Anda di halaman 1dari 24

UJI AKTIFITAS PADA EKSTRAK BIJI CEMARA (calophyllum inophyllum)

SEBAGAI ANTI INFLAMASI TERHADAP MENCIT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

matakuliah metode penelitian

OLEH :

ANISA YULIANTI

KELAS C/VI

24041116114

UNIVERSITAS GARUT
FAKULTAS FMIPA
2016/2017

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL...........................................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................v

RINGKASAN.................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah...................................................................................1

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................2

1.4 Keutamaan Penelitian.................................................................................2

1.5 Temuan yang diharapkan...........................................................................2

1.6 Luaran yang diharapkan.............................................................................2

1.7 Manfaat Penelitian.....................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................................5

BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN..............................................................7

4.1 Anggaran Biaya..........................................................................................7


ii
4.2 Jadwal Kegiatan.........................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................8

LAMPIRAN...................................................................................................................10

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Anggaran Biaya Pelaksaan Penelitian ................................................................
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................................7

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping........................................10

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan.....................................................................17

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas...........................20

Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan................................................................21

5
RINGKASAN

Satu jenis tanaman hutan yang mempunyai potensi sebagai bahan baku biofuel
adalah biji cemara atau disebut juga Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dengan
memanfaatkan bijinya. Selain bukan merupakan tanaman pangan, tanaman ini sudah mulai
dibudidayakan di Indonesia sebagai tanaman wind breaker pada daerah marginal di tepi
pantai atau lahan-lahan kritis lainnya. Variasi ukuran buah, biji dan pertumbuhan tanaman
dari populasi nyamplung di seluruh Indonesia menunjukkan peluang untuk meningkatkan
produktivitas tanaman. Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India,
Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Di Indonesia dijumpai hampir di seluruh
wilayah. Biji cemara tumbuh paling dekat pada posisi 50 – 1000 m dari bibir pantai dengan
kerapatan pohon sangat bervariasi. Peta sebaran nyamplung dari 6 populasi di Jawa pada
umumnya berdekatan dengan pantai selatan dan pantai barat pulau Jawa. Produktivitas biji
nyamplung sangat tinggi bervariasi antara 40-150 kg/pohon/th atau sekitar 20 ton/ha/th dan
lebih tinggi dibandingkan jenis tanaman lain seperti Jarak pagar (5 ton/ha/th) dan sawit (6
ton/ha/th). Rendemen minyak nyamplung / tamanu oil dari 12 populasi di Indonesia
mempunyai variasi yang tinggi yaitu antara 37-58 % dan lebih tinggi dibandingkan jarak
pagar 25-40%, saga hutan 14-28%, kepuh 24-40%, kesambi 30-40% dan kelor 39-40%.
Satu liter minyak nyamplung dapat dihasilkan dari 2-2,5 kg biji, sedangkan jarak pagar
membutuhkan 4 kg untuk menghasilkan satu liter minyak. Hasil analisis sifat fisiko-kimia
biodisel yang dihasilkan telah memenuhi sebagian besar standar SNI 04-7182-2006.
Sebelum dilakukan formulasi, biji cemara (Calophyllum inophyllum L) terlebih
dahulu dideterminasi, selanjutnya dilakukan pengeringan diruang tertutup kemudian dibuat
menjadi simplisia. Simplisia kemudian diekstraksi dengan cara maserasi. Metode maserasi
dipilih karena prosesnya mudah, peralatan yang digunakan lebih sedikit dan sederhana.
Setelah diperoleh ekstrak kemudian dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui
kandungan senyawa yang terkandung didalam biji cemara (Calophyllum inophyllum L).
Selanjutnya dilakukan pengujian efek penyembuhan anti inflamasi terhadap hewan uji
mencit.

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang keempat di


dunia. Sepanjang sekitar 95000 Km merupakan habitat penting bagi vegetasi
mangrove dan biota nya. Sebuah survei tahun 2007 menunjukkan bahwa 20% dari
garis pantai rusak, dan tanah aktif terancam oleh erosi. Reboisasi penanaman vegetasi
pantai dilakukan oleh pemerintah daerah. Salah satunya adalah Calophyllum
Inophyllum. Minyak tamanu adalah hasil ekstrak biji buah pohon cemara yang disebut
Calophyllum inophyllum. Minyak ini sering digunakan oleh masyarakat di Asia
Tenggara karena manfaatnya yang luar biasa untuk kulit seperti jerawat, psoriasis, dan
bekas luka.

Sejauh ini penelitian tentang manfaat minyak tamanu untuk kesehatan masih sangat
terbatas. Namun, dalam sejumlah studi yang masih terbatas para peneliti telah
menemukan bahwa minyak tamanu mengandung calophyllolide, yaitu zat yang
diketahui memiliki sifat antiradang. Selain itu, minyak ini juga mengandung senyawa
delta-tocotrienol (sejenis vitamin E) serta sejumlah antioksidan yang bermanfaat untuk
kulit.

Calophyllum inophyllum L. (Calophyllaceae), secara lokal disebut "tamanu" di


Polinesia Prancis, adalah pohon pantropis hijau yang tumbuh sebagian besar di
sepanjang pantai. Kulit, daun, dan buahnya masih digunakan dalam pengobatan
tradisional. Minyak yang diekspresikan dari kacang-kacangan juga telah digunakan
secara tradisional. Minyak Tamanu dioleskan pada kulit dan juga lesi membran
mukosa. Minyak ini sangat dianjurkan untuk menyembuhkan semua jenis penyakit
kulit. Bioassay dan penilaian berbeda dari minyak Tamanu mengungkapkan banyak
aktivitas biologis yang membawa bukti ilmiah tentang efek menguntungkan dari
minyak ini pada penyembuhan kulit manusia. Sifat biologis seperti itu dapat
menjelaskan penggunaan minyak tamanu sebagai bahan kosmetik aktif yang dicatat
sebagai “minyak biji Calophyllum inophyllum” oleh INCI (Nomenklatur Internasional
Bahan Kosmetik). Sebagian besar sifat bioaktif dari minyak tamanu dikaitkan dengan
komposisi minyak termasuk keberadaan senyawa resin dalam minyak tamanu di
samping asam lemak umum, yang merupakan karakteristik unik dari minyak
penyembuhan ini. Sebenarnya, bagian resin dari minyak tamanu diketahui
mengandung metabolit sekunder bioaktif yang sebagian besar terbentuk oleh

7
neoflavonoid termasuk turunan piranokumarin. Di sini, unsur-unsur kimia dan sifat
biologis minyak tamanu disajikan dengan fokus penggunaan tradisionalnya yang
menginspirasi penilaian modern yang berkaitan dengan bidang kosmetik.
Anti-inflamasi nonsteroid (OAINS atau Nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAIDs)) adalah kelas obat yang sama-sama memberikan efek analgesik
(antinyeri) dan antipiretik (penurun panas), dan dalam dosis yang lebih tinggi berefek
anti-inflamasi. Istilah "nonsteroid" membedakan obat ini dari anti-inflamasi lain yaitu
"steroid", yang bekerja menekan produksi eikosanoid. Istilah ini pertama kali
digunakan pada tahun 1960, digunakan untuk menjauhkan obat baru dari
tragedi iatrogenik terkait steroid.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:


a. Bagaimana proses pembuatan ekstrak biji cemara atau Calophyllum Inophyllum
b. Bagaimana proses pengujian anti inflamasi terhadap hewan uji?
c. Bagaimanakah pengaruh Calophyllum Inophyllum terhadap penyembuhan luka
bakar ?
d. Apakah Calophyllum Inophyllum dapat digunakan sebagai obat tradisional
terhadap pengobatan anti inflamasi

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk pengujian ekstrak biji cemara atau Calophyllum
Inophyllum terhadap penyembuhan anti inflamasi

1.4. Keutamaan Penelitian

Program penelitian ini dapat menghasilkan karya ilmiah yang inovatif serta memiliki
manfaat bagi masyarakat .

1.5. Temuan yang Diharapkan

Ekstrak biji cemara atau Calophyllum Inophyllum diharapkan dapat digunakan


sebagai pengobatan anti inflamasi, dan dapat mengurangi kebiaasaan masyarakat
yang ketergantungan obat kimia, dan diharapkan dengan pengobatan tradisional,
sehingga dapat meminimalisir efek samping yang terjadi.
1.6. Luaran yang Diharapkan

8
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi obat tradisional dalam
penyembuhan anti inflamasi sehingga dapat digunakan oleh masyarakat. Diharapkan
pula penelitian ini dapat dipublikasikan untuk publikasi nasional.

1.7. Manfaat Penelitian


Dapat membuat obat tradisional, yang bisa digunakan oleh masyarakat.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anti-inflamasi nonsteroid (OAINS atau Nonsteroidal anti-inflammatory


drugs (NSAIDs))adalah kelas obat yang sama-sama memberikan efek analgesik (antinyeri) dan
antipiretik (penurun panas), dan dalam dosis yang lebih tinggi berefek anti-inflamasi. Istilah
"nonsteroid" membedakan obat ini dari anti-inflamasi lain yaitu " steroid", yang bekerja
menekan produksi eikosanoid. Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1960, digunakan
untuk menjauhkan obat baru dari tragedi iatrogenik terkait steroid.
Biji Calophyllum berpotensi untuk digunakan sebagai bahan baku untuk
produksi minyak nabati karena kandungan minyaknya yang tinggi (75,1% db). Selain
itu, biji Calophyllum mengandung resin yang mengandung senyawa fenolik
bermanfaat untuk kesehatan. Dalam penelitian ini, biji Calophyllum diekstraksi
menggunakan campuran heksana-etanol untuk menyelidiki hasil minyak dan resin
serta sifat fisikokimia mereka, dan untuk mendapatkan kondisi proses terbaik dalam
produksi minyak dan resin dari biji Calophyllum.
Beberapa hasil penelitian menemukan bahwa biji buah C. inophyllum
mengandung lemak kasar (63,1%), serat kasar (16,64%), abu (3,22%), protein
(3,42%), kelembaban (4,15%), dan ekstrak nitrogen bebas (13.62%). Itu juga memiliki
nilai kalori 6092 kal / g. Its lipid asam lemak bebas yang terkandung (8,23%),
monogliserida (3,93%), digliserida (3,37%), trigliserida (81.06%)
dan bioactive (3,4%).
Inflamasi atau radang merupakan indikator dari sistem kekebalan tubuh melawan
suatu penyakit, berfungsi menghancurkan, mengurangi, serta melokalisasi agen
pencedera maupun jaringan yang cedera. Ciri peradangan akut meliputi edema,
kemerahan, panas, dan neri. Pada proses radang akut disebabkan oleh pelepasan
berbagai macam mediator Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 2 29 kimia, seperti
produk leukosit, protease plasma, amina vasoaktif, dan metabolit asam arakhidonat.[1]
AINS (Antiinflamasi Non Steroid) serta AIS (Antiinflamasi Steroid) merupakan
golongan obat antiinflamasi yang memiliki kemampuan menekan tanda-tanda dan
gejala-gejala inflamasi. [2] Disisi lain, sediaan herbal memiliki kelebihan
dibandingkan obat kimia dan sintetik dipasaran, yaitu efek terapeutik yang bersifat
konstruktif serta efek samping yang sangat kecil sehingga lebih aman untuk
dikonsumsi. [3] Karena penggunaan obat-obatan antiinflamasi apabila dikonsumsi
dalam jangka panjang dapat menurunkan fungsi organ tubuh seperti ginjal, hati, organ

10
pada sistem pencernaan bahkan jantung, maka dilakukan penanganan inflamasi selain
terapi farmakologi obat-obatan yaitu dengan terapi sediaan herbal dari berbagai jenis
tumbuhan. Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah tumbuhan obat yang
melimpah, tetapi yang telah digunakan sebagai obat tradisonal hanya sebanyak 2,5%.
[4] Tumbuhan obat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi berdasarkan standardisasi
yang dilakukan oleh BPOM(Badan Pengawas Obat dan Makanan) diantaranya daun
seledri, daun daruju, rimpang kunir putih dan buah mengkudu. Oleh karena itu
dilakukan penelusuran pustaka mengenai beberapa tumbuhan lain yaitu pada ekstrak
biji cemara atau biji Calophyllum memiliki senyawa aktif dan terbukti memiliki
aktivitas antiinflamasi.
Dengan dilakukan nya proses pemisahan menggunakanmetode maserasi. Setelah
didapat hasil ekstrak nya maka dilakukan pengujian terhadap hewan percobaan.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

Bahan, Alat dan Hewan Coba

Bahan Penelitian

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak biji buah pohon
cemara atau yang disebut Calophyllum inophyllum yang diperoleh dari kab. Garut.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat maserator, kertas saring, corong
kaca, gelas ukur, pipet tetes, batang pengaduk, cawan penguap, rotary evaporator, alat
suntik 1 mL, stopwach, Plethysmomete, Larutan karagenan 1 % dalam air suling,
wadah mencit, dan timbangan mencit.

Hewan coba

Mencit putih jantan BB 20 s/d 25 gr.

Metode penelitian

Pembuatan ekstrak kering

Simplisia kering biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) dibersihkan dari


campuran kotoran yang ada kemudian dilakukan penyerbukan. Serbuk kemudian
dimasukkan dalam maserator, dilakukan maserasi dengan pelarut etanol 70% dan
didiamkan dalam kurun waktu tertentu. Maserat dipisahkan dengan cara filtrasi.
Proses penyarian tersebut diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan jumlah dan
jenis pelarut yang sama hingga pelarut jernih. Semua maserat dikumpulkan, pelarut
diuapkan dengan penguap vakum atau penguap tekanan rendah (rotavapor) hingga
didapatkan ektrak kental.

Uji Aktifitas anti inflamasi

1. Sebelum mulai percobaan, masing-masing tikus dikelompokkan dan ditimbang


bobot badannya, kemudian diberi tanda pengenal.  
12
2. Berikan tanda batas pada kaki belakang kiri untuk setiap tikus dengan spidol, agar
pemasukan kaki ke dalam air raksa setiap kali selalu sama.

3.  Pada tahap pendahuluan volume kaki tikus diukur dan dinyatakan sebagai
volume dasar. Pada setiap kali pengukuran volume, tinggi cairan raksa pada alat
diperiksa dan dicatat sebelum dan sesudah pengukuran, usahakan jangan sampai
ada air raksa yang tertumpah.

4. Tikus diberi obat dari ekstrak Calophyllum inophyllum. Satu jam kemudian
telapak kaki kiri diukur volume pembengkakan dengan
alat Plethysmometer dengan mencatat kenaikan air raksa pada alat tersebut (Vo).
Selanjutnya, 0,05 ml larutan karagenan diberikan pada telapak kaki kiri tikus
secara subkutan. Volume kaki yang diberi karagenan diukur setiap 1 jam sampai
menit ke 75.

5. Catat perbedaan volume kaki untuk setiap jam pengukuran (Vt).

6. Hasil pengamatan dicantumkan dalam table untuk setiap kelompok. Tabel harus
berisi persentase kenaikan volume setiap jam untuk masing-masingtikus.
Perhitungan persentase kenaikan volume kaki dilakukan dengan
membandingkannya terhadap volume dasar sebelum menyuntikkan karagenan.

7. Selanjutnya untuk setiap kelompok dihitung persentase rata-rata dan bandingkan


persentase yang diperoleh kelompok yang diberi obat terhadap kelompok kontrol
pada jam yang sama.

13
BAB IV

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 1. Anggaran Biaya Pelaksanaan Program PKM-P

No Jenis Pengeluaran Biaya

1. Peralatan Penunjang Rp 531.900,00

2. Bahan Habis Pakai Rp4.000.000,00

3. Perjalanan Rp 1.500.000,00

4. Lain – lain Rp 1.200.000,00

Jumlah Rp 7.231.900,00

4.2 Jadwal Pelaksanaan

Bulan

No Tahapan Program
1 2 3 4 5

1 Persiapan

Pengumpulan biji cemara/


2 Determinasi, dan Pembuatan
Simplisia

Prosesekstraksi dan
3
Karakterisasi Ekstrak

4 Penapisan Fitokimia

5 Pengujian Aktivitas
Penyembuhan anti inflamasi

14
8 Pembuatan Laporan Penelitian

9 Publikasi

DAFTAR PUSTAKA
1. Ansel JL, Butaud JF, Nicolas M, Lecellier G, Pichon C, Rahariveloma- nana P. 2015. Le
tamanu et ses propriétés en dermocosmétique. La

Phytothérapie Européenne 86: 10–12.


2. Ansel JL, Lupo E, Mijouin L, et al. 2016. Biological activity of Polynesian Calophyllum
inophyllum oil extract on human skin cells. Planta Medica 82(11–12): 961–966.
3. Bhalla TN, Saxena RC, Nigam SK, Misra G, Bhargava KP. 1980. Calophyllolide – a new
non-steroidal and anti-inflammatory agent. Indian J Med Res 72: 762–765.

15
4. Bruneton J. 2009. Pharmacognosie, phytochimie, plantes médici- nales, 4eed. Paris : Éditions
Tec & Doc Lavoisier.
5. Conesa A, Götz S, García-Gómez JM, Terol J, Talón M, Robles M. 2005.
6. Blast2GO: a universal tool for annotation, visualization and analysis in functional genomics research.
Bioinformatics 21: 3674–3676.
7. Dweck AC, Meadows T. 2002. Tamanu (Calophyllum inophyllum) – the African, Asian,
Polynesian and Pacific Panacea. Int J

Cosmetic Sci 24 (6): 341–348.


8. Florence J. 2004. Flore de la Polynésie française, Collection Faune et Flore Tropicales 41,
vol. 2. Paris: IRD Éditions, Publications scientifiques du Muséum.
9. Harrow J, Frankish A, Gonzalez JM, et al. 2012. GENCODE: thereference human genome
annotation for The ENCODE Project.

Genome Res 22: 1760–1774.


10. Hostettmann K. 2011. Tout savoir sur les vertus thérapeutiques, santé, beauté, longévité des
fruits exotiques. Lausanne : Ed. Favre S.A.Khilam C. 2004. Tamanu oil, a tropical remedy.
American Herbal

Gram 63: 26–Krafts KP. 2010. Tissue repair: The hidden drama. Organogenesis 6:
11. Laure F. 2005. Étude de la composition chimique et de la biodiversité du Calophyllum
inophyllum de Polynésie française Thèse dedoctorat, Université de la Polynésie française,
Papeete, Tahiti, Polynésie Française.
12. Lederer E, Dietrich P, Polonsky J. 1953. On the chemical constitution of calophylloide and
calophyllic acid from the nuts of

Calophyllum inophyllum. Bull Soc Chim


Fr 5: 546–549

16
17
LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping

1. Biodata ketua

A. Identitas Diri

1. Nama lengkap Anisa yulianti

2. Jenis kelamin Perempuan

3. Program studi Farmasi (S1)

4. NIM 24041116114

5. Tempat dan tanggal lahir Garut, 20 juli 1998

6. E-mail Yuliantianisa216@gmail.com

7. No telepon/HP 089509570216

B. Riwayat Pendidikan

SD SMP SMK
Nama institusi SDN MTsN 1 Garut SMK YBKP3
pasawahan 1 Garut
Jurusan Farmasi
Tahun masuk 2004 2011 2014
Lulus 2010 2013 2016

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
syarat dalam pengajuan PKM.

18
Garut, 11 juni 2019

Pengusul.
Anisa yulianti
2041116114

19
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

1. Peralatan Penunjang

Harga Juml
Justifikasi ah
Material Kuantitas Satuan
(Rp
Pemakaian
(Rp) )
Sew
a
Oven Selama Penelitian 1 buah 10.000 10.000
Blender Selama Penelitian 1 buah 25.000 25.000
Cawan Penguap Selama Penelitian 4 buah 2.000 8.000
Timbangan Selama Penelitian 1 buah 25.000 25.000
Penjepit Tabung Selama Penelitian 1 buah 1.000 1.000
Kompor Listrik Selama Penelitian 1 buah 50.000 50.000
Rak tabung Selama Penelitian 1 buah 2.000 2.000
Tanur Selama Penelitian 1 buah 25. 000 25.000
Stopwatch Selama Penelitian 1 buah 4.000 4.000
Erlenmeyer 250 mL Selama Penelitian 2 buah 3.000 6.000
Erlenmeyer 100 mL Selama Penelitian 2 buah 3.000 6.000
Gelas Ukur 10 mL Selama Penelitian 1 buah 8.700 8.700
Gelas Ukur 25 mL Selama Penelitian 1 buah 8.800 8.800
Gelas Ukur 50 mL Selama Penelitian 1 buah 8.900 8.900
Gelas Kimia 100 mL Selama Penelitian 6 buah 3.000 18.000
Gelas Kimia 1000 mL Selama Penelitian 1 buah 6.500 6.500
Kaca Arloji Selama Penelitian 2 buah 3.000 6.000
Viskometer Selama Penelitian 5 formula 10.000 50.000
Lemari Pendingin Selama Penelitian 1 buah 25.000 25.000
pH meter Selama Penelitian 5 formula 10.000 50.000
Sentrifuga Selama Penelitian 1 buah 75.000 75.000
Labu Ukur 10 mL Selama Penelitian 6 buah 10.000 60.000

Maserator Selama Penelitian 1 buah 25.000 25.000


Corong Kaca Selama Penelitian 1 buah 3.000 3.000

Evaporator Selama Penelitian 1 buah 25.000 25.000


Tabung Reaksi Selama Penelitian 6 buah 550 3.300
Pembelian
Botol Semprot Selama Penelitian 3 buah 3.500 7.500
Spatula Selama Penelitian 3 buah 3.000 9.000

Batang Pengaduk Selama Penelitian 3 buah 9.000 27.000

Pipet Tetes Selama Penelitian 10 buah 4.500 45.000


Sub Total 1.105.200

20
2. Bahan Habis Pakai

Justifikasi Harga Satuan Jumlah


Material Kuantitas
(Rp)
Pemakaian (Rp)

Biji cemara 1 x pakai 5 Kg 10.000 50.000


Aquadest 1 x pakai 100 L 3.000 300.000
Etanol 96% 1 x pakai 3 L 45.000 135.000
N heksan 3 x pakai 0,5 L 200.000 100.000
Ammonia 1 x pakai 0,5 L 253.400 126.700
Kloroform 1 x pakai 1 L 195.000 195.000
Asam Sulfat Pekat 1 x pakai 0,25 L 317.000 79.250
Asam Asetat anhidrat 1 x pakai 0,5 Kg 275.000 137.500
Formaldehid 1 x pakai 0,1 Kg 3.340.000 334.000
Amil alkohol 1 x pakai 0,5 L 90.000 40.000
Asam Klorida 1 x pakai 0,25 Kg 120.000 30.000
Besi (III) klorida 1 x pakai 0,1 Kg 187.600 18.760
Gelatin 1 x pakai 0,1 Kg 175.000 17.500
NaOH 1 x pakai 0,25 Kg 25.000 6.250
Pereaksi mayer 1 x pakai 100 mL 25.000 10.000
Pereaksi steasny 1 x pakai 100 mL 26.000 26.000
Detergen 1 x pakai 1 Bks 20.000 20.000
Silica Gel 1 x pakai 1 Kg 50.000 50.000
Kertas Saring 1 x pakai 3 Lembar 20.000 60.000

3.
3.Perjalanan
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
Transportasi Survey dan 3 kali 50.000 150.000

21
UNIGA-
Garut (penjual
tanaman) pembelian daun
sirih merah
Transportasi Determinasi 2 kali 150.000 300.000
UNIGA – ITB tumbuhan
Transportasi
UNIGA- Pembelian Alat 5 kali 150.000 750.000
Distributor dan Bahan
(Bandung)

Transportasi Evaluasi Ukuran 2 kali 150.000 300.000


UNIGA – UNPAD Partikel

Sub Total 1.500.000


2
.4. Lain-lain

Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
Determinasi Biaya 1 kali 500.000 500.000
Tanaman Administrasi

ATK dan Pembuatan 1 kali 300.000 300.000


Dokumentasi laporan

Alat, bahan
Pengujian Aktivitas induktor, dll 1 kali 250.000 250.000
Anti inflamasi
Monev Transport Garut – 3 orang 125.000 375.000
Bandung dan
Makan
Mencit Uji Keamanan 5 ekor 15.000 75.000
dan Aktivitas
Anti inflamasi

Publikasi Jurnal publikasi 1 kali 500.000 500.000


nasional

Sub Total 3.075.000


Total (Keseluruhan) 12.322.535

22
23
xxiv

Anda mungkin juga menyukai