Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

Oleh :

1. Ratna Yunita / 17253221001 6. Anisa Aryanto / 17253221019


2. Laila Yuhana / 17253221007 7. Nanda Putri / 17253222027
3. Oktarani / 17253221009 8. Ramadhani / 17253222043
4. Dinda Siti Nursa’adah / 17253221011 9. Sinta Kurniasih / 172532230477
5. Gusnita / 17253221017 10. Maryany Iha / 17253224061

Dosen Pengampu :

Sentot Wahono, SP, M.Si.

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PERTANIAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
2017/2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................i
I. PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................3
2.1 Kelapa Sawit...................................................................................................................3
2.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit.................................................................................4
2.2.1 Akar.......................................................................................................................4
2.2.2 Batang....................................................................................................................4
2.2.3 Daun......................................................................................................................4
2.2.4 Bunga.....................................................................................................................5
2.2.5 Buah.......................................................................................................................5
2.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit........................................................................................5
2.4 Budidaya Kelapa Sawit..................................................................................................6
2.4.1 Penyiangan dan Pemupukan.................................................................................6
2.4.2 Pembibitan awal (pre nursery)...............................................................................6
2.4.3 Pemancangan.........................................................................................................7
2.4.4 Wiping...................................................................................................................7
2.4.5 Infus Akar..............................................................................................................7
2.4.6 Panen.....................................................................................................................8
2.4.7 Main Nursery (pembibitan utama)........................................................................9
III. METODOLOGI PELAKSANAAN..................................................................................10
3.1 Penyiangan dan Pemupukan........................................................................................10
3.2 Pembibitan Awal (pre nursery).....................................................................................11
3.3 Pemancangan................................................................................................................11
3.4 Wiping..........................................................................................................................12
3.5 Infus Akar....................................................................................................................13
3.6 Panen............................................................................................................................13
3.7 Main Nursery (pembibitan utama)...............................................................................15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................................19
4.1 Hasil..............................................................................................................................19
4.2 Pembahasan..................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................22

i
ii
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan uggulan dan utama Indonesia.
Tanaman yang produku tamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti
sawit (KPO) ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjad isalah satu
penyumbang devisa Negara yang terbesar dibandingkan dengan komoditas
perkebunan lainnya. Hingga saat ini kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk
perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak dan
produk turunannya.
Minyak kelapa sawit juga menghasilkan berbagai produk turunan yang kaya
akan manfaat sehingga dapat dimanfaatkan di berbagai industri. Mulai dari
industry makanan, farmasi, sampai industry kosmetik. Bahkan, limbahnya pun
masih dapat dimanfaatkan untuk industry mebel, oleokimia, hingga pakan ternak.
Dengan demikian, kelapa sawit memiliki arti penting bagi perekonomian di
Indonesia.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah
colonial belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam untuk ditanam di kebun raya bogor.
Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial
pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah
Adrienhaller, seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang
kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh k.schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu
perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa
sawit berlokasi di pantai timur sumatera (deli) danaceh. Luas areal perkebunannya
saat itu sebesar 5.123ha. Indonesia mulai mengekspor minyak sawit pada tahun
1919 sebesar 576 ton ke Negara-negara Eropa, kemudian tahun 1923 mulai
mengekspor minyak inti sawit sebesar 850ton.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara penyingan dan pemupukan kelapa sawit?
2. Bagaimanakah cara pembibitan kelapa sawit?
3. Bagaimanakah cara pemancangan kelapa sawit?
4. Bagaimanakah cara pemburuan ilalang (wiping) ?
5. Bagaimanakah cara infuse akar kelapa sawit?
6. Bagaimanakah cara panen kelapa sawit?
7. Bagaimanakah cara pembibitan utama (main nursery) kelapa sawit?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara penyingan dan pemupukan kelapa sawit

1
2. Mengetahui cara pembibitan kelapa sawit
3. Mengetahui cara pemancangan kelapa sawit
4. Mengetahui cara pemburuan ilalang (wiping)
5. Mengetahui cara infuse akar kelapa sawit
6. Mengetahui cara panen kelapa sawit
7. Mengetahui cara pembibitan utama (main nursery) kelapa sawit

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari
Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit
di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya, tanaman kelapa sawit
hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan
Papua Nugini. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan
perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja dan mengarah
kepada kesejahteraan masyarakat, kelapa sawit juga sumber devisa negara dan
Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak kelapa sawit (Fauzi et
al., 2008)
Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah
untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari
lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp). 2)
Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung
minyak. 3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras
(endocarp). 4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak.
5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke
dua arah : 1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut plumula yang
selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah tegak lurus ke
bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi akar
(Sunarko, 2009).
Menurut Pahan (2008), kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut, Divisi :
Embryophita Siphonagama, Kelas : Angiospermae, Ordo : Monocotyledonae,
Famili : Arecaceae, Subfamily : Cocoideae, Genus : Elaesis, Species :
1)E.guineensis Jacq, 2) E. oleifera, 3) E. odora.
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan saat ini terdiri dari dua jenis yang
umum ditanam yaitu E. guineensis dan E. oleifera. Antara dua jenis tersebut
mempunyai fungsi dan keunggulan di dalamnya. Jenis E. guineensis memiliki
produksi yang sangat tinggi sedangkan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang
rendah. Banyak orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk
mendapatkan 4 spesies yang tinggi produksi dan gampang dipanen. Jenis E.
oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman
sumber daya genetik yang ada. Kelapa sawit Elaeis guinensis Jacq merupakan
tumbuhan tropis yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini dapat tumbuh di luar
daerah asalnya, termasuk Indonesia. Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting
bagi pembangunan nasional (Syahputra, 2011).
Faktor yang berpengaruh terhadap produksi kelapa sawit yang tinggi adalah
faktor pembibitan. Untuk memperoleh bibit yang unggul maka harus dilakukan
dari tetuanya yang unggul pula. Selain dari tetua yang unggul hal yang harus

3
diperhatikan dalam proses pembibitan yaitu pemeliharaan yang meliputi
penyiraman , pemupukan (pupuk dasar) dan pengendalian OPT yang mengganggu
selama pembibitan kelapa sawit. Didalam teknik dan pengelolaan pembibitan
kelapa sawit untuk mendapatkan kualitas bibit yang baik, ada 3 (tiga) faktor utama
yang menjadi perhatian: 1) Pemilihan jenis kecambah/bibit, 2)Pemeliharaan, 3)
Seleksi bibit (Agustina, 1990).
II.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi
negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Setiap
tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda cirinya dan fungsinya yang
dijual. Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar,
batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah) (Sunarko, 2007).
II.2.1 Akar
Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu
(monokotil)yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, aka
pertama muncul dari biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula
akan mati dan membentuk akar utama atau primer. Selanjutnya akar primer
akan membentuk akar skunder, tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit
yang telah membentuk sempurna umumnya memiliki akar primer dengan
diameter 5-10 mm, akar skunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar
kuartener 0,1-0,3. Akar yang paling aktif menyerap 5 air dan unsur hara
adalah akar tersier dan kuartener berada di kedalaman 0-60cm dengan jarak 2-
3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Agus, 2011).
II.2.2 Batang
Pada batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium
dan umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda
terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan
internodia. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur
pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah
sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi
tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara optimal sekitar 35-75
cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis
tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin
rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman
kelapa sawit (Sunarko, 2007).
II.2.3 Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi
tanaman. Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi
terhadap tangkap sinar mantahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki
ciri yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang
sejajar. Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya

4
kurang lebih 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300
helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa sawit. Daun muda yang masih
kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun
dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon
kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 405 pelepah daun.
Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun
mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20-25
helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa
sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivita
hasilnya per satuan luas tanaman (Lubis dan Agus, 2011).
II.2.4 Bunga
Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14
bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga
jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama.
6 Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri
karena memiliki bunga jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari
ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga
majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-
fase awal perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa
ketiak dau tidak menghasilkan infloresen (Sunarko, 2007).
II.2.5 Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga
bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah
(mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit
yang disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium)
disebut inti, mengandung minyak inti yang disebut PKO atau Palm Kernel
Oil. Proses pembentukan buah sejak pada saat penyerbukan sampai buah
matang kurang lebih 6 bulan. Dalam 1 tandan terdapat lebih dari 2000 buah
(Risza, 1994). Biasanya buah ini yang digunakan untuk diolah menjadi
minyak nabati yang digunakan oleh manusia. Buah sawit (Elaeis guineensis)
adalah sumber dari kedua minyak sawit (diekstraksi dari buah kelapa) dan
minyak inti sawit (diekstrak dari biji buah) (Mukherjee, 2009).
II.3 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS.
Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik berkisar antara 0-500 m dpl.
Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar 2.000-2.500 mm/tahun.
Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-30 °C. Intensitas
penyinaran matahari yang baik tanaman kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari.
Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 % untuk pertumbuhan tanaman.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah
yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang

5
dalam tanpa lapisan padas. Untuk nilai pH yang optimum di dalam tanah adalah
5,0–5,5. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan
tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, 7
semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman
untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2012).
Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut. Tanah
sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup tinggi.
Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit
memiliki kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat
terhadap lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak
lebih dari sekitar 15°. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai
perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia,
adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk
mencapai zona perakaran tanaman (Lubis dan Agus, 2011).

II.4 Budidaya Kelapa Sawit


II.4.1 Penyiangan dan Pemupukan
Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut gulma yang berada
di antara sela-sela tanaman pertanian dan sekaligus menggemburkan tanah.
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan tanaman yang sakit, mengurangi
persaingan penyerapan hara, mengurangi hambatan produksi anakan dan
mengurangi persaingan penetrasi sinar matahari.
Pemupukan menurut pengertian khusus ialah pemberian bahan yang
dimaksudkan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Umumnya pupuk
diberikan dalam bentuk padat atau cair melalui tanah dan diserap oleh akar
tanaman. Namun pupuk dapat juga diberikan lewat permukaan tanaman,
terutama daun.Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara
secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh
peningkatan hasil panen, menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan
tidak tersedia di tanah menjadi tersedia untuk mendukung pertumbuhan
tanaman.
II.4.2 Pembibitan awal (pre nursery)
Pembibitan adalah proses untuk menumbuhkan dan memelihara atau
mengembangkan benih atau biji menjadi bibit yang siap tanm.
Bibit merupakan bahan tanaman yang siap untuk ditanam di
lapangan.Bibit bisa berasal dari organ reproduktif (benih) atau hasil
perbanyakan vegetatif (ramet) (PPKS, 2003). Pembibitan merupakan cara atau
usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan bahan tanaman agar menjadi bibit
yang bermutu dan berkualitas serta siap untuk ditanam. Pembibitan
merupakan awal kegiatan lapang yang harus dimulai setahun sebelum

6
penanaman dimulai. Pembibitan bertujuan untuk menghasilkan bibit
berkualitas tinggi yang harus tersedia pada saat penyiapan lahan tanam telah
selesai (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008).Sedangkan menurut PPKS
(2003) sasaran akhir dari kegiatan pembibitan adalah menyediakan bibit yang
asli dan jagur. Bibit kelapa sawit yang asli dan jagur merupakan jaminan
untuk memperoleh kebun dengan produktivitas tinggi.
II.4.3 Pemancangan
Pancang tanam merupakan kegiatan yang penting dalam proses
pembangunan sebuah kebun sawit. Pentingnya mengetahui rumus dasar
pancang tanam supaya pemancangan dapat dilakukan dengan sempurna.
Dampak dari tidak menguasai pancang tanam dengan baik bias mengakibatkan
pola baris yang tidak sempurna. Kelapa sawit sebagaimana yang kita ketahui
adalah tumbuhan yang dikelola kanopinya, sehingga jarak antar baris dan
jarak antar tanaman sangat penting agar daun tidak saling bertindih satu sama
lain agar mendapat sinar matahari yang mencukupi untuk semuapohon.
Pancang tanam yang baik juga memastikan proses pekerjaan di lapangan dapat
dilakukan dengan efektif demi mamastikan pengeluaran biaya seefisien
mungkin.
II.4.4 Wiping
Wiping ilanag merupakan kegiatan untuk mematikan gulma
ilalang(imperata cylindrical) dengan menggunakan herbisida. Wiping beratri
menyeka. Wiping ilalang biasa dilakukan pada perkebunan skala besar seprti :
perkebunan kelapa sawit, karet dan tebu. Teknik wiping adalah dengan
menyentuhkan atau membasuhkan cairan herbisida tersebut dari pangkal
hingga ujung ilalang, setelah itu ujung dari tanaman ini diputus untuk
menandai bahwa ilalang itu telah di wiping. Pekerja harus menggunakan
sarung tangan atau biasanya jari-jari tangan yang digunakan untuk wiping
dibalut dengan kain.
Pekerjaan wiping berbeda dengan chemist menurut kondisinya. Wiping
biasanya ilalangnya menyebar sedangkan chemist ilalang kondisinya banyak
dan mengumpul. Selain itu suatu item pengendalian gulma maka jika chemist
belum berhasil atau rumput masih tumbuh maka item wiping harus
dilakukan.chemist biasanya menggunakan alat semprot sedangkan kalau
wiping langsung secara manual.
Wiping biasa mnggunakan herbisida Round Up dengan dosis 0,03 It/Ha
dan konsentrasi 1 %. Dari segi tenaga kerja, teknik wiping ini cenderung
memerlukan banyak pekerja disbanding chemist, tapi du segi efisiensi, maka
teknik wiping ini lebih efisiensi dalam memberantas alang-alang mengingat
pekerjaannya dilakukan secara manual.
II.4.5 Infus Akar
Cara pengendalian hama ulat api dapat dilakuka dengan metode
injeksi. Metode injeksi dilakukan dengan menyuntikkan cairan tertentu pada

7
tanaman kelapa sawit. Untuk mengatasi hama ulat api, bias menerapkan
metode ini. Yaitu dengan menyuntikkan insektisida curacron.
II.4.5.1Ulat Api
Ulat api dimasukkan ke dalam keluarga Limacodidae. Penyebar utama
dari ulat api adalah kupu-kupu. Dari hasil penghamatan ulat api dapat
diprediksi dari meledaknya populasi kupu-kupu. Hewan ini paling banyak
ditemui pada waktu berakhirnya musim kemarau ke musim penghujan dan
tidak begitu banyak dimusim kemarau. Namun pling banyak populasinya
pada puncak musim penghujan
Ulat api memiliki beberapa bentuk ada yang berbentuk bulat dan
persegi panjang. Namun yang terbentuk persegi panjang adalah jenis yang
paling ganas dan pa;ing merugikan. Hewan ini menyimpan racun pada
bulu-bulunya akan terasa panas yang tak terkira. Namun hanya dapat
dipegang dengan tangan. Karena bulu halus ulat yang beracun tidak dapat
menembus talapak tangan.
Dari semua jenis ulat api di atas sangat merugikan petani kelapa sawit
dan berakibat fatal bila tidak cepat ditanggulangin. Karena daun kelapa
sawit akan habis dimakan dan tinggal lidi-lidinya saja yang tersis.
Akibatnya kelapa sawit akan kehilangan keseimbangan dalam proses
berfotosintesis.
Dampak yang paling menonjol, pohon tidak memiliki kapasitas ujntuk
tumbuj dengan baik, tidak lagi menangggapi rangsangan, tidak lagi
mampu mempertahakan diri dari penyakit seperti fungi dan virus.
Akibatnya membuat buah menjadi kecil dan kehilangan bobotnya.
Berikut adalah klasifikasi ulat api
 Kingdom : Animalia
 Filum : Arthropoda
 Kelas : Insecta
 Ordo : Lepidoptera
 Family : Limacodidae
 Genus : Setothosea
 Spesies : S. asigna van Ecke
Hewan ini memiliki nafsu makan yang sangat tinnnnnnnngi pada
malam hari da kurang beranfsu makan di siang hari.Jika pohon sudah
terserang hama ini harus segera diatasi sedini mungkin. Karena semakin
besar bentuk tubuhnya aka berdampak semakin besar kerusakannya.
II.4.6 Panen
Panen adalah pemotongan tandan buah dari pohon sampai dengan
pengangkutan ke pabrik yang meliputi kegiatan pemotongan tandan buah
matang, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke
TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik (PKS).

8
Panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam pengelolaan
tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanam (bibit) dan
pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan faktor penting dalam
pencapain produktivitas.
Berdasarkan tinggi tanaman ada 2 cara panen yg umum dilakukan oleh
perkebunan kelapa sawit yaitu :
1. Tanaman yg berumur kurang dari 7 thn cara panen menggunakan alat
dodos yg lebar 10-72,5 cm dg gagang pipa besi/tongkat kayu.
2. tanaman yg berumur 7 thn/ lbh pemanenen menggunakan egrek yg
disambung dg pipa almunium/batang bambu.
II.4.7 Main Nursery (pembibitan utama)
Pembibitan Utama (Main Nursery) merupakan penempatan bibit yang
sudah lepas dari kecambah, dan siap untuk ditanam. Bibit ini harus sudah siap
ditempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis, seperti halnya harus bebas
genangan atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Debit
dan mutu air yang tersedia harus baik. Areal pembibitan sebisa mungkin rata
atau memiliki kemiringan maksimum 5%, tempat terbuka atau tanah lapang,
dan lapisan topsoilcukup tebal (25 cm). Letak lokasi main nursery dekat
dengan area yang akan di tanam dan harus jauh dari sumber hama dan
penyakit.

9
III. METODOLOGI PELAKSANAAN

III.1 Penyiangan dan Pemupukan


3.1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan pemupukan kelapa sawit dilakukan pada kuliah lapangan
Budidaya Tanaman Perkebunan tanggal 19 Februari 2018 di lahan kampus
milik Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Jl. Raya Negara KM.7,
Tanjung Pati Kec. Harau Kab. Lima Puluh Kota Sumatra Barat.
3.1.2 Alat dan Bahan
 Penyiangan  Pemupukan
Alat Alat
1. Cangkul 1. Mangkok Kecil
2. Sabit

Bahan
1. Pupuk Kcl
2. Pupuk Urea
3. Pupuk Tsp

3.1.3 Tata Cara Pelaksanaan


 Penyiangan

Sebelum dilakukan pemupukan,maka dilakukan penyiangan batang


pohon terlebih dahulu yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Membersihkan gulma disekitar areal piringan dengan jarak 2 meter dari
pohon kelapa sawit menggunakan cangkul.

2. Membersihkan gulma yang panjang di sekitar piringan dengan


menggunakan sabit.
 Pemupukan
Setelah dilakukan penyiangan pada piringan maka dilakukanlah
pemupukan dengan cara sebagai beikut :
1. Ambil pupuk Kcl menggunakan mangkok kecil sebanyak 1 kg atau 1
mangkok kecil yang telah disediakan
2. Ambil pupuk Urea menggunakan mangkok kecil sebanyak 2 kg atau 3
mangkok kecil yang telah disediakan
3. Ambil pupuk Tsp menggunakan mangkok kecil sebanyak 1.5 kg atau 2
mangkok kecil yang telah disediakan

10
4. Taburi pupuk Kcl yang telah di ambil tadi dengan jarak 1 meter dari
pohon kelapa sawit dengan cara menggoyangkan mangkok kecil yang
berisi pupuk.
5. Taburi pupuk urea yang telah di ambil tadi dengan jarak 2 meter dari
pohon kelapa sawit dengan cara menggoyangkan mangkok kecil yang
berisi pupuk.
6. Taburi pupuk Tsp yang telah di ambil tadi dengan jarak 2 meter dari
pohon kelapa sawit dengan cara menggoyangkan mangkok kecil yang
berisi pupuk.

III.2 Pembibitan Awal (pre nursery)


Mangoensoekarjo dan Semangun (2008) juga menyatakan bahwa pembibitan
kelapa sawit merupakan langkah permulaan yang sangat menentukan keberhasilan
penanaman di lapangan, sedangkan bibit unggul merupakan dasar dari perusahaan
untuk mencapai produktivitas dan mutu minyak kelapa sawit yang tinggi.
3.2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan pembibitan kelapa sawit ini dilaksanakan pada tanggal 2 Maret
2018. Dilaksanakan di rumah pembibitan Kampus Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh yang terletak di Jl. Raya Tanjung Pati, Km 7, Kecamatan
Harau,Kabupaten Lima Puluh Kota.
3.2. 2 Bahan dan Alat
 Bahan 4. Polybag
1. Bibit sawit yang lulus seleksi  Alat
2. Kurater 1. Gembor
3. Tanah

3.2.3 Tata Cara Pelaksanaan


1. Siapkan Polybag dan bibit sawit yang sudah lulus seleksi
2. Persiapan dan pengolahan tanah.
3. Pengisian tanah ke polybag.
4. Pembuatan lubang tanam pada polybag.
5. Masukkan bibit yang sudah disediakan ke dalam lubang tanam dan tutup
dengan tanah tapi tidak seluruhnya tertutup (sisakan sekitar 1 cm cangkang
dari permukaan tanah)
6. Siapkan kurater dan tebarkan disekeliling bibit yang sudah ditanam.
7. Siram dengan gembor yang sudah diisi air.
8. Selanjutnya lakukan penyiraman setiap hari sebanyak dua kali sehari(pagi
dan sore) sekaligus dengan pengendalian gulma.

III.3 Pemancangan
3.3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

11
Kegiatan pemancangan kelapa sawit di laksanakan di lahan kampus
politeknik pertanian negeri Payakumbuh Kecamatau Harau, Kabupaten Lima
Puluh Kota Provinsi Sumatra Barat pada tanggal 3 Maret 2018.
3.3.2 Bahan dan Alat
1. Anak pancang ukuran 1- 1,5 meter
2. Kawat
3. Kompas atau theodolite untuk menentukan arah
4. Ajir / bamboo / kayupanjang
A. Tim pemancang ; 1 tim terdiri dari atas 5 orang :
• Peneropong 1 orang
• Penariktali 2 orang
• Pemancang 1 orang .
• Pembawa pancang 1 orang
3.3.3 Tata Cara Pelaksanaan
a. Dimulai dari luasan 1 ha terlebih dahulu ( pancang hektaran ) ukuran 100
x 100 m. Contoh : Jarak tanam 9,0 segitiga sama sisi ( 9 x 7,80 m )
b. Tentukan titik awal A berjarak dari pinggir areal dengan pancang kepala.
Titik A sebagai awal pancang hidup.
c. Kawat I ;direntangkan U – S secara lurus dari titik A. Pada tiap titik 9 m
ditancapkan pancang kepala. Perentangan dibantu dengan kompas.
d. Kawat II ;direntangkan arah Barat – Timur. Pada tiap jarak antar baris
7,8 m ditancapkan pancang
e. Kemudian kawat I digeser sejauh 7,8 m sejajar dengan barisan kearah
Barat / Timur . Tancapkan pancang tiap 9 meter.
f. Pada saat menanamkan pancang harus selalu dilihat lurus kesemua
jurusan ( mata lima).

III.4 Wiping
Wiping dilakukan dengan tujuan untuk mengendalikan gulma alang-
alang yang masih tersisa dilapangandan mengamati kegiatan dari herbisida
hingga minggu ketiga
3.4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan wiping gulma di perkebunan kelapa sawit di laksanakan pada
musim cuaca cerah atau tidak sedang turun hujan, yang beralokasikan di
lahan kampus politeknik pertanian negeri payakumbuh Kecamatan Harau
Kab Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 5 Maret 2018
3.4.2 Bahan dan Alat
Bahan yang dipakai adalah gulma imperata clyndrica yang tumbuh di
areal kebun dan Gliphisat 0,2%. Alat yang digunakan meliputi ember, sarung
tangan, gelas ukur, dan alat pengaduk
3.4.3 Tata Cara Pelaksanaan

12
Alat dan bahan disiapkan, kemudian diambil dan diukur larutan gliphosat
0,2% dan dilarutkan dalam 1 liter air dalam ember serta diaduk sampai rata
lalu diaplikasikan pada gulma dengan cara wiping. Yaitu dengan mengusap
belaian daun gulma serta memberi tanda pada daerah wiping. Hasil wiping
diamati dan dicatat selama 3 minggu.

III.5 Infus Akar


3.5.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan pemancangan kelapa sawit di laksanakan di lahan kampus
politeknik pertanian negeri Payakumbuh Kecamatau Harau, Kabupaten Lima
Puluh Kota Provinsi Sumatra Barat pada tanggal 16 Maret 2018.
3.5.2 Bahan dan Alat
 Bahan 6. Ranting berbentuk Y
1. Curacron  Alat
2. Plastik Es 1. Parang
3. Tali pelastik 2. Cangkul
4. Plastik hitam penutup 3. Suntik
5. Pelepah daun kelapa sawit 4. Gunting dahan

3.5.3 Tata Cara Pelaksanaan


1. Membuat pola berbentuk persegi panjang di piringan yang berukuran
panjang 1 m dari pinggir piringan.
2. Menggali lubang seukuran persegi panjang tersebut sampai
ditemukan akar primer yang berukuran selebar jari kelingking.
3. Setelah menemukan akar tersebut lalu memotong akar dengan
gunting dahan secara perlahan.
4. Memasukkan cairan curacron ke dalam plastik es dengan
menggunakan suntik dengan ukuran sebanyak 90ml
5. Memasukkan akar yang telah dipotong ke dalam plastik yang berisi
cairan curacron, lalu ikat plastik secara perlahan dengan tali plastik.
6. Agar cairan tetap mengenai akar, ganjal akar dengan ranting yang
berbentuk huruf Y agar posisi akar tetap mengenai cairan.
7. Menutup lubang dengan menggunakan pelepah daun secara berjajar.
8. Menutup pelepah daun dengan plastik hitam
9. Menutup plastic hitam dengan tanah kembali.

III.6 Panen
Panen dilakukan untuk memanen semua buah pada tingkat kematangan yang
optimum, yaitu pada saat tandan buah segar (TBS) mengandung minyak dan
kernel tertinggi, hanya buah yang matang dan mengutip brondolan. Setelah itu
mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah panen. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas di dalam minyak sawit mentah

13
Norma Panen Kelapa Sawit
1. Pada saat kelapa sawit berumur 3 tahun : 0.6 ton/hk
2. Pada saat kelapa sawit berumur 4 tahun : 0.8 ton/hk
3. Pada saat kelapa sawit berumur 5 tahun : 1.2 ton/hk
4. Pada saat kelapa sawit berumur diatas 5 tahun : 1.5 ton/hk
Standar panenygdigunakan antara satu perusahaan dan perusahaan lain
kemungkinan berbeda, tergantung sistem dan teknik panen yang diterapkan
masing-masing perusahaan. Adapun salah satu standar panen yang sering
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tandan buah matang harus mempuyai sedikitnya 1 brondolan di piringan
sebgai tanda buah tersebt siap di panen
2. Pelepah yg di tunas di potong dan di susun rapi pd gawangan
3. Rotasi panen di pertahankan pada interval 7-10 hari
4. TBS di brondolan di susun rapi di tph (tempat pemungutan hasil) untk
pengangkutn ke pabrik
5. Tangkai buah di potong dan seluruh kotoran tandan (tbs) di bersihkan
sebelum pengangkutan
6. Tingkat ekstasi minyak >22% dan kandungan ABL <2%
3.6.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan wiping gulma di perkebunan kelapa sawit di laksanakan pada
musim cuaca cerah atau tidak sedang turun hujan, yang beralokasikan di
lahan kampus politeknik pertanian negeri payakumbuh Kecamatan Harau
Kab Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 22 Maret 2018
3.6.2 Bahan dan Alat
a. Untuk kelapa sawit yang berumur< 7 tahun
1) Dodos dengan lebar 10-12,5 cm
2) Kantong/ piringan untk pengutipan brondolan
3) Kapak kecil untuk memotong tangkai tbs dan batu asah
4) Kereta dorong (lori)/ alat pikul
5) Jaring panen
b. Untuk kelapa sawit yang berumur > 7 thn
1) Egrek
2) Kapak kecil dan batu asah
3) Kereta dorong (lori)/ alat pikul
4) Jaring panen
3.6.3 Tata Cara Pelaksanaan
1. Setiap pemenen dibekali dengan peralatan yang lengkap
2. Panen mendapat prioritas utama dibandingkan dengan pemeliharaan
kebun lainnya,bila mana diperlukan tambahan tenaga kerja untuk
menjaga standar panen maka pekerja dari bagian lain dapat
diperbandingkan untuk melakukan pemanenan.

14
3. Setiap pemanen diberi jumlah baris untuk di panen sesuai dengan
sistem panen yang diterapkan di perusahaan tersebut,jumlah baris yang
ditentukan tergantung pada umur tanaman,produksi,bulan panen dan
rata-rata kemampuan pemanen.
4. Tandan matang harus di panen semuanya dg kriteria 12,5-25% buah
luar membrondol.
5. Pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan
diatur rapi di tengah di gawangan
6. Tandan buah yang akan di dodos/egrek sedekat mungkin dengan
pangkalnya maksimal 2 cm,tandan buah yang telah di potong
diletakkan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari
tandan,brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran
lain.
7. Memberi tanda yg berisi nomor penebang.
8. Tumpuk pelepah daun yang di potong secara teratur di
gawangan(ruang kosong diantara garis gawangan)dengan cara di
kelompokkan.

III.7 Main Nursery (pembibitan utama)


Bibit kelapa sawit yang sudah berusia lebih dari 3 bulan selanjutnya akan
memasuki tahap pembibitan main-nursery. Tahap ini berlangsung selama 10-12
bulan. Pembibitan utama (main-nursery) bertujuan untuk menghasilkan bibit-bibit
kelapa sawit yang siap ditanam di lahan terbuka. Berbeda dengan tempat
pembibitan prenursery yang sebaiknya dipilih dekat dengan pemukiman, pada
tahan pembibitan main-nursery, pemilihan tempatnya lebih baik dekat dengan
kebun budidaya. Area yang dipakai memiliki permukaan rata, bebas banjir, serta
suci dari hama dan penyakit. Lokasi pembibitan kelapa sawit main-nursery juga
seyogyanya dekat dengan sumber air dan sudah dilengkapi sistem drainase yang
baik.
Seleksi bibit diperlukan untuk memperoleh bibit yang memiliki mutu tinggi
untuk mendapat tumbuhan yang memiliki produktifitas yang tinggi dan datah
terhadap penyakit yang sering menyerang tanaman kelapa sawit. Pada pembibitan
main nusery terdiri dari empat tahapan penyelekian bibit pada pembibitan main
nusery.
Tahapan Seleksi :
1. Seleksi bibit main nusery pada umur 6 bulan
2. Seleksi bibit main nusery pada umur 9 bulan
3. Seleksi bibit main nusery pada umur 12 bulan
4. Pada saat persiapan pengiriman bibit ke lahan..
Ciri-ciri Bibit Abnormal di Main Nursery
Pada pembibitan main nusery kelapa sawit memiliki cirri-ciri yang sebagai
berikut.

15
1. Kerdil (runt/stunted)
2. Bibit erect, akibat faktor genetik, daun tumbuh dengan sudut yang sangat
sempit/tajam terhadap sumbu vertikal sehingga tumbuh tegak.
3. Bibit yang layu dan lemah (limp)
4. Bibit Flat top,akibat faktor genetik, daun yang baru tumbuh dengan ukuran
yang makin pendek dari daun yang lebih tua, sehingga tajuk bibit terlihat rata.
5.Short Internode, Jarak antara daun dan tulang pelepah (rakhis) terlihat
sangat dekat dan bentuk pelepah tampak pendek.
6. Wide Internode, Jarak antara daun pada rakhis terlihat sangat lebar. Bibit
terlihat sangat terbuka dan lebih tinggi dari normal.
7. Anak daun yang sempit dan melidi (narrow leaf)
8. Anak daun tidak pecah (Ijuvenile)
9. Daun berkerut (crinkle leaf)
 Spacing
Kegiatan pengaturan jarak pada polybag yang telah diisi tanah di pembibitan
main nursery telah diisi tanah di pembibitan main nursery. Ada 2 proses yang di
lakukan dalam spacing yaitu pemancangan dan pengajiran.
 Penempatan Polybag
Penyusunan Polybag membentuk segitiga sama sisi dengan panjang sisi 90
cm. Untuk dapat menempatkan polybag dengan rapi, terlebih dahulu dilakukan
pemancangan. Alat ukur pancang menggunakan tali ditandai dengan cat atau
yang lainnya dan anak pancang berfungsi untuk menandai titik letak polibek
ketika titik letak sudah ditentukan. Pada saat pemindahan polybag, tidak
dibenarkan meyengkram/menjinjing bibir polybag, tetapi memindahkan dengan
cara memegang/menyangga dasar dari polybag tersebut, agar polybag tidak robek.
Saat penggantian pilybag dari pre-nusery tanah diusahakan untuk tidak rontok
atau pecah, apabila hal ini terjadi maka pertumbuhan bibit di main nusery dapat
terhambat.
 Transplanting
Transplating adalah tahap atau proses pemindahan bibit kelapa sawit muda ke
media yang lebih luas, dalam hal ini dari Pre Nursery ke Main Nursery.
Transplanting dilakukan biasanya setelah bibit berusia 3-4 bulan, dimana area
tanamnya sudah terlalu kecil sehingga harus segera dipindahkan. Untuk
memindahkan bibit kelapa sawit dari Pre Nursery ke Main Nursery tidak bisa
sembarangan. Karena sebelum dipindahkan, bibit - bibit tersebut harus diseleksi
terlebih dahulu. Apakah bibit tersebut berpenyakit atau tidak.
3.7.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Main Nursery kelapa sawit ini dilaksanakan pada tanggal 25
Mei 2018. Dilaksanakan di Lahan Kampus Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh yang terletak di Jl. Raya Tanjung Pati, Km 7, Kecamatan
Harau,Kabupaten Lima Puluh Kota.
3.7.2 Bahan dan Alat

16
 Spacing  Transplanting
Bahan dan Alat Bahan dan alat
1. Jalon 1. Bibit sawit yang lulus
2. Selling seleksi
3. Palu 2. Kurater
4. Ajir 3. Tanah dalam Polybag
5. Kompas 4. Pipa
5. Gerobak
6. Pupuk Sp36
3.7.3 Tata Cara Pelaksanaan
 Transplanting
Prosedur pelaksanaan transpalanting dari polybag kecil ke polybag besar
adalah :
a. Untuk temapt pemindahan bibit polybag kecil dibutuhkan cutter untuk
menyayat polybag kecil tersebut, dan dibutuhkan angkong untuk
memindahkan ke areal Main Nursery.
b. Pastikan polybag besar sudah tersusun benar dengna posisi tegak dan telah
diisi dengan tanah sesuai setandar.
c. Satu hari sebelum tranpalanting, siram tanah yang ada polybag besar
sampai mendekati jenuh air, guna memudahkan pembuatan lubang tanam
pada keesokan harinya.
d. Buat lubang di tengah polybag dengna menggunakan alat pelubang yang
sudah dipersiapkan, kedalaman lubang dibuat ± 20 cm atau disesuaikan
dengan lebar dan tinggi tanah di polybag pre nusery.
e. Siram bibit di pre nursery sebelum dipindahkan ke main nusery
f. Setelah bibit yang akan ditranspalanting berada disamping polyubag main
nusery, maka sayat polybag kecil secara vertikal disepanjang sisinya dengan
cutter, keluarkan bibit lengkap dengan tanahnya dari polybag pre nursery
dengan hati-hati dan masukkan ke dalam lubang tanam di polybag main
nusery, dan dipastikan saat memindahkannya tidak ada rongga diantara tanah
yang baru dipindahkan.
g. Lakukan penyiraman secukupnya segera mungkin sesudah transpalanting.
 Spacing
a. Dimulai dari luasan 1 ha terlebih dahulu ( pancang hektaran ) ukuran 50 x
50 m. Contoh : Jarak tanam 90 x 90 x 90 cm segitiga samasisi
b. Tentukan titik awal A berjarak dari pinggir areal dengan pancang kepala.
Titik A sebagai awal pancang hidup.
c. Kawat I ; direntangkan U – S secara lurus dari titik A. Pada tiap titik 90
cm ditancapkan pancang kepala. Perentangan dibantu dengan kompas.
d. Kawat II ; direntangkan arah Barat – Timur. Pada tiap jarak antar baris 90
cm ditancapkan ajir

17
e. Kemudian kawat I digeser sejauh 90 cm sejajar dengan barisan ke arah
Barat / Timur . setiap Tancapkan pancangan diberi ajir dengan jarak 90 cm
Pada saat menanamkan pancang harus selalu dilihat lurus kesemua jurusan ( mata
lima)

18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Penyiangan dan Pemupukan
Gulma menjadi salah satu masalah penting dalam setiap
perkebunan,tak terkecuali perkebunan kelapa sawit. Gulma merupakan
tumbuhan pengganggu tanaman pokok perkebunan sehingga perlu dilakukan
tindakan pengendalian.Keberadaan gulma disekitar tanaman dapat
menimbulkan kerugian yang besar,walaupun berlangsung secara perlahan-
lahan.
Penyiangan yang dipraktekkan oleh mahasiswa politeknik pertanian negri
payakumbuh program studi agribisnis telah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur yaitu dengan memperhatikan 5T yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat
waktu, tepat jenis, dan tepat tempat.
1. Tepat dosis.
Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman (tepat dosis). Tepat dosis artinya pupuk harus diberikan
sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak
kekurangan. Dosis pupuk yang berlebih tidak hanya membuat biaya
pemupukan semakin tinggi, tetapi juga merugikan tanaman.
2. Tepat waktu.
Pemupukan yang efektif dilakukan pada saat tanah mengandung cukup air
yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Biasanya pemupukan
di lakukan dua kali dalam setahun. Waktu pemupukan harus disesuaikan
dengan keadaan tanaman dan juga curah hujan. Pagi sampai siang hari adalah
waktu yang tepat untuk aplikasi pemupukan pada kelapa sawit (Qomar,
2010).
3. Tepat jenis
Jenis pupuk yang sering digunakan pada perkebunan kelapa sawit yaitu
pupuk urea atau ZA (unsur N), TSP, MOP atau KCl (unsur K). Pupuk yang
digunakan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman kelapa sawit.
4. Tepat cara dan tempat.
Aplikasi pupuk pada tanaman menghasilkan untuk kelapa sawit
dibedakan atas sifat masing-masing seperti :
(a) Urea sebaiknya ditaburkan 1 m pertama dari batang kelapa sawit tersebut.
(b) TSP dan KCL ditaburkan dengan jarak 1 m dari pupuk Urea. Penaburan
pupuknya adalah disekitar gawangan di pinggir rumpukan pelepah dan diatas
gulma lunak yang tumbuh disana.
IV.1.2 Pembibitan awal (pre nursery)
Kegiatan pembibitan dilakukan sesuai dengan standar atau teknis yang
sudah ditentukan dilapangan.Benih tanaman yang digunakan harus dapat

19
dipastikan berasal dari pusat sumber benih yang telah memiliki legalitas dari
pemerintah dan mempunyai reputasi yang baik.
Pada saat melakukan pembibitan yang diperhatikan yaitu beda antara
bakal daun (plumula) dan bakal akar (radikula). Bakal daun (plumula) ditandai
dengan bentuk yang agak menajam dan berwarna kuning muda. Sedangkan
bakal akar (radikula) ditandai dengan bentuk yang tumpul dan berwarna
kecoklatan.
IV.1.3 Pemancangan
Dalam pelakukan pemancangan sangan di butuhkan ketelitian dalam
mengukur karena lurus atau tidak nya tanaman di pengaruhi oleh awal
pertama kita mengukur. Dan dalam praktek pemancangan yang kami lakukan,
hasil pemancangan sangat buruk, karena tidak sejajar. Hal ini dikarenakan
dalam pemancangan hanya mengandalkan besi mal saja. Harusnya juga
menggunakan sistem mata lima guna nya melihat kelurusan tanamam pada
satu titik. Sistem ini lebih cepat dan evesien di gunakan dalam pemacangan.
IV.1.4 Wiping
Wiping ini dilakukan untuk mengendalikan gulma-gulma yang tidak
mati oleh aplikasi penyemprotan.kegiatan ini dilakukan dengan cara yang
lebih manual yaitu dengan mengusapkan herbisida cair ke gulma secara
langsung.
IV.1.5 Infus Akar
Pelaksanaan infus akar dilakukan pada siang hari. Penginfusan selesai
dilakukan pada hari itu juga. Walaupun pohon kelapa sawit yang menjadi
objek praktek tidak terkena serangan ulat api, praktek tetap dilaksanakan agar
mahasiswa paham tata cara infuse akar. Keunggulan dari metode infuse dapat
membami ulat api dalam waktu 12 jam. Karena jika penginfusan dilakukan
pada waktu pagi atau soer hari. Maka keesokan harinya seluruh ulat pada
daun akan berjatuhan atau rontokn.
IV.1.6 Panen
Pelaksanaan panen yang dilakukan cukup baik dan telah dilakukan oleh
tiap mahasiswa. Kesulitan dalam pemanenan ini yaitu saat memotong pelepah
daun yang agak tinggi dan keras, ditambah lagi alat dodos yang terbuat dari
besi menambah beban tangan dalam menahan berat alat.

IV.1.7 Main Nursery (pembibitan utama)


Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan standar atau teknis yang sudah
ditentukan dilapangan. Pembibitan Utama (Main Nursery) merupakan
penempatan bibit yang sudah lepas dari kecambah, dan siap untuk ditanam.
Bibit ini harus sudah siap ditempatkan pada lokasi-lokasi yang strategis,
seperti halnya harus bebas genangan atau banjir dan dekat dengan sumber air
untuk penyiraman. Bibit kelapa sawit yang sudah berusia lebih dari 3 bulan
selanjutnya akan memasuki tahap pembibitan main-nursery. Tahap ini

20
berlangsung selama 10-12 bulan. Pembibitan utama (main-nursery) bertujuan
untuk menghasilkan bibit-bibit kelapa sawit yang siap ditanam di lahan
terbuka. Berbeda dengan tempat pembibitan prenursery yang sebaiknya
dipilih dekat dengan pemukiman, pada tahan pembibitan main-nursery,
pemilihan tempatnya lebih baik dekat dengan kebun budidaya.
IV.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum diketahui bahwa tidak semua praktikum sesuai dengan
teori yang diajarkan
Dalam pemupukan Faktor yang berpengaruh terhadap pemupukan:
1. Tanah: kondisi fisik (kelerengan, jeluk mempan perakaran, retensi lengas
dan aerasi), kondisi kimiawi (retensi hara tersedia, reaksi tanah, bahan
organik tanah, sematan hara, status dan imbangan hara), kondisi biologis
(pathogen, gulma).
2. Tanaman: jenis, umur dan hasil panen yang diharapkan.
3. Pupuk: sifat, mutu, ketersediaan dan harga.
4. Iklim: temperatur, curah hujan, panjang penyinaran dan angin.

Dalam kegiatan pembibitan Pada saat melakukan pembibitan yang


diperhatikan yaitu beda antara bakal daun (plumula) dan bakal akar (radikula).
Bakal daun (plumula) ditandai dengan bentuk yang agak menajam dan berwarna
kuning muda. Sedangkan bakal akar (radikula) ditandai dengan bentuk yang
tumpul dan berwarna kecoklatan. Adapus sistem yang di pakai dalam
pemancangan seperti sistem mata lima guna nya melihat kelurusan tanamam pada
satu titik sistem ini lebih cepat dan evesien di gunakan
Sebaiknya pengaplikasian herbisida dalam cara wiping dilakukan dengan
lebih hati-hati Dab teliti. Sebab petani secara langsung kontak dengan herbisida.
Lalu dalam pengaplikasian, baiknya dlakukan dengan agar tidak menimbulkan
efek berlebihan atau boros. Untuk memindahkan bibit kelapa sawit dari Pre
Nursery ke Main Nursery tidak bisa sembarangan. Karena sebelum dipindahkan,
bibit - bibit tersebut harus diseleksi terlebih dahulu. Apakah bibit tersebut
berpenyakit atau tidak.

21
DAFTAR PUSTAKA

Adi,P. 2015. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Pustaka Baru


Press,Yogyakarta.146 hal
Akbar, A. 2015. Pemberian mikoriza dan pupuk P terhadap pertumbuhan bibit
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada tahap pre nursery. Skipsi.
Tidak Diterbitkan. Fakultans Pertanian dan Peternakan. Universitas
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru. 38 hal.
[Anonim]. 2003.Wipe Aways Weed. http://www. Beefmagazine.com (diakses)
[Anonim]. 20009. Wide Wiping.
Astrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Duke, S. O.1988. Glyphosate.Pl-7,in Kearney,C.P. and D. D. Kurfman(eds).
1988. Herbicides:Chemistry, Degradation, and Mode of Action. Vol 3.
Maker Dekker Inc. New York and Bassel
Effendi, R.L dan A.Widanarko. 2011. Kelapa Sawit. PT AgroMedia Pustaka,
Jakarta. 296 hal.
Forum Komunikasi Pertanian Perikanan. 2012. Tujuan Pemupukan.
http://mgmpagrominapacita.wordpress.com di akses pada tanggal 23 Mei
2018
Haramax. 2015. Strategi Pemupukan Kelapa Sawit. https://sawit
indonesia@.com>artikel >haramax. di akses pada tanggal 23 Mei 2018
Mangoensoekerjo, S. Dan H. Semangun. 2008. Mnajemen Agribisnis Kelapa
Sawit. Universitas Gajah Mada press. Yogyakarta. 605 hal.
Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal.
PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Dalam L. Buana, D. Siahaan, dan S.
Adiputra (Eds.). Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan.
Selardi, S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agro Pustaka. Jakarta
Setyamadjaja, D.1991. Budidaya kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta
Setyamidjaja, D. 2006. BudidayaKelapaSawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal.
Setyobudi, H, Subiyantono, dan S. Wansuria.1995. praktek-praktek pencampuran
herbisisda pada tanaman perkebunan. Hal:47-53.
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
AgromediaPustaka, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai