Anda di halaman 1dari 25

UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN

KARET KEBO (Ficus elastica) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR


SWISS WEBSTER

FARMAKOLOGI & FITOKIMIA


PROPOSAL PENELITIAN

Adrye Saepur Rahmah 24041116110

UNIVERSITAS GARUT
GARUT
2019
UJI AKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL 96% DAUN
KARET KEBO (Ficus elastica) TERHADAP MENCIT JANTAN GALUR
SWISS WEBSTER

Proposal Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan Tugas Akhir pada Program Studi Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Garut

Juni, 2019

Diusulkan Oleh :
Adrye Saepur Rahmah
24041116110

Menyetujui,

Aji Najihudin, M.Farm., Apt.


Pembimbing Utama

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Uji Aktivitas Antiinflamasi
Ektrak Etanol 96% Daun Karet Kebo (Ficus elastica) terhadap Mencit Jantan Galur
Swiss Webster”. Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas sebagai salah satu syarat untuk
tugas mata kuliah Metodologi Penelitian pada Program Studi S1 Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Garut.
Pada kesempatan ini, rasa hormat serta ucapan terimakasih penulis haturkan kepada
dr. Siva Hamdani, MARS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Garut; Aji Najihudin, M.Farm., Apt. selaku Dosen yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk, serta saran dalam penyusunan proposal ini. Keluarga serta orang-orang
terdekat yang senantiasa tiada henti memberikan semangat, kasih sayang, do’a serta
nasehatnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini begitu banyak kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
guna perbaikan penulis dikemudian hari.

Garut, 14 Juni 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
RINGKASAN……….……………………………………………………………vii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................2
1.4 Keutamaan Penelitian........................................................................2
1.5 Temuan yang diharapkan...................................................................3
1.6 Luaran yang diharapkan.....................................................................3
1.7 Manfaat Penelitian.............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4
2.1 Tinjauan Botani Karet Kebo....................................................4
2.2 Inflamasi...............................................................................5
2.3 Golongan Obat Antiinflamasi..................................................6
2.4 Natrium Diklofenak................................................................7
2.5 Ekstraksi................................................................................7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................8
BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN...................................................11
4.1 Anggaran Biaya.................................................................................11
4.2 Jadwal Kegiatan.................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
LAMPIRAN..........................................................................................................14

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Anggaran Biaya Pelaksaan Penelitian ......................................................11

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................................11

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping.............................14

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan..........................................................15

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas................20

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan..................................................... 21

vi
vii
RINGKASAN

Banyak jenis tanaman obat di Indonesia yang telah dimanfaatkan sebagai


bahan baku obat, sebagian spesies tanaman tersebut bahkan telah diuji secara
klinis kandungan fitokimia, khasiat dan keamanan penggunaannya. Salah satu
tanaman berkhasiat obat yang digunakan oleh masyarakat untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit seperti radang kulit bernanah, bisul, bercak darah,
tersiram air panas, gatal-gatal, diare, pembalut luka baru dan sebagai alternatif
obat luka yaitu tanaman daun karet kebo (Suriani, Ismail B, 2017). Karet Kebo
(Ficus elastica) memiliki rasa pedas dan bersifat netral. Beberapa bahan kimia
terkandung dalam karet kebo diantaranya getah berupa senyawa karet (lateks).
Karet kebo dapat digunakan untuk mengobati bisul, maag, amenorrhoea sekunder,
dan rematik sendi. Untuk diminum, rebus akar 30 – 50 g akar. Untuk pemakaian
luar, giling akar secukupnya, bubuhkan pada tempat yang sakit (rematik dan
bisul). Menurut penelitian yang sudah ada ekstrak daun karet kebo (Ficus
elastica) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dengan
menggunakan metode Bioautografi (Suriani, Ismail B, 2017).
Sebelum dilakukan pengujian aktivitas antiinflamasi daun karet kebo
dilakukan determinasi terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan pengeringan diruang
tertutup kemudian dibuat menjadi simplisia. Simplisia kemudian diekstraksi
dengan cara metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena prosesnya mudah,
cepat, sederhana juga membutuhkan peralatan yang sedikit. Setelah diperoleh
ekstrak kemudian dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui metabolit
sekunder apa saja yang terkandung didalam daun karet kebo. Sebelum dilakukan
pengujian aktivitas antiinflamasi dilakukan pembuatan dosis terlebih dahulu dari
masing-masing bahan baik zat penginduksi, obat uji, dan pembanding.
Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas antiinflamasi ekstrak etanol 96%
daun karet kebo pada mencit putih jantan galur swiss webster menggunakan
metode induksi karagenan. Kemudian dilakukan pengujian antiinflamasi ekstrak
etanol 96% daun karet kebo dengan berbagai macam dosis untuk mengetahui
berapakah dosis ekstrak daun karet kebo yang berpotensi sebagai obat
antiinflamasi terhadap mencit putih jantan.

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversity dengan jumlah
tanaman obat sekitar 40.000 jenis namun baru sekitar 2,5% yang telah
dieksplorasi dan dimanfaatkan sebagai obat tradisonal. Adanya kesadaran
terhadap mutu dan nilai kesehatan membuat masyarakat semakin memilih
penggunaan obat tradisional yang berasal dari tanaman yang yang mengandung
senyawa aktif. Hal itu dibuktikan dengan semakin banyaknya penelitian mengenai
tanaman yang digunakan sebagai obat-obat tradisional dan sistem pengobatan
tradisional. Penggunaan tumbuhan obat ini diharapkan memiliki nilai ekonomi
yang dapat mengembangkan pembudidayaan dan pengolahan tanaman obat
dimasa yang akan datang (Eka Mona & Restuat, 2015).
Berdasarkan pengalaman empiris masyarakat, tumbuhan karet kebo dapat
digunakan untuk mengobati bisul, maag, amenorrhoea sekunder, dan rematik
sendi. Salah satunya dengan cara ditumbuk dan ditempelkan pada tempat yang
sakit kemudian dibalut dan ditutup kain penutup agar tumbukan daun dapat
menempel. Berdasarkan penggunaannya bahan alam memiliki kelebihan yaitu
efek terapeutiknya bersifat konstruktif, efek samping yang ditimbulkan juga
sangat kecil sehingga bahan alami relatif lebih aman dari pada bahan kimiawi
atau sintetik yang beredar dipasaran (Semiawan, Ahmad, & Masruhim, 2017).
Radang atau inflamasi merupakan respon protektif setempat yang
ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan pada jaringan yang berfungsi untuk
menghancurkan, mengurangi, atau melokalisasi (sekuster) baik agen pencedera
maupun jaringan yang cedera itu. Tanda-tanda pokok peradangan akut mencakup
pembengkakan/edema, kemerahan, panas, nyeri, dan perubahan fungsi. Hal-hal
yang terjadi pada proses radang akut sebagian besar dimungkinkan oleh pelepasan
berbagai macam mediator kimia, antara lain amina vasoaktif, protease plasma,
metabolit asam arakhidonat dan produk leukosit (Hasanah & Dkk, 2011).
Inflamasi juga merupakan usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak
organisme yang menyerang, menghilangan zat iritan dan mengatur derajat
perbaikan jaringan. Jika terjadi proses penyembuhan biasanya peradangan akan

1
mereda (Semiawan et al., 2017). Banyak obat kimia yang digunakan untuk
mencegah inflamasi tersebut, salah satunya ialah obat modern yang biasa
digunakan sebagai antiinflamasi adalah obat golongan AINS (Antiinflamasi Non
Steroid). Efek terapi AINS berhubungan dengan mekanisme kerja penghambatan
pada enzim siklooksigenase1(COX-1) yang menyebabkan efek samping pada
saluran cerna dan penghambatan pada enzim siklooksigenasse-2(COX-2) yang
menyebabkan efek samping pada sistem kardiovaskular (Eka Mona & Restuat,
2015). Kedua enzim tersebut dibutuhkan dalam biosinetesis prostagandin. Oleh
karena itu perlu dicari pengobatan alternatif untuk melawan dan mengendalikan
rasa nyeri dan peradangan dengan efek samping yang lebih kecil misalnya obat
yang bersal dari tumbuhan. Dari berbagai hasil penelitian yang dilaporkan,
kandungan kimia yang memiliki khasiat sebagai antiinflamasi adalah flavonoid.
Flavonoid dapat menghambatan siklooksigenase atau lipooksigenase dan
menghambat akumulasi leukosit di daerah sehingga dapat menjadi antiinflamasi
(Ramadhani, Sumiwi, Farmasi, & Padjadjaran, n.d.).

1.2. Perumusan Masalah


Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Apakah daun karet kebo (Ficus elastica) mempunyai aktivitas antiinflamasi
terhadap mencit putih jantan yang diinduksi karagenan ?
b. Berapakah dosis ekstrak daun karet kebo (Ficus elastica) yang paling berpotensi
sebagai obat antiinflamasi terhadap mencit putih jantan ?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antiinflamasi ekstrak etanol
96% daun karet kebo (Ficus elastic) terhadap mencit putih jantan galur swiss
webster dan berapakah dosis ekstrak daun karet kebo yang berpotensi sebagai obat
antiinflamasi terhadap mencit putih jantan.

1.4. Keutamaan Penelitian


Penelitian ini dapat menghasilkan karya ilmiah yang inovatif serta memiliki
manfaat bagi masyarakat.

2
1.5. Temuan yang Diharapkan
Daun karet kebo yang biasanya digunakan sebagai obat antiinflamasi dengan
cara direbus atau dibubuhkan pada tempat yang sakit serta digunakan secara
langsung dapat digunakan sebagai obat antiinflamasi.

1.6. Luaran yang Diharapkan


Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui aktivitas antiinflamasi
ekstrak etanol 96% daun karet kebo sehingga dapat digunakan oleh masyarakat.

1.7. Manfaat Penelitian


Untuk memberikan informasi bagi masyarakat mengenai aktivitas
antiinflamasi ekstrak etanol 96% daun karet kebo (Ficus elastic) sebagai obat
antiinflamasi dan membuktikan kebenaran mengenai efek antiinflamasi ekstrak
etanol daun karet kebo sehingga dapat dianjurkan pemakaiannya kepada
masyarakat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Botani Karet Kebo


Tinjauan botani tumbuhan meliputi klasifikasi tumbuhan, kandungan kimia dan
khasiat.
2.11.2 Klasifikasi Tumbuhan
Divisio : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Urticales
Keluarga : Moraceae
Genus : Ficus
Spesies : Ficus elastica Nois ex Blume
2.21.2 Nama Daerah
Karet, Rambung, Kikaret (Backer, 1965)
2.31.2 Kandungan Kimia dan Khasiat
Ficus elastica dari keluarga Moraceae merupakan pohon dengan daun yang
lebat dan tersebar luas dengan tinggi mencapai 3 meter. Daunnya mempunyai panjang
7-10 cm dengan warna hijau tua, tepi halus dan ujungnya tumpul. Bunga tunggal,
berkelamin satu, di ketiak daun, kelopak bentuk mangkok, hijau, benang sari panjang
± 7 mm, putih, kepala sari bulat, hitam, mahkota bentuk pita, halus, kuming. Buah
buni, bulat, diameter 1-2 cm, hijau kehitaman. Biji bulat, putih. Akar tunggang.
Akar dan kulit kayu Ficus elastica mengandung saponin, flavonoid (Dalimartha,
2008) dan polifenol (Stone et al., 1967). Penelitian Hari et al (2011) menyebutkan
bahwa Ficus elastica mengandung flavonoid, asam organik, triterpen. Penelitian yang
dilakukan oleh Baraja (2008) juga menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanol 70%
daun Ficus elastica terdapat flavonoid, terpen (Hari et al., 2011) dan saponin (Khanna
& Kannabiran, 2007) yang dapat berperan sebagai larvasida (Laksmi Narendra Putri
& Wahyuni, 2013).

4
2.2. Inflamasi
Inflamasi dapat dianggap sebagai rangkaian kejadian komplek yang terjadi karena
tubuh mengalami injury, baik yang disebabkan oleh bahan kimia atau mekanis atau
proses self destructive (autoimun). Inflamasi merupakan respon protektif dimana
tubuh berupaya untuk mengembalikan kondisi seperti sebelum terjadi injury
(preinjury) atau untuk memperbaiki secara mandiri setelah terkena injury. Respon
inflamasi adalah reaksi protektif dan restoratif dari tubuh yang sangat penting karena
tubuh berupaya untuk mempertahankan homeostasis dibawah pengaruh lingkungan
yang merugikan (Rinayanti, Dewanti, & H, 2017).

2.2.1 Proses Inflamasi


Respons kardiovaskular pada proses radang tergantung dari karakteristik dan
distribusi noksi. Dilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler di sekitar
jaringan yang mengalami pengaruh-pengaruh merusak pada fase akut
berlangsung cepat dimulai 1 sampai 30 menit sejak terjadi perubahan-
perubahan pada jaringan dan berakhir 15 sampai 30 menit dan kadang-kadang
sampai 60 menit. Volume darah yang membawa leukosit ke daerah radang
bertambah, dengan gejala klinis di sekitar jaringan berupa rasa panas dan
warna kemerah-merahan (PGE2 dan PGI2). Aliran darah menjadi lebih
lambat, leukosit beragregasi di sepanjang dinding pembuluh darah
menyebabkan pembuluh darah kehilangan tekstur. Peningkatan permeabilitas
kapiler disebabkan kontraksi sel-sel endotel sehingga menirnbulkan celah-
celah bermembran. Permeabilitas kapiler ditingkatkan oleh histamin,
serotonin, bradikinin, sistem pembekuan dan komplemen dibawah pengaruh
faktor Hageman dan SRS-A. Larutan mediator dapat mencapai jaringan karena
meningkatnya permeabilitas kapiler dengan gejala klinis berupa udem
(Mansjoer, 2003).
Fase radang sub-akut berlangsung lambat, mulai dari beberapa jam sampai
beberapa hari misalnya karena pengaruh noksi bakteri. Vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler masih berlangsung. Karakteristik paling
menonjol adalah infiltrasi fagosit yaitu sel polimorfonuklir dan monosit ke
jaringan. Selain itu aliran darah lambat, pendarahan dan terjadi kerusakan
jaringan yang ekstensif. Proses fagosit mencapai daerah peradangan
dinamakan kemotaktik. Migrasi fagosit diaktivasi oleh salah satu fragmen dari

5
komponen komplemen, untuk leukosit polimorfonuklir yaitu C3 a. Selain itu
LTB4 dan PAF ikut berperanan. Fagosit bergerak pada permukaan sel endotel,
pada ujung depan mengecil dan memanjang sehingga dapat memasuki antar
sel endotel kemudian melarutkan membran (diapedesis). Fagosit melepaskan
diri dari antar sel, masuk ke jaringan dan berakumulasi. Fagosit yang mula-
mula ke luar dari dinding pembuluh darah adalah leukosit polimorfonuklir
yang menyerang dan mencerna bakteri dengan cara fagositosis. Disusul
datangnya monosit (makrofag) sebagai petugas pembersih, mencerna leukosit
polimorfonuklir dan sel jaringan yang telah mati akibat toksin bakteri. Pada
radang kronik makrofag juga ikut mencerna bakteri (Mansjoer, 2003).
Plasma darah setelah melewati dinding pembuluh darah yang permeable
sifatnya berubah disebut limfe radang. Leukosit dan limfe radang secara
bersama membentuk eksudat radang yang menimbulkan pembengkakan pada
jaringan. Rasa sakit disebabkan tertekannya serabut syaraf akibat
pembengkakan jaringan. Selain itu rasa sakit disebabkan bradikinin dan PG.
Kerusakan jaringan disebabkan fagositosis, enzim lisosomal clan radikal
oksigen. Deman oleh pirogen endogen yang dihasilkan adalah karena
kerusakan sel (Mansjoer, 2003).

2.3. Golongan Obat Antiinflamasi


Obat antiinflamasi yang umumnya digunakan terbagi menjadi dua kelompok besar
yaitu:
a. Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS)
Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) merupakan obat yang sering dokter
serta terjual bebas di masyarakat. Di Amerika Serikat dan Eropa Barat,
peresepan OAINS mencapai hingga 4%-7%, namun data penggunaan OAINS
di Indonesia belum didapatkan. OAINS sering digunakan karena
efektivitasnya yang baik sebagai analgetik, antiinflamasi, dan antipiretik
(Zahra et al., 2017).
Efektivitas kerja OAINS didapatkan dari kemampuannya menghambat sintesis
prostaglandin melalui penghambatan kerja enzim siklooksigenase. Enzim
siklooksigenase diketahui bekerja pada jalur konversi asam arakhidonat
menjadi prostaglandin dan tromboksan, sehingga ketika enzim ini dihambat

6
maka asam arakhidonat tidak dapat dikonversi menjadi prostaglandin dan
tromboksan (Zahra et al., 2017).
b. Antiinflamasi steroid
Obat antiinflamasi golongan steroid ini dapat menyebabkan tukak peptik,
penurunan imunitas terhadap infeksi, osteoporosis, atropi otot dan jaringan
lemak, meningkatkan tekanan intra okular, serta bersifat diabetik (Rinayanti et
al., 2017).

2.4. Natrium Diklofenak


Natrium diklofenak adalah obat anti inflamasi non-steroid yang merupakan senyawa
aktif dengan efek farmakologis sebagai analgetik, antipiretik dan antiradang.
Mekanisme kerja natrium diklofenak yaitu menghambat sintesa prostaglandin yaitu
suatu mediator nyeri. Natrium diklofenak mempunyai waktu paruh yang pendek di
dalam plasma yaitu sekitar 1-2 jam (Ratih, 2015). Dengan begitu, diperlukan
konsumsi obat secara berulang melalui rute per oral yang telah digunakan lebih dari
30 tahun. Konsumsi obat dengan intensitas pengulangan yang tinggi dapat
menyebabkan efek samping pada sistem pencernaan, sebab dapat terjadi pendarahan
dan mengakibatkan adanya lubang pada dinding pencernaan (Putri Eka Savitry, 2017).

2.5. Ekstraksi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Metode ini
dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam
wadah inert yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika
tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan (Mukhriani, 2014). Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu
prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga
bahan alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa
terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut
pada suhu kamar (Anita D. Puspitasari, 2013).

7
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian akan dilakukan selama waktu 5 bulan yang bertempat di


Laboratorium Kimia Bahan Alam dan Laboratorium Farmakologi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Garut.
Penelitian dimulai dengan pengambilan daun karet kebo yang berasal dari
daerah Jatisari, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Setelah
pengambilan tanaman kemudian dilakukan dideterminasi terlebih dahulu di
Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Sekolah Ilmu Teknologi Hayati, Institut
Teknologi Bandung, Bandung. Selanjutnya dilakukan karakteristik simplisia.
Adapun tahap pembuatan simplisia yaitu pencucian, sortasi basah, pengeringan di
ruang tertutup terhindar dari cahaya matahari langsung, sortasi kering, pengecilan
ukuran menjadi serbuk untuk mempermudah ekstrasi sehingga ekstrak kental
lebih mudah didapat. Sebelum pembuatan ekstrak, simplisia yang diperoleh
kemudian dilakukan karakteristik.
Setelah ukurannya menjadi serbuk, selanjutnya melakukan ekstraksi dengan
metode maserasi. Serbuk daun karet kebo dimasukkan ke dalam wadah yang
gelap, kemudian ditambahkan pelarut etanol 96% sampai serbuk daun karet kebo
terendam selama 5 hari sambil sesekali diaduk, kemudian hasil maserasi disaring
dengan kain flannel bersih sehingga didapatkan filtrat etanol dan ampas. Ulangi
proses penyarian dengan pergantian pelarut yang sama setiap 24 jam sebanyak 5
kali. Filtrat etanol yang didapat dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator, sehingga diperoleh ekstrak yang kental dan dihitung hasil rendemen
ekstrak. Ekstrak yang diperoleh kemudian dilakukan penapisan fitokimia.
Sebelum dilakukan pembuatan dosis ekstrak daun karet kebo dilakukan
terlebih dahulu pembuatan suspensi karagenin 1%, yaitu sejumlah 0,05 gram
karagenin ditimbang seksama dan disuspensikan dalam 5,0 mL larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%). Pembuatan natrium diklofenak dengan dosis 5,14 mg/kg
(Yuli Wahyu, Dadan Hidayat, Isbiyantoro, 2017), pembuatan suspensi ekstrak
daun karet kebo dengan masing-masing dosis 150 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan
350 mg/kgBB.

8
Pengujian aktivitas antiinflamasi dari ekstrak etanol daun karet kebo dengan
metode telapak kaki mencit terinduksi karagenan dan dihitung dengan alat
pletismometer. Penggunaan metode ini didasarkan atas perlakuannya yang
sederhana, mudah dilakukan, dan lebih aman karena karagenan mampu
menstimulasi udema tanpa menyebabkan cedera atau kerusakan jaringan pada
telapak kaki tikus, sehingga metode ini merupakan metode yang sering digunakan
dalam pengujian aktivitas antiinflamasi (Yuli Wahyu, Dadan Hidayat,
Isbiyantoro, 2017).
Pengujian aktivitas antiinflamasi dari ekstrak etanol daun karet kebo ini
hewan uji dipusakan selama ±18 jam sebelum dimulai penelitian dan hanya diberi
minum air saja. Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih jantan Galur
Swiss Webster sebanyak 15 ekor dengan bobot badan rata-rata 20-24 gram.
Masing-masing mencit ditimbang bobot badannya. Hewan uji dibagi menjadi 5
kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif dan
kelompok uji I, II, III, masing-masing kelompok terdiri atas 3 ekor mencit. Hewan
uji yang telah ditimbang bobotnya diukur volume telapak kaki kirinya untuk
mendapatkan nilai Vo. Kemudian setiap kelompok diberikan perlakuan oral (Na-
CMC 0,5% untuk kelompok kontrol negatif; suspensi natrium diklofenak 5,14
mg/kg untuk kelompok kontrol positif; suspensi ekstrak etanol 96% daun karet
kebo dengan masing-masing dosis 150 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 350
mg/kgBB untuk kelompok uji). Karagenan 1% sebanyak 0,2 ml diinjeksi ke
dalam telapak kaki kiri mencit secara subplantar 1 jam setelah pemberian
perlakuan oral. Volume telapak kaki mencit diukur dengan menggunakan
pletismometer. Pengukuran dilakukan setiap 1 jam hingga 5 jam setelah injeksi
(Yuli Wahyu, Dadan Hidayat, Isbiyantoro, 2017).
Udema telapak kaki diartikan sebagai perubahan volume yang terjadi pada
telapak kaki mencit setelah diinjeksi karagenan. Persen udema dihitung dengan
rumus sebagai berikut: (Vt – Vo)/Vo x 100%, dimana Vt ialah volume telapak
kaki mencit pada jam ke t setelah injeksi karagenan, dan Vo ialah volume awal
telapak kaki tikus. Kemudian dari data persen udema dihitung nilai persen inhibisi
udema dengan rumus berikut: (A – B)/A x 100%, dimana A ialah rata-rata persen
udema kelompok kontrol negatif dan B ialah rata-rata persen udema kelomok uji.

9
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan metode
Kruskal-Wallis dan dilanjutkan dengan metode Mann-Whitney dengan tingkat
kepercayaan 95% (p <0.05).

10
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Tabel 1. Anggaran Biaya Pelaksanaan Program PKM-P

No Jenis Pengeluaran Biaya

1. Peralatan Penunjang Rp 634.000,00

2. Bahan Habis Pakai Rp 2.119.000,00

3. Perjalanan Rp 380.000,00

4. Lain – lain Rp 975.000,00

Jumlah Rp 4.108.000,00

4.2 Jadwal Pelaksanaan

Bulan
No Tahapan Program
1 2 3 4 5

1 Persiapan
Pengumpulan daun kirinyuh,
2 Determinasi, dan Pembuatan
Simplisia
Proses ekstraksi dan
3
Karakterisasi Ekstrak
4 Penapisan Fitokimia

5 Pembuatan dosis sediaan bahan


Pengujian Aktivitas
antihiperurisemia pada tikus
7

8 Pembuatan Laporan Penelitian

9 Publikasi

11
DAFTAR PUSTAKA

Anita D. Puspitasari, L. S. P. (2013). Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta 1. 1–8.

Eka Mona, A. M., & Restuat, M. (2015). Effect of Ethanol Extract Blooded leaf-wild
( Premna pubescens Blume) as an anti- inflammatory on foot edema white male rats
( Rattus novergicus ). 1(3), 107–112.

Hasanah, A. N., & Dkk. (2011). Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas
Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur ( Kaempferia galanga L .). Jurnal Matematika
& Sains, 16(3), 147–152.

Laksmi Narendra Putri, A. S., & Wahyuni, dan H. (2013). Uji aktivitas larvasida fraksi etil
asetat ekstrak etanol kulit batang karet india (.

Mansjoer, S. (2003). antiinflammatory drugs (NSAID). 1–7.

Mukhriani. (2014). Ekstraksi, pemisahan senyawa, dan identifikasi senyawa aktif.

Putri Eka Savitry, N. W. (2017). Farmaka Farmaka. 16, 493–507.

Ramadhani, N., Sumiwi, S. A., Farmasi, F., & Padjadjaran, U. (n.d.). Farmaka Farmaka. 14,
111–123.

Ratih, R. A. & H. (2015). Profil Disolusi Tablet Sustained Release Natrium Diklofenak
dengan Menggunakan Matriks Metolose 90 SH 4000. 01(02), 176–183.

Rinayanti, A., Dewanti, E., & H, M. A. (2017). Uji Efek Antiinflamasi Fraksi Air Daun
Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Shecff.) Boerl.) terhadap Tikus Putih (Rattus
norvegicus L.). Pharmaceutical Sciences and Research, 1(2), 78–85.
https://doi.org/10.7454/psr.v1i2.3324

Semiawan, F., Ahmad, I., & Masruhim, M. A. (2017). AKTIVITAS ANTIINFLAMASI


EKSTRAK DAUN KEREHAU (Callicarpa longifolia L.). Jurnal Sains Dan Kesehatan,
1(1), 1–4. https://doi.org/10.25026/jsk.v1i1.1

Suriani, Ismail B, N. E. P. (2017). UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SECARA


BIOAUTOGRAFI EKSTRAK DAUN KARET KEBO (Ficus elastica) TERHADAP
Staphylococcus epidermidis. Leaf Rubber Kebo (Ficus Elastica), Staphylococcus
Epidermidis, Bioautografi Method., 14.

Yuli Wahyu, Dadan Hidayat, Isbiyantoro, Y. F. (2017). Jurnal Farmasi Lampung JFL Jurnal

12
Farmasi Lampung. 6(2), 46–55.

Zahra, A. P., Carolia, N., Kedokteran, F., Lampung, U., Farmakologi, B., Kedokteran, F., &
Lampung, U. (2017). Obat Anti-inflamasi Non-steroid ( OAINS ): Gastroprotektif vs
Kardiotoksik Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs ( NSAIDs ): Gastroprotective vs
Cardiotoxic. 6, 153–158.

13
LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping

1. Biodata ketua
A. Identitas Diri

1. Nama lengkap Adrye Saepur Rahmah


2. Jenis kelamin Perempuan
3. Program studi Farmasi (S1)
4. NIM 24041116110
5. Tempat dan tanggal lahir Garut, 11 September 1997
6. E-mail adryesrahmah11@gmail.com
7. No telepon/HP 087726304218

B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA

Nama Institusi SDN Jatisari II SMPN 4 Garut SMK Negeri


1 Garut
Jurusan - - FARMASI
Tahun Masuk -
2004-2010 2010-2013 2013-2016
Lulus

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila
dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya
sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan
sebenarnya untuk memenuhi salah satu syarat dalam pengajuan PKM.

Garut, 14-06-2019
Pengusul.

Adrye Saepur Rahmah


24041116110

14
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian
(Rp) (Rp)
Sewa
Oven Selama Penelitian 1 buah 10.000 10.000
Blender Selama Penelitian 1 buah 25.000 25.000
Cawan Penguap Selama Penelitian 3 buah 2.000 6.000
Cawan Krus Selama Penelitian 2 buah 3.000 6.000
Timbangan analitik Selama Penelitian 1 buah 25.000 25.000
Penjepit Tabung Selama Penelitian 1 buah 1.000 1.000
Tang Krus Selama Penelitian 1 buah 5.000 5.000
Kompor Listrik Selama Penelitian 1 buah 20.000 20.000
Rak tabung Selama Penelitian 1 buah 2.000 2.000
Tanur Selama Penelitian 1 buah 25. 000 25.000
Stopwatch Selama Penelitian 1 buah 4.000 4.000
Desikator Selama Penelitian 1 buah 20.000 20.000
Erlenmeyer 250 mL Selama Penelitian 2 buah 5.000 10.000
Erlenmeyer 100 mL Selama Penelitian 2 buah 4.000 8.000
Gelas Ukur 10 mL Selama Penelitian 1 buah 3.000 3.000
Gelas Ukur 25 mL Selama Penelitian 1 buah 4.500 4.500
Gelas Ukur 50 mL Selama Penelitian 1 buah 5.000 5.000
Gelas Kimia 100 mL Selama Penelitian 6 buah 3.500 21.000
Gelas Kimia 1000 mL Selama Penelitian 1 buah 8.000 8.000
Kaca Arloji Selama Penelitian 2 buah 3.500 7.000
Maserator Selama Penelitian 1 buah 20.000 20.000
Evaporator Selama Penelitian 1 buah 30.000 30.000
Pisau Bedah Selama Penelitian 1 buah 15.000 15.000
Sonde Oral Selama Penelitian 4 buah 10.000 40.000
Spuit Selama Penelitian 2 buah 15.000 30.000
Timbangan mencit Selama Penelitian 1 buah 10.000 60.000
Baskom/Tempat mencit Selama Penelitian 2 buah 25.000 25.000
Tabung Reaksi Selama Penelitian 6 tabung 1.500 9.000
Kawat tempat mencit Selama Penelitian 2 buah 10.000 20.000
Plestimometer Selama Penelitian 1 buah 50.000 50.000
Pembelian
Botol Plastik Selama Penelitian 7 buah 2.400 62.500
Batang Pengaduk Selama Penelitian 2 buah 15.000 30.000
Spatula Selama Penelitian 1 buah 15.000 15.000
Pipet Tetes Selama Penelitian 4 buah 3.000 12.000
Sub Total 634.000

15
2. Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga Satuan Jumlah
Material Kuantitas
Pemakaian (Rp) (Rp)
Daun Karet Kebo 1 x pakai 5 Kg 20.000 100.000
Aquadest 1 x pakai 7L 14.000 98.000
Etanol 96% 1 x pakai 5L 70.000 350.000
Kloroform Teknis 1 x pakai 0,5 L 165.000 165.000
Eter 1 x pakai 0,5 L 180.000 90.000
Ammonia 1 x pakai 0,5 L 84.500 17.500
Kloroform 1 x pakai 0,5 L 195.000 97.500
Asam Sulfat Pekat 1 x pakai 0,25 L 285.000 71.250
Natrium Asetat 1 x pakai 0,05 Kg 340.000 17.000
Amyl alcohol 1 x pakai 0,01 Kg 1.555.000 15.550
Perak Nitrat 1 x pakai 0,01 Kg 2.000.000 20.000
Asam Klorida 1 x pakai 0,5 L 550.000 275.000
Benzena 1 x pakai 0,25 L 225.500 56.250
Besi (III) klorida 1 x pakai 0,1 Kg 187.600 18.760
NaOH 1 x pakai 0,25 Kg 446.000 111.500
Serbuk Mg 1 x pakai 1 gr 119.000 1.190
NaCl 1 x pakai 0,5 Kg 15.000 7.500
Fenol 1 x pakai 0,25 Kg 70.000 17.500
Na Diklofenak 1 dosis 0,5 Kg 570.000 285.000
Karagenan 1% 1 dosis 1 Kg 150.000 150.000
Na CMC 1 dosis 0,5 Kg 126.000 63.000
Allumunium foil 1 x pakai 1 buah 20.000 20.000
Tissue 1 x pakai 3 bungkus 8.000 24.000
Kertas Perkamen 1 x pakai 1 bungkus 7.500 7.500
Kertas Saring 1 x pakai 2 lembar 20.000 40.000
Sub Total 2.119.000

1. Perjalanan
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
Transportasi UNIGA- Survey dan 2 kali 25.000 50.000
Jatisari pembelian daun
Karangpawitan kirinyuh

Transportasi Determinasi 2 kali 70.000 140.000


UNIGA – ITB tumbuhan
Transportasi UNIGA- Pembelian Alat 2 kali 85.000 190.000
Distributor dan Bahan
(Bandung)

Sub Total 380.000

2. Lain-lain

16
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
Determinasi Biaya 1 kali 200.000 200.000
Tanaman Administrasi
Mencit Putih Jantan Uji Aktivitas
15 ekor 20.000 300.000
Galur Swiss Webster inflamasi
ATK dan Pembuatan 1 kali 65.000 65.000
Dokumentasi Laporan
Pembuatan
Hard Cover 4 kali 40.000 160.000
Laporan
Jurnal
Publikasi Publikasi 1 kali 250.000 250.000
Nasional
Sub Total 975.000
Total (Keseluruhan) 4.108.000

17

Anda mungkin juga menyukai