Anda di halaman 1dari 108

SKRIPSI

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL HERBA KANCING


UNGU (Borreria laevis Lamk.) YANG DIUKUR DARI NILAI LD50
TERHADAP MENCIT (Mus musculus)

RENI LUKAS
NIM : F201801086

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi ini telah kami setujui untuk disajikan dihadapan Tim Penguji pada Ujian

Komprehensif Program Studi S-1 Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala Waluya dalam
Kendari,Agustus 2022

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Drs. H. La Ode Saafi, DAP&E., M.Sc(HEc) Apt. Mus Ifaya, S.Farm.,M.Si
NIDK : 88 0785 0017 NIDN : 09 0909 8802

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Dr. Sri Anggarini Rasyid, S.Si., M.Si


NIDN : 09 2909 8202

ii
ABSTRAK

Universitas Mandala Waluya


Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Farmasi
Skripsi, Agustus 2022
RENI LUKAS (F201801086)
“UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL HERBA KANCING UNGU (Borreria
laevis Lamk.) YANG DIUKUR DARI NILAI LD50 TERHADAP MENCIT (Mus
musculus)”

Pembimbing I : Dr. Drs. H. La Ode Saafi, DAP&E.,M.Sc(HEc)


Pembimbing II : apt. Mus Ifaya, S.Farm.,M.Si
(xiii + 79 Halaman + 11 Tabel + 2 Gambar + 6 Lampiran)

Uji toksisitas akut adalah pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam
waktu singkat setelah pemberian sediaan uji dan untuk memperoleh data-respon yang khas
dari sediaan uji untuk mengetahui derajat bahaya zat uji untuk manusia. Herba kancing ungu
(Borreria laevis Lamk.) mengandung minyak atsiri, flavon atau saponin yang digunakan
sebagai peluruh dahak. Efek farmakologis dapat mengobati asma, batuk, radang mata, sakit
kepala, sakit panas dan disentri. LD50 merupakan tahap awal untuk menentukan keamanan
bahan yang digunakan untuk manusia, dalam menentukan dosis yang menyebabkan kematian
50% pada hewan uji. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ekstrak herba kancing ungu
(Borreria laevis Lamk.) menimbulkan efek toksisitas akut terhadap mencit dan untuk
mengetahui dosis yang menyebabkan kematian 50% mencit.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik eksperimental laboratorium, sampel
diekstraksi dengan metode maserasi. Uji toksisitas akut menggunakan metode fixed dose,
dengan kelompok perlakuan yaitu kelompok control Na.CMC 1% dan kelompok dosis 5, 50,
300 dan 2000 mg/kgBB. Analisis data dilakukan menggunakan menggunakan software SPSS
(Statistical Package For the Social Sciences).
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis
Lamk.) tidak mempunyai efek toksik terhadap hasil pengamatan gejala toksisitas pada mencit
seperti gromming, salivasi, jalan dengan perut, lemas, dan tremor. Pemberian dosis 5, 50, dan
300 mg/kgBB menyebabkan kematian hanya 1 ekor tiap kelompok dosis sedangkan dosis
2000 mg/kgBB tidak menyebabkan kematian tetapi hasil tersebut dapat diabaikan karena
hanya terjadi pada 1 ekor mencit tiap kelompok dosis 5, 50, 300 mg/kgBB (tidak mencapai
50%).

Kata Kunci : Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.), Uji Toksisitas Akut,
Mus musculus
Daftar Pustaka : 33 (1978 – 2021)

iii
ABSTRACT

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Uji

Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.) Yang

Diukur Dari Nilai LD50 Terhadap Mencit (Mus musculus)” guna memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Farmasi di Universitas

Mandala Waluya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Penyusunan Skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk

meningkatkan mutu dari Penulisan ini sangat Penulis harapkan.

Pada kesempatan ini pertama-tama penulis ingin mengucapkan rasa Terima Kasih

kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Lukas Palungan dan Ibunda Fina Ponno yang

telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, penuh kesabaran, dan

tak henti-hentinya selalu mendoakan, memberikan nasehat dan bantuan moril maupun materi

selama menempuh pendidikan hingga selesainya penyusunan Skripsi ini.

Penulis juga tidak lupa menghanturkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

Bapak Dr. Drs. H. La Ode Saafi, DAP&E., M.Sc(HEc) selaku Pembimbing I dan kepada

Ibu apt. Mus Ifaya, S.Farm.,M.Si selaku Pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan

pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun

kritik sehingga Skripsi ini menjadi lebih baik.

Tak lupa pula penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Tasman SKM.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari.

2. Ibu Dr. Ratna Umi Nurlila, S.Si. M.Sc selaku Rektor Universitas Mandala Waluya.

v
3. Bapak Laode Hadju SKM., M.Kes selaku wakil rektor Bidang Akademik, Ibu Wa Ode

Nova Noviyanti SKM., M.Kes selaku wakil rektor Bidang Non Akademik, Toto Surianto

S, SKM., MH.Kes selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswan Universitas Mandala

Waluya.

4. Bapak La Djabo Buton, SKM.,M.Kes selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Masyarakat (LPPM) Universitas Mandala Waluya.

5. Ibu Asbath Said, S.Kep,Ns., M.Kes selaku Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPJM)

Universitas Mandala Waluya.

6. Ibu Sri Anggarini Rasyid, S.Si., M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Mandala Waluya.

7. Ibu apt. Wa Ode Yuliastri, S.Farm., M.Si selaku Ketua Prodi Farmasi Fakultas Sains Dan

Teknologi Universitas Mandala Waluya.

8. Para Tim Penguji masing-masing: Bapak apt. Muhammad Isrul, S.Si.,M.Si selaku Penguji

I, Ibu apt. Citra Dewi, S.Farm.,M.Farm selaku Penguji II, Ibu apt. Fatma Sari Siharis,

S.Farm.,M.Si selaku Penguji III.

9. Seluruh dosen dan staf/karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah banyak

membantu Penulis semasa pendidikan.

10. Seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, dukungan, kasih sayang serta

semangat selama ini.

11. Untuk Sahabat-sahabat doyan eat-eat Ayuni Dhita Widyasari, Adilla Muwahaddah,

Herdianti Cahya Wulandari, Mudriqhoh Wahyu Nisypu, Eka Oktaviana Bambang P.S,

Selfi, Aningsa Puput Melati, Anastasya Fabiola P., Sarmila, Sasmita, Wulan Arianti dan

Aulia Azizah Rauf yang selalu ada menemani dan telah banyak membantu serta

vi
mendukung sampai saat ini.

vii
12. Untuk Sahabatku Seliana, Cici, Eka, Arin yang selalu memberi semangat dan motivasi

selama ini.

13. Untuk sahabat-sahabat Story Of Lorong Fani, Iin, Silva, Erlita, Siska, Septi dan Siska Allo

yang selalu ada, menghibur dan memberi semangat selama ini.

14. Seluruh teman – teman Program Studi Farmasi angkatan 2018 khususnya kelas B2 yang

telah memberikan bantuan dan motivasi selama ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah terlibat dan

membantu sehingga Hasil Penelitian ini dapat disusun dengan baik dan lancar.

Semoga kebaikan mereka mendapatkan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis

sadar bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap Hasil

Penelitian ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Kendari, Agustus 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI....................................................................................ii
ABSTRAK.................................................................................................................................iii
ABSTRACT..............................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN.........................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................4
E. Kebaruan Penelitian.......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................7
A. Tinjauan Teoritis Variabel Terikat.................................................................................7
B. Tinjauan Teoritis Variabel Bebas.................................................................................21
C. Kajian Empiris..............................................................................................................25
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN..................................................................27
A. Dasar Pikir Penelitian...................................................................................................27
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian.............................................................................28
C. Variabel Penelitian.......................................................................................................28
D. Definisi Operasional & Kriteria Objektif.....................................................................29
E. Hipotesis Penelitian......................................................................................................30
BAB IV METODE PENELITIAN.........................................................................................31
A. Jenis dan Desain Penelitian..........................................................................................31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................................32
C. Populasi dan Sampel....................................................................................................32
D. Alat dan Bahan.............................................................................................................32
E. Prosedur Penelitian.......................................................................................................33
F. Pengolahan dan Analisis Data......................................................................................36
G. Etika Penelitian............................................................................................................38

ix
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................39
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian............................................................................39
B. Analisis Data................................................................................................................39
C. Pembahasan..................................................................................................................46
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................53
A. Kesimpulan...................................................................................................................53
B. Saran.............................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................54

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Kebaruan Penelitian.................................................................................................................5
2. Klasifikasi LD50................................................................................................................................................................................10
3. Penggolongan LD50 berdasarkan GRAS.................................................................................10
4. Sifat Fisiologis Mencit...........................................................................................................18
5. Hasil Perhitungan Rendemen Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria................................40
6. Hasil Pengamatan Gejala Toksik...........................................................................................40
7. Hasil Pengamatan Jumlah Kematian Hewan Coba Dalam 24 Jam Dan................................41
8. Hasil Uji Normalitas..............................................................................................................41
9. Hasil uji T..............................................................................................................................42
10. Hasil Uji F............................................................................................................................43
11. Hasil Uji T Independent......................................................................................................44
12. Hasil Uji LSD......................................................................................................................45

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Hewan coba mencit (Mus musculus).....................................................................................17
2. Tanaman Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.).................................................................22
3. Bagan Kerangka Konsep.......................................................................................................28

xii
DAFTAR SINGKATAN

No. Singkatan Arti

1. BB Berat Badan
2. cm Centimeter
3. G Gram
4. GHS Globally Harmonized Classification System
5. Kg Kilogram
6. LD50 Lethal Dose 50
7. LSD Least Significant Difference
8. Mg Milligram
9. Ml Milliliter
10. Na.CMC Natrium Carboxymetyl Cellulosa
11. OECD Organisation for Economic Co-operation and Development
12. Vp Volume pemberian

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Surat Determinasi..................................................................................................................58
2. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak...........................................................................................61
3. Skema Kerja Uji Toksisitas Akut..........................................................................................62
4. Perhitungan............................................................................................................................63
5. Dokumentasi Penelitian.........................................................................................................68
6. Hasil Olah Data SPSS............................................................................................................73

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat tradisional telah digunakan sejak lama untuk menjaga kesehatan masyarakat.

80% orang di dunia ini masih menggunakan obat tradisional saat ini. Di seluruh dunia,

seperempat dari obat yang digunakan saat ini memiliki komponen aktif yang diekstraksi

dan dibuat dari tumbuhan. Obat tradisional ialah bahan atau campuran yang terbuat dari

tumbuhan, hewan, mineral, sediaan cair (galenik), atau kombinasi dari bahan-bahan

tersebut yang telah digunakan untuk pengobatan secara turun-temurun dan dapat

dimanfaatkan sesuai dengan norma yang berlaku (BPOM, 2014).

Meskipun obat tradisional telah digunakan sejak lama, namun belum sepenuhnya

aman karena mengandung zat asing bagi tubuh. Oleh karena itu, sangat penting untuk

memahami potensi berbahayanya. Jika jumlah yang diserap relatif kecil, efek toksik pada

organisme hidup mungkin tidak terlihat, dan bahayanya mungkin hanya mempengaruhi sel

(Eriadi et al., 2016).

Mempelajari dampak kumulatif bahan kimia, dosis yang mungkin memiliki efek

berbahaya pada manusia, karsinogenisitasnya, teratogenisitas, mutagenisitasnya, dan sifat

lainnya dapat membantu menilai bahaya paparan manusia terhadap zat tersebut. Secara

umum, data ini diuji sebagai model untuk sejumlah uji toksisitas, termasuk uji toksisitas

oral, uji toksisitas subkronis oral, uji toksisitas oral kronis, uji teratogenisitas, uji kepekaan

kulit, uji iritasi mata, uji iritasi kulit akut, dan uji sensitisasi kulit. Tes iritasi mukosa dari

studi pada hewan, tes untuk toksisitas karsinogenik, toksisitas kulit subkronis dan akut.

1
Pilihan tes bergantung pada tujuan penggunaan zat dan kemungkinan orang terpapar

(BPOM, 2014).

Pengujian toksikologi ialah prosedur yang dimanfaatkan untuk menunjukkan

seberapa berbahaya suatu bahan kimia bagi sistem biologis dan untuk mendapatkan

informasi tentang respons dosis normal bahan uji. Informasi yang dikumpulkan dapat

digunakan untuk menilai tingkat bahaya formulasi uji terhadap paparan manusia dan

menetapkan dosis keselamatan manusia (BPOM, 2014).

Pengujian toksisitas akut, subkronis, dan kronis ialah tiga kategori pengujian

toksisitas. Dosis fatal bahan kimia ditentukan oleh pengujian toksisitas akut (LD50).

Pemberian bahan kimia untuk dievaluasi setidaknya sekali dalam 24 jam adalah cara

pengujian toksisitas akut dilakukan. Studi toksisitas akut adalah penelitian praklinis

dengan tujuan menentukan seberapa berbahaya suatu zat segera setelah paparan tunggal.

Dalam penyelidikan toksisitas akut, pengukuran kuantitatif yang dikenal sebagai LD50

sering digunakan untuk menunjukkan kisaran dosis yang fatal. Untuk menjamin aman

dikonsumsi, tanaman obat harus melalui beberapa proses pengujian. Uji toksisitas akut

adalah salah satunya (Syamsul et al., 2015).

Tumbuhan rumput kancing ungu adalah herba, berbentuk tabung dan memiliki

polimorfisme yang terkait dengan ukurannya. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan

dan termasuk tumbuhan liar (Plasta, 2007). Selain itu, kancing ungu (Borreria laevis

Lamk.) adalah salah satu tumbuhan dalam spesies Borreria dan Spermacoce. Ekstrak dari

spesies Borreria dan Spermacoce memiliki berbagai aktivitas biologis, seperti

antiinflamasi, antitumor, antimikroba, larvasida, antioksidan, gastrointestinal, anti-ulkus,

dan hepatoprotektif (Conversa dan Junior, 2012).

2
Kandungan kimia ekstrak herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) adalah

Triterpenoid/Sterol, saponin, tannin dan flavonoid, gomphrenin I, gomphrenin II,

gomphrenin III, gomphrenin V, gomphrenin VI dan amarathin (Dewi et al., 2013). Selain

itu herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) juga mengandung minyak atsiri, flavon

atau saponin yang biasa digunakan sebagai peluruh dahak. Efek farmakologis dari

tumbuhan ini dinilai mampu mengobati asma, batuk, radang mata, sakit kepala, sakit panas

dan disentri (Ari, 2012).

Mengingat kemungkinan menggunakan tanaman ini sebagai obat, harus melewati

sejumlah evaluasi, termasuk efektivitas, toksisitas, dan pemeriksaan klinis. Berdasarkan

hal tersebut dan mengingat khasiatnya yang tinggi, penulis tertarik untuk melakukan uji

toksisitas akut pada ekstrak etanol Herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) yang

diukur dengan nilai LD50 mencit (Mus musculus).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.) menimbulkan

gejala toksisitas akut terhadap mencit?

2. Pada dosis berapa ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.)

menyebabkan kematian terhadap mencit (LD50)?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek toksisitas ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis

Lamk.) terhadap mencit yang diukur secara kuantitatif dengan nilai LD50.

3
2. Tujuan Khusus

a. Mengamati jumlah mecit dengan gejala-gejala toksisitas yang menyertai pada

pemberian ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.).

b. Menentukan nilai dosis Ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis

Lamk.) yang mengakibatkan kematian 50% populasi mencit.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. IPTEK

Sebagai bahan masukan atau pembanding bagi penelitian selanjutnya,

khususnya yang relavan dalam penelitian ini.

b. Bagi Peneliti Lain

Memberikan kontribusi sebagai tambahan informasi untuk peneliti berikutnya.

2. Praktis

a. Tenaga Farmasi

Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan

penelitian terutama dalam bidang ilmu kefarmasian khususnya mengenai efek

toksisitas akut ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.).

b. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat herbal

terutama tumbuhan kancing ungu sebagai alternatif pengobatan.

4
E. Kebaruan Penelitian

Berdasarkan kajian literatur, penelitian yang berjudul “Uji Toksisitas Akut Ekstrak

Etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.) Yang Diukur Dari Nilai LD50

Terhadap Mencit (Mus musculus)” belum pernah ditemukan pada penelitian sebelumnya.

Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah:

Tabel 1. Kebaruan Penelitian

No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan


1. Hendrawati, Uji antidiare ekstrak Menggunakan Pengujian yang
(2021) etanol daun kancing sampel yang sama. berbeda (Uji
ungu (Borreria antidiare pada
laevis) pada mencit mencit)
(Mus musculus)
2. Maghfirah, Skrining dan uji Menggunakan Pengujian yang
(2020) aktivitas ektrak sampel yang sama. berbeda
etanol herba kancing (Skrining dan uji
ungu (Borreria aktivitas
laevis antibakteri).
Lamk.) terhadap
Escherichia coli,
Pseudomonas
aeruginosa dan
Staphylococcus
aureus
3. Juniarsyih Skrining fitokimia Menggunakan Pengujian yang
(2020) dan penentuan kadar sampel yang sama. berbeda (uji
polifenol total, skrining
flavonoid total, fitokimia).
saponin total, dan
tanin total herba
kancing ungu
(Borreria laevis
Lamk.)
4. Hasmaedar Penentuan kadar Menggunakan Pengujian yang
(2020) flavonoid dan uji sampel yang sama. berbeda
antioksidan dari (Penentuan kadar
ekstrak etanol herba flavonoid dan uji
kancing ungu antioksidan).
(Borreria laevis
Lamk.)

5
5. Jumain Uji Toksisitas Akut Pengujian yang Menggunakan
(2018) Dan LD50 Ekstrak sama. sampel yang
Etanol Daun Kirinyuh berbeda dan
(Euphatorium Metode
odoratum Linn) Pada perhitungan nilai
Mencit (Mus LD50 yang
Musculus) berbeda
(Aritmatik Reed
dan Muench).

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis Variabel Terikat

1. Tinjauan Tentang Toksisitas

Pengujian toksikologi ialah prosedur yang digunakan untuk menunjukkan seberapa

berbahaya suatu obat terhadap sistem biologis dan untuk mendapatkan informasi

tentang respons dosis normal. Untuk menetapkan dosis yang diperlukan untuk

keselamatan manusia, data yang diperoleh dapat digunakan untuk membuat klaim

mengenai tingkat bahaya produk obat yang diteliti saat terpapar ke manusia (BPOM,

2014).

Tujuan pengujian toksisitas adalah untuk mengidentifikasi aksi farmakologi suatu

senyawa terhadap komponen bioaktif yang berbahaya pada konsentrasi besar tetapi

berubah menjadi obat pada kadar rendah. Tubuh dapat menyerap bahan kimia atau

senyawa asing dari lingkungan melalui difusi, yang dapat berdampak langsung pada

keseimbangan di dalam tubuh. Sebagai uji penapisan senyawa bioaktif, uji toksisitas

dilakukan untuk mengidentifikasi efek bahan kimia yang dihasilkan oleh dosis tunggal

kombinasi senyawa pada hewan percobaan (Fadli, 2015).

Pemilihan jenis hewan uji dan jumlah hewan uji, teknik pemberian preparat uji, dan

temuan uji toksisitas in vivo merupakan aspek yang mempengaruhi kehandalan hasil.

memilih dosis tes konsekuensi persiapan ujian. Teknik dan proses yang digunakan

dalam pengujian, seperti bagaimana eksperimen dilakukan dengan hewan (BPOM,

2014).

7
1) Penggolongan Uji Toksisitas

Macam-macam penelitian toksisitas adalah sebagai berikut, sesuai Peraturan

Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji

Toksisitas Praklinis In vivo:

a. Uji Toksisitas Akut Oral

Uji toksisitas oral akut digunakan untuk mengidentifikasi toksisitas yang

berkembang dalam waktu 24 jam setelah pemberian oral berulang dosis tunggal

atau segera setelahnya (BPOM, 2014).

Ide dasar di balik uji toksisitas oral akut adalah bahwa berbagai dosis

sediaan uji diberikan kepada beberapa kelompok hewan percobaan, satu dosis

diberikan kepada setiap kelompok, dan kemudian keberadaan efek toksik dan

kematian dipantau. Hewan mati yang terkait dengan pemberian sediaan uji

dihitung sebagai hewan yang disembelih sambil menunjukkan tanda-tanda

kesakitan, penderitaan, atau kesusahan. Hewan di-eutanasia untuk memeriksa

indikasi toksisitas baik yang mati selama percobaan maupun yang bertahan

sampai kesimpulan (BPOM, 2014).

Tujuan uji toksisitas oral akut adalah untuk mengidentifikasi toksisitas yang

melekat pada zat, mengidentifikasi organ target dan kerentanan spesies,

mempelajari lebih lanjut tentang risiko yang terkait dengan paparan akut zat,

dan mengumpulkan data awal yang dapat digunakan untuk memperkirakan

tingkat dosis. Menetapkan kelas dan pelabelan bahan atau sediaan, melakukan

uji toksisitas, dan menghitung nilai LD50 bahan atau sediaan (BPOM, 2014).

8
Metode dalam pengujian toksisitas akut berdasarkan pedoman Organisation

For Economic Co-Operation And Development / OECD terbagi menjadi

beberapa metode yaitu OECD berdasarkan pedoman nomor 410 (Acute Oral

Toxicity) merupakan metode awal yang diciptakan dengan menggunakan

hewan uji berkelamin sama dengan pemberian dosis secara bertingkat, dimana

kelompok hewan uji terdiri dari 5 hewan uji, banyaknya hewan uji dalam

menentukan parameter dalam metode ini yang bertolak belakang dengan animal

walfare maka untuk memperbaiki dan menggantikan metode OECD 410,

OECD telah mengeluarkan pedoman No. 420 (Fixed Dose Method), 423 (Acute

Toxic Class Method) dan 425 (Up And Down Procedure). Berdasarkan metode

tersebut, penggunaan tikus atau mencit sebagai hewan percobaan betina karena

betina lebih sensitif dan mengurangi penggunaan hewan percobaan (BPOM,

2014).

Dalam penyelidikan ini, dosis tetap atau fixed doses 5, 50, 300, 2000, dan

5000 mg/kg diberikan kepada hewan uji secara bertahap sesuai dengan premis

pengujian metode OECD 420. Dosis yang digunakan untuk prosedur ini adalah

yang tidak menyebabkan kematian, rasa sakit yang menyiksa, atau

iritasi/degradasi, dan digunakan untuk senyawa uji yang cukup berbahaya.

Pendekatan ini memiliki manfaat menggunakan lebih sedikit hewan uji dan

memfasilitasi pengujian (BPOM, 2014). Berdasarkan Globally Harmonized

Classification System (GHS) (2008) LD50 diklasifikasikan sebagai berikut:

9
Tabel 2. Klasifikasi LD50

TOKSISITAS AKUT ORAL


Kategori 1
Kategori 2 Kategori 3 Kategori 4 Kategori 5
LD50 Oral ≤ 5 mg/kg5 < mg/kg BB 50 < mg/kg 300 < mg/kg 2000 < mg/kg
≤ 50 BB ≤ 300 BB ≤ 2000 BB ≤ 5000
Istilah Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya Berbahaya
Pernyataan Fatal jika Fatal jika Beracun Berbahaya Mungkin
bahaya ditelan ditelan jika ditelan jika ditelan berbahaya
jika ditelan

Penggolongan LD50 berdasarkan (Generally Recognized As Safe/GRAS)

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3. Penggolongan LD50 berdasarkan GRAS

No Kategori LD50 (mg/kgBB)


1 Super toksik 5 mg/kgBB atau kurang
2 Amat sangat toksik 5-50 mg/kgBB
3 Sangat toksik 50-500 mg/kgBB
4 Toksik sedang 0,5-5 g/kgBB
5 Toksik ringan 5-15 g/kgBB
6 Praktis tidak toksik > 15 g/kgBB

b. Uji Toksisitas Subkronis Oral

Sebuah tes yang disebut uji toksisitas oral subkronis digunakan untuk

mengidentifikasi efek berbahaya yang berkembang setelah persiapan uji

diberikan kepada hewan uji dalam dosis oral berulang hingga 10% dari hidup

mereka (BPOM, 2014).

Prinsip dasar uji toksisitas oral subkronis adalah bahwa dosis yang

berbeda dari persiapan uji diberikan kepada beberapa kelompok hewan uji, satu

dosis per kelompok per hari selama 28 atau 90 hari, kemudian kelompok satelit

ditambahkan untuk menentukan apakah ada penundaan efek atau dampak

1
reversibel. Hewan harus diperiksa tingkat toksisitasnya setiap hari selama

persiapan tes diberikan. Hewan yang mati selama pengujian segera dibaptis dan

organ serta jaringannya diperiksa secara makropatologi dan histopatologi,

kecuali jika telah melalui masa rigor mortis (keras). Semua hewan hidup

dibaptis pada akhir waktu persiapan tes, dan setiap organ dan jaringan

menjalani pemeriksaan makropatologi. Selain itu, dilakukan uji biokimia klinis,

histologis, dan hematologi (BPOM, 2014).

Tujuan uji toksisitas oral subkronis adalah untuk mengumpulkan data

tentang adanya efek toksik dari zat yang tidak ditemukan dalam uji toksisitas

akut, data tentang potensi efek toksik setelah paparan berulang pada sediaan uji

untuk jangka waktu tertentu, data tentang dosis yang tidak memiliki efek toksik

(No Observed Adverse Effect Level/NOAEL), dan data tentang efek kumulatif

dan reversibilitas zat-zat ini (BPOM, 2014).

c. Uji Toksisitas Kronis Oral

Uji toksisitas oral kronis digunakan untuk mengidentifikasi efek berbahaya

yang berkembang selama pemberian berulang zat uji selama sebagian besar

kehidupan hewan uji. Uji toksisitas kronis pada dasarnya identik dengan uji

toksisitas subkronis, dengan pengecualian bahwa persiapan uji diberikan

selama minimal 9 bulan dengan menggunakan obat yang biasanya dianggap

tidak berbahaya. atau 12 bulan untuk bahan kimia murni atau bahan uji yang

mungkin berbahaya (BPOM, 2014).

Menentukan profil dampak toksikologi setelah pemberian preparat uji

berulang dalam jangka waktu yang lebih lama dan menetapkan tingkat dosis

1
efek

1
toksik yang tidak teramati adalah tujuan dari pengujian toksisitas oral kronis

(NOAEL). Studi toksisitas kronis harus direncanakan untuk mengumpulkan

data toksisitas umum, seperti efek pada fungsi neurologis, fisiologi,

hematologi, biokimia klinis, dan histopatologi. Menurut prosedur OECD TG

453 (2018) uji toksisitas oral kronis dan uji karsinogenisitas dapat dilakukan

secara bersamaan pada hewan yang sama jika diperlukan.

d. Uji Teratogenisitas

Tujuan uji teratogenisitas ialah untuk mempelajari anomali janin yang

disebabkan oleh pemberian zat uji selama organogenesis janin (periode

organogenesis). Anomali skeletal, jaringan lunak, dan penampilan (morfologi)

janin semuanya termasuk dalam informasi. Ide dasar di balik pengujian

teratoma adalah untuk menyediakan zat uji untuk beberapa kelompok hewan

hamil, satu dosis per kelompok, setidaknya selama organogenesis prenatal.

Sang ibu menjalani otopsi, rahim diangkat, dan janin dievaluasi sehari sebelum

kelahiran (BPOM, 2014).

e. Uji Toksisitas Akut Dermal

Pengujian toksisitas kulit akut digunakan untuk mengidentifikasi reaksi

berbahaya yang terjadi segera setelah aplikasi kulit dari sediaan uji dibuat. Ide

dasar di balik pengujian toksisitas kulit akut adalah untuk memberikan dosis

tertentu dari persiapan tes untuk banyak kelompok hewan uji dari jenis kelamin

yang sama, dengan dosis pertama yang dipilih tergantung pada hasil tes awal.

Kemudian, dipilih dosis yang menunjukkan efek samping toksik tetapi tidak

menyebabkan tanda-tanda toksisitas berat atau kematian (BPOM, 2014).

1
Tes toksisitas kulit akut digunakan untuk menetapkan autotoksisitas suatu

zat, mengumpulkan data risiko setelah paparan kulit akut, dan mengumpulkan

data awal yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat dosis, membuat tes

toksisitas lebih lanjut, dan menghitung LD50. Informasi tentang penyerapan

kulit, pemetaan informasi pelabelan, dan kategorisasi nilai zat (BPOM, 2014).

f. Uji Toksisitas Subkronis Dermal

Sebuah tes yang dikenal sebagai tes toksisitas kulit subkronis digunakan

untuk mengidentifikasi efek berbahaya yang berkembang setelah berulang kali

memberikan persiapan tes untuk menguji hewan hingga 10% dari hidup mereka

(BPOM, 2014).

Ide dasar di balik pengujian toksisitas kulit subkronis adalah bahwa

kelompok hewan uji yang berbeda mendapatkan pemberian sediaan pengujian

transdermal setiap hari pada berbagai dosis. Ketika formulasi uji diberikan

kepada hewan, toksisitas harus diperiksa setiap hari. Hewan yang lulus uji

bobot kematian tetapi mati selama pengujian segera dibaptis, dan organ serta

jaringannya dipelajari secara histologis dan patologis. Semua hewan hidup

dibaptis pada akhir waktu persiapan tes, dan kemudian dilakukan pengamatan

patologis utama dari setiap organ dan jaringan, serta tes hematologi, biokimia

klinis, dan histologis (BPOM, 2014).

Tujuan dari pengujian toksisitas dermatologis subkronik adalah untuk

mengidentifikasi efek toksik dari zat yang tidak dapat diidentifikasi dengan tes

toksisitas dermatologis akut, untuk mengidentifikasi efek toksik setelah

penetrasi berulang dari sediaan uji melalui kulit untuk jangka waktu yang telah

1
ditentukan,

1
dan untuk menyelidiki kumulatif dan efek pembalikan setelah penetrasi

berulang dari preparasi uji selama jangka waktu tertentu (BPOM, 2014).

g. Uji Karsinogenisitas

Uji karsinogenisitas adalah pengujian untuk mendeteksi dan menentukan

sifat karsinogenik suatu obat uji setelah obat uji diberikan kepada hewan uji

dalam dosis berulang yang diberikan selama sebagian besar umur hewan sesuai

dengan rute pemberian yang diinginkan (BPOM, 2014).

Prinsip uji karsinogenisitas adalah bahwa persiapan uji dilakukan dalam

dosis yang berbeda untuk kelompok hewan yang berbeda sepanjang sebagian

besar hidup hewan sesuai dengan rute pemberian yang diinginkan. Hewan

diamati dengan hati-hati untuk tanda-tanda toksisitas dan perkembangan lesi

neoplastik. Nekropsi dilakukan pada hewan mati dari percobaan. Sebelum

penelitian selesai, hewan hidup disembelih (BPOM, 2014).

Tujuan dari tes karsinogenisitas adalah untuk mempelajari lebih lanjut atau

mendeteksi potensi karsinogenik suatu zat dengan mengukur seberapa sering

tumor muncul, seberapa sering ganas, dan seberapa cepat mereka muncul;

pengakuan karsinogenisitas organ target; Untuk menentukan kapan tumor

muncul. menggambarkan hubungan tumor-dosis-respons; penentuan tingkat

efek samping yang tidak teramati (NOAEL) atau penentuan dasar dosis

referensi (BMD); ekstrapolasi efek karsinogenik pada paparan dosis rendah

pada manusia; menyediakan data untuk menguji hipotesis tentang mekanisme

kerja (BPOM, 2014).

1
2) Metode Penentuan Nilai LD50

LD50 mengacu pada ambang batas keamanan pertama suatu zat untuk manusia

pada dosis yang sama dengan setengah dari dosis tunggal untuk hewan uji.

Langkah- langkah menghitung nilai LD50 adalah sebagai berikut:

a. Metode Farmakope Indonesia Edisi III

Prosedur ini perlu untuk memberikan sejumlah dosis atau banyak kelompok

tetap selama perlakuan, memastikan bahwa setiap kelompok memiliki jumlah

hewan uji yang sama, dan memodifikasi dosis sebaik mungkin untuk

mendapatkan respons 0-100%.

Rumus : m = α - b (∑pi - 0,5)

Keterangan :

m = Log LD50

α = Logaritma dosis terendah yang masih menyebabkan jumlah kematian

100% tiap kelompok

b = Beda logaritma dosis yang berurutan

pi = Jumlah hewan yang mati menerima dosis, i dibagi jumlah hewan

seluruhnya yang menerima dosis i (Dirjen POM, 1979).

b. Metode Aritmatik Reed dan Muench

Memanfaatkan nilai kumulatif adalah dengan cara ini. Hewan yang mati

pada dosis tertentu juga akan mati pada dosis yang lebih besar, menurut teori,

dan hewan yang bertahan hidup pada tingkat tertentu juga akan bertahan dalam

jumlah yang lebih rendah. Nilai kumulatif dihitung dengan menjumlahkan

kematian hewan uji yang disebabkan oleh dosis terbesar, yang menghasilkan

1
100% kematian hewan uji yang disebabkan oleh dosis terendah. Rumus berikut

digunakan untuk menentukan LD50:

P. D = 50% − % 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 50%


%𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 50% − % 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 50%

Keterangan :

P.D = Jarak proporsional (Supriyono, 2007).

c. Metode Thompson dan Weil

Persyaratan berikut harus diikuti untuk menggunakan pendekatan ini untuk

menghitung LD50: jumlah hewan uji di setiap kelompok harus memiliki

peringkat dosis yang sama; intervalnya harus kelipatan tetap; dan jumlah

kelompok tidak boleh memiliki 4 peringkat dosis;

Rumus : Log m = log D + d (f + 1)

Keterangan :

m = Nilai LD50

D = Dosis terkecil yang digunakan

d = Log dari kelipatan dosis

f = Suatu nilai dalam tabel Thomson dan Weil (Supriyono, 2007).

d. Metode Karber

Ide yang mendasari di balik strategi ini adalah untuk menghitung rata-rata

selama interval waktu untuk jumlah kematian di setiap kelompok hewan serta

varians dalam dosis. Produk dari perbedaan dosis dan kematian rata-rata pada

interval yang sama menghasilkan hasil perkalian. Nilai LD50, yang merupakan

1
dosis terendah di mana 50% hewan dalam satu kelompok mati, dihitung dengan

mengurangkan berapa kali jumlah hewan dalam setiap kelompok.

Rumus : LD50 = a – (b/c)

Keterangan :

a = Dosis terkecil yang menyebabkan kematian tertinggi dalam satu kelompok

b = Jumlah perkalian antara beda dosis dengan rata-rata kematian pada interval

yang sama

c = Jumlah hewan dalam satu kelompok (Supriyono, 2007).

2. Uraian Mencit (Mus musculus)

1) Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus (Sewolo, 2010)

Gambar 1. Hewan coba mencit (Mus musculus), (Akbar, 2010).

1
2) Karakteristik

Mencit (Mus musculus) ialah hewan pengerat yang memiliki ciri morfologi dan

fisiologis yang unik, mudah ditempatkan dalam jumlah besar, cepat berkembang

biak, dan memiliki keragaman genetik yang luas. Tikus "inbred" atau "inbred"

putih digunakan untuk membiakkan tikus yang digunakan dalam penelitian ilmiah.

Tikus galur murni akan dihasilkan dengan cara kawin dengan anggota generasi ke-

20 (Soewolo, 2010).

3) Sifat Fisiologis Mencit

Mencit atau Mus musculus ialah hewan pengerat yang berkembang dengan

cepat, mudah dipelihara dalam jumlah besar, memiliki rentang genetik yang cukup

luas, serta memiliki karakteristik anatomis dan fisiologis yang dapat dipahami

dengan baik (Soewolo, 2010).

Tabel 4. Sifat Fisiologis Mencit


Kriteria Nilai
Berat badan :
- Jantan 20-40 g
- Betina 25-40 g
Berat Lahir 0,5-1,5 g
Luas Permukaan Tubuh 20 g: 36 cm2
Temperatur Tubuh 36,5-38,0 0C
Jumlah Diploid 40
Harapan Hidup 1,5-3,0 Tahun
Konsumsi Makanan 15 g-100 g/ hari
Mulai Dikawinkan :
- Jantan 50 hari
- Betina 50-60 hari
Siklus Birahi 4-5 hari
Lama Kehamilan 19-21 hari
Estrus Postpartum Fertil
Jumlah Anak Perkelahiran 10-12
Umur Sapih 21-28 hari
Waktu Pemeliharan 7-9 bulan/6-10 liter
Produksi Anak 8/bulan

2
3. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa dari matriks atau simplisia dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Peran ekstraksi dalam analisis fitokimia sangat

penting karena sejak tahap awal hingga akhir menggunakan proses ekstraksi, termasuk

fraksinasi dan pemurnian. Ada beberapa istilah yang banyak digunakan dalam

ekstraksi, antara lain ekstraktan (pelarut yang digunakan untuk ekstraksi), rafinat

(larutan senyawa atau bahan yang akan diekstraksi), dan linarut (senyawa atau zat yang

diinginkan terlarut dalam rafinat). Metode ekstraksi yang digunakan tergantung pada

jenis, sifat fisik, dan sifat kimia kandungan senyawa yang akan diekstraksi (Hanani,

2015).

Ekstrak adalah sediaan cair, kental atau kering yang merupakan hasil dari proses

ekstraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut cara yang sesuai. Ekstrak

cair diperoleh dari ekstraksi yang masih mengandung sebagian besar cairan penyari.

Ekstrak kental akan didapat apabila sebagian besar cairan penyari sudah 13 diuapkan,

sedangkan ekstrak kering akan diperoleh jika sudah tidak mengandung cairan penyari

(Hanani, 2015).

Tujuan ekstraksi adalah menarik atau memisahkan senyawa dari campurannya atau

simplisia. Ada berbagai cara ekstraksi yang telah diketahui, masing-masing cara

tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pemilihan metode dilakukan dengan

memerhatikan antara lain sifat senyawa, pelarut yang digunakan, dan alat tersedia.

Beberapa metode ekstraksi yang umum digunakan antara lain maserasi, perkolasi,

refluks, soxhletasi, infusa, dekokta, destilasi (Hanani, 2015).

2
Jenis-jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan dalam penelitian adalah sebagai

berikut :

2
1) Ekstraksi Secara Dingin

Metode ekstraksi ini tidak memerlukan pemanasan dan dapat digunakan untuk

bahan alami dengan tekstur halus dan komposisi kimia yang peka terhadap panas.

Berikut adalah contoh ekstraksi dingin:

a. Metode Maserasi

Metode ini berupa teknik ekstraksi langsung yang melibatkan

perendaman bubuk simplisia selama beberapa hari dalam cairan pada suhu

kamar dan jauh dari cahaya (Dirjen POM, 2014).

b. Metode Perkolasi

Penyaringan dilakukan dengan menggunakan teknik perkolasi dengan

melewatkan saringan melalui serbuk simplisia basah. Serbuk simplisia

dimasukkan ke dalam bejana berbentuk silinder dengan sekat berpori di bagian

bawah, dan cairan saring dituangkan melalui serbuk dari atas ke bawah. Filter

cair akan melarutkan bahan aktif dalam sel simplisia, melalui mana sampel

jenuh. Tanpa adanya gaya kapiler, yang cenderung menentang gerakan ke

bawah, gerakan ke bawah disebabkan oleh gaya gravitasinya sendiri dan

tekanan filtrasi cairan di atasnya (Dirjen POM, 2014).

2) Ekstraksi Secara Panas

Berikut ini adalah beberapa contoh ekstraksi panas yang dapat digunakan

dalam penelitian:

a. Metode Sokhletasi

Sokhletasi adalah metode ekstraksi berkelanjutan untuk simplisia; filter

cair dipanaskan hingga menguap; uap dari filter cair kemudian dikondensasikan

2
menjadi molekul air dengan pendinginan kembali; kemudian turun untuk

mencari simplisia dalam casing; dan akhirnya, setelah melewati pipa siphon,

masuk kembali ke labu alas bulat. Saringan cair yang melalui pipa siphon

jernih, atau jika terdeteksi dengan kromatografi lapis tipis tidak menghasilkan

noda tambahan, yang menunjukkan bahwa bahan aktif telah tersaring

seluruhnya. Prosedur ini berlanjut sampai selesai (Dirjen POM, 2014).

b. Metode Refluks

Ekstraksi semacam ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkelanjutan. Zat

yang akan diekstraksi dilarutkan dalam pelarut cair dalam labu dengan dasar

melingkar dan pendingin tegak, yang kemudian dipanaskan sampai mendidih.

Filter cair akan mengering, uap dalam pendingin akan mengembun dan kembali

ke bahan aktif simplisia, dan seterusnya. Biasanya, ekstraksi ini dilakukan tiga

kali, masing-masing berlangsung empat jam (Tobo, 2011).

B. Tinjauan Teoritis Variabel Bebas

1. Tinjauan Umum Tanaman Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.)

Tanaman rumput kancing ungu adalah herba, berbentuk tabung, dan polimorfisme

terkait ukuran fitur. Tumbuhan yang termasuk spesies liar ini merupakan tumbuhan

tahunan (Plasta, 2007).

1) Klasifikasi

Tanaman kancing ungu dalam taksonomi tumbuhan dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

2
Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Borreria

Spesies : Borreria laevis (Lamk.) (Karyati, 2016).

2) Nama Daerah

Nama daerah adalah Kancing Ungu (Weka, 2011).

3) Morfologi

Gambar 2. Tanaman Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.), (Dokumentasi pribadi, 2022).

2
1) Akar

Akar kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) termasuk kedalam sistem

perakaran tunggang. Akar kancing ungu memiliki banyak cabang-cabang akar.

Akar kancing ungu memiliki banyak bulu-bulu halus. Akar kancing ungu

memiliki tudung akar atau kaliptera. Akar kancing ungu berwarna kecoklatan.

2) Batang

Batang kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) tumbuh tegak tingginya 15-

20 cm biasanya kurang lebih 25 cm, membentuk cabang dari bagian pangkal

batang, warnanya ungu bentuk penampangnya segi empat, sisi-sisinya

berambut halus, pada buku-bukunya tumbuh dua helai daun yang berhadapan.

3) Daun

Daun kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) berbangun daun bulat panjang

lanset, bagian pangkal melebar dan ujungnya runcing, ukuran panjangnya 2,5-

5,5 cm dan lebarnya 0,75-2 cm, tepi daun terasa kasar bila diraba karena

adanya bulu-bulu halus yang keras, permukaan atas berwarna hijau gelap

keungu- unguan dengan urat daun yang nyata.

4) Bunga

Bunga kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) mempunyai dua kelopak,

berambut halus, mahkota berbentuk seperti lonceng dengan 4 daun tajuk,

panjangnya 3-3,75 mm, berwarna putih dengan corak ungu dibagian ujung

kepala bunga kecil, terdapat di ketiak daun dan di ujung batang, ukuran

penampangnya kurang lebih 12 mm.

2
5) Buah

Buah kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) mempunyai bentuk lonjong,

buah kancing ungu terbelah membujur atau longitudinal atas dua belahan, buah

kancing ungu berambut di bagian atas, sekat atau septum yang persisten jelas

terlihat, buah kancing ungu ukurannya kurang lebih 1 mm.

4) Kandungan Kimia

Tanaman mungil yang satu ini digunakan juga dalam mengobati berbagai

macam penyakit. Bunga kancing ungu kaya akan antioksidan (anti radikal bebas)

Vitamin A, E, dan B, mineral seperti kalsium, mangan, kalium, saponosides, dan

beberapa asam amino esensial. Para peneliti menemukan bahwa kandungan

saponosides dalam bunga kancing ungu dapat meringankan gejala rematik. Bunga

ini memiliki rasa yang netral dan manis (Hendrawati, 2021).

Kandungan kimia ekstrak herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) adalah

Triterpenoid/Sterol, saponin, tannin dan flavonoid, gomphrenin I, gomphrenin II,

gomphrenin III, gomphrenin V, gomphrenin VI dan amarathin (Dewi, 2013).

Selain itu herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) juga mengandung minyak

atsiri, flavon atau saponin yang biasa digunakan sebagai peluruh dahak selain itu

efek farmakologis dari tumbuhan ini dinilai mampu mengobati asma, batuk, radang

mata, sakit kepala, sakit panas dan disentri (Ari, 2012).

Ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) mengandung

golongan metabolit Alkaloid, Flavonoid, Saponin, Terpenoid, Tanin dan Steroid

(Wenny, 2020).

2
5) Manfaat

Manfaat dari tanaman daun kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) secara

tradisional digunakan sebagai obat sakit kepala, meningkatkan nafsu makan,

mengobati disentri, mengobati bronkhitis kronis, mengobati asma bronkial dan

sesak napas, mengobati dysuria (kencing tidak lancar), mengobati radang mata,

mengobati insomnia. Bagian tanaman daun kancing ungu (Borreria laevis Lamk.)

yang dimanfaatkan sebagai sumber zat kimia adalah daun, akar, batang, buah, biji

(Hendrawati, 2021).

Sedangkan efek farmakologis yang dilaporkan dari senyawa metabolit sekunder

polifenol yang memiliki khasiat farmakologis diantaranya antioksidan, antitumor,

antiinflamasi, antibiotik, dan antibakteri (Eka Juniarsyih, 2020).

C. Kajian Empiris

Secara empiris belum banyak penelitian yang menggunakan tanaman ini sebagai

sampel, pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Maria (2012) yaitu Borreria

laevis (Lamk.) adalah ramuan yang ditemukan di daerah tropis Asia dan Meksiko, dimana

rebusan daun digunakan untuk mengobati sakit ginjal dan mencegah menstruasi. Studi

ilmiah telah mengkonfirmasi bahwa ekstrak dari spesies Borreria dan Spermacoce juga

memiliki beragam aktivitas biologis, termasuk antiinflamasi, antitumor, antimikroba,

larvasida, antioksidan, gastrointestinal, anti-maag, dan hepatoprotektif.

Pada peneltian yang di lakukan oleh Sidarima (2020) dari hasil skrining fitokimia

menunjukkan bahwa ekstrak herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk..) mengandung

golongan metabolit Flavanoid, Saponin, Fenolik, Tanin, dan Steroid sementara hasil

penentuan kadar total ekstrak herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) menggunakan

2
etanol 70% di peroleh kadar Fenolik total 898,90 mgGAE/g, Flavanoid total sebesar

28,27 mgQE/g, Saponin total sebesar 6,853%, dan Tanin total 0,194 mgTAE/g.

Menurut penelitian (Hendrawati, 2021) kandungan metabolit sekunder yang

didapatkan dalam ekstrak daun kancing ungu (Borreria laevis Lamk) senyawa alkaloid,

flavanoid, saponin,tanin,quinun, steroid. Selain itu menurut penelitian (Juniarsyih, 2020)

ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) mengandung golongan

metabolit flavonoid, saponin, fenolik, tanin, dan steroid.

2
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pikir Penelitian

Jumlah penelitian tentang tanaman obat semakin meningkat. Di Indonesia,

pengetahuan tentang keamanan dan efektivitas jamu sebagian besar hanya berdasarkan

tradisi lisan yang belum melalui pengujian ilmiah yang ketat. Tanaman kancing ungu

merupakan salah satu contoh obat tradisional yang terbuat dari bahan alam yang dapat

memberikan khasiat terapeutik yang lebih tinggi dan diharapkan memiliki efek samping

yang lebih sedikit (Borreria laevis Lamk.).

Pengujian toksisitas akut adalah prosedur pra-klinis yang digunakan untuk menilai

seberapa berbahaya suatu zat dalam jangka waktu yang telah ditentukan setelah pemberian

dosis tunggal. Dalam pengujian toksisitas akut, LD50 adalah standar kuantitatif yang

sering digunakan untuk menunjukkan kisaran dosis fatal.

Jumlah hewan uji yang mati dalam 24 jam pertama setelah menerima dosis tunggal

obat yang sedang diteliti dihitung untuk menentukan LD50 dalam pengujian toksisitas akut

dengan metode yang disarankan oleh para ahli. Namun, karena proses keracunan mungkin

lama, kematian bisa terjadi setelah 24 jam pertama.

3
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis


EfekLamk.)
Toksisitas Akut yang diukur dari Nilai LD50

Keterangan :

: Variabel Independen (Bebas)

: Variabel Dependen (Terikat)

: Menyatakan pengaruh antara variabel independen dan

dependen

Gambar 3. Bagan Kerangka Konsep


C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau

terpengaruhnya variabel terikat (Christalisana, 2018). Adapun variabel independent

pada penelitian ini adalah Ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.)
2.
Variabel Terikat (Dependent)

Variabel dependent adalah variabel terikat yang dipengaruhi karena adanya

variabel bebas (Christalisana, 2018). Adapun Variabel dependent pada penelitian ini

adalah Efek toksisitas akut yang diukur dari nilai LD50 terhadap mencit (Mus

musculus).

3
D. Definisi Operasional & Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional Variabel Independent

Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.) adalah hasil ekstraksi dari

Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.) dengan menggunakan etanol

96%.

Kriteria objektif : Ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.)

dalam satuan mg/g.


2.
Definisi Operasional Variabel Dependent

Uji toksisitas akut merupakan uji pra klinik yang bertujuan mengukur derajat efek

toksik suatu senyawa dalam waktu tertentu setelah pemberian dosis tunggal atau dosis

berulang yang diberikan dalam waktu 24 jam dan diamati selama 14 hari. Tolak ukur

kuantitatif yang sering digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal pada uji

toksisitas akut adalah LD50.

Kriteria objektif :

1) Gejala Toksisitas

a. Menimbulkan gejala-gejala toksisitas, seperti: gromming, salivasi, jalan dengan

perut, lemas, tremor.

b. Tidak menimbulkan gejala-gejala, seperti: gromming, salivasi, jalan dengan

perut, lemas, tremor.

2) LD50

a. Memiliki efek toksisitas jika menyebabkan kematian pada mencit.

b. Tidak memiliki efek toksisitas jika tidak menyebabkan kematian pada mencit.

3
E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah

1. Ha = Ada efek toksisitas ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.)

terhadap mencit.

H0 = Tidak ada efek toksisitas ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis

Lamk.) terhadap mencit.

3
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik eksperimental yang bertujuan untuk

mengetahui efek toksisitas akut dari ekstrak etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis

Lamk.) yang diukur dari nilai LD50 terhadap mencit (Mus musculus).

Desain penelitian yang digunakan yaitu:

K1 K2 KP1 KP2 ETA1 ETA2


K3 KP3 ETA3

HKU EEHKU UTA AD


K4 KP4 ETA4
K5 ETA5
KP5
KP6
K6 ETA6

Keterangan :
HKU = Herba Kancing Ungu
EEHKU = Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu
UTA = Uji Toksisitas Akut
K1 = Kelompok kontrol negatif Na-CMC 1%
K2 = Kelompok ekstrak dosis (5mg/kgBB)
K3 = Kelompok ekstrak dosis (50mg/kgBB)
K4 = Kelompok ekstrak dosis (300mg/kgBB)
K5 = Kelompok ekstrak dosis (2000mg/kgBB)
K6 = Kelompok ekstrak dosis (5000mg/kgBB)
KP1 = Kelompok kontrol negatif Na-CMC 1%
KP2 = Kelompok Perlakuan ekstrak dosis (5mg/kgBB)

3
KP3 = Kelompok Perlakuan ekstrak dosis (50mg/kgBB)
KP4 = Kelompok Perlakuan ekstrak dosis (300mg/kgBB)
KP5 = Kelompok Perlakuan ekstrak dosis (2000mg/kgBB)
KP6 = Kelompok Perlakuan ekstrak dosis (5000mg/kgBB)
ETA1 = Efek Toksisitas Akut Na-CMC 1%
ETA2 = Efek Toksisitas Akut ekstrak dosis (5mg/kgBB)
ETA3 = Efek Toksisitas Akut ekstrak dosis (50mg/kgBB)
ETA4 = Efek Toksisitas Akut ekstrak dosis (300mg/kgBB)
ETA5 = Efek Toksisitas Akut ekstrak dosis (2000mg/kgBB)
ETA6 = Efek Toksisitas Akut ekstrak dosis (5000mg/kgBB)
AD = Analisis Data
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Biofarmasetika-Farmakologi

Prodi Farmasi Universitas Mandala Waluya Kendari. Penelitian ini dimulai pada bulan

Mei- Juli 2022.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah Tumbuhan Kancing Ungu (Borreria laevis

Lamk.) yang diperoleh dari Daerah Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Sampel pada penelitian ini adalah Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.)

yang diperoleh dari Daerah Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

D. Alat dan Bahan

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah blender, rotary evaporator,

mortir dan stamfer, kandang mencit, timbangan analitik, jarum oral, pipet tetes, kapas,

gelas kimia, gelas ukur, spoit injeksi, cawan porselen, penangas air, pinset, batang

pengaduk, gunting, toples, sendok tanduk, kertas saring, aluminium foil, stopwatch.

3
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak Herba Kancing

Ungu (Borreria laevis Lamk.), hewan coba mencit (Mus musculus), aquadest, Na. CMC

1%, etanol 96%, pakan dan minum mencit.

E. Prosedur Penelitian

1. Determinasi

Determinasi sampel adalah untuk membandingkan satu tumbuhan dengan satu

tumbuhan lain yang sudah di kenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan),

sehingga dapat menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan yang akan diteliti.

Determinasi sampel dilakukan di Laboratorium Prodi Farmasi Universitas Mandala

Waluya Kendari.

2. Pengambilan dan Pengolahan Sampel

1) Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampel herba kancing ungu

(Borreria laevis Lamk.) diambil dari seluruh bagian tumbuhan kemudian

dipisahkan dari tumbuhan yang melekat dan disimpan kedalam wadah.

2) Pengolahan Sampel

Sampel Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.) diambil dan dicuci

bersih dengan air mengalir, kemudian dipotong kecil-kecil, dikeringkan dengan

cara diangin-anginkan tanpa sinar matahari langsung. Sampel yang telah kering

kemudian dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk.

3) Ekstraksi Sampel

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu maserasi. Herba

Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.) diekstraksi menggunakan pelarut etanol

3
96%

3
sebanyak 500 gram selama 3 x 24 jam. Sampel dimasukkan ke dalam bejana

maserasi lalu di tambahkan etanol hingga seluruh bahan terendam, dilakukan

dengan 3 x pengulangan dan ditampung setiap 24 jam, lalu pelarutnya diganti

dengan yang baru kemudian dilakukan evaporator dan diangin-anginkan hingga

diperoleh ekstrak kental (Depkes RI, 2018).

3. Prosedur Uji Toksisitas Akut pada Mencit

1) Pembuatan Larutan Na. CMC 1% b/v

Sebanyak 200 ml aquadest dipanaskan pada suhu 70 oC. Dimasukkan Na. CMC

sebanyak 2 gram sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga terbentuk larutan

koloid yang homogen, kemudian volumenya dicukupkan dengan air panas hingga

volumenya 200 ml.

2) Pemilihan dan Penyiapan Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih jantan

(Mus musculus). Berbadan sehat sebanyak 30 ekor mencit dengan berat badan tidak

kurang 20 gram dan umur 35-60 hari. Mencit dibagi dalam 6 kelompok, tiap

kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Kelompok I (Na. CMC) sebagai

kelompok kontrol, sedangkan kelompok II-VI (dosis 5, 50, 300, 2000 dan 5000

mg/kgBB) sebagai kelompok perlakuan.

3) Perlakuan Terhadap Hewan Uji

Perlakuan uji toksisitas dilakukan berdasarkan metode OECD 420 fixed dose

procedure (BPOM, 2014) yang dimulai dari uji pendahuluan dan dilanjutkan maint

test (uji utama). Sebelum perlakuan, hewan uji mencit betina diadaptasi pada

kandang uji selama 7 hari, kemudian ditimbang berat badannya dan dipuasakan

3
tapi

3
tetap diberi minum. Tujuan dilakukan uji pendahuluan adalah untuk mencari dosis

awal yang sesuai untuk uji utama dengan 5 ekor mencit. Berdasarkan metode

OECD 420 fixed dose procedure (BPOM, 2014), dosis pendahuluan dapat dipilih

dari tingkatan fixed dose 5, 50, 300, 2000 dan 5000 mg/kgBB. Sampai saat ini

belum ada penelitian yang menunjukkan LD50 dari ekstrak herba kancing ungu,

dilakukan tahap pertama dalam rangka mencari kisaran LD50 maka dimulai pada

dosis terendah yaitu 5 mg/kgBB.

Uji utama bertujuan untuk mengetahui kisaran nilai LD 50 suatu senyawa dengan

5 ekor mencit pada setiap tingkatan dosis yaitu 5, 50, 300, 2000 dan 5000

mg/kgBB. Dosis awal yang telah ditentukan dari uji pendahuluan adalah 5

mg/kgBB kemudian dilakukan pengamatan pertama setelah pemberian sediaan uji

setiap 4 jam selama 24 jam sehari sekali dan untuk peralihan pemberian dosis

berikutnya 3-4 hari selama 14 hari. Dosis tersebut dapat dinaikkan menjadi 50

mg/kgBB apabila tidak terdapat kematian, tetapi jika dosis awal diberikan 5

mg/kgBB lalu hewan uji mati, sehingga nilai cutt-off LD50 adalah 5 mg/kgBB

(masuk kategori 1 GHS) maka penelitian harus dihentikan, atau jika tidak terdapat

bukti toksisitas maka dosis dinaikkan menjadi 300 mg/kgBB, jika tidak terjadi

toksisitas maka dosis dinaikkan menjadi 2000 mg/kgBB dan jika tidak terjadi

toksisitas maka dosis dinaikkan lagi menjadi dosis tertinggi yaitu 5000 mg/kgBB.

Pemberian ekstrak etanol herba kancing ungu pada uji utama dilakukan bersama

dengan kelompok kontrol (Na CMC 1%) yang terdiri dari 5 ekor mencit.

4
4) Pengamatan Gejala Toksik

Hewan uji diamati terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui perubahan gejala yang terjadi setelah hewan uji diberi perlakuan,

dengan cara membandingkan gejala atau perilaku hewan uji sebelum dan sesudah

perlakuan. Pengamatan gejala klinis yang terjadi dilakukan pada 24 jam pertama

setelah perlakuan. Selanjutnya pengamatan gejala-gejala toksik yang menyertai

seperti; gromming, diare, salivasi, jalan dengan perut, lemas, tremor, urinasi dan

kematian pada mencit.

5) Penentuan Dosis

Volume maksimal larutan uji yang dapat diberikan pada mencit dengan berat

20 g adalah 1 ml. Dosis Na.CMC 1% yang diberikan adalah sebesar 1 ml pada

kelompok dosis kontrol. Dosis sediaan uji yang digunakan pada penelitian ini

menggunakan metode fixed dose yaitu 5, 50, 300, 2000, dan 5000 mg/kgBB

mencit.

F. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan hewan

coba, baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan. Data yang diperoleh berupa

data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif yang akan diperoleh yaitu jumlah hewan

coba yang mati dan data kualitatif yang akan diperoleh yaitu gejala-gejala toksik

yang menyertai pada hewan coba. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data

adalah sebagai berikut:

1) Editing, yaitu penyuntingan data yang dilakukan untuk mengetahui kelengkapan

4
pengisian, kejelasan pengisian, dan konsistensi dalam penelitian ini.

4
2) Entri data, yaitu memasukkan data kuantitatif dalam peneltian ini ke komputer.

3) Cleaning data, yaitu mengecek data yang sudah di entri untuk pengolahan data ini

dilakukan secara komputerisasi menggunakan program SPSS.

2. Analisis Data

1) Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui distribusi

dan proporsi variabel bebas. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan penentuan

nilai LD50 dalam uji toksisitas akut menggunakan metode Thompson dan Weil

berdasarkan rumus sebagai berikut:

Log m = log D + d (f + 1)

Keterangan:

m = Nilai LD50

D = Dosis terkecil yang digunakan

D = Log dari kelipatan dosis

F = Suatu nilai dalam tabel Thomson dan Weil (Supriyono, 2007).

2) Analisis Inferensial

a. Uji Normalitas Data

Analisis data didasarkan pada normalitas dan distribusi data. Jika data

terdistribusi normal maka analisis data bisa dilanjutkan (program SPSS 23),

data dianggap signifikan jika nilai P.Signifikan > 0,05.

b. Uji Hipotesis

Analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

variabel independen dengan dependen.

4
G. Etika Penelitian

Etika dalam melakukan suatu penelitian dengan hewan coba harus memperhatikan

aspek perlakuan yang manusiawi terhadap hewan-hewan tersebut, sesuai dengan prinsip

5F (Freedom) yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman, bebas

dari rasa lapar, bebas dari rasa nyeri, trauma dan penyakit, bebas dari ketakutan dan stress

jangka panjang, bebas mengekspresikan tingkah laku alami, diberikan ruang dan fasilitas

yang sesuai (pengayaan lingkungan yang sesuai). Seluruh perlakuan terhadap hewan

percobaan dituangkan secara rinci didalam protokol penelitian yang dianalogikan sebagai

informed consent pada penelitian yang menggunakan relawan manusia (Ridwan, 2013).

4
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 Laboratorium yang berbeda. Yang

pertama dilakukan proses ekstraksi pada Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.) di

Laboratorium Farmasi Haluoleo Kendari dan yang kedua dilakukan Uji Toksisitas Akut di

Laboratorium Biofarmasetika-Farmakologi Universitas Mandala Waluya. Universitas

Mandala Waluya merupakan salah satu kampus yang berada dikota Kendari Provinsi

Sulawesi Tenggara yang terletak di Jl. Nasution No. G-37 Kambu Kecamatan Poasia yang

telah terakreditasi B.

B. Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

a) Hasil Determinasi

Determinasi tumbuhan herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) dilakukan

Dilaboratorium Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya Kendari.

Hasil determinasi ini gunakan untuk menunjukkan dan menjamin keberadaan jenis

atau spesies tumbuhan. Hasil determinasi ini menunjukkan bahwa tumbuhan yang

digunakan pada penelitian ini merupakan herba kancing ungu (Borreria laevis

Lamk.)

b) Hasil Ekstraksi dan Perhitungan Persen Rendemen Ekstrak

Adapun hasil dari ekstraksi herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.)

sebanyak 500 g menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% dapat

dilihat pada tabel berikut:

4
Tabel 5. Hasil Perhitungan Rendemen Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria

laevis Lamk.)

Sampel Berat simplisia Berat ekstrak Persen


(g) (g) rendemen (%)
Eksrak etanol herba 500 g 38,6 7,72%
kancing ungu
(Borreria laevis
Lamk.)
c) Hasil Pengamatan Gejala-gejala Toksik

Hasil pengamatan yang telah dilakukan secara kualitatif meliputi gejala-gejala

toksik sebagai berikut ; Gromming, salivasi, jalan dengan perut, lemas, dan tremor.

Hasil pengamatan dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Hasil Pengamatan Gejala Toksik

Kelompok Mencit Gromming Salivasi Jalan Lemas Tremor


Dosis (n) (n) (n) Dengan (n) (n)
Perut (n)
Na. CMC 1% 5 0 0 0 0 0
EEHKU 5 2 0 0 1 0
5 mg/kgBB
EEHKU 5 2 0 0 0 0
50 mg/kgBB
EEHKU 5 0 0 0 2 0
300 mg/kgBB
EEHKU 5 0 0 0 2 0
2000 mg/kgBB
Total 25 4 0 0 5 0
Keterangan:
(n) = Jumlah mencit
EEHKU = Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu
d) Jumlah Kematian pada Mencit

Hasil pengamatan yang telah dilakukan secara kuantitatif selama 24 jam dan 14

hari terhadap jumlah kematian hewan coba mencit setelah pemberian ekstrak herba

kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) dapat dilihat pada tabel berikut:

4
Tabel 7. Hasil Pengamatan Jumlah Kematian Hewan Coba Dalam 24 Jam Dan
Jumlah Kematian Dalam 14 Hari
Kelompok Dosis Mencit Jumlah Kematian Jumlah Kematian
(n) Dalam 24 Jamm (n) Dalam 14 Hari (n)
Na. CMC 1% 5 - -
EEHKU 5 1 -
5 mg/kgBB
EEHKU 5 - 1
50 mg/kgBB
EEHKU 5 - 1
300 mg/kgBB
EEHKU 5 - -
2000 mg/kgBB
Keterangan :
(n) = Jumlah mencit
(-) = Tidak ada kematian
EEHKU = Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu
2. Analisis Inferensial

a) Uji Normalitas Data

Tabel 8. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 25
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .75221894
Most Extreme Differences Absolute .425
Positive .425
Negative -.262
Test Statistic .425
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Keterangan:
Terdistribusi normal : Jika nilai p signifikasi > 0,05
Tidak terdistribusi normal : Jika nilai p signifikasi < 0,05

Pada uji normalitas menggunakan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Test, dan menunjukkan hasil nilai P signifikasi (0,425 > 0,05) sehingga data

terdistribusi normal.

4
b) Uji Hipotesis

1) Uji T Parsial

Pada uji T digunakan 1 variabel yaitu variabel kelompok uji (kelompok

dosis yaitu 5 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB) yang

akan dihubungkan dengan hasil pengamatan (gejala toksisitas seperti

gromming, salivasi, jalan dengan perut, lemas, dan tremor), adapun susunan

dalam pengujian ini melibatkan uji t, dan uji f yang dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 9. Hasil uji T


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
(Constant) .540 .360 1.498 .148
Kelompok Uji -.060 .109 -.114 -.552 .586
a. Dependent Variable: Hasil Pengamatan

Keterangan:
Terdapat pengaruh : Jika nilai sig < 0,05, atau t hitung > t tabel maka terdapat
pengaruh variabel
Tidak terdapat pengaruh : Jika nilai sig > 0,05, atau t hitung < t tabel maka tidak terdapat
pengaruh variabel

Pada uji t, terlebih dahulu untuk mengetahui nilai t tabel dengan

menggunakan rumus berikut:


Diketahui: a/2 = tingkat kepercayaan pengujian sebesar 0,05
t tabel = t (a/2 : n – k - 1)
n = jumlah keseluruhan data sampel
k = jumlah variabel
uji Penyelesaian:
t tabel = t (a/2 : n – k - 1)
= t (0,05/2 : 25 – 1 - 1)
= t (0,025 : 23)

4
Berdasarkan dari distribusi tetap untuk nilai t tabel dalam SPSS, angka

dengan t (0,025 : 23) memiliki nilai sebesar 2,069, sehingga nilai t tabel dalam

uji t ini sebesar 2,069.

Jadi berdasarkan hasil uji t, didapatkan hasil bahwa nilai P signifikasi (0,586

> 0,05) dan nilai t hitung (0,552 < 2,069), yang berati hasil data kelompok uji

tidak terdapat pengaruh terhadap hasil pengamatan.

Tabel 10. Hasil Uji


F ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .180 1 .180 .305 .586b
Residual 13.580 23 .590
Total 13.760 24
a. Dependent Variable: Hasil Pengamatan
b. Predictors: (Constant), Kelompok Uji
Keterangan :
Terdapat pengaruh : Jika nilai sig < 0,05, atau t hitung > t tabel maka terdapat
pengaruh variabel
Tidak terdapat pengaruh : Jika nilai sig > 0,05, atau t hitung < t tabel maka tidak terdapat
pengaruh variabel

Pada uji f, terlebih dahulu untuk mengetahui nilai f tabel dengan

menggunakan rumus berikut :


Diketahui: n = jumlah keseluruhan data sampel
f tabel = f (k : n – k)
k = jumlah variabel uji

Penyelesaian:

f tabel = f (k : n x k)

= f (1 : 25 x 1)

= f (1 : 25)

4
Berdasarkan dari distribusi tetap untuk nilai f tabel dalam SPSS, angka

dengan f (1 : 25) memiliki nilai sebesar 3,39, sehingga nilai f tabel dalam uji f

ini sebesar 3,39.

Jadi berdasarkan hasil uji f, didapatkan hasil bahwa nilai P signifikasi (0,586

> 0,05) dan nilai f hitung (0,305 < 3,39), yang berarti hasil data kelompok uji

tidak terdapat pengaruh terhadap hasil pengamatan.

2) Uji T Independent

Pada uji t independent digunakan variabel kelompok hasil pengamatan

untuk melihat apakah data yang berbeda signifikan atau tidak signifikan.

Dimana bila nilai p > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan atau hampir sama,

sedangkan bila p < 0,05 maka terdapat perbedaan dari masing-masing

konsentrasi.

Tabel 11. Hasil Uji T Independent


Nilai P
Kelompok Kelompok Pembanding Keterangan
Signifikansi
Salivasi 0,178 Tidak Signifikan
Jalan dengan perut 0,178 Tidak Signifikan
Gromming Lemas 0,815 Tidak Signifikan
Tremor 0,178 Tidak Signifikan
Gromming 0,178 Tidak Signifikan
Salivasi Lemas 0,089 Tidak Signifikan
Jalan dengan Gromming 0,178 Tidak Signifikan
perut Lemas 0,089 Tidak Signifikan
Gromming 0,815 Tidak Signifikan
Salivasi 0,089 Tidak Signifikan
Lemas Jalan dengan perut 0,089 Tidak Signifikan
Tremor 0,089 Tidak Signifikan
Gromming 0,178 Tidak Signifikan
Tremor Lemas 0,089 Tidak Signifikan
Keterangan:
Tidak Signifikan : Nilai p>0,05, maka tidak terdapat perbedaan atau hampir sama.
Signifikan : Nila p<0,05 maka terdapat perbedaan dari masing-masing perlakuan

5
3) Uji ANOVA

Pada uji ANOVA digunakan variabel kelompok hasil pengamatan untuk

melihat apakah datanya berbeda signifikan atau tidak signifikan, dimana

didapatkan nilai signifikansi p>0,05 yaitu 0,067 yang menandakan data hasil

pengamatan tidak berbeda signifikan dari masing-masing gejala toksisitas.

Untuk mengetahui gejala toksisitas apa saja yang tidak berbeda signifikan

dilakukan dengan uji lanjutan yaitu uji LSD. Dimana bila nilai p > 0,05 maka

tidak terdapat perbedaan atau hampir sama. Sedangkan bila p < 0,05 maka

terdapat perbedaan dari masing-masing konsentrasi.

Tabel 12. Hasil Uji LSD (Least Significant Difference)

Nilai P
Kelompok Kelompok Pembanding Keterangan
Signifikansi
Gromming Salivasi 0,071 Tidak Signifikan
Jalan Dengan Perut 0,071 Tidak Signifikan
Lemas 0,639 Tidak Signifikan
Tremor 0,071 Tidak Signifikan
Salivasi Gromming 0,071 Tidak Signifikan
Jalan Dengan Perut 1,000 Tidak Signifikan
Lemas 0,067 Tidak Signifikan
Tremor 1,000 Tidak Signifikan
Jalan Dengan Gromming 0,071 Tidak Signifikan
Perut Salivasi 1,000 Tidak Signifikan
Lemas 0,067 Tidak Signifikan
Tremor 1,000 Tidak Signifikan
Lemas Gromming 0,639 Tidak Signifikan
Salivasi 0,067 Tidak Signifikan
Jalan Dengan Perut 0,067 Tidak Signifikan
Tremor 0,067 Tidak Signifikan
Tremor Gromming 0,071 Tidak Signifikan
Salivasi 1,000 Tidak Signifikan
Jalan Dengan Perut 1,000 Tidak Signifikan
Lemas 0,067 Tidak Signifikan
Keterangan:
Tidak Signifikan : Nilai p>0,05, maka tidak terdapat perbedaan atau hampir sama.
Signifikan : Nila p<0,05 maka terdapat perbedaan dari masing-masing perlakuan

5
C. Pembahasan

Telah dilakukan penelitian uji toksisitas akut dengan parameter pengujian yaitu

melihat gejala-gejala toksisitas yang terjadi dan jumlah kematian pada mencit. Sampel

yang digunakan pada penelitian ini adalah Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.).

Sampel herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) yang digunakan yaitu dari seluruh

bagian tumbuhan, hal ini dilakukan berdasarkan penggunaannya secara tradisional yang

memanfaatkan seluruh bagian tumbuhan kancing ungu (Borreria laevis Lamk.). Untuk

memastikan kebenaran spesies dari herba kancing ungu maka dilakukan determinasi

terlebih dahulu. Determinasi dilakukan untuk mendapatkan kebenaran identitas dari

tumbuhan herba kancing ungu yang akan digunakan dalam penelitian ini yang diambil

dari Daerah Unaaha, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Hasil determinasi ini

mengkonfirmasi bahwa tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah benar herba

kancing ungu (Borreria laevis Lamk.).

Pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu sampel herba kancing ungu (Borreria

laevis Lamk.) diambil dari seluruh bagian tumbuhan kemudian dicuci hingga bersih

menggunakan air mengalir, lalu dipotong-potong kecil dan simplisia dikeringkan dengan

cara diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung. Pengeringan ini bertujuan

untuk menurunkan kadar air pada bahan agar tidak mudah ditumbuhi mikroba selama

penyimpanan (Pratiwi et al., 2019). Selanjutnya simplisia yang telah kering diserbukkan

menggunakan alat blender kemudian ditimbang dan diekstraksi menggunakan metode

maserasi. Keuntungan metode maserasi yaitu prosedur dan peralatan yang akan

digunakan relatif sederhana, metode ekstraksi tidak dipanaskan sehingga bahan alam

tidak menjadi terurai, ekstraksi cara dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi

5
meskipun

5
beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar

(Henny et al., 2017).

Proses maserasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara merendam serbuk

simplisia Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.) dalam bejana maserasi dengan

menggunakan pelarut etanol 96% yang dilakukan selama 3 x 24 jam dan tiap 1 x 24 jam

dilakukan proses pengadukan. Alasan menggunakan metode maserasi karena metode

maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak akan rusak

(Pratiwi, 2010). Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi dalam penelitian ini adalah

pelarut etanol 96%. Alasan penggunaan pelarut etanol 96% adalah bersifat lebih selektif

yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, absorbsinya baik, kapang dan

khamir sulit tumbuh, mudah menguap, dan mendapatkan ekstrak kental lebih cepat

dibandingkan pelaut etanol 70% (Misna et al., 2016).

Hasil maserasi dari sampel herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) berupa

ekstrak cair yang kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator, setelah itu ekstrak

cair diangin-anginkan menggunakan hair dryer untuk memisahkan ekstrak dari sisa

pelarut sehingga menghasilkan ekstrak kental yang akan ditimbang dan dihitung

rendemennya. Hasil nilai rendemen dari herba kancing ungu yaitu 7,72% dan hasil

tersebut memenuhi syarat karena nilai persen rendemen dengan berat simplisia awal 500

gram tidak kurang dari 3,6% kemudian jika berat simplisia awal 1000 gram maka nilai

persen rendemen tidak kurang dari 7,2% (Depkes, 2000). Menurut Ukieyanna (2012)

penentuan persen rendemen berfungsi untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa

yang tertarik oleh pelarut tersebut namun tidak dapat menentukan jenis senyawa yang

terbawa.

5
Selanjutnya dilakukan uji toksisitas akut ekstrak etanol herba kancing ungu

(Borreria laevis Lamk.) terhadap mencit. Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu sediaan uji

dalam beberapa tingkat dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu

dosis per kelompok, kemudian dilakukan pengamatan terhadap adanya efek toksik dan

kematian pada hewan uji (BPOM RI, 2014).

Metode yang dilakukan pada uji toksisitas akut adalah metode fixed dose. Metode

ini merupakan metode untuk menentukan toksisitas dari suatu senyawa, prinsip dari

metode ini adalah sekelompok hewan uji yang digunakan berjenis kelamin yang sama dan

diberikan dosis bertingkat antara lain; 5, 50, 300, dan 2000 mg/kgBB (dosis dapat

ditambah hingga 5000 mg/kgBB) (BPOM RI, 2014).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan hewan uji mencit berjenis kelamin

jantan sebanyak 30 ekor. Alasan menggunakan mencit berjenis kelamin jantan adalah

karena kondisi biologisnya stabil bila dibandingkan dengan mencit betina yang kondisi

biologisnya dipengaruhi dengan masa siklus estrus. Hal ini bertujuan untuk memperkecil

variabilitas biologis antar hewan uji yang digunakan, sehingga dapat memberikan respon

yang relatif lebih seragam terhadap rangsang kimia yang digunakan dalam penelitian

(Tuhu, 2007).

Sebelum dilakukan perlakuan terhadap hewan uji, mencit diadaptasikan terlebih

dahulu selama 7 hari yang bertujuan untuk mengkondisikan hewan uji dalam suasana di

laboratorium dan juga untuk menghilangkan stres pada hewan uji akibat transportasi.

Kemudian hewan uji mencit dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari kelompok

kontrol dan kelompok dosis yaitu 5 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, 2000

mg/kgBB dan 5000 mg/kgBB yang masing-masing terdapat 5 mencit disetiap kelompok

5
uji. Kemudian

5
mencit dipuasakan terlebih dahulu sebelum perlakuan selama 3-4 jam tetapi air minum

boleh diberikan. Tujuan mencit dipuasakan yaitu agar tidak ada asupan makanan yang

dapat mempengaruhi proses pengujian. Setelah hewan uji dipuasakan, hewan ditimbang

dan diberikan sediaan uji melalui oral. Pemberian sediaan uji pada hari pertama dilakukan

pada kelompok kontrol Na.CMC 1% dan kelompok perlakuan dosis yang dimulai dari

dosis terendah yaitu 5 mg/kgBB dan dosis selanjutnya diberikan setalah 3 hari.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam uji toksisitas akut

terhadap gejala-gejala toksisitas dengan parameter berdasarkan (BPOM RI, 2014) seperti

gromming, salivasi, jalan dengan perut, lemas, dan tremor yang diamati selama 24 jam

setelah pemberian uji. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 6 dimana pada

kelompok kontrol tidak terjadi gejala-gejala toksisitas seperti gromming, salivasi, jalan

dengan perut, lemas, dan tremor. Sedangkan pada kelompok dosis, dimana dosis 5

mg/kgBB pada mencit 1 terjadi gejala toksisitas yaitu lemas (diam), pada mencit 2 dan 3

terjadi gejala toksisitas yaitu gromming sedangkan pada mencit 4 dan 5 tidak terjadi

gejala toksisitas. Kelompok dosis 50 mg/kgBB pada mencit 1 dan 4 terjadi gejala

toksisitas yaitu gromming dan pada mencit 2, 3 dan 5 tidak terjadi gejala toksisitas.

Kelompok dosis 300 mg/kgBB pada mencit 1 dan 3 terjadi gejala toksisitas yaitu lemas

(diam) dan pada mencit 2, 4 dan 5 tidak terjadi gejala toksisitas. Kelompok dosis 2000

mg/kgBB pada mencit 2 dan 3 terjadi gejala toksisitas yaitu lemas (diam) dan pada

mencit 1, 4 dan 5 tidak terjadi gejala toksisitas.

Pengamatan gejala-gejala toksisitas selanjutnya dianalisis menggunakan software

SPSS (Statistical Package For the Social Sciences). Untuk melihat apakah data yang

diperoleh dalam penelitian terdistribusi normal atau tidak dilakukan uji normalitas

5
menggunakan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang menunjukkan hasil

5
nilai P signifikasi (0,425 > 0,05) sehingga data terdistribusi normal, kemudian data akan

dilanjutkan dengan pengujian T Parsial dan T Independent untuk mengetahui lebih lanjut

apakah data kelompok uji (kelompok dosis yaitu 5 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, 300

mg/kgBB, 2000 mg/kgBB) dan hasil pengamatan (gejala toksisitas seperti gromming,

salivasi, jalan dengan perut, lemas, dan tremor) memiliki pengaruh atau tidak. Dari hasil

uji parsial melalui uji t dan f didapatkan bahwa hasil data kelompok uji tidak terdapat

pengaruh terhadap hasil pengamatan, hal ini menunjukan bahwa ekstrak etanol herba

kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) tidak mempunyai efek toksik terhadap

perbandingan hasil pengamatan gejala toksisitas seperti gromming, salivasi, jalan dengan

perut, lemas, dan tremor, selanjutnya dilakukan uji t independent untuk melihat kelompok

hasil pengamatan memiliki data yang berbeda signifikan atau tidak signifikan.

Pada hasil uji T Independent kelompok data salivasi, lemas, dan tremor hanya bisa

dibandingkan dengan kelompok data gromming dan lemas, dikarenakan kelompok data

salivasi, lemas, dan tremor tidak bisa dibandingkan karena memiliki data yang sama

semua, berbeda dengan angka data gromming dan lemas bisa dibandingkan dengan

kelompok data salivasi, jalan dengan perut, lemas, dan tremor. Berdasarkan hasil pada

Tabel 11, didapatkan hasil bahwa keseluruhan pengujian mendapatakan hasil nilai p

signifikasi > 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan

signifikan pada hasil pengamatan gejala toksisitas pada mencit antara kelompok kontrol

dengan kelompok yang diberi perlakuan. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol

herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) tidak mempunyai efek toksik terhadap hasil

pengamatan gejala toksisitas pada mencit.

5
Pada uji ANOVA digunakan variabel kelompok hasil pengamatan untuk melihat

apakah datanya berbeda signifikan atau tidak signifikan, dimana didapatkan nilai

signifikansi p>0,05 yaitu 0,067 yang menandakan data hasil pengamatan tidak berbeda

signifikan dari masing-masing gejala toksisitas. Untuk mengetahui gejala toksisitas apa

saja yang tidak berbeda signifikan dilakukan dengan uji lanjutan yaitu uji LSD.

Berdasarkan hasil pada Tabel 12, didapatkan hasil bahwa keseluruhan pengujian untuk

variabel hasil pengamatan didapatakan hasil dengan nilai p signifikasi > 0,05, sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada hasil pengamatan

gejala toksisitas pada mencit antara kelompok kontrol dengan kelompok yang diberi

perlakuan. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria

laevis Lamk.) tidak mempunyai efek toksik terhadap hasil pengamatan gejala toksisitas

pada mencit.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam uji toksisitas akut herba

kancing ungu (Borreria laevis Lamk.) terhadap kematian pada mencit, dimana hasil

pengamatan menunjukkan tidak ada kematian pada kelompok kontrol (Na. CMC 1%) dan

kelompok dosis 2000 mg/kgBB sedangkan pada kelompok dosis 5 mg/kgBB terdapat

kematian 1 ekor mencit dalam waktu pengamatan 24 jam, pada dosis 50 mg/kgBB

terdapat kematian 1 ekor mencit dan 3000 mg/kgBB juga terdapat kematian 1 ekor mencit

dalam waktu pengamatan 14 hari. Penentuan nilai LD50 diperoleh menggunakan rumus

Thompson dan Weil. Metode ini dipilih karena mempunyai tingkat kepercayaan yang

cukup tinggi dan merupakan metode yang paling sering digunakan, metode ini juga

menggunakan daftar perhitungan LD50 sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat (Nonci

et al., 2014). Perhitungan LD50 memperlihatkan tidak adanya nilai R pada tabel Weil

6
karena hanya 1 ekor mencit ditiap kelompok dosis 5, 50, 300 mg/kgBB yang mati

sehingga nilai R yang

6
didapat 1,1,1,0. Hasil tersebut dapat diabaikan karena hanya terjadi pada 1 ekor mencit

tiap kelompok dosis 5, 50, 300 mg/kgBB (tidak mencapai 50%) yang mungkin

disebabkan oleh faktor lain diluar efek yang disebabkan oleh sediaan uji herba kancing

ungu. Kematian tersebut dapat disebabkan adanya kesalahan pada saat pemberian sediaan

(Armansyah et al., 2016). Hal ini sesuai dengan kriteria uji toksisitas akut yang dilakukan

untuk menilai LD50 bahwa berdasarkan kesepakatan yang diambil para ahli, jika dosis

maksimal yang diberikan tidak menimbulkan kematian hewan uji, maka LD 50 dinyatakan

dengan LD50 semu atau bukan LD50 yang sesungguhnya (Loomis, 1978). Bila pada dosis

maksimal tidak ada kematian pada hewan uji, maka jelas senyawa tersebut masuk dalam

kriteria “praktis tidak toksik” (Iwuanyanwu et al., 2012).

Penelitian uji toksisitas akut pada dosis 5000 mg/kgBB tidak lanjutkan atau tidak

dilakukan perlakuan terhadap hewan uji karena berdasarkan (BPOM RI, 2014) mengenai

uji batas dalam metode fixed dose bahwa jika pada uji utama (5 mg/kgBB) hanya 1 ekor

hewan uji yang mengalami kematian atau tidak ada hewan yang mati pada tingkat dosis

2000 mg/kgBB, maka tidak perlu diberikan dosis melampaui 2000 mg/kgBB.

6
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.)

tidak mempunyai efek toksik terhadap hasil pengamatan gejala toksisitas pada mencit

seperti gromming, salivasi, jalan dengan perut, lemas, dan tremor.

2. Hasil pada pemberian dosis 5, 50, dan 300 mg/kgBB menyebabkan kematian hanya 1

ekor tiap kelompok dosis sedangkan pada dosis 2000 mg/kgBB tidak menyebabkan

kematian mencit tetapi hasil tersebut dapat diabaikan karena hanya terjadi pada 1 ekor

mencit tiap kelompok dosis 5, 50, 300 mg/kgBB (tidak mencapai 50%).

B. Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan berat relatif organ

dan pengaruh efek toksik terhadap berat badan mencit.

6
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. 2010. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi sebagai Bahan
Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.
Ari, S, A., and Nuryanti, S., 2012. Skrining fitokimia ekstrak herba kancing ungu (Borreria
laevis Lamk). Jurnal Fitofarmaka Indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Uji Toksisitas
Nonklinik Secara In Vivo. Jakarta: BPOM RI.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang
Persyaratan mutu obat tradisional. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Cetakan Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Eka Juniarsyih Inawade S, 2020. Skrining Fitokimia Dan Penenetuan Kadar Polifenol Total,
Flavonoid Total, Saponin Total Dan Tanin Total Herba Kancing Ungu (Borreria
Laevis Lamk). Program Studi Si Farmasi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas
Mandala Waluya Kendari.
Aried Eriadi, Helmi Arifin, and Nirwanto., 2016. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun
Kirinyuh (Chromolaenodorata (L) R.M.King & H. Rob) Pada Mencit Putih Jantan.
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 2. Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang.
Fadli, Muhammad Yogie., 2015. Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Daun Sambang Nyawa
(Gynura procumbens (lour) merr) Terhadap Gambaran Hispatologi Lambung Pada
Tikus Galur Sprague Dawley. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Hanani E. Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2014.
Hendrawati, 2021. Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Kancing Ungu (Borreria
Laevis) Pada Mencit (Mus-muscullus). Program Studi Si Farmasi Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Mandala Waluya Kendari.
Henny Nurhasnawati, Sukarmi, and Fitri Handayani., 2017. Perbandingan Metode Ekstraksi
Maserasi dan Sokletasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Jambu
Bol (Syzygium malaccense L.). Jurnal Ilmiah Manuntung. 3(1), 91-95.
Iwuanyanwu, U. M., 2012. Potensi penghambatan senyawa bioaktif allium sativum, nigella
sativa, dan zingiber officinale terhadap SARS-CoV-2 melalui in silico, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

6
Jumain, Syahruni, and Farid F.T., 2018. Uji Toksisitas Akut Dan LD50 Ekstrak Etanol Daun
Kirinyuh (Euphatorium odoratum Linn) Pada Mencit (Mus musculus). Jurnal Media
Farmasi, Vol. XIV, NO.1. Jurusan Farmasi Universitas Pancasakti Makassar.
Kasih AL, Astrawan M. Khasiat WarnaWarni Makanan. Indonesia: Gramedia Pustaka Utama;
2008.
Loomis, T.A. 1978. Toksikologi Dasar, diterjemahkan oleh Imono Argo Donatus, Edisi III,
IKIP Semarang Press, Semarang
Maghfirah, 2020. Skrining Dan Uji Aktivitas Ektrak Etanol Herba Kancing Ungu (Borreria
Laevis Lamk) Terhadap Escherichia Coli, Pseudomonas Aeruginosa Dan
Staphylococcus Aureus. Program Studi Si Farmasi Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Mandala Waluya Kendari.
Misna, M., and Diana, K., 2016, Aktivitas antibakteri ekstrak kulit bawang merah (Allium
cepa l.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika
Journal of Pharmacy)(e-Journal), 2(2), 138-144.
Nonci, F. Y., and Rusdi, M., 2014, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Klika Jambu Mede
(Anacardium occidentale l.) Pada Mencit Jantan (Mus musculus). Jurnal farmasi UIN
Alauddin Makassar, 2(2), 62-68.
Nurhasnawati, Henny., Sukarmi, S., and Handayani, F., 2017, Perbandingan metode ekstraksi
maserasi dan sokletasi terhadap aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun jambu bol
(Syzygium malaccense L.). Jurnal Ilmiah Manuntung, 3(1), 91-95.
OECD. 1998. Organization for Economic Cooperation and Development Guidelines for The
Testing of Chemicals TG 408 Repeated Dose 90-dayOral Toxicity Study in Rodents.
Paris: Environment Directorate. Hal 2-4
OECD. (2008). Organization for Economic Cooperation and Development Guidelines for the
Testing of Chemicals.TG 407. Hal. 1-13.
Plasta, F. M., 2007. Tanaman Obat Keluarga (Revisi): Niaga Swadaya.
Pratiwi Amaliah, A., Sobari, E., and Mukminah, N. 2019. Rendemen Dan Karakteristik Fisik
Ekstrak Oleoresin Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Pelarut Heksan."
Presented at Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar
Ridwan, E., 2013. Etika pemanfaatan hewan percobaan dalam penelitian kesehatan. J Indon
Med Assoc, 63(3), 112-116.
Soewolo, J., Syahruni, S., and Farid, F., 2010, Uji toksisitas akut dan ld50 ekstrak etanol daun
kirinyuh (Euphatorium odoratum Linn) pada mencit (Mus musculus). Media Farmasi,
14(1), 28-34.
Supriyono. 2007. Pengujian Lethal Dosis (LD50) Ekstrak Etanol Biji Buah Duku (Lansium
domesticum Corr) Pada Mencit (Mus musculus).

6
Syamsul, E.S., Dkk., 2015. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kerehau (Callicarpa
longifolia Lam.) Terhadap Mencit Putih. Jurnal Imiah Manuntung. Akademi Farmasi
Samarinda.
Tobo, F,.Mufidah, Taebe, B., Mahmud, A.I. 2011. Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia 1.
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Tuhu, P. F. S., Purwantiningsih, Wahyuni, A. S. 2007, Efek Analgetika Ekstrak Etanol Daun
Kayu Putih (Melaleuca leucadendron L.) Pada Mencit Jantan. Jurnal Pharmacon,
Volume 8, No. 2, 40-43.
Ukieyanna, E., 2012. Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolik Dan Flavonoid Total Tumbuhan
Suruhan (Peperomia Pellucida L. Kunth), Skripsi, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.
Weka Sidha Bhagawan, 2011. Penelitian Etnofarmasi Suku Tengger Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang. Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Zufami, Z., Dewi, E., and Maulinda, M., 2013, Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pekarangan.
Jurnal Agroristek, 3(2), 44-50.

6
LAMPIRAN

6
Lampiran 1. Surat Determinasi

6
6
7
Lampiran 2. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak

Herba Kancing Ungu (Borreria laevis


Lamk.)

Dicuci, disortasi basah, dirajang, dikeringkan, disortasi kering diblender, kemud

Serbuk Simplisia Herba Kancing Ungu

Dimaserasi dengan etanol 96% selama 3x24 jam.

Ekstrak dipekatkan dengan rotary evaporator

Ekstrak diuapkan dengan hair drayer

Ekstrak kental

7
Lampiran 3. Skema Kerja Uji Toksisitas Akut

Hewan Mencit (Mus musculus)

Mencit Diadaptasi Selama 7 Hari

Mencit Ditimbang Dan Pengamatan Perilaku

Pemberian Sediaan Uji (Oral)

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI


Kontrol
(Na. CMC Dosis 5 Dosis 50 Dosis 300 Dosis 2000 Dosis 5000
1%) mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB mg/kgBB

Pengamatan Gejala-Gejala Toksik Dan Jumlah Hewan Yang Mati

Perhitungan LD50

7
Lampiran 4. Perhitungan

a. Perhitungan Hasil Rendemen Ekstrak

Bobot total Ekstrak (g)


Rendemen Ekstrak = Bobot total serbuk simplisia (g) x 100 %
38,6 g
= x 100 %
500 g

= 7,72 %
b. Perhitungan Na. CMC 1% (Kontrol negatif)
1
Na. CMC 1% =
100 X 200 ml = 2 gram
c. Perhitungan Dosis Ekstrak
 Dosis konversi mencit : 5 mg/kgBB
- Konversi = 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg/20g

- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 20g
0,5 ml = X

0,013 mg
X = 0,5 ml

= 0,026 mg/ml
- Larutan stok = 0,026 mg/ml x 20 ml
= 0,52 mg/20ml = 0,00052 g/20ml
1. Dosis untuk mencit 36 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 36g
= 0,026 mg/ml

= 0,9 ml
2. Dosis untuk mencit 29 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 29g
= 0,026 mg/ml

= 0,73 ml
3. Dosis untuk mencit 28 gram
- dosis X BB
Vp =
7
konsentrasi

7
0,013 mg/20g x 28g
= 0,026 mg/ml

= 0,7 ml
4. Dosis untuk mencit 23 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 23g
= 0,026 mg/ml

= 0,58 ml
5. Dosis untuk mencit 20 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 20g
= 0,026 mg/ml

= 0,5 ml
 Dosis konversi mencit : 50 mg/kgBB
- Konversi = 50 mg x 0,0026 = 0,13 mg/20g

- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,13 mg/20g x 20g
0,5 ml = X

0,13 mg
X = 0,5 ml

= 0,26 mg/ml
- Larutan stok = 0,26 mg/ml x 20 ml
= 5,2 mg/20ml = 0,0052 g/20ml
1. Dosis untuk mencit 35 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,13 mg/20g x 35g
= 0,26 mg/ml

= 0,88 ml
2. Dosis untuk mencit 29 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,13 mg/20g x 29g
= 0,26 mg/ml

7
= 0,73 ml

7
3. Dosis untuk mencit 27 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,13 mg/20g x 27g
= 0,26 mg/ml

= 0,68 ml
4. Dosis untuk mencit 38 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,13 mg/20g x 38g
= 0,26 mg/ml

= 0,95 ml
5. Dosis untuk mencit 30 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,13 mg/20g x 30g
= 0,26 mg/ml

= 0,75 ml
 Dosis konversi mencit : 300 mg/kgBB
- Konversi = 300 mg x 0,0026 = 0,78 mg/20g

- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,78 mg/20g x 20g
0,5 ml = X

0,78 mg
X = 0,5 ml

= 1,56 mg/ml
- Larutan stok = 1,56 mg/ml x 20 ml
= 31,2 mg/20ml = 0,0312 g/20ml
1. Dosis untuk mencit 39 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,78 mg/20g x 39g
= 1,56 mg/ml

= 0,98 ml
2. Dosis untuk mencit 26 gram
- dosis X BB
Vp =
7
konsentrasi

7
0,78mg/20g x 26g
= 1,56 mg/ml

= 0,65 ml
3. Dosis untuk mencit 39 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,78 mg/20g x 39g
= 1,56 mg/ml

= 0,98 ml
4. Dosis untuk mencit 27 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,78 mg/20g x 27g
= 1,56 mg/ml

= 0,68 ml
5. Dosis untuk mencit 33 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,78mg/20g x 33g
= 1,56 mg/ml

= 0,83 ml
 Dosis konversi mencit : 2000 mg/kgBB
- Konversi = 2000 mg x 0,0026 = 5,2 mg/20g

- dosis X BB
Vp = konsentrasi
5,2 mg/20g x 20g
0,5 ml = X

5,2 mg
X = 0,5 ml

= 10,4 mg/ml
- Larutan stok = 10,4 mg/ml x 20 ml
= 208 mg/20ml = 0,208 g/20ml
1. Dosis untuk mencit 33 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 33g
= 0,026 mg/ml

7
= 0,83 ml

8
2. Dosis untuk mencit 37 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 37g
= 0,026 mg/ml

= 0,93 ml
3. Dosis untuk mencit 36 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 36g
= 0,026 mg/ml

= 0,9 ml
4. Dosis untuk mencit 33 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 33g
= 0,026 mg/ml

= 0,83 ml
5. Dosis untuk mencit 36 gram
- dosis X BB
Vp = konsentrasi
0,013 mg/20g x 36g
= 0,026 mg/ml

= 0,9 ml

8
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Sampel

NO. GAMBAR KETERANGAN


1. Pengambilan sampel

2. Proses pengeringan sampel

3. Hasil pengeringan sampel

4. Proses pengubahan sampel menjadi


serbuk

8
5. Proses penimbangan sampel

6. Proses ekstraksi maserasi pada sampel


menggunakan pelarut etanol 96%

7. Proses pemekatan ekstrak hasil maserasi


dengan rotary evaporator

8. Proses pengeringan ekstrak menggunakan


hair dryer

9. Ekstrak kental

8
2. Perlakuan Terhadap Hewan Uji Mencit (Mus musculus)

NO. GAMBAR KETERANGAN


1. Penimbangan bahan Na.CMC 1%

2. Penimbangan bahan Ekstrak Herba


Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk.)

3. Aquadest dipanaskan sebanyak 200 ml

4. Pembuatan larutan Na.CMC 1%

6. Pembuatan larutan ekstrak

8
7. Larutan Na. CMC 1% dan larutan Ekstrak

8. Mencit dibagi dalam 6 kelompok yang


terdiri dari 5 mencit dalam masing-
masing kelompok

9. Proses penimbangan berat badan hewan


uji mencit

10. Proses pemegangan hewan uji mencit

11. Proses penyuntikan sediaan uji melalui


oral

8
12. Proses pengamatan gejala-gejala
toksisitas selama 24 jam dan pengamatan
kematian hewan uji mencit selama 14
hari

13. Mencit yang masih hidup dikorbankan


pada hari ke 15 dengan metode dislokasi
leher

8
Lampiran 6. Hasil Olah Data SPSS
1. Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 25
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .75221894
Most Extreme Differences Absolute .425
Positive .425
Negative -.262
Test Statistic .425
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

2. Uji T Parsial
Variables Entered/Removeda
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 Kelompok Ujib . Enter
a. Dependent Variable: Hasil Pengamatan
b. All requested variables entered.

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .114a .013 -.030 .768
a. Predictors: (Constant), Kelompok Uji

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .180 1 .180 .305 .586b
Residual 13.580 23 .590
Total 13.760 24
a. Dependent Variable: Hasil Pengamatan
b. Predictors: (Constant), Kelompok Uji

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .540 .360 1.498 .148
Kelompok Uji -.060 .109 -.114 -.552 .586
a. Dependent Variable: Hasil Pengamatan

8
3. Uji Independent Samples Test
a) Hasil Pengamatan Kelompok Data Gromming
Independent Samples Test

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 Gromming .80 5 1.095 .490
Salivasi .00 5 .000 .000
Pair 2 Gromming .80 5 1.095 .490
Jalan Dengan Perut .00 5 .000 .000
Pair 3 Gromming .80 5 1.095 .490
Lemas 1.00 5 1.000 .447
Pair 4 Gromming .80 5 1.095 .490
Tremor .00 5 .000 .000

Independent Samples Test


N Correlation Sig.
Pair 1 Gromming & Salivasi 5 . .
Pair 2 Gromming & Jalan Dengan
5 . .
Perut
Pair 3 Gromming & Lemas 5 -.456 .440
Pair 4 Gromming & Tremor 5 . .

Independent Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval
Std. Std. of the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Error Lower Upper T Df tailed)
Mean
Pair Gromming - Salivasi
.800 1.095 .490 -.560 2.160 1.633 4 .178
1
Pair Gromming - Jalan
.800 1.095 .490 -.560 2.160 1.633 4 .178
2 Dengan Perut
Pair Gromming - Lemas
-.200 1.789 .800 -2.421 2.021 -.250 4 .815
3
Pair Gromming - Tremor
.800 1.095 .490 -.560 2.160 1.633 4 .178
4

8
b) Hasil Pengamatan Kelompok Data Salivasi

Independent Samples Test

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 Salivasi .00 5 .000 .000
Gromming .80 5 1.095 .490
Pair 2 Salivasi .00a 5 .000 .000
Jalan Dengan Perut .00a 5 .000 .000
Pair 3 Salivasi .00 5 .000 .000
Lemas 1.00 5 1.000 .447
Pair 4 Salivasi .00a 5 .000 .000
Tremor .00a 5 .000 .000
a. The correlation and t cannot be computed because the standard error of the difference is 0.

Independent Samples Test

N Correlation Sig.
Pair 1 Salivasi & Gromming 5 . .
Pair 3 Salivasi & Lemas 5 . .

Independent Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval of the
Std. Std. Difference Sig. (2-
Mean Deviation Error Lower Upper T df tailed)
Mean
Pair Salivasi - -
-.800 1.095 .490 -2.160 .560 4 .178
1 Gromming 1.633
Pair Salivasi - Lemas - -
1.000 .447 -2.242 .242 4 .089
3 1.000 2.236

c) Hasil Pengamatan Kelompok Data Jalan Dengan Perut

Independent Samples Test

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 Jalan Dengan Perut .00 5 .000 .000
Gromming .80 5 1.095 .490
Pair 2 Jalan Dengan Perut .00a 5 .000 .000
Salivasi .00a 5 .000 .000
Pair 3 Jalan Dengan Perut .00 5 .000 .000
Lemas 1.00 5 1.000 .447
Pair 4 Jalan Dengan Perut .00a 5 .000 .000
Tremor .00a 5 .000 .000
a. The correlation and t cannot be computed because the standard error of the difference is 0.

8
Independent Samples Test
N Correlation Sig.
Pair 1 Jalan Dengan Perut &
5 . .
Gromming
Pair 3 Jalan Dengan Perut & Lemas 5 . .

Independent Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval
Std. Std. of the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Error Lower Upper T df tailed)
Mean
Pair Jalan Dengan Perut -
-.800 1.095 .490 -2.160 .560 -1.633 4 .178
1 Gromming
Pair Jalan Dengan Perut
– -1.000 1.000 .447 -2.242 .242 -2.236 4 .089
3
Lemas

d) Hasil Pengamatan Kelompok Data Lemas

Independent Samples Test


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Lemas 1.00 5 1.000 .447
Gromming .80 5 1.095 .490
Pair 2 Lemas 1.00 5 1.000 .447
Salivasi .00 5 .000 .000
Pair 3 Lemas 1.00 5 1.000 .447
Jalan Dengan Perut .00 5 .000 .000
Pair 4 Lemas 1.00 5 1.000 .447
Tremor .00 5 .000 .000

Independent Samples Test


N Correlation Sig.
Pair 1 Lemas & Gromming 5 -.456 .440
Pair 2 Lemas & Salivasi 5 . .
Pair 3 Lemas & Jalan Dengan Perut 5 . .
Pair 4 Lemas & Tremor 5 . .

Independent Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Std. Interval of the Sig. (2-
Mean Deviation Error Difference t df tailed)
Mean Lower Upper
Pai Lemas - Gromming
.200 1.789 .800 -2.021 2.421 .250 4 .815
r1
Pair Lemas - Salivasi
1.000 1.000 .447 -.242 2.242 2.236 4 .089
2
Pair Lemas - Jalan
3 Dengan Perut 1.000 1.000 .447 -.242 2.242 2.236 4 .089

9
Pair Lemas - Tremor
4 1.000 1.000 .447 -.242 2.242 2.236 4 .089

9
e) Hasil Pengamatan Kelompok Data Tremor

Independent Samples Test

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 Tremor .00 5 .000 .000
Gromming .80 5 1.095 .490
Pair 2 Tremor .00a 5 .000 .000
Salivasi .00a 5 .000 .000
Pair 3 Tremor .00a 5 .000 .000
Jalan Dengan Perut .00a 5 .000 .000
Pair 4 Tremor .00 5 .000 .000
Lemas 1.00 5 1.000 .447
a. The correlation and t cannot be computed because the standard error of the difference is 0.

Independent Samples Test

N Correlation Sig.
Pair 1 Tremor & Gromming 5 . .
Pair 4 Tremor & Lemas 5 . .

Independent Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval
Std. Std. of the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Error Lower Upper t df tailed)
Mean
Pair Tremor -
-.800 1.095 .490 -2.160 .560 -1.633 4 .178
1 Gromming
Pair Tremor - Lemas
-1.000 1.000 .447 -2.242 .242 -2.236 4 .089
4

4. Uji ANOVA
a) Hasil Uji ANOVA
ANOVA
Hasil Pengamatan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4.960 4 1.240 2.818 .067
Within Groups 8.800 20 .440
Total 13.760 24

9
b) Hasil Uji LSD

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hasil Pengamatan
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) Kelompok Uji (J) Kelompok Uji Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Gromming Salivasi .800 .420 .071 -.08 1.68
Jalan Dengan Perut .800 .420 .071 -.08 1.68
Lemas -.200 .420 .639 -1.08 .68
Tremor .800 .420 .071 -.08 1.68
Salivasi Gromming -.800 .420 .071 -1.68 .08
Jalan Dengan Perut .000 .420 1.000 -.88 .88
Lemas -900 .420 .067 -1.58 -.07
Tremor .000 .420 1.000 -.88 .88
Jalan Dengan Perut Gromming -.800 .420 .071 -1.68 .08
Salivasi .000 .420 1.000 -.88 .88
Lemas -900 .420 .067 -1.58 -.07
Tremor .000 .420 1.000 -.88 .88
Lemas Gromming .200 .420 .639 -.68 1.08
Salivasi -900 .420 .067 -1.58 -.07
Jalan Dengan Perut -900 .420 .067 -1.58 -.07
Tremor -900 .420 .067 -1.58 -.07
Tremor Gromming -.800 .420 .071 -1.68 .08
Salivasi .000 .420 1.000 -.88 .88
Jalan Dengan Perut .000 .420 1.000 -.88 .88
Lemas -900 .420 .067 -1.58 -.07
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Reni Lukas

2. Tempat / Tanggal Lahir : Parauna, 2 Agustus 1998

3. Agama : Kristen

4. Alamat : Jl. Bunga Kamboja, Kemaraya

5. No. Telpon 082291311886

6. Status : Mahasiswa

7. Pendidikan Formal

a. SD : SDN 1 PARAUNA

b. SMP : SMPN 1 UNAAHA

c. SMA : SMKS KESEHATAN UNAAHA

8. Nama Orang Tua

a. Ayah : Lukas Palungan

b. Ibu : Fina Ponno

9. Pekerjaan Orang Tua

a. Ayah : Wiraswasta

b. Ibu : Ibu Rumah Tangga

10. Jumlah Bersaudara : 11 Orang

11. Anak Ke : 11 (Sebelas)

Anda mungkin juga menyukai