepomo, G. 2001).

e) Buah

Buah Rumput kancing ungu (Borreria laevis) mempunyai bentuk

lonjong, buah rumput kancing ungu terbelah membujur atau longitudinal

atas dua belahann, buah rumput jancing ungu berambut di bagian atas, sekat

11
atau septum yang persisten jelas terlihat, buah rumput kancing ukurannya

kurang lebih 1 mm (Tjitrosoepomo, G. 2001).

b. Kandungan daun kancing ungu (Borreria laevis)

Borreria laevis digunakan juga dalam mengobati berbagai macam

penyakit. Bunga kancing kaya akan antioksidan (anti radikal bebas), vitamin A,

E dan B, mineral seperti kalsium, kalium, saponosides dan beberapa asam

amino esensial. Para penelitian menemukan bahwa kandungan saponosides

dalam bunga kancing dapat meringankan gejala rematik. Bunga ini memiliki

rasa yang netral dan manis (Tjitrosoepomo, G. 2001)

c. Manfaat daun kancing ungu (Borreria laevis)

Manfaat dari tanaman daun kancing ungu (Borreria laevis) secara

tradisional digunakan sebagai obat sakit kepala, meningkatkan nafsu makan,

mengobati disentri, mengobati bronkhitis kronis, mengobati asma bronkial dan

sesak napas, mengobati dysuria (kencing tidak lancar), mengobati radang mata

dan mengobati insomnia. Bagian tanaman daun kancing ungu yang

dimanfaatkan sebagai sumber zat kimia adalah daun, akar, batang, bunga, biji

(Tjitrosoepomo, G. 2001)

2. Tinjauan umum mencit (Mus musculus)

Mencit (Mus musculus) merupakan kelompok mamalia yang termasuk

dalam ordo rodentia dan family muridae. Mus musculus hidup berkelompok dan

memiliki kebiasaan aktif pada malam hari. Mencit memiliki tubuh yang panjang

dan ramping, dan memiliki ekor meruncing, yang sedikit ditutupi oleh rambut.

Mencit jantan dewasa memiliki berat tubuh sebesar 25-40 gram, sedangkan mencit

betina dewasa memiliki berat tubuh sebesar 20-40 gram (Maharani, 2012).

12
Mencit atau (Mus musculus) adalah hewan yang cepat berkembang biak,

mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat

anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik (Soewolo, 2000)..

Klasifikasi mencit menurut (Akbar, 2010)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

Gambar 2. Mencit (Mus musculus)


(Akbar, 2010)

Mencit (Mus musculus) sering digunakan sebagai hewan percobaan dalam

laboratorium terutama percobaan tentang uji toksisitas. Hewan lain yang sering

digunakan dalam percobaan laboratorium adalah tikus. Kedua hewan tersebut

sering digunakan karena mudah didapat, ekonomis, dan mudah dipelihara. Namun

berdasarkan nilai ekonomis, penggunaan mencit sebagai hewan percobaan lebih

banyak dipilih (Maharani, 2012).

13
Mencit (Mus musculus) dinilai lebih ekonomis karena penggunaan hewan

yang berukuran lebih kecil dari pada hewan uji lainnya sehingga lebih ekonomis

dengan biaya yang lebih murah. Mencit sebagai hewan percobaan dapat

memberikan gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia

(Maharani 2012).

Tabel 2. Sifat Fisiologis Mencit


Kriteria Nilai
Berat badan :
- Jantan 20-40 g
- Betina 25-40 g
Berat Lahir 0,5-1,5 g
Luas Permukaan Tubuh 20 g: 36 cm2
Temperatur Tubuh 36,5-38,0 0C
Jumlah Diploid 40
Harapan Hidup 1,5-3,0 Tahun
Konsumsi Makanan 15 g-100 g/ hari
Mulai Dikawinkan :
- Jantan 50 hari
- Betina 50-60 hari
Siklus Birahi 4-5 hari 4-5 hari
Lama Kehamilan 19-21 hari
Estrus Postpartum Fertil
Jumlah Anak Perkelahiran 10-12
Umur Sapih 21-28 hari
Waktu Pemeliharan 7-9 bulan/6-10 liter
Produksi Anak 8/bulan

3. Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin macerace berarti mengairi dan

melunakan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari

maserasi adalah melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang

terbentuk pada saat penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang

masih utuh. Setelah selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan

yang diekstrasi pada bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan, telah tercapai

maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau perendaman dilakukan

14
pengocokan berulang- ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan

ekstraksi yang lebih cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama

maserasi menyebabkan turunannya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada

suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar

perbandingan banyak hasil yang diperoleh (Istiqomah, 2013).

Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature

ruangan disebut maserasi. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip

metode pencapaian konsentrasi pada kesetimbangan maserasi kinetik berarti

dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi berarti

dilakukan pengulangan. Penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserasi pertama, dan seterusnya. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang

sederhana dan mudah (Tiwari, 2011).

Waktu maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope mencantumkan

4-10 hari, menurut mengamatan 5 hari sudah memadai (Voinght,1994). Metode ini

tidak menggunakan pemanasan, sehingga zat aktif yang terkandung dalam bahan

tidak rusak. Kelebihan dari metode maserasi adalah alat dan cara pengerjaan

sederhana, serta mudah diusahakan (Depkes RI, 2000).

4. Ekstraksi

Ekstraksi yaitu penarikan zat pokok yang di inginkan dari bahan mentah

obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan akan

larut. Sedangkan ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan yang

diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,

menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari

15
pelarutnya dan sisa endapan atau endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan

standarnya (Endang 2016).

Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat

dalam simplisia. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat ke

dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian

berdifusi masuk kedalam pelarut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju

ekstraksi adalah persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut,

dan tipe pelarut (Depkes RI, 1995).

Ekstraksi adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian

semua atau hampir semua pelarut diuapkan dengan massa atau bubuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan

(Depkes RI, 1995).

5. Kajian empiris

Secara empiris belum banyak penelitian yang menggunakan tanaman ini

sebagai sampel, namun terdapat penelitian yang diteliti oleh Dewajanti (2019)

mengenai aktivitas penurun kadar asam urat pada famili Rubiaceae yang terdapat

pada tanaman biji kopi. Kandungan senyawa polifenol pada biji kopi dalam bentuk

chlorogenic acid mampu menghambat aktivitas xantin oksidase sehingga dapat

menurunkan kadar asam urat pada penderita asam urat dengan konsentrasi dosis

400 mg/gBB, 800mg/gBB dan 1600mg/gBB.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indah (2019) menggunakan

Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) dengan famili Rubiaceae telah

terbukti bahwa flavonoid yang diujikan dapat menghambat aktivitas kerja enzim

16
xantin oksidase yang dapat berpengaruh dalam menurunkan kadar asam urat

dengan konsentrasi dosis 2,5 mg, 5 mg dan 7,5 mg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrawati (2021) melakukan

penelitian daun kancing ungu (Borerria laevis). Peneliti menguji skrining fitokimia,

dimana adanya kandungan fitokimia yang terdapat pada tanaman kancing ungu.

Hasil penelitian dari pengujian skrining fitokimia yang dilakukan, peneliti

menemukan hasil positif adanya senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin,

quimun, dan steroid.

Menurut Van Hoorn (2007) melaporkan bahwa penghambatan kerja enzim

oksidase diduga berhubungan dengan gugus hidroksil yang terdapat pada senyawa

flavonoid, dimana setidaknya ada satu gugus fungsi hidroksil untuk dapat

melakukan penghambatan terhadap kerja enzim xantin oksidase.

17
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pikir Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui uji aktivitas

ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis) terhadap penurunan kadar asam

urat pada darah mencit (Mus musculus). Karena belum ada penelitian yang meneliti

adanya aktivitas penurunan kadar asam urat pada tanaman herba kancing ungu

(Borreria laevis), tetapi ada penelitian yang menemukan adanya aktivitas kadar asam

urat pada golongan famili Rubiaceae. Oleh sebab itu pada penelitian ini, akan diteliti

untuk melihat aktivitas tanaman herba kancing ungu terhadap penurunan kadar asam

urat.

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental yaitu eksperimen yang mengikuti prosedur dan memenuhi syarat-syarat

eksperimen terutama yang terkait dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol,

pemberian perlakuan serta pengujian hasil.

Dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan kelompok

kontrol positif, kelompok kontrol negatif dan kelompok yang diberi perlakuan dengan

menggunakan hewan uji mencit (Mus musculus) sebagai subjek untuk melihat aktivitas

pengaruh pemberian herba kancing ungu (Borreria laevis) terhadap penurunan kadar

asam urat.

B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau

kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur

melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

18
Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ekstrak Etanol Herba Aktivitas Penurunan


Kancing Ungu: (borreria
Keterangan Kadar Asam Urat
laevis) Konsentrasi 400, Terhadap Mencit (Mus
800, 1600 musculus)

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

: Menyatakan pengaruh antara variabel independent dan dependent

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau

terpengaruhnya variabel terikat (Christalisana, 2018). Adapun variabel independent

pada penelitian ini adalah kandungan herba kancing ungu (Borreria laevis).

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel terikat yang dipengaruhi karena adanya

variabel bebas (Christalisana, 2018). Adapun variabel dependen pada penelitian ini

adalah aktivitas asam urat terhadap mencit (Mus muscullus).

D. Definisi Operasional & Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional Variabel Independent

Ekstrak herba Kancing Ungu (Borreria laevis) adalah hasil ekstraksi dari

Ekstrak herba Kancing Ungu (Borreria laevis) dengan menggunakan etanol 96%.

Kriteria objektif : dalam satuan gram

19
2. Definisi Operasional Variabel Dependent

Asam urat merupakan hasil metabolisme tubuh atau hasil katabolisme suatu

zat yang disebut purin. Asam urat juga dikenal sebagai Gout atau pada asam urat

tinggi Artritis gout. Sedangkan zat purin hasil akhir dari proses metabolisme tubuh

tersebut merupakan salah satu unsur protein yang ada dalam struktur DNA dan

RNA. Maka asam urat tersebut merupakan hasil buangan zat purin.

Kriteria objektif :

- Memiliki aktivitas kadar asam urat dan berbeda signifikan dengan

penginduksi.

- Tidak memiliki aktivitas kadar asam urat dan tidak menurun atau menurun

namun tidak berbeda signifikan dengan penginduksi.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

1. Ha = Ada aktivitas ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis) terhadap

penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus muscullus).

Ho = Tidak ada aktivitas ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis)

terhadap penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus muscullus).

2. Ha = Ada aktivitas asam urat jika dibandingkan dengan penginduksi dan ektrak

dari herba kancing ungu (Borreria laevis).

Ho = Tidak ada aktivitas asam urat jika dibandingkan dengan penginduksi dan

ektrak dari herba kancing ungu (Borreria laevis).

3. Ha = Ada nilai dosis ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis) yang

efektif untuk menurunkan kadar asam urat pada darah mencit (Mus muscullus)

20
Ho = Tidak ada nilai dosis ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis)

yang efektif untuk menurunkan kadar asam urat pada darah mencit (Mus

muscullus)

21
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian eksperimental yang bertujuan

untuk mengetahui aktivitas dari senyawa ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria

laevis) terhadap penurunan kadar asam urat pada darah mencit (Mus musculus).

Desain penelitian yang digunakan yaitu :

HKU EEHKU K1

DM

K2

K3 AD

HKU : Herba Kancing Ungu


EEHKU : Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu
K1 : Konsentrasi Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu 400 mg/g BB
K2 : Konsentrasi Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu 800 mg/g BB
K3 : Konsentrasi Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu 1600 mg/g BB
DM : Darah Mencit
AD : Analisis Data

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, dan

Farmaologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala Waluya Kendari.

C. Populasi dan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah kancing ungu yang di peroleh di Andonohu,

Kec.Poasia, Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Sampel dalam penelitian ini adalah

kancing ungu yang telah di buat ekstrak sebanyak (500 gram).

22
D. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu, kandang pemeliharaan

hewan, tempat air minum, alat-alat gelas, rotary evaporator, alat ukur asam urat,

spoit injeksi, jarum oral (kanula), timbangan mencit.

2. Bahan

Bahan-bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah, ekstrak etanol

herba kancing ungu, etanol 96%, allopurinol

E. Prosedur Kerja

1. Pengambilan dan Pengolah Sampel

Sampel herba kancing ungu (Borreria laevis) dikumpulkan dan dicuci bersih

dengan air mengalir, kemudian dirajang dan dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan tanpa sinar matahari langsung, lalu diserbukan.

2. Pembuatan Ekstrak

Sampel simplisia diekstraksi dengan maserasi menggunakan cairan penyari

Etanol 96%. Sebanyak 500 gram sampel dimasukkan ke dalam benjana maserasi

lalu di tambahkan etanol 96% hingga seluruh bahan terendam. Wadah maserasi

ditutup rapat. Maserasi di lakukan selama 3x24 jam, dalam proses maserasi, di

lakukan pengadukan sesekali dan di lakukan penggantian larutan setiap 1x24 jam.

Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan, diuapkan dengan

menggunakan rotavapor kemudian diangin-anginkan sampai diperoleh berat

konstannya.

3. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa

metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa

23
tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memverikan

ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harborne, 1987). Metode

skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan

menggunakan suatu pereaksi warna (Minarno, 2015).

a. Alkaloid

Ekstrak sampel ditambahkan HCI 2 N dan dilarutkan dibagi dalam 2

tabung. Tabung 1 ditambah 2-3 tetes pereaksi dragendroft dan tabung 2

ditambah 2-3 tetes pereaksi mayer. Terbentuknya endapan jingga pada tabung

1, endapan putih kekuning-kuningan pada tabung 2 menunjukkan adanya

alkaloid (Depkes RI, 2006).

b. Flavanoid

Ekstrak sampel 2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu

ditambahkan dengan etanol sebanyak 5 tetes, kemudian dikocok sampai

homogen selanjutnya ditambahkan 0,2 gr simplisia dan 5 tetes HCI pekat

apabila terlihat hasil berwarna orange, merah dan kuning menandakkan adanya

flavanoid.

c. Tanin

Ekstrak sampel 2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi dilarutkan

kedalam 2 ml air dan ditambahkan 3 tetes larutan FeC1 3 1% timbulnya warna

biru kehitaman dan hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa tannin

(Robinson, 1991).

d. Saponin

Ekstrak sampel 2 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah

terisi air hangat, kemudian dikocok vertical selama 10 detik. Pembentukan busa

setinggi 1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit.

24
e. Steroid dan terpenoid

Larutan uji sebanyak 2 ml diuapkan dalam cawan penguap. Residu

dilarutkan dengan 0,5 ml kloroform, ditambahkan 0,5 ml asam asetat anhidrat

dan 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Terbentuknya cincin

kecoklatan atau violet pada perbataan larutan menunjukkan adanya steroid

(Ciulei, 1984).

4. Penyiapan Bahan Penelitian

a. Penyiapan larutan Na CMC 0,5%

Aquadest sebanyak 50 ml dipanaskan pada suhu 70% lalu ditimbang Na

CMC sebanyak 0,5 mg dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk dengan

menggunakan lumpang dan Alu hingga terbentuk suspensi yang homogen,

kemudian volumenya dicukupkan dengan air panas hingga volume 100 ml.

b. Penyiapan larutan Allopurinol

Sediaan allopurinol sebanyak 0,026 mg dibuat dalam bentuk suspensi

dengan pensuspensi Na.CMC 0,5%.

c. Penyiapan larutan kalium oksonat

Kalium oksonat digunakan sebagai penginduksi hiperurisemia dengan dosis

250 mg/kgBB. Kalium oksonat ditimbang sebanyak 325 g dan dimasukkan ke

dalam beaker glass 50 mL, kemudian ditambahkan NaCl 0,9% sebanyak 13

mL.

d. Pembuatan larutan ekstrak

Sediaan uji dibuat dalam bentuk suspensi dengan pensuspensi Na CMC

0,5% adapun dosis dibuat dengan 3 variasi dosis 400 mg/gBB, 800 mg/gBB dan

1600 mg/gBB.

25
e. Penyiapan Hewan uji

Hewan uji yang diguanakan adalah mencit (Mus musculus) yang berbadan

sehat, berumur 3-4 bulan, dengan berat badan 20-30 mg.

f. Pengelompokan Hewan uji

Pada uji ini, 25 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing

kelompok uji terdiri dari 5 ekor mencit. Semua kelompok diberikan induksi

kalium oksonat 250 mg/kgBB selama 6 hari. Kelompok I adalah kontrol negatif

dimana mencit diberikan suspense Na.CMC 0,5%, kelompok II adalah kontrol

positif yaitu mencit yang diberikan suspense larutan allopurinol 0,026

mg/kgBB, kelompok III, IV dan V adalah kelompok yang diberikan dosis

ekstrak etanol herba kancing ungu dengan masing-masing konsentrasi dosis 400

mg/gBB, 800 mg/gBB dan 1600 mg/gBB.

5. Metode Uji Aktivitas Asam Urat

Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari atau 24 jam sebelum

diambil darahnya. Kemudian pada hari ke-0 (H-0) tiap kelompok perlakuan diukur

kadar asam urat awal dengan meneteskan darah yang berasal dari vena lateralis

ekor mencit pada test strip dan darah akan langsung meresap sampai ujung strip

dalam waktu 20 detik. Pada hari selanjutnya (H-1 – H-6) mencit diberikan larutan

kalium oksonat 250mg/kgBB satu kali sehari secara per oral selama 6 hari. Pada

hari ke-6 (H-6), satu jam setelah pemberian induksi, diukur kadar asam urat mencit

tiap kelompok. Pada H-7 – H-15 (setiap hari selama sembilan hari) dilakukan

pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya. Pada hari ke-15 (H-15) diukur

kadar asam urat pada setiap kelompok setelah satu jam pemberian perlakuan.

26
F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian yang berupa kadar asam urat dalam darah

dianalisa distribusi normalitasnya menggunakan pengolahan data secara statistik

dengan uji Anova.

Syarat uji Anova ini yaitu:

Menurut Donald H Saunders dalam buku Comparison of Three or More Sample

Means: Analysis of Variance (1990) ada asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan

uji Anova yaitu:

1. Random sampling: sampel bersifat independen dan bebas, artinya individu sampel

diambil secara acak (random) dari masing-masing populasi atau kelompok data.

2. Multivariate normality: distribusi gejala tiap populasi atau kelompok data adalah

normal. Untuk mendapat data dengan distribusi normal, jumlah sampel bisa

diperbanyak atau bisa dilakukan tes normalitas terlebih dahulu.

3. Homogenity of variance: setiap populasi memiliki kesamaan variansi, jika

berbedapun hendaknya tidak terlalu signifikan. Kesamaan variansi dapat diketahui

melalui pengujian variansi.

G. Etika Penelitian

Adapun etika dalam melakukan suatu penelitian yaitu peneliti mengajukan surat

izin melakukan penelitian kepada kepala Laboratorium Farmasi Universitas Mandala

Waluya. Selanjutnya peneliti menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

penelitian dan terakhir penelitian melakukan penelitian dengan tetap memperhatikan

aturan didalam laboratorium Farmasi Universitas Mandala Waluya.

27
H. Jadwal waktu penelitian

No Minggu

Kegiatan penelitian 1 2 3 4 5

1 Pengambilan sampel

2 Determinasi sampel

3 Pengolahan sampel

4 Ekstraksi sampel

5 Penyiapan bahan

6 Uji aktivitas kadar asam urat


pada mencit

28
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N. 2011.Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi. Jakarta:
Rineka Cipta.

Akbar B, 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang berpotensi sebagai
bahan infertilitas. Adabia Press. Jakarta, h. 4–5.

Anggraeni, Indah (2019) Uji Efektivitas Ekstrak Tanaman Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa L.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Jantan (Mus
muscullus) GALUR BALB-C. Undergraduate thesis, UIN Raden Intan Lampung.

Apriyanti, M. 2013. Meracik Sendiri Obat dan Menu Sehat Bagi Penderita Kolesterol.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Astutik, Endang. 2016. “Pengaruh Metode Diskusi, Pemberian Tugas Dan Motivasi
BElajar Terhadap Pencapaian Kelulusan Ujian Nasional Di SDN Mayangan 6 Kota
Probolinggo.” Jurnal Penelitian Dan PEndidikan IPS 10 No.2.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2014. Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2014 tentang Perubahan atas Peraturan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan
Cemaran Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika. Jakarta: Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia.

Christalisana, Chandra. (2018). Pengarauh Pengalaman dan Karakter Sumber Daya


Manusia Konsultan Manajemen Konstruksi terhadap Kualitas Pekerjaan pada Proyek
di Kabupaten Pandeglang. 7(1): halaman 87-98.

Ciulei, J. (1984). Metodology for Analysis of Vegetables and Drugs. Bucharest Rumania:
Faculty of Pharmacy. Pp. 11-26.

Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5. Jakarta: PT Pustaka Bunda.

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :


Refika Aditama.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:


Depkes RI; 2006.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak


Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan
Obat Tradisional

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Manajemen Puskesmas. Jakarta: Depkes


RI.

Dianati N, A. 2015. Gout dan Hiperurisemia. J Majority, Volume 4, Nomor 3

29
Ditjen POM Depkes RI. 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan. Halaman 2-4, 189-190

Haidari, F., Keshavarz, S.A., Rashidi, M. R. & Shahi, M.M., 2009, Orange Juice and
Hesperetin Supplementation to Hyperuricemic Rats Alter Oxidative Sterss Markers
and Xanthine Oxidoreductase Activity, J. Clin. Biochem. Nutr., 45 (3), 285;291.

Harborne, J. B., 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Edisi kedua, Hal 5, 69-76, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soedira, ITB Press, Bandung.

Indah, Firdayanti, N. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Internatal Pada Ny “N”


Dengan Usia Kehamilan Pretern Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 01 Juli 2018.
Jurnal Widwifery, 1(1), 1–14.

Istiqomah. (2013). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap


kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus). Skripsi Jurusan Farmasi
UIN Hidayatullah Jakarta.

Lingga, lanny. 2012. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Maharani, S. 2012. Pengaruh pemberian larutan ekstrak siwak (Salvadora persica) pada
berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans. Skripsi.
Dipublikasikan, Semarang. Universitas Diponegoro.

Maria Dewajanti, Anna. (2019) Peranan Asam Klorogenat Tanaman Kopi Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Dan Beban Oksidatif. Ukrida Press.

Minarno, E. B., 2015, Skrining Fitokimia dan Kandungan Total Flavonoid pada Buah
Carica pubescens Lenne & K. Koch di Kawasan Bromo, Cangar dan DataranTinggi
Dieng. El-Hayah, 5(2), 77

Nabyluro’y R. Ahmad. 2011. Cara mudah mencegah, mengobati asam urat dan hipertensi.
Bibliografi: hlm. 125-126. Dinamikamedia. Indonesia.

Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. diterjemahkan oleh


Prof. Dr. Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB: Bandung.

Soewolo. 2000. Pengantar fisiologi hewan. Jakarta: DEPDIKNAS

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur G. & Kaur H., 2011, Phytochemical Screening and
Extraction; A Review, International Pharmaceutical Sciencia, 1, 1, 98-106.

Tjitrosoepomo, 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Van Hoorn Judith & dkk. 2007. Play at The Center of The Curriculum. New Jersey:
Pearson.

30
Voight, R., 1994, Buku Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574,
diterjemahkan oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.

Watanabe, T. 2007. Polymorphisms of The Chicken Antarviral Mx Gene. Cytogenet.


Genome Res. 117(1-4); 370-375.

World Health Organization (WHO). 2011. Noncommunicable Diseases in the South-East


Asia Region.

31

Anda mungkin juga menyukai