Anda di halaman 1dari 69

SKRIPSI PENELITIAN

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL HERBA KANCING


UNGU (Borreria laevis Lamk.) TERHADAP PENURUNAN
KADAR ASAM URAT DARAH MENCIT
(Mus musculus)

YULIN ANASTASYA FABIOLA PONTENGI


F201801069

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL

Skripsi ini telah kami setujui untuk disajikan dihadapan Tim Penguji pada Ujian

Komprehensif Program Studi S-1 Farmasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Mandala

Waluya dalam rangka penyempurnaan penulisan.

Kendari, Agustus 2022

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Lodes Hadju, SKM., M.Kes apt. Fatma Sari Siharis, S.Farm., M.Si
NIDN : 09 1705 8303 NIDN : 03 1204 8703

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi

apt. Wa Ode Yuliastri, S.Farm., M.Si


NIDN : 09-2007-8202

ii
iii
ABSTRAK

Universitas Mandala Waluya Kendari


Fakultas sains dan teknologi
Program Studi Farmasi
Hasil Penelitian, Agustus 2022

YULIN ANASTASYA FABIOLA PONTENGI (F201801069)


‘UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL HERBA KANCING UNGU (Borreria laevis
Lamk.) TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH MENCIT (Mus
musculus)’
Pembimbing I : Lodes Hadju SKM., M.Kes
Pembimbing II : apt. Fatma Sari Siharis, S.Farm.,M.Si
(xiii + 39 Halaman + 3 Gambar + 6 Tabel + 6 Lampiran)

Hiperurisemia merupakan suatu kondisi dimana kadar asam urat melebihi batas
normal. Saat ini penggunaan obat sintetik digunakan untuk terapi asam urat, namun terdapat
efek samping yang tidak diinginkan. Alternatif bahan alam seperti herba kancing ungu
(Borreria laevis Lamk.) merupakan salah satunya karena herba kancing ungu mempunyai
senyawa flavonoid yang dapat menghambat kerja enzim xantin oksidase yang berperan dalam
pembentukan asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penurunan kadar
asam urat pada ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk.). Penelitian ini
menggunakan metode maserasi karena tidak menggunakan pemanasan sehingga zat aktif tidak
terurai dan senyawa bersifat termolabil dan menggunakan etanol 96% sebagai pelarut yang
akan menyari lebih banyak senyawa polar seperti flavonoid, tanin, dan saponin.
Jenis penelitian ini yaitu eksperimental. Pengujian aktivitas penurunan asam urat
hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif (NaCMC), kontrol
positif (Allopurinol), ekstrak etanol herba kancing ungu 400mg/gBB, ekstrak etanol herba
kancing ungu 800mg/gBB, dan ekstrak etanol herba kancing ungu 1600mg/gBB. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan One-way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji LSD.
Hasil skrining fitokimia dari ekstrak etanol herba kancing ungu mengandung senyawa
kimia seperti alkaloid, steroid, saponin, tanin, fenol, dan flavonoid. Konsentrasi dosis
400mg/gBB, 800mg/gBB dan 1600mg/gBB memiliki aktivitas penurunan kadar asam urat
dan yang paling optimal untuk menurunkan kadar asam urat yaitu konsentrasi dosis
400mg/gBB dengan persen penurunan kadar asam urat 38%.
Hasil yang diperoleh dari uji aktivitas penurunan kadar asam urat menunjukkan bahwa
nilai p sig uji ANOVA p>0,05 dan untuk uji LSD memiliki nilai p<0,05.

Kata kunci : Kafein, Asam Urat, Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk),
etanol 96%
Daftar Pustaka : 28 (1984-2021)

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian

yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis

Lamk.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Mencit (Mus musculus)” guna

memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi

Farmasi di Universitas Mandala Waluya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Penyusunan hasil penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk

meningkatkan mutu dari Penulisan ini sangat Penulis harapkan.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menghanturkan rasa terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Lodes Hadju SKM., M.Kes selaku Pembimbing I dan kepada Ibu

apt. Fatma Sari Siharis, S.Farm., M.Si selaku Pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan

pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun

kritik sehingga hasil penelitian ini menjadi lebih baik.

Tak lupa pula penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Tasman SKM.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari

2. Ibu Dr. Ratna Umi Nurlila, S.Si. M.Sc selaku Rektor Universitas Mandala Waluya

3. Bapak Laode Hadju SKM., M.Kes selaku wakil rektor Bidang Akademik

4. Ibu Wa Ode Nova Noviyanti SKM., M.Kes selaku wakil rektor Bidang Non Akademik

5. Toto Surianto S, SKM., MH.Kes selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswan Universitas

Mandala Waluya

6. Bapak La Djabo Buton, SKM.,M.Kes selaku Ketua Lembaga (LPPM, LPM) Universitas

Mandala Waluya

v
7. Ibu apt. Wa Ode Yuliastri, S.Farm., M.Si selaku Ketua Prodi Farmasi Fakultas Sains Dan

Teknologi Universitas Mandala Waluya

8. Para Tim Penguji masing-masing : Ibu Risky Juliansyah S.Farm.,M.Si selaku Penguji I,

Ibu apt. Silviana Hasanudin S.Farm., M.Farm selaku penguji II dan Bapak apt. Bai Athur

Ridwan S.Farm., M.Pharm,Sci selaku penguji III.

9. Seluruh dosen dan staf/karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah banyak

membantu Penulis semasa pendidikan.

10. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta motivasi.

11. Seluruh teman-teman Program Studi Farmasi Angkatan 2018 khususnya kelas B2,

Noventus yosua han, Febi, Made devi, Doyan eat-eat: Epi, Reni, Dila, Aulia, Dita, Ayuni,

Ningsa, Eka, Mila, Mita, dan Wulan yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada

Penulis hingga selesainya hasil penelitian ini.

Demikian hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama

Penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Mandala Waluya

Kendari, Agustus 2022

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN HASIL ............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. iii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iv
ABSTRACT ...................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .....................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan penelitian ........................................................................................... 3
D. Manfaat penelitian ......................................................................................... 4
E. Kebaruan penelitian........................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Variabel Terikat.................................................................. 6
B. Tinjauan Umum Variabel Bebas.................................................................... 9
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pikir Penelitian..................................................................................... 17
B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian............................................................... 17
C. Variabel Penelitian......................................................................................... 18
D. Definisi Operasional & Kriteria Objektif....................................................... 18
E. Hipotesis Penelitian........................................................................................ 19

vii
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian............................................................................ 20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................... 20
C. Populasi dan Sampel...................................................................................... 21
D. Alat dan Bahan............................................................................................... 21
E. Prosedur Kerja................................................................................................ 21
F. Analisis Data.................................................................................................. 26
G. Etika Penelitian............................................................................................... 27
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil................................................................................................................ 29
B. Pembahasan.................................................................................................... 33
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 39
B. Saran .............................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kancing ungu (Borreria laevis)....................................................................... 9


Gambar 2. Mencit (Mus musculus).................................................................................... 13
Gambar 3. Rata-rata presentase penurunan kadar asam urat (H-1 – H-7)......................... 31

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian terkait dalam 5 tahun terakhir.............................................................. 5


Tabel 2. Sifat fisiologis mencit .......................................................................................... 13
Tabel 3. Hasil identifikasi fitokimia herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk)............ 29
Tabel 4. Perhitungan rendemen ekstrak herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk)....... 30
Tabel 5. Rata-rata penurunan kadar asam urat.................................................................... 30
Tabel 6. Hasil analisis pengukuran asam urat pada H-3-H-5-H-7...................................... 32

x
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Arti
EEHKU Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu
SFK Skrining FitoKimia
PAU Pengujian Asam Urat
PAAU Pengamatan Aktivitas Asam Urat
KN Kontrol Negatif
KP Kontrol Positif
D1 Dosis 1 (400 mg/gBB)
D2 Dosis 2 (800 mg/gBB)
D3 Dosis 3 (1600 mg/gBB)
KAUNSI Kadar Asam Urat Normal Sebelum Induksi
KAUSI Kadar Asam Urat Setelah Induksi
KAUSP Kadar Asam Urat Setelah Perlakuan
VP Volume Pemberian

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja pembuatan ekstrak


Lampiran 2. Skema kerja asam urat
Lampiran 3. Surat determinasi
Lampiran 4. Perhitungan dosis
Lampiran 5. Dokumentasi penelitian
Lampiran 6. Hasil analisis SPSS (ONE-ANOVA)

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam urat adalah penyakit sendi yang terjadi akibat kadar asam urat yang terjadi

diatas normal atau bisa juga disebut dengan hiperurisemia. Asam urat merupakan produk

akhir dari metabolisme purin. Tingginya kadar asam urat dalam tubuh dapat menyebabkan

penyumbatan aliran darah karena penumpukan kristal (Lingga, 2012).

Skala internasional berdasarkan survei WHO, Indonesia merupakan negara

terbesar ke 4 didunia yang penduduknya menderita asam urat. Prevalensi penyakit asam

urat diindonesia diperkirakan 1,6-13,6 / 100.000 orang yang terjadi pada usia dibawah 34

tahun sebesar 32% dan di atas 34 tahun sebesar 68%, prevalensi ini meningkat seiring

dengan meningkatnya umur (WHO, 2011). Gangguan asam urat dapat dilakukan dengan

pengobatan asam urat dimana pengobatannya yakni untuk meringankan gejala asam urat.

Pengobatan asam urat yang bisa diterapkan untuk meringankan gejala asam urat, yaitu

dengan cara mengonsumsi obat pereda sakit dan mencegah peningkatan kadar asam urat.

Seperti obat - obat sintetis dan obat - obat herbal (Lingga, 2012).

Penggunaan obat tradisional dalam upaya mempertahankan kesehatan masyarakat

telah lama kita ketahui. Bahkan sampai saat ini 80% penduduk dunia masih

menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional. Sebagian dari obat - obat modern

yang beredar didunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari

tanaman. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan

hewan, bahan mineral, sediaan cairan (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang

secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai

dengan norma yang berlaku dimasyarakat (BPOM, 2014).

1
Tumbuhan rumput kancing ungu merupakan jenis herba, tubular dan memiliki

polimorfisme dalam kaitannya dengan ukuran mereka. Tumbuhan ini merupakan

tumbuhan semusim (annual) dan termasuk tumbuhan liar (Plasta, 2007).

Penelitian mengenai herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) sebagai penurun

kadar asam urat belum peneliti temukan, namun terdapat penelitian yang diteliti oleh Moh

Adam (2019) mengenai aktivitas penurun kadar asam urat pada famili Rubiaceae yang

terdapat pada tanaman biji kopi. Kandungan senyawa polifenol pada biji kopi dalam

bentuk chlorogenic acid mampu menghambat aktivitas xantin oksidase sehingga dapat

menurunkan kadar asam urat pada penderita asam urat pada dosis 200 mg/gBB, 400

mg/gBB dan 800mg/gBB.

Menurut penelitian yang diteliti oleh Indah (2019) menggunakan Rumput Mutiara

(Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) dengan famili Rubiaceae telah terbukti bahwa flavonoid

yang diujikan dapat menghambat aktivitas kerja enzim xantin oksidase yang dapat

berpengaruh dalam menurunkan kadar asam urat dengan konsentrasi dosis 2,5 mg, 5 mg

dan 7,5 mg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrawati (2021) menggunakan

daun kancing ungu (Borerria laevis Lamk) peneliti menguji skrining fitokimia, dimana

adanya kandungan fitokimia yang terdapat pada tanaman kancing ungu. Hasil penelitian

dari pengujian skrining fitokimia yang dilakukan, peneliti menemukan hasil positif adanya

senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, quimun, dan steroid.

Menurut Van Hoorn melaporkan bahwa penghambatan kerja enzim oksidase

diduga berhubungan dengan gugus hidroksil yang terdapat pada senyawa flavonoid,

dimana setidaknya ada satu gugus fungsi hidroksil untuk dapat melakukan penghambatan

terhadap kerja enzim xantin oksidase.

2
Berdasarkan lebih yang telah dipaparkan, terkait belum ada penelitian yang

meneliti adanya aktivitas kadar asam urat pada tanaman kancing ungu, oleh sebab itu

peneliti menyimpulkan bahwa perlu dilakukannya penelitian tentang Uji Aktivitas Ekstrak

Etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) Terhadap Penurunan Kadar Asam

Urat Darah Mencit (Mus musculus). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan referensi untuk mendapatkan kandidat obat baru dari herba kancing ungu

(Borreria laevis) sebagai penurun kadar asam urat dan penelitian selanjutnya bisa meneliti

adanya senyawa kandidat obat baru.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) mempunyai

aktivitas terhadap penurunan kadar asam urat pada darah mencit (Mus musculus)?

2. Bagaimana aktivitas asam urat jika dibandingkan dengan penginduksi dan ektrak dari

herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) ?

3. Berapakah dosis yang efektif untuk menurunkan kadar asam urat pada darah mencit

(Mus musculus) ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis

Lamk) terhadap penurunan kadar asam urat pada darah mencit (Mus musculus)

2. Tujuan khusus

a. Mengamati apakah ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk)

mempunyai aktivitas terhadap penurunan kadar asam urat pada darah mencit (Mus

musculus)

b. Mengamati aktivitas asam urat jika dibandingkan dengan penginduksi dan ektrak

dari herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk)

3
c. Menentukan nilai dosis ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk)

yang efektif untuk menurunkan kadar asam urat pada darah mencit (Mus

musculus)

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis manfaat penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan,

wawasan, dan referensi terkait dengan kandungan senyawa yang terkandung dalam

ekstrak etanol daun kancing ungu (Borreria laevis Lamk) untuk penurunan kadar asam

urat.

2. Institusi

Dapat mewujudkan peran Universitas Mandala Waluya Kendari dalam

mengkaji permasalahan yang terjadi di masyarakat terkait tanaman obat lokal.

3. Praktis

Secara praktis manfaat penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam

pengujian terkait dengan adanya aktivitas yang terdapat dalam ekstrak etanol daun

kancing ungu (Borreria laevis Lamk) terhadap penurunan kadar asam urat.

4. Peneliti

Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan keahlian dalam pengujian uji

aktivitas ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) terhadap

penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus musculus)

E. Kebaruan Penelitian

Berdasarkan kajian literatur, penelitian tentang Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Herba

Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah

Mencit (Mus musculus) ini belum pernah di temukan sebelumnya oleh peneliti. Penelitian

yang terkait dengan penelitian ini adalah :

4
Tabel 1. Penelitian terkait dalam 5 tahun terakhir.
No Peneliti Judul Persamaan Perbedaan
1 Hasmeidar Penetapan kadar Sampel (kancing ungu Pengujian dan
(2020) flavanoid total Borreria laevis Lamk) metode
ekstrak etanol
herba kancing
ungu (Borreria
laevis Lamk.)
2 Hendrawati Uji Aktivitas Sampel (kancing ungu Peneliti sebelumnya
(2021) Antidiare Ekstrak Borreria laevis Lamk) melakukan uji
Etanol Daun aktivitas antidiare
Kancing Ungu
(Borreria laevis)
Pada Mencit
(Mus-musculus)
3 Sidarima Skrining fitokimia Sampel (kancing ungu Menggunakkan
(2020) dan penentuan Borreria laevis Lamk) pelarut etanol 70%
kadar polifenol
total, flavonoid,
total dan tanin
total herba
kancing ungu
(Borreria laevis
Lamk).

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Variabel Terikat

1. Tinjauan umum asam urat

Menurut DEPKES RI (2003) asam urat adalah bagian dari metabolisme purin,

namun jika tidak berlangsung secara normal maka akan terjadi proses penumpukan

kristal pada persendian yang bisa mengakibatkan rasa sakit. Purin adalah zat alami

yang merupakan salah satu struktur kimia pembentuk DNA dan RNA (Apriyanti,

2013).

Kadar asam urat normal pada laki-laki dan perempuan berbeda. Perempuan

mempunyai kadar asam urat normal berkisar 2,6 – 6 mg/dl, sedangkan kadar asam urat

normal pada laki-laki yaitu 3,5 – 7 mg/dl (Dhalimarta S, 2008). Asam urat jika

dibiarkan dapat merusak sendi, jaringan lunak dan ginjal. Asam urat terjadi akibat

peningkatan produksi asam urat atau penurunan ekskresi ataupun biasanya disebabkan

oleh diet tinggi purin (eksogen) yang berlebihan. Asam urat yang berlebihan tidak

akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi

peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut sebagai hiperurisemia. Faktor

yang menyebabkan penyakit asam urat yaitu faktor pola makan, faktor kegemukan,

faktor usia, dan lain - lain (Ahmad, 2011).

2. Etiologi

Penyebab asam urat adalah metabolisme tubuh yang tidak sempurna. Penyebab

asam urat bisa juga dari kegagalan ginjal yang dikeluarkan melalui air seni. Sekitar

80 - 85 % asam urat diproduksi oleh tubuh, sedangkan sisanya berasal dari makanan,

dimana penyebabnya juga dapat terjadi faktor dari luar yaitu makanan yang tinggi

purin sedangkan faktor dari dalam dikarenakan terjadinya proses penyimpanan

6
metabolisme yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia lebih dari 40

tahun atau manula lebih beresiko besar terkena asam urat (Nabyluro’y, 2011).

3. Metabolisme pembentukan asam urat

Pembentukan asam urat dalam tubuh dihasilkan dari hasil akhir metabolisme

purin. Metabolisme purin menjadi asam urat terjadi pada saat DNA dan RNA menjadi

Adenosine dan Guanosin menjadi asam urat.

Proses tersebut terjadi secara terus-menerus didalam tubuh. Sebagian besar sel

tubuh selalu diproduksi dan digantikkan, terutama dalam darah. Adenosine yang

terbentuk kemudian dimetabolisme menjadi hipoksantin. Hipoksantin kemudian

dimetabolisme menjadi xanthine. Sedangkan Guanosin dimetabolisme menjadi xantin.

Kemudian xanthine dari hasil metabolisme hiposantin dan Guanosin dimetabolisme

dengan bantuan enzim xanthine oxidase menjadi asam urat. Keberadaan enzim

xanthine oxidase menjadi sangat penting dalam metabolisme purin, karena mengubah

hipoksantin menjadi xanthine, dan kemudian xanthine menjadi asam urat.

4. Peran enzim xantin oksidase

Enzim xantin oksidase merupakan enzim yang berperan dalam metabolisme

purin yang berasal dari dalam tubuh (asam nukleat) dan dari luar tubuh (makanan dan

minuman yang mengandung purin). Pada proses pembentukan asam urat, xantin

oksidase memiliki peranan penting yaitu mengkatalisis berturut-turut hipoxantin

menjadi xantin kemudian menjadi asam urat, jika kadar purin dalam tubuh meningkat

akan memicu kerja enzim xantin dalam membentuk asam urat (Haidari, 2009).

5. Tanda dan gejala

Penyakit asam urat merupakan kondisi yang bisa menyebabkan gejala nyeri

yang tak tertahankan, pembengkakan, serta adanya rasa panas diarea persendian.

Semua sendi ditubuh beresiko terkena asam urat, tetapi sendi yang paling sering

7
terserang adalah jari tangan, lutut, pergelangan kaki dan jari kaki (Iskandar, 2012).

Menurut Dianati (2015) Tanda asam urat adalah sebagai berikut:

a. Akut Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung cepat,

lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki. Ada kalanya serangan nyeri di sertai

kelelahan, sakit kepala dan demam.

b. Interkritikal Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi

periode interkritikal asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda- tanda

radang akut.

c. Kronis Pada gout kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat) dalam

jaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.

6. Penggolongan obat asam urat

1. Allopurinol

Allupurinol adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat di

dalam darah. Obat allopurinol mempunyai struktur yang menyerupai bentuk alami

purin, yaitu hypoxanthine. Allopurinol bekerja menurunkan kadar asam urat dalam

darah dengan cara menghambat kerja enzim xantin oksidase, yaitu enzim berperan

dalam pembentukan asam urat, sehingga pembentukan asam urat terhambat.

2. Dexamethasone

Dexamethasone adalah obat yang tergolong dalam kelompok obat yang disebut

steroid. Dalam kondisi tertentu, peradangan (inflamasi) dapat menyebabkan sistem

imun tubuh menjadi terlalu aktif. Jika terus terjadi hal ini dapat merusak jaringan-

jaringan tubuh. Disinilah obat steroid seperti dexamethasone berguna untuk

membantu menghambat respon sistem imun tubuh terhadap peradangan sehingga

membantu mencegah kerusakan jaringan. Salah satunya obat ini dapat digunakan

untuk mengatasi masalah radang pada penderita asam urat.

8
3. Meloxicam

Meloxicam adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid. Obat ini umumnya

digunakan untuk meredakan gejala-gejala arthritis dan asam urat, misalnya

peradangan, pembengkakan, serta kaku dan nyeri otot. Obat ini digunakan pada

kondisi Gout yang bersifat akut.

7. Kafein

Kadar asam urat mencit dinaikkan dengan menggunakan kafein yang

merupakan komponen alkaloid derivat xantin yang mengandung gugus metil yang

akan dioksidasi membentuk asam urat sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat

dalam darah (Mellova, 2018).

B. Tinjauan Umum Variabel Bebas

1. Tinjauan umum tanaman kancing ungu (Borreria laevis)

Tanaman kancing ungu (Borreria laevis Lamk) digunakan juga dalam

mengobati berbagai macam penyakit. Bunga kancing ungu kaya akan antioksidan (anti

radikal bebas), vitamin A, E dan B, mineral seperti kalsium, kalium, saponosides dan

beberapa asam amino esensial. (Maria, 2012).

Tanaman kancing ungu (Borreria laevis Lamk) dalam taksonomi tumbuhan

dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 1. Kancing ungu (Borreria laevis Lamk)


(Tjitrosoepomo, G. 2001)
9
Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Borreria

Spesies : Borreria laevis (Lamk.) (Weka, 2011).

a. Morfologi tumbuhan

a) Akar

Akar Rumput kancing ungu (Borreria laevis Lamk) termasuk ke dalam

sistem perakaran tunggang. Akar rumput kancing memiliki banyak cabang -

cabang akar. Akar rumput kancing memiliki banyak bulu - bulu halus. Akar

rumput kancing memilik tudung akar atau kaliptera. Akar rumput kancing

berwarna kecoklatan (Tjitrosoepomo, G. 2001).

b) Batang

Batang Rumput kancing ungu (Borreria laevis Lamk) tumbuh tegak

tingginya 15 - 20 cm biasanya kurang lebih 25 cm, membentuk cabang dari

bagian pangkal batang, warnanya ungu, bentuk penampangnya segi empat,

sisi - sisinya berambut halus, pada bulu - bulunya tumbuh dua helai daun yang

berhadapan (Tjitrosoepomo, G. 2001).

c) Daun

Daun Rumput kancing ungu (Borreria laevis Lamk) berbangun daun

bulat panjang lanset, bagian pangkal melebar dan ujungnya runcing, ukuran

panjangnya 2,5 - 5,5 cm dan lebarnya 0,75 - 2 cm, tepi daun terasa kasar bila

10
diraba karena adanya bulu - bulu halus yang keras, permukaan atas berwarna

hijau gelap keungu - unguan dengan urat daun yang nyata (Tjitrosoepomo, G.

2001).

d) Bunga

Bunga Rumput kancing ungu (Borreria laevis Lamk) mempunyai dua

kelopak berambut halus, mahkota berbentuk seperti lonceng dengan 4 daun

tajuk, panjangnya 3 - 3,75 mm, berwarna putih dengan corak ungu di bagian

ujung. Kepala bunga kecil, terdapat di ketiak daun dan di ujung batang, ukuran

penampangnya kurang lebih 12 mm (Tjitrosoepomo, G. 2001).

e) Buah

Buah Rumput kancing ungu (Borreria laevis Lamk) mempunyai bentuk

lonjong, buah rumput kancing ungu terbelah membujur atau longitudinal atas

dua belahann, buah rumput jancing ungu berambut di bagian atas, sekat atau

septum yang persisten jelas terlihat, buah rumput kancing ukurannya kurang

lebih 1 mm (Tjitrosoepomo, G. 2001).

b. Kandungan daun kancing ungu (Borreria laevis Lamk)

(Borreria laevis Lamk) digunakan juga dalam mengobati berbagai macam

penyakit. Bunga kancing kaya akan antioksidan (anti radikal bebas), vitamin A, E

dan B, mineral seperti kalsium, kalium, saponosides dan beberapa asam amino

esensial. Para penelitian menemukan bahwa kandungan saponosides dalam bunga

kancing dapat meringankan gejala rematik. Bunga ini memiliki rasa yang netral

dan manis (Tjitrosoepomo, G. 2001)

c. Manfaat daun kancing ungu (Borreria laevis Lamk)

Manfaat dari tanaman daun kancing ungu (Borreria laevis Lamk) secara

tradisional digunakan sebagai obat sakit kepala, meningkatkan nafsu makan,

11
mengobati disentri, mengobati bronkhitis kronis, mengobati asma bronkial dan

sesak napas, mengobati dysuria (kencing tidak lancar), mengobati radang mata dan

mengobati insomnia. Bagian tanaman daun kancing ungu yang dimanfaatkan

sebagai sumber zat kimia adalah daun, akar, batang, bunga, biji (Tjitrosoepomo, G.

2001)

2. Tinjauan umum mencit (Mus musculus)

Mencit (Mus musculus) merupakan kelompok mamalia yang termasuk dalam

ordo rodentia dan family muridae. Mus musculus hidup berkelompok dan memiliki

kebiasaan aktif pada malam hari. Mencit memiliki tubuh yang panjang dan ramping,

dan memiliki ekor meruncing, yang sedikit ditutupi oleh rambut. Mencit jantan

dewasa memiliki berat tubuh sebesar 25 - 40 gram, sedangkan mencit betina dewasa

memiliki berat tubuh sebesar 20 - 40 gram (Maharani, 2012).

Mencit atau (Mus musculus) adalah hewan yang cepat berkembang biak,

mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat

anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik (Soewolo, 2000). Klasifikasi

mencit menurut (Akbar, 2010)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Familia : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

12
Gambar 2. Mencit (Mus musculus)
(Akbar, 2010)

Mencit (Mus musculus) sering digunakan sebagai hewan percobaan dalam

laboratorium terutama percobaan tentang uji toksisitas. Hewan lain yang sering

digunakan dalam percobaan laboratorium adalah tikus. Kedua hewan tersebut sering

digunakan karena mudah didapat, ekonomis, dan mudah dipelihara. Namun

berdasarkan nilai ekonomis, penggunaan mencit sebagai hewan percobaan lebih

banyak dipilih (Maharani, 2012).

Mencit (Mus musculus) dinilai lebih ekonomis karena penggunaan hewan yang

berukuran lebih kecil dari pada hewan uji lainnya sehingga lebih ekonomis dengan

biaya yang lebih murah. Mencit sebagai hewan percobaan dapat memberikan

gambaran secara ilmiah yang mungkin terjadi pada manusia (Maharani 2012).

Tabel 2. Sifat Fisiologis Mencit


Kriteria Nilai
Berat badan :
- Jantan 20 - 40 g
- Betina 25 - 40 g
Berat Lahir 0,5 - 1,5 g
Luas Permukaan Tubuh 20 g : 36 cm2
Temperatur Tubuh 36,5 - 38,0 0C
Jumlah Diploid 40
Harapan Hidup 1,5 - 3,0 Tahun
Konsumsi Makanan 15 g-100 g/ hari
Mulai Dikawinkan :
- Jantan 50 hari
- Betina 50 - 60 hari

13
Siklus Birahi 4-5 hari 4 - 5 hari
Lama Kehamilan 19 - 21 hari
Estrus Postpartum Fertil
Jumlah Anak Perkelahiran 10 – 12
Umur Sapih 21 - 28 hari
Waktu Pemeliharan 7 - 9 bulan/6 - 10 liter
Produksi Anak 8/bulan

3. Maserasi

Maserasi berasal dari bahasa latin macerace berarti mengairi dan melunakan.

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Dasar dari maserasi adalah

melarutnya bahan kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat

penghalusan, ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah

selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang diekstrasi pada

bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan, telah tercapai maka proses difusi

segera berakhir. Selama maserasi atau perendaman dilakukan pengocokan berulang-

ulang. Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih

cepat didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi menyebabkan

turunannya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak

memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan banyak hasil

yang diperoleh (Istiqomah, 2013).

Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan

disebut maserasi. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada kesetimbangan maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan. Penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserasi pertama,

14
dan seterusnya. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana dan mudah

(Tiwari, 2011).

Waktu maserasi berbeda - beda, masing - masing farmakope mencantumkan

4 - 10 hari, menurut mengamatan 5 hari sudah memadai (Voinght, 1994). Metode ini

tidak menggunakan pemanasan, sehingga zat aktif yang terkandung dalam bahan tidak

rusak. Kelebihan dari metode maserasi adalah alat dan cara pengerjaan sederhana,

serta mudah diusahakan (Depkes RI, 2000).

4. Ekstraksi

Ekstraksi yaitu penarikan zat pokok yang di inginkan dari bahan mentah obat

dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan akan larut.

Sedangkan ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh - tumbuhan yang diperoleh

dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan

menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari pelarutnya dan sisa

endapan atau endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Endang 2016).

Ekstraksi bertujuan untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat

dalam simplisia. Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat ke

dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian

berdifusi masuk kedalam pelarut. Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi laju

ekstraksi adalah persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan

tipe pelarut (Depkes RI, 1995).

Ekstraksi adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian

semua atau hampir semua pelarut diuapkan dengan massa atau bubuk yang tersisa

diperlakukan sedemikian hingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Depkes

RI, 1995).

15
5. Kajian empiris

Secara empiris belum banyak penelitian yang menggunakan tanaman ini

sebagai sampel, namun terdapat penelitian yang diteliti oleh Moh Adam (2019)

mengenai aktivitas penurun kadar asam urat pada famili Rubiaceae yang terdapat pada

tanaman biji kopi. Kandungan senyawa polifenol pada biji kopi dalam bentuk

chlorogenic acid mampu menghambat aktivitas xantin oksidase sehingga dapat

menurunkan kadar asam urat pada penderita asam urat dengan konsentrasi dosis 200

mg/gBB, 400mg/gBB dan 800mg/gBB

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indah (2019) menggunakan

Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lamk.) dengan famili Rubiaceae telah

terbukti bahwa flavonoid yang diujikan dapat menghambat aktivitas kerja enzim

xantin oksidase yang dapat berpengaruh dalam menurunkan kadar asam urat dengan

konsentrasi dosis 2,5 mg, 5 mg dan 7,5 mg.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hendrawati (2021) melakukan

penelitian daun kancing ungu (Borreria laevis Lamk). Peneliti menguji skrining

fitokimia, dimana adanya kandungan fitokimia yang terdapat pada tanaman kancing

ungu. Hasil penelitian dari pengujian skrining fitokimia yang dilakukan, peneliti

menemukan hasil positif adanya senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, quimun,

dan steroid.

Menurut Van Hoorn (2007) melaporkan bahwa penghambatan kerja enzim

oksidase diduga berhubungan dengan gugus hidroksil yang terdapat pada senyawa

flavonoid, dimana setidaknya ada satu gugus fungsi hidroksil untuk dapat melakukan

penghambatan terhadap kerja enzim xantin oksidase.

16
BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Dasar Pikir Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui uji aktivitas

ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) terhadap penurunan kadar asam

urat pada darah mencit (Mus musculus). Karena belum ada penelitian yang meneliti

adanya aktivitas penurunan kadar asam urat pada tanaman herba kancing ungu (Borreria

laevis Lamk), tetapi ada penelitian yang menemukan adanya aktivitas kadar asam urat

pada golongan famili Rubiaceae. Oleh sebab itu pada penelitian ini, akan diteliti untuk

melihat aktivitas tanaman herba kancing ungu terhadap penurunan kadar asam urat.

Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental yaitu eksperimen yang mengikuti prosedur dan memenuhi syarat - syarat

eksperimen terutama yang terkait dengan pengontrolan variabel, kelompok kontrol,

pemberian perlakuan serta pengujian hasil.

Dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan kelompok

kontrol positif, kelompok kontrol negatif dan kelompok yang diberi perlakuan dengan

menggunakan hewan uji mencit (Mus musculus) sebagai subjek untuk melihat aktivitas

pengaruh pemberian herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) terhadap penurunan

kadar asam urat.

B. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan

antara konsep - konsep atau variabel - variabel yang akan diamati atau diukur melalui

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

17
Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ekstrak Etanol Herba


Aktivitas Penurunan
Kancing Ungu
Keterangan : Lamk) Kadar Asam Urat
(Borreria laevis
Terhadap Mencit (Mus
Konsentrasi 400, 800,
musculus)
1600

Keterangan :

: Variabel Independent

: Variabel Dependent

: Menyatakan pengaruh antara variabel independent dan dependent

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau

terpengaruhnya variabel terikat (Christalisana, 2018). Adapun variabel independent

pada penelitian ini adalah kandungan herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk).

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel terikat yang dipengaruhi karena adanya

variabel bebas (Christalisana, 2018). Adapun variabel dependen pada penelitian ini

adalah aktivitas asam urat terhadap mencit (Mus musculus).

D. Definisi Operasional & Kriteria Objektif

1. Definisi Operasional Variabel Independent

Ekstrak herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) adalah hasil ekstraksi dari

Ekstrak herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) dengan menggunakan etanol

96%. Kriteria objektif : dalam satuan gram

2. Definisi Operasional Variabel Dependent

18
Asam urat merupakan hasil metabolisme tubuh atau hasil katabolisme suatu zat

yang disebut purin. Asam urat juga dikenal sebagai Gout atau pada asam urat tinggi

Artritis gout. Sedangkan zat purin hasil akhir dari proses metabolisme tubuh tersebut

merupakan salah satu unsur protein yang ada dalam struktur DNA dan RNA. Maka

asam urat tersebut merupakan hasil buangan zat purin.

Kriteria objektif :

- Memiliki aktivitas kadar asam urat dan berbeda signifikan dengan penginduksi.

- Tidak memiliki aktivitas kadar asam urat dan tidak menurun atau menurun namun

tidak berbeda signifikan dengan penginduksi.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

1. Ha = Ada aktivitas ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk)

terhadap penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus musculus).

Ho = Tidak ada aktivitas ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis

Lamk) terhadap penurunan kadar asam urat darah mencit (Mus musculus).

2. Ha = Ada aktivitas asam urat jika dibandingkan dengan penginduksi dan ektrak

dari herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk).

Ho = Tidak ada aktivitas asam urat jika dibandingkan dengan penginduksi dan

ektrak dari herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk).

3. Ha = Ada nilai dosis ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk)

yang efektif untuk menurunkan kadar asam urat pada darah mencit (Mus musculus)

Ho = Tidak ada nilai dosis ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria laevis

Lamk) yang efektif untuk menurunkan kadar asam urat pada darah mencit (Mus

musculus)

19
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian eksperimental yang bertujuan

untuk mengetahui aktivitas dari senyawa ekstrak etanol herba kancing ungu (Borreria

laevis Lamk) terhadap penurunan kadar asam urat pada darah mencit (Mus musculus).

Desain penelitian yang digunakan yaitu :

KN

KP
EEHKU SFK PAU PAAU
D1

D2

D3

Keterangan :
EEHKU : Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu
SFK : Skrining Fitokimia
PAU : Pengujian Asam Urat
KN : Kontrol Negatif
KP : Kontrol Positif
D1 : Dosis 1 (400 mg/g BB)
D2 : Dosis 2 (800 mg/g BB)
D3 : Dosis 3 (1600 mg/g BB)
PAAU : Pengamatan Aktivitas Asam urat

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan di laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, dan

Farmakologi Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya Kendari.

20
C. Populasi dan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah kancing ungu yang di peroleh di Andonohu,

Kec.Poasia, Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Sampel dalam penelitian ini adalah kancing

ungu yang telah di buat ekstrak sebanyak (500 gram).

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu, beaker glass (Pyrex),

corong (Herma), glucometer (Multicheck), timbangan analitik (Ohouse USA), gelas

ukur (Pyrex), jarum oral (Onemed), kertas saring (Hario V60), spoit (Onemed), gelas

kimia (Pyrex), gunting (Stainless), mortar dan stamper (Powerbond), tabung reaksi

(Pyrex), rak tabung (Sentrifige tube), rotary evaporator.

2. Bahan

Bahan yang di gunakan pada penelitian ini adalah hewan uji mencit (Mus

musculus) dengan bobot 20 - 30 gram dengan kondisi yang sehat yang diperoleh dari

Labolatorium Farmakologi Universitas Mandala Waluya Kendari. Bahan- bahan yang

digunakan yaitu ekstrak etanol herba kancing ungu, allopurinol, NaCMC, kafein,

aquades, alkohol 70%, etanol 96% dan pereaksi Lieberman-buchard.

E. Prosedur Kerja

1. Pengambilan dan Pengolah Sampel

Sampel herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) dikumpulkan dan dicuci

bersih dengan air mengalir, kemudian dirajang dan dikeringkan dengan cara diangin-

anginkan tanpa sinar matahari langsung, lalu diserbukan.

2. Pembuatan Ekstrak

Sampel simplisia diekstraksi dengan maserasi menggunakan cairan penyari

Etanol 96%. Sebanyak 500 gram sampel dimasukkan ke dalam benjana maserasi lalu

21
di tambahkan etanol 96% hingga seluruh bahan terendam. Wadah maserasi ditutup

rapat. Maserasi di lakukan selama 3 x 24 jam, dalam proses maserasi, di lakukan

pengadukan sesekali dan di lakukan penggantian larutan setiap 1 x 24 jam. Ekstrak

etanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan, diuapkan dengan menggunakan

rotavapor kemudian diangin-anginkan sampai diperoleh berat konstannya.

3. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa - senyawa

metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa - senyawa

tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memverikan ciri

khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Harborne, 1987). Metode skrining

fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian warna dengan menggunakan

suatu pereaksi warna (Minarno, 2015).

Skrining fitokimia dilakukan terhadap ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria

laevis Lamk) yang meliputi; pemeriksaan senyawa kimia golongan alkaloid,

flavonoid, saponin dan tannin, triterpenoid/steroida, dan glikosida.

b. Alkaloid

Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) sebanyak 2 ml

dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 2 ml HCl. Masing-

masing 1 ml filtrat diambil dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi 1, 2, 3.

Kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer pada tabung 1, dua tetes pereaksi

wagner pada tabung reaksi 2, dan 2 tetes pereaksi Dragendorff pada tabung reaksi.

Hasil positif ditandai dengan terbentuk endapan putih pada tabung reaksi 1,

endapan coklat pada tabung reaksi 2, dan endapan orange pada tabung reaksi 3.

22
c. Flavanoid

Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) 1 mL dimasukkan

kedalam tabung reaksi. Ditambahkan dengan serbuk magnesium sebanyak 1 g dan

1 mL HCl pekat. Perubahan warna larutan menjadi jingga sampai merah

menunjukkan adanya flavonoid.

d. Fenol

Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) 2 mL dimasukkan ke

dalam tabung reaksi ditambahkan larutan besi (III klorida) (FeCl3) 1% beberapa

tetes, hasil positif mengandung senyawa fenol apabila menghasilkan warna hijau,

merah, ungu, biru atau hitam.

e. Tannin

Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) 2 ml dimasukkan

kedalam tabung reaksi dilarutkan kedalam 2 ml air dan ditambahkan 3 tetes larutan

FeC13 1% timbulnya warna biru kehitaman dan hijau kehitaman menunjukkan

adanya senyawa tannin.

f. Saponin

Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) 2 ml dimasukkan

kedalam tabung reaksi yang telah terisi air hangat, kemudian dikocok vertical

selama 10 detik. Pembentukan busa setinggi 1 - 10 cm yang stabil selama tidak

kurang dari 10 menit.

g. Steroid dan terpenoid

Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) sebanyak 2 ml

diuapkan dalam cawan penguap. Residu dilarutkan dengan 0,5 ml kloroform,

ditambahkan 0,5 ml asam asetat anhidrat dan 2 ml asam sulfat pekat melalui

23
dinding tabung. Terbentuknya cincin kecoklatan atau violet pada perbataan larutan

menunjukkan adanya steroid.

4. Penyiapan Bahan Penelitian

a. Penyiapan larutan Na CMC 0,5%

Aquadest sebanyak 50 ml dipanaskan pada suhu 70% lalu ditimbang

Na CMC sebanyak 0,5 mg dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk dengan

menggunakan lumpang dan Alu hingga terbentuk suspensi yang homogen,

kemudian volumenya dicukupkan dengan air panas hingga volume 100 ml.

b. Penyiapan larutan Allopurinol

Digerus allopurinol 100 mg dengan lumpang setelah itu ditambahkan

dengan NaCMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen.

Masukkan dalam labu ukur 100 mL kemudian cukupkan hingga volumenya

100 mL dengan NaCMC 0,5%.

c. Penyiapan larutan Kafein

Pembuatan larutan kafein dilakukan dengan cara dosis kafein 37,8 mg/gBB

ditimbang sebanyak 0.0378 g kemudian dilarutkan dalam 100 mL sampai

homogen.

d. Pembuatan larutan ekstrak

Sediaan uji dibuat dalam bentuk suspensi dengan pensuspensi Na CMC

0,5% adapun dosis dibuat dengan 3 variasi dosis 400 mg/gBB, 800 mg/gBB dan

1600 mg/gBB.

5. Metode Uji Aktivitas Asam Urat

1. Pemilihan hewan uji

Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit jantan

(Mus musculus) yang berbadan sehat, berumur 3 - 4 bulan, yang dapat diamati dari

24
perilakunya dengan berat badan 20 - 40 gr. Hewan uji ini diberi pakan pelet diet

standar dan air minum. Setiap pemberian pakan ditimbang dan jumlah pakan harus

sama.

2. Penyiapan hewan uji

Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 1 hari atau 24 jam sebelum

diambil darahnya. Kemudian pada hari ke-0 (H - 0) tiap kelompok perlakuan

diukur kadar asam urat awal dengan meneteskan darah yang berasal dari vena

lateralis ekor mencit pada test strip dan darah akan langsung meresap sampai ujung

strip dalam waktu 20 detik. Pada hari selanjutnya (H-1 – H-7) mencit diberikan

larutan kafein satu kali sehari selang 1 hari secara per oral selama 7 hari. Pada hari

ke-7 (H-7), satu jam setelah pemberian induksi, diukur kadar asam urat mencit tiap

kelompok. Pada H-1 – H-7 (setiap hari selama tujuh hari) setelah pemberian

induksi dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya. Pada hari ke-

14 (H-14) diukur kadar asam urat pada setiap kelompok setelah satu jam

pemberian perlakuan.

3. Penginduksi asam urat pada hewan uji

Sebelum percobaan dilakukan, mencit dipuasakan selama 24 jam, lalu

ditimbang berat badan mencit (Mus musculus). Masing-masing mencit diukur

kadar asam urat darah puasa (basal) dengan cara meneteskan darah dari ujung ekor

mencit pada test strip. Test pengukuran kadar asam urat kemudian dipasang pada

alat glukometer, lalu alat di aktifkan. Kadar asam urat secara otomatis akan terlihat

pada layar glucometer. Selanjutnya, mencit diberi penginduksi kafein secara

peroral, untuk kelompok perlakuan setelah diketahui kadar asam urat mencit

diinduksi dengan kafein. Kadar asam urat mencit diperiksa setelah diinduksi secara

25
peroral. Semua sampel darah diambil dari vena ekor mencit dan kadar asam urat

diukur dengan alat glukometer.

4. Pengujian aktivitas asam urat

Pada pengujian ini hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok. Tiap kelompok

terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Kelompok I (negatif) induksi kafein + perlakuan

Na.CMC 0,5 g, kelompok II (positif) induksi kafein + perlakuan allopurinol 0,013

g, kelompok III induksi kafein + perlakuan ekstrak Herba Kancing Ungu

(400mg/gBB) 0,0104 g, kelompok IV induksi kafein + perlakuan ekstrak Herba

Kancing Ungu (800mg/gBB) 0,0208 g, kelompok V induksi kafein + Perlakuan

ekstrak Herba Kancing Ungu (1600mg/gBB) 0,0416 g. Penginduksi pada masing-

masing kelompok mencit dilakukan selama 7 hari dan perlakuan ekstak etanol

herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) dilakukan selama 7 hari, kemudian

diukur kadar asam urat pada setiap kelompok setelah satu jam pemberian

perlakuan. Pengukuran kadar asam urat menggunakan alat glukometer.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian yang berupa kadar asam urat dalam darah

dianalisa distribusi normalitasnya menggunakan pengolahan data secara statistik dengan

uji Anova.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan sistem komputerisasi dengan

program SPSS. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji

One Way Anova.

Syarat uji Anova ini yaitu

Menurut Donald H Saunders dalam buku Comparison of Three or More Sample

Means: Analysis of Variance (1990) ada asumsi yang harus dipenuhi untuk melakukan uji

Anova yaitu:

26
1) Random sampling : sampel bersifat independen dan bebas, artinya individu sampel

diambil secara acak (random) dari masing-masing populasi atau kelompok data.

2) Multivariate normality : distribusi gejala tiap populasi atau kelompok data adalah

normal. Untuk mendapat data dengan distribusi normal, jumlah sampel bisa

diperbanyak atau bisa dilakukan tes normalitas terlebih dahulu.

3) Homogenity of variance : setiap populasi memiliki kesamaan variansi, jika berbedapun

hendaknya tidak terlalu signifikan. Kesamaan variansi dapat diketahui melalui

pengujian variansi.

G. Etika Penelitian

Adapun etika dalam melakukan suatu penelitian yaitu peneliti mengajukan surat

izin melakukan penelitian kepada kepala Laboratorium Farmasi Universitas Mandala

Waluya. Selanjutnya peneliti menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

penelitian dan terakhir penelitian melakukan penelitian dengan tetap memperhatikan

aturan di dalam laboratorium Prodi Farmasi Universitas Mandala Waluya.

27
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, laboratorium

Biofarmasetika-Farmakologi Universitas Mandala Waluya Kendari dan labolatorium

Farmasi Universitas Haluoleo. Determinasi tumbuhan herba kancing ungu (Borreria

laevis Lamk) dilakukan dilaboratorium Program Studi Farmasi Universitas Mandala

Waluya Kendari. Proses ekstraksi Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk)

dilakukan dilaboratorium Farmasi Universitas Haluoleo. Proses skrining fitokimia

dilakukan di labolatorium Farmakognosi-Fitokimia sedangkan pengujian penurunan

kadar asam urat pada hewan uji mencit (Mus musculus) dilakukan di laboratorium

Biofarmasetika-Farmakologi Universitas Mandala Waluya.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

1. Identifikasi Fitokimia Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk)

Tabel 4. Hasil Identifikasi Fitokimia Herba Kancing Ungu (Borreria laevis


Lamk)
Golongan
No Parameter Ket
Senyawa
1 Alkaloid Terbentuk endapan berwarna putih (Mayer) +
Terbentuk endapan coklat/orange (wagner) +
Tidak terbentuk endapan jingga (Dragendorff) -
2 Fenol Warna kehitaman (FeCl3) +
3 Saponin Terbentuk busa atau buih (Aquades +
dipanaskan, dikocok+HCl 2 N)
4 Flavonoid Terbentuk warna orange kemerahan +
(HCl+serbuk MG)
5 Tanin Warna hijau kehitaman (FeCl3 1%) +
6 Steroid Warna hijau kecoklatan (H2SO4) +
7 Triterpenoid Tidak berwarna merah/ungu (H2SO4) -

28
Keterangan:
- Positif (+) = Mengandung senyawa kimia pada Herba Kancing Ungu
(Borreria laevis Lamk).
- Negatif (-) = Tidak mengandung seyawa kimia pada Herba Kancing Ungu
(Borreria laevis Lamk).
- Berdasarkan tabel diatas bahwa ekstrak etanol Herba Kancing Ungu
(Borreria laevis Lamk) memiliki kandungan senyawa yaitu alkaloid,
saponin, steroid, tanin, fenol, dan flavonoid.

2. Hasil perhitungan rendemen Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis

Lamk).

Rendemen ekstrak kancing ungu diperoleh menggunakan rumus :

Bobot total Ekstrak (g)


Rendemen ekstrak = X 100 %
Bobot total serbuk simplisia(g)
Rendemen ekstrak dihitung setelah ekstrak dibebaskan dari pelarut, ekstrak

dinyatakan terbebas dari pelarut setelah diperoleh berat ekstrak konstan.

Adapun hasil rendemen ekstrak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Perhitungan rendemen Ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis


Lamk)
Berat Berat Persen
Sampel
simplisia (g) ekstrak (g) rendemen (%)
Ekstrak etanol herba 500 g 42,5 g 8,5 %
kancing ungu
(Borreria laevis
Lamk)

3. Hasil pengukuran penurunan kadar asam urat pada mencit (Mus musculus)

Sebelum perlakuan mencit diukur KAUNSI, kemudian mencit

diinduksi pada H3, H5, H7. Setelah KAUSI naik, mencit diberi perlakuan.

Adapun data KAUSP dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Rata - rata penurunan kadar asam urat


Kelompok KAUNSI KAUSI KAUSP
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
H0 H3 H5 H7 Rata- H3 H5 H7 Rata-
rata rata
KN 2,9 3,8 4,7 5,3 4,6 4,7 5,2 4,3 4,7
KP 3 4,0 4,5 5,2 4,5 4,3 3,9 3,1 3,7

29
D1 2,9 3,9 4,2 5,5 4,5 5,6 4,6 3,5 4,6
D2 3 4 4,2 5,0 4,4 4,4 3,9 3,6 4
D3 3,1 4,1 4,9 5,6 4,8 4,9 4,2 4,1 4,4

Keterangan:
KAUNSI : Kadar Asam Urat Normal Sebelum Induksi
KAUSI : Kadar Asam Urat Setelah Induksi
KAUSP : Kadar Asam Urat Setelah Perlakuan
KN : Kontrol negative ( NaCMC)
KP : Kontrol Positif (Allupurinol)
D1 : Dosis 1 (400 mg/20 g BB)
D2 : Dosis 2 (800 mg/20 g BB)
D3 : Dosis 3 (1600 mg/20 g BB)

4. Hasil presentase penurunan kadar asam urat

Setelah dilakukan KAUSI, kemudian dihitung hasil KAUSP untuk

melihat penurunan kadar asam urat. Adapun untuk melihat hasil presentase

penurunan kadar asam urat menggunakan rumus :

( KAUSI −KAUSP)
KAUSP (%) = x 100
KAUSI

Gambar 3. Rata-rata presentase penurunan kadar asam urat (H-3,H-5,H-7)


12%
11% 11%

10%

8%
8%

6%

4%
4%

2%
2%

0%

KN KP D1 D2 D3
Keterangan :
KAUNSI : Kadar Asam Urat Normal Sebelum Induksi
KAUSI : Kadar Asam Urat Setelah Induksi
KAUSP : Kadar Asam Urat Setelah Perlakuan
KN : Kontrol negative ( NaCMC)
KP : Kontrol Positif (Allupurinol)
D1 : Dosis 1 (400 mg/20 g BB)
D2 : Dosis 2 (800 mg/20 g BB)
D3 : Dosis 3 (1600 mg/20 g BB)

30
b. Analisis bivariat

1. One Way Analysis Of Variance (ANOVA)

Data - data yang terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS

windows. Tahapan pertama yang dilakukan yaitu uji Normalitas dan

Homogenitas. Jika hasil uji menunjukkan distribusi data normal dan homogen

dengan nilai p (sig) > 0,05 maka pengujian dapat dilanjutkan dengan uji one

way ANOVA. Hasil LSD (Least Significant Different) pengukuran rata-rata

asam urat.

Setelah dilakukan uji ANOVA dengan nilai p (sig) < 0,05 yang artinya

terdapat perbedaan bermakna antar tiap kelompok. Selanjutnya dapat

dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui letak perbedaan bermakna tersebut,

uji lanjutan yang digunakan adalah uji LSD (Least Significant Different).

Adapun hasil pengukuran asam urat menggunakan uji LSD dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 7. Hasil Analisis Pengukuran asam urat pada H-3 – H-7


Kelompok Perlakuan P Value Keterangan
KN KP 0.02 Beda signifikan
D1 0.00 Beda signifikan
D2 0.02 Beda signifikan
D3 0.00 Beda signifikan
KP D1 0.14 Tidak beda signifikan
D2 0.69 Tidak beda signifikan
D3 0.23 Tidak beda signifikan
D1 D2 0.74 Tidak beda signifikan
D3 0.49 Tidak beda signifikan
D2 D3 0.40 Tidak beda signifikan
p < 0,05 = Terdapat perbedaan signifikan
Keterangan:
KN : Kontrol negatif ( NaCMC)
KP : Kontrol Positif (Allupurinol)
31
D1 : Dosis 1 (400 mg/20 g BB)
D2 : Dosis 2 (800 mg/20 g BB)
D3 : Dosis 3 (1600 mg/20 g BB)

B. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji aktivitas kadar asam urat dari ekstrak

Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) terhadap mencit (Mus musculus) yang di

induksi kafein dengan menggunakan konsentrasi D1, D2 dan D3.

Sampel herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) yang digunakan yaitu dari

seluruh bagian tumbuhan, hal ini dilakukan berdasarkan penggunaannya secara tradisional

yang memanfaatkan seluruh bagian tumbuhan kancing ungu (Borreria laevis Lamk).

Dilakukan determinasi ekstrak herba kancing ungu untuk mendapatkan kebenaran

identitas dari tumbuhan herba kancing ungu yang akan digunakan dalam penelitian ini dan

memastikan kebenaran spesies dari herba kancing ungu. Hasil determinasi

mengkonfirmasikan bahwa tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah benar

herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk).

Sampel herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) yang masih segar disortasi

basah dengan cara dicuci bersih dengan air mengalir untuk memisahkan herba kancing

ungu dari kotoran dan benda asing lainnya, kemudian dijemur dibawah matahari secara

tidak langsung, selanjutnya dikeringkan selama 3 - 4 hari. Tujuan dilakukan pengeringan

yaitu untuk mengurangi kadar air pada sampel agar tidak mudah ditumbuhi mikroba

selama penyimpanan (Pratiwi, 2019). Setelah herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk)

dikeringkan selanjutnya di rajang untuk memperbesar luas permukaan sampel serta cairan

penyari (pelarut) lebih mudah masuk ke dalam sel simplisia, sehingga zat yang larut dalam

pelarut semakin banyak. Selanjutnya simplisia yang telah kering diserbukkan

menggunakan alat blender kemudian ditimbang dan diekstraksi menggunakan metode

32
maserasi, alasan digunakan metode maserasi karena metode ini tidak menggunakan

pemanasan sehingga zat aktif yang terkandung dalam bahan tidak rusak dan tidak terurai

sehingga senyawa yang didapatkan bersifat termolabil.

Pada proses maserasi ini dilakukan perendaman selama 3 x 24 jam yang bertujuan

agar sampel serta cairan pelarut menyatu dan mudah masuk ke dalam sel simplisia

kemudian setiap 1 x 24 jam dilakukan proses pergantian pelarutan dan pengadukan yang

bertujuan untuk menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat

didalam cairan (Pratiwi, 2010). Adapun pelarut yang digunakan adalah etanol 96%, alasan

penggunaan pelarut etanol 96% adalah bersifat lebih selektif, absorbsinya baik, mudah

menguap, dan mendapatkan ekstrak kental lebih cepat dibandingkan pelaut etanol 70%

(Misna et al., 2016).

Ekstrak maserasi yang diperoleh dipisahkan dari pelarutnya sampai diperoleh berat

yang konstan. Adapun hasil rendemen yang diperoleh dari herba kancing ungu yaitu 8,5%

dan hasil tersebut memenuhi syarat karena nilai persen rendemen dengan berat simplisia

awal 500 gram tidak kurang dari 3,6% kemudian jika berat simplisia awal 1000 gram

maka nilai persen rendemen tidak kurang dari 8,5% (Depkes, 2000). Menurut Ukieyanna

(2012) penentuan persen rendemen berfungsi untuk mengetahui jumlah kandungan

senyawa yang tertarik oleh pelarut tersebut namun tidak dapat menentukan jenis senyawa

yang terbawa.

Hasil uji skrining bertujuan untuk mengetahui senyawa apa saja yang terkandung

di dalam Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk), berdasarkan data pengujian

skrining fitokimia pada tabel 4 identifikasi senyawa metabolit sekunder menunjukkan

bahwa sampel ekstrak Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) mengandung senyawa

alkaloid, saponin, steroid, tannin, fenol dan flavonoid. Hasil skrining fitokimia sejalan

dengan penelitian yang dilakukan (Hendrawati, 2021), dimana senyawa hasil skrining

33
fitokimia yang dilakukan oleh (Hendawati, 2021) juga mengandung golongan senyawa

yang sama.

Uji aktivitas asam urat menggunakan hewan uji mencit (Mus musculus) yang

diinduksi kafein untuk meningkatkan kadar asam urat. Penginduksi kafein mampu

meningkatkan kadar asam urat dengan mekanisme komponen alkaloid derivat xantin yang

mengandung gugus metil yang akan dioksidasi membentuk asam urat sehingga dapat

meningkatkan kadar asam urat dalam darah (Melova, 2018). Sebelum dilakukan perlakuan

mencit diadaptasikan terlebih dahulu selama 1 minggu, yang bertujuan untuk

mengadaptasikan hewan dengan lingkungannya, dan perilaku mencit. Setelah dilakukan

adaptasi, mencit kemudian dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam dan hanya diberi

minum, tujuan dipuasakannya yaitu untuk mencegah pengaruh dari makanan yang

dikonsumsi. Pada lambung kosong absorbsi obat tidak terganggu karena tersedianya ruang

untuk menampung seluruh bahan uji. Sebelum diinduksi kadar asam urat mencit masuk

kedalam kategori normal yaitu 0,5 - 1,4 mg/dL. Selama 7 hari penginduksi mencit pun

mengalami hiperurisemia yang ditandai dengan kadar asam urat > 3,0 mg/dL. Hal ini

menunjukkan bahwa hewan uji telah mengalami asam urat (Fitriani, 2014).

Penginduksian mencit diberikan secara oral karena pemberian obat secara oral

merupakan rute yang paling umum digunakan karena sangat mudah penggunaanya, sangat

fleksibel dan dosis yang akurat (Bhowmik, 2009). Setelah pemberian penginduksi,

selanjutnya dilakukan pemberian perlakuan secara oral dengan kontrol positif yang

digunakan yaitu Allopurinol dimana mekanisme kerja allopurinol yaitu dengan cara

menghambat kerja enzim xantin oksidase, yaitu enzim yang berperan dalam pembentukan

asam urat, sehingga pembentukan asam urat terhambat. Pemilihan Allopurinol dosis 100

mg karena Allopurinol dosis 100 mg yaitu dosis lazim manusia (dewasa) dengan

pemberian dosis awal 100 mg, kemudian dosis pemeliharaan 200-300 mg (gout ringan)

34
dan 400-600 mg (gout yang cukup parah) sehingga pemilihan obat Allopurinol 100 mg

dipakai dalam penelitian ini dengan konversi dosis mencit 0,0026. Penggunaan obat

pembanding digunakan untuk memvalidasi proses pengujian serta obat pembanding dapat

memberikan efek asam urat pada mencit. Pemilihan Na-CMC sebagai kontrol negatif

karena Na-CMC selain digunakan sebagai pembawa, juga tidak memiliki aktivitas apapun

secara farmakologi. Pada penelitian ini digunakan hewan uji coba mencit (Mus musculus)

sebanyak 25 ekor yang masing-masing terbagi atas 5 kelompok. Kelompok 1 diberi

perlakuan NaCMC 0,5 g sebagai kontrol negatif, kelompok 2 diberi perlakuan Allupurinol

0,013 g sebagai kontrol positif, kelompok 3 diberikan perlakuan yaitu D1 (400mg/gBB)

0,02 g kelompok 4 diberikan perlakuan yaitu D2 (800mg/gBB) 0,04 g, kelompok 5 diberi

perlakuan yaitu D3 (1600mg/gBB) 0,08 g.

Pengamatan aktivitas kadar asam urat dilakukan dengan mengukur kadar asam urat

mencit (Mus musculus) berdasarkan tiap kelompok uji yaitu kelompok KN (Na-CMC),

kelompok KP (Allopurinol), kelompok D1, D2 dan D3. Pemberian induksi kafein

dilakukan selama 1 minggu, penelitian dilakukan pada hari ke-3, ke-5, ke-7. Kemudian

pengamatan aktivitas penurun kadar asam urat dilakukan dengan diberikan pemberian

perlakuan dengan kelompok hewan uji selama 1 minggu, perlakuan dilakukan pada hari

ke-3, ke-5, ke 7.

Pada penelitian ini, hasil data pengukuran kadar asam urat dianalisis secara

statistik. Pengujian statistik yang dilakukan ialah uji One-Way Anova. Syarat dalam uji

One-Way Anova data yang akan diuji harus berdistribusi normal serta homogen. Oleh

karena itu sebelum dilakukan pengujian dengan uji Anova, data harus diuji normalitas dan

uji homogenitas terlebih dahulu dengan menggunakan SPSS for windows (Florensia

Febrianasari, 2018). Uji normalitas bertujuan untuk memperlihatkan data pada sebuah

variabel terdistribusi normal atau tidak. Sedangkan uji homogenitas bertujuan untuk

35
memperlihatkan apakah data dalam variabel bersifat homogen atau tidak. Dikatakan

normal dan homogen jika hasil dari masing-masing uji memiliki nilai signifikan p > 0,05.

Selanjutnya dilanjutkan uji One-Way Anova yang digunakan untuk melihat ada tidaknya

perbedaan antara rata-rata dari keseluruhan perlakuan ditandai dengan nilai p<0,05,

kemudian dilakukan analisis Uji LSD (Least Significant Different) untuk mengetahui letak

perbedaan antar tiap kelompok uji.

Berdasarkan hasil analisis data, pada kelompok kontrol positif, ekstrak herba

kancing ungu konsentrasi D1, D2 dan D3 berbeda signifikan dibandingkan dengan

kelompok negatif. Pada KP, D1, D2 dan D3 menunjukkan penurunan kadar asam urat

yang lebih tinggi dibandingkan dengan KN. Berdasarkan hal tersebut KP, D1, D2 dan D3

memiliki aktivitas penurunan kadar asam urat pada mencit yang diinduksi kafein.

Pada kelompok kontrol positif memiliki persen penurunan kadar asam urat (11%),

namun berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok

positif dengan kelompok konsentrasi D2 dan kelompok konsentrasi D3, yang artinya

kelompok konsentrasi D2 dan D3 memiliki efek yang sebanding dengan kontrol positif

terhadap penurunan kadar asam urat. Sedangkan kelompok kontrol positif dengan

konsentrasi D1 berdasarkan uji statistik terdapat perbedaan yang bermakna yang artinya

konsentrasi D1 dapat menurunkan kadar asam urat tetapi memiliki efek penurunan kadar

asam urat yang lebih kecil dibandingkan dengan kontrol positif.

Pada kelompok konsentrasi D2 dengan persen penurunan kadar asam urat sebesar

11%, berdasarkan uji statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok

konsentrasi D1 dan D3 yang artinya kelompok konsentrasi D1 dan D3 memiliki efek yang

sama dengan konsentrasi D2 terhadap penurunan kadar asam urat, tetapi memiliki

aktivitas yang berbeda terhadap penurunan kadar asam urat. Meskipun demikian, ekstrak

etanol herba kancing ungu (Borreria laevis) konsentrasi D2 dapat menurunkan kadar asam

36
urat lebih besar dibandingkan konsentrasi D1 dan D3, menurut Rahayu (2016) dosis yang

semakin besar akan berhenti menyebabkan peningkatan efek karena terdapat beberapa

faktor yang disebabkan oleh banyaknya komponen senyawa kimia yang terdapat pada

bahan alam, jumlah senyawa kimia yang terkandung semakin banyak sehingga

menyebabkan efek yang tidak lagi tercapai.

Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol herba

kancing ungu (Borreria laevis Lamk) dapat menurunkan kadar asam urat, yang diduga

mempunyai kandungan senyawa flavonoid yang dimana senyawa tersebut dapat

menghambat aktivitas kerja enzim xantin oksidase yang dapat berpengaruh dalam

menurunkan kadar asam urat. Pada konsentrasi D1, konsentrasi D2, dan konsentrasi D3

dapat menurunkan kadar asam urat pada mencit yang di induksi kafein tetapi yang paling

optimal dalam menurunkan kadar asam urat yaitu pada konsentrasi D2 dengan persen

penurunan kadar asam urat sebesar 11%. Dengan ini bahwa penelitian tersebut sejalan

dengan beberapa penelitian lainnya yang dilakukan (Moh Adam, 2019) mengenai aktivitas

penurun kadar asam urat pada famili Rubiaceae yang terdapat pada tanaman biji kopi

pinogu. Kandungan senyawa polifenol pada biji kopi dalam bentuk chlorogenic acid

mampu menghambat aktivitas xantin oksidase sehingga dapat menurunkan kadar asam

urat pada penderita asam urat dengan konsentrasi dosis 800 mg/gBB.

Pada KN dengan KP dengan nilai p (sig) <0,05 yang artinya terdapat perbedaan

signifikan dengan nilai 0,02, KN dengan D1 terdapat perbedaan signifikan dengan nilai

0,00, KN dengan D2 terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,02, KN dengan D3

terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,00. Adapun KP dengan D1 dengan nilai p

(sig) >0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,14, KP dengan

D2 tidak terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,69, KP dengan D3 tidak terdapat

perbedaan signifikan dengan nilai 0,23. D1 dengan D2 tidak terdapat perbedaan signifikan

37
dengan nilai 0,74, D1 dengan D3 tidak terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,49,

D2 dengan D3 tidak terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,40. Kelompok KP

adalah kelompok yang digunakan untuk perbandingan dengan sampel uji, jika hasil yang

diperoleh dari KP tidak memiliki perbedaan signifikan dengan sampel yang di ujikan

maka sampel uji yang digunakan dikatakan memiliki aktivitas sebagai penurun kadar

asam urat. Sedangkan KN adalah kelompok yang digunakan untuk perbandingan dengan

sampel uji, jika hasil yang di peroleh sampel uji lebih besar dibandingkan dengan KN

maka sampel uji dapat dikatakan memiliki aktivitas sebagai penurun kadar asam urat.

38
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian setelah dianalisis secara statistik dan pembahasan

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) memiliki aktivitas

penurunan kadar asam urat pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi kafein.

2. Ekstrak Etanol Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) dapat memberikan

aktivitas penurunan kadar asam urat pada mencit (Mus musculus) dengan persen

penurunan kadar asam urat masing-masing pada kelompok negatif sebesar 2%, pada

kelompok positif sebesar 11%, pada kelompok konsentrasi dosis 400 mg sebesar 4%,

pada kelompok konsentrasi dosis 800 mg sebesar 11%, dan pada kelompok konsentrasi

dosis 1600 sebesar 8%, dan yang paling optimal untuk menurunkan kadar asam urat

yaitu konsentrasi dosis 800 mg.

3. Pada KN dengan KP dengan nilai p (sig) <0,05 yang artinya terdapat perbedaan

signifikan dengan nilai 0,02, KN dengan D1 terdapat perbedaan signifikan dengan nilai

0,00, KN dengan D2 terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,02, KN dengan D3

terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,00. Adapun KP dengan D1 dengan nilai p

(sig) >0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,14, KP

dengan D2 tidak terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,69, KP dengan D3 tidak

terdapat perbedaan signifikan dengan nilai 0,23. D1 dengan D2 tidak terdapat

perbedaan signifikan dengan nilai 0,74, D1 dengan D3 tidak terdapat perbedaan

signifikan dengan nilai 0,49, D2 dengan D3 tidak terdapat perbedaan signifikan dengan

nilai 0,40.

B. Saran

39
Sebaiknya perlu dilakukan pengujian lanjutan terhadap aktivitas penurunan kadar

asam urat dengan dosis yang berbeda serta dilakukan penelitian lebih lanjut pada Ekstrak

Herba Kancing Ungu (Borreria laevis Lamk) untuk mendapatkan senyawa kandidat obat

baru.

40
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, N. 2011.Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan Hipertensi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Akbar B, 2010. Tumbuhan dengan kandungan senyawa aktif yang berpotensi sebagai bahan
infertilitas. Adabia Press. Jakarta, h. 4–5.

Anggraeni, Indah (2019) Uji Efektivitas Ekstrak Tanaman Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa L.) Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Mencit Jantan (Mus
musculus) GALUR BALB-C. Undergraduate thesis, UIN Raden Intan Lampung.

Apriyanti, M. 2013. Meracik Sendiri Obat dan Menu Sehat Bagi Penderita Kolesterol.
Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Astutik, Endang. 2016. “Pengaruh Metode Diskusi, Pemberian Tugas Dan Motivasi BElajar
Terhadap Pencapaian Kelulusan Ujian Nasional Di SDN Mayangan 6 Kota
Probolinggo.” Jurnal Penelitian Dan PEndidikan IPS 10 No.2.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2014. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Peraturan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran
Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.

Christalisana, Chandra. (2018). Pengarauh Pengalaman dan Karakter Sumber Daya Manusia
Konsultan Manajemen Konstruksi terhadap Kualitas Pekerjaan pada Proyek di
Kabupaten Pandeglang. 7(1): halaman 87-98.

Ciulei, J. (1984). Metodology for Analysis of Vegetables and Drugs. Bucharest Rumania:
Faculty of Pharmacy. Pp. 11-26.

Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5. Jakarta: PT Pustaka Bunda.

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:


Depkes RI; 2006.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak


Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, 3-11, 17-19, Dikjen POM, Direktorat Pengawasan
Obat Tradisional

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Manajemen Puskesmas. Jakarta: Depkes


RI.

Dianati N, A. 2015. Gout dan Hiperurisemia. J Majority, Volume 4, Nomor 3


Ditjen POM Depkes RI. 1995. Farmakope indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan. Halaman 2-4, 189-190.

Fitriani, N. 2014. Aktivitas Antidiabetes Mellitus Fraksi dari Ekstrak Etanol Daun Sirsak
(Annona muricata L.) terhadap Mencit Jantan Swiss Webster. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

Haidari, F., Keshavarz, S.A., Rashidi, M. R. & Shahi, M.M., 2009, Orange Juice and
Hesperetin Supplementation to Hyperuricemic Rats Alter Oxidative Sterss Markers
and Xanthine Oxidoreductase Activity, J. Clin. Biochem. Nutr., 45 (3), 285;291.

Harborne, J. B., 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Edisi kedua, Hal 5, 69-76, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soedira, ITB Press, Bandung.

Hendrawati, 2021. Skripsi Uji Aktivitas Antidiare Ekstrak Etanol Daun Kancing Ungu
(Borreria laevis) Pada Mencit (Mus-musculus). Program Studi Si Farmasi Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Mandala Waluya Kendari.

Indah, Firdayanti, N. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan Internatal Pada Ny “N” Dengan
Usia Kehamilan Pretern Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 01 Juli 2018. Jurnal
Widwifery, 1(1), 1–14.

Istiqomah. (2013). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap kadar
Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus). Skripsi Jurusan Farmasi UIN
Hidayatullah Jakarta.

Katzung, B.G., 2007. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition, United States: Lange
Medical Publications.

Lingga, lanny. 2012. Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Maharani, S. 2012. Pengaruh pemberian larutan ekstrak siwak (Salvadora persica) pada
berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans. Skripsi.
Dipublikasikan, Semarang. Universitas Diponegoro.

Maria Dewajanti, Anna. (2019) Peranan Asam Klorogenat Tanaman Kopi Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Dan Beban Oksidatif. Ukrida Press.

Melova, amir. 2018. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Buah Naga Putih (Hylocereus undatus)
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Pada Mencit (Mus musculus).

Minarno, E. B., 2015, Skrining Fitokimia dan Kandungan Total Flavonoid pada Buah Carica
pubescens Lenne & K. Koch di Kawasan Bromo, Cangar dan DataranTinggi Dieng.
El-Hayah, 5(2), 77

Misna, M., and Diana, K., 2016, Aktivitas antibakteri ekstrak kulit bawang merah (Allium
cepa l.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Farmasi Galenika (Galenika
Journal of Pharmacy)(e-Journal), 2(2), 138-144.
Nabyluro’y R. Ahmad. 2011. Cara mudah mencegah, mengobati asam urat dan hipertensi.
Bibliografi: hlm. 125-126. Dinamikamedia. Indonesia.

Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pratiwi Amaliah, A., Sobari, E., and Mukminah, N. 2019. Rendemen Dan Karakteristik Fisik
Ekstrak Oleoresin Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) Dengan Pelarut Heksan."
Presented at Prosiding Industrial Research Workshop and National Seminar

Robinson, T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. diterjemahkan oleh Prof.
Dr. Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB: Bandung.

Soewolo. 2000. Pengantar fisiologi hewan. Jakarta: DEPDIKNAS

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur G. & Kaur H., 2011, Phytochemical Screening and
Extraction; A Review, International Pharmaceutical Sciencia, 1, 1, 98-106.

Tjitrosoepomo, 2001. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Ukieyanna, E., 2012. Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenolik Dan Flavonoid Total Tumbuhan
Suruhan (Peperomia Pellucida L. Kunth), Skripsi, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.

Van Hoorn Judith & dkk. 2007. Play at The Center of The Curriculum. New Jersey: Pearson.

Voight, R., 1994, Buku Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574,
diterjemahkan oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.

Watanabe, T. 2007. Polymorphisms of The Chicken Antarviral Mx Gene. Cytogenet. Genome


Res. 117(1-4); 370-375.

World Health Organization (WHO). 2011. Noncommunicable Diseases in the South-East Asia
Region.

Zastrow, C.H., & Asman, K. 2011. Understanding Human Behavior and Social Environtment.
USA: Library of Congress Control.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja Pembuatan Ekstrak

Herba Kancing Ungu


(Borreria laevis)
Dicuci, disortasi basah,
dirajang, dikeringkan,
disortasi kering
diblender, kemudian
ditimbang.

Serbuk Simplisia Herba


Kancing Ungu

Dimaserasi dengan
etanol 96% selama 3x24
jam.

Ekstrak dipekatkan
dengan rotary evaporator

Ekstrak diuapkan
dengan hair drayer

Ekstrak kental
Lampiran 2. Skema Kerja Asam Urat

KN KP D1 D2 D3

Hewan coba diadaptasi selama 7 hari

Puasa selama 24 jam

Induksi kafein

400mg/gBB,
NaCMC Allopurinol 800mg/gBB,
1600mg/gBB

Ukur kadar asam urat mencit (Mus


Muscullus) menggunakan alat glukometer
pada H-3, H5, H7
Lampiran 3. Surat Determinasi
Lampiran 4. Perhitungan Dosis

1. Perhitungan Hasil Rendemen Ekstrak

Bobot total Ekstrak (g)


Rendemen ekstrak = X 100 %
Bobot total serbuk simplisia(g)

42 , 5 g
= x 100 %
500 g
= 8,5 %
2. Perhitungan Dosis Kafein (Induksi)

Dosis kafein : 37,8 mg/gBB x 0,0026

: 0,098 g/gBB

3. Perhitungan kontrol positif


Allopurinol :100 mg
Dosis konversi mencit : 100 mg x 0,0026
: 0,26 mg/20 gram
: 0,013 g/gBB

4. Cara pembuatan Na. CMC 0,5% (kontrol negatif)


5
Dosis Na CMC : x 100 gr
100
: 0,5 g (ad 100 ml)
dosis konversi mencit
Rumus : x bobot mencit yang
bobot minimal mencit
ditimbang
5. Perhitungan ekstrak herba kancing ungu
- D1 (400 mg/gBB) : 400 mg x 0,0026
: 1,04 mg (0,0104 g/gBB)
- D2 (800 mg/gBB) : 800 mg x 0,0026
: 2,08 mg (0,0208 g/gBB)
- D3 (1600 mg/gBB) : 1600 mg x 0,0026
: 4,16 mg (0,0416 g/gBB)

6. Perhitungan volume pemberian tiap kelompok uji


Tabel volume pemberian tiap kelompok uji
No KN KP D1 D2 D3
1. 0,5 ml 0,5 ml 0,5 ml 0,7 ml 5,0 ml
2. 0,5 ml 0,6 ml 0,6 ml 0,5 ml 5,0 ml
3. 0, 5 ml 0,6 ml 0,5 ml 0,5 ml 6,0 ml
4. 0,6 ml 0,5 ml 0,5 ml 0,6 ml 7,0 ml
5. 0,5 ml 0,5 ml 0,7 ml 0,5 ml 5,0 ml
7. Perhitungan VP
- BB 20 gr = 0,5 ml
21 g
- BB 21 gr = x 0,5 ml = 0,5 ml
20 g
22 g
- BB 22 gr = x 0,5 ml = 0,5 ml
20 g
23 g
- BB 23 gr = x 0,5 ml = 0,5 ml
20 g
24 g
- BB 24 gr = x 0,5 ml = 0,6 ml
20 g
25 g
- BB 25 gr = x 0,5 ml = 0,6 ml
20 g
26 g
- BB 26 gr = x 0,5 ml = 0,6 ml
20 g
27 g
- BB 27 gr = x 0,5 ml = 0,6 ml
20 g
28 g
- BB 28 gr = x 0,5 ml = 0,7 ml
20 g
29 g
- BB 29 gr = x 0,5 ml = 0,7 ml
20 g
30 g
- BB 30 gr = x 0,5 ml = 0,7 ml
20 g
Lampiran 5. Dokumentasi penelitian
1. Proses Pengambilan dan Pengolahan Sampel (Borreria laevis Lamk)
Gambar Keterangan

Proses pengambilan sampel

Proses pengeringan sampel

Hasil pengeringan sampel

Proses pengubahan sampel menjadi serbuk

Proses penimbangan sampel


Proses ekstraksi maserasi pada sampel
menggunakan pelarut etanol 96%

Proses pemekatan ekstrak hasil maserasi


dengan rotary evaporator

Proses pengeringan ekstrak menggunakan


hair dryer

Ekstrak kental
2. Pengujian skrining fitokimia

Gambar Keterangan

Penyiapan alat skrining

Penyiapan bahan skrining

Pengujian skrining fitokimia

Uji alkaloid :
1) Mayer (+) = terbentuk endapan
putih
2) Wegner (+) = terbentuk endapan
coklat/orange
3) Dragendorff (-) = tidak terbentuk
endapan jingga
Uji fenol (FeCl3) (+) = terbentuk warna

biru kehitaman atau hijau kebiruan

Uji flavanoid (HCl+serbuk MG) (+) =

terbentuk warna orange kemerahan

Uji saponin (Aquades dipanaskan,

dikocok + HCl 2 N) (+) = terbentuk

buih/busa

Uji tannin (FeCl3 1%) (+) = terbentuk

warna biru kehitaman atau hijau

kehitaman

1) Uji steroid (H2SO4) (+) =

terbentuk cincin warna hijau

kebiruan atau hijau kehitaman

2) Uji triterpenoid (H2SO4) (-) =

terjadi perubahan warna merah


3. Perlakuan Terhadap Hewan Uji Mencit (Mus musculus)

Gambar Keterangan

Penimbangan bahan NaCMC 0,5 %

Penimbangan bahan Ekstrak Herba Kancing


Ungu (Borreria laevis)

Aquadest dipanaskan sebanyak 200 ml

Pembuatan larutan NaCMC 0,5%

Penimbangan dan pembuatan penginduksi


kafein

Mencit dibagi dalam 5 kelompok yang terdiri


dari 5 mencit dalam masing-masing kelompok
Proses penimbangan berat badan hewan uji
mencit

Proses pemegangan hewan uji mencit

Proses pengamatan pengukuran kadar asam


urat menggunakan alat glucometer
(Multicheck)

Lampiran 6. Hasil analisis SPSS (ONE-ANOVA)


Oneway

Test of Homogeneity of Variances


Kadar Asam Urat

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.334 4 10 .323

ANOVA
Kadar Asam Urat

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3.447 4 .862 2.300 .130


Within Groups 3.747 10 .375
Total 7.193 14

Homogeneous Subsets

Kadar Asam Urat

Subset for alpha = 0.05

kelompok perlakuan N 1 2
a
Duncan Kontrol Positif 3 3.767

Ekstrak 800 mg 3 3.967 3.967

Ekstrak 1600 mg 3 4.400 4.400

Ekstrak 400 mg 3 4.567 4.567

Kontrol Negatif 3 5.133

Sig. .166 .054

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kadar Asam Urat
Mean Difference 95

(I) kelompok perlakuan (J) kelompok perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower

LSD Ekstrak 400 mg Ekstrak 800 mg .6000 .4998 .258

Ekstrak 1600 mg .1667 .4998 .746

Kontrol Positif .8000 .4998 .141

Kontrol Negatif -.5667 .4998 .283

Ekstrak 800 mg Ekstrak 400 mg -.6000 .4998 .258

Ekstrak 1600 mg -.4333 .4998 .406

Kontrol Positif .2000 .4998 .697

Kontrol Negatif -1.1667* .4998 .042

Ekstrak 1600 mg Ekstrak 400 mg -.1667 .4998 .746

Ekstrak 800 mg .4333 .4998 .406

Kontrol Positif .6333 .4998 .234

Kontrol Negatif -.7333 .4998 .173

Kontrol Positif Ekstrak 400 mg -.8000 .4998 .141

Ekstrak 800 mg -.2000 .4998 .697

Ekstrak 1600 mg -.6333 .4998 .234

Kontrol Negatif -1.3667* .4998 .021

Kontrol Negatif Ekstrak 400 mg .5667 .4998 .004

Ekstrak 800 mg 1.1667* .4998 .022

Ekstrak 1600 mg .7333 .4998 .003

Kontrol Positif 1.3667* .4998 .021

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Anda mungkin juga menyukai