Disusun oleh:
Cinthia K3317019
Kelas : A
SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkatNyalah sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Prakarya Kimia Jamu Instan Temu Kunci. Tak lupa
pula kita kirimkan shalawat dan salam atas junjungan Rasulullah SAW yang telah membawa kita
dari Alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang.
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada yang terhormat:
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………...…..……………….....i
DAFTAR ISI………………………………………………..………………………..…….……..ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………...……………………………………....1
A. JUDUL…………………………………………………………………………………….1
B. TUJUAN…………………………………………………………………………………..1
C. DASAR TEORI………………………………………………………….………………..1
A. KEBUTUHAN BAHAN..………………………………………………………………...4
B. KEBUTUHAN PERALATAN………...………………………………………………....4
A. CARA KERJA………………………………………………………………………….....6
B. DATA HASIL PENGAMATAN……………………………………………………….....7
C. PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..8
BAB IV ANALISIS JAMU TEMU KUNCI……………………….……………………………10
A. PEMASUKAN…………………………………………………………………………...10
B. PEMBELIAN DAN PERALATAN……………………………………………………..10
C. PENGELUARAN………………………………………………………………………..11
D. KEUNTUNGAN……………………………………………………………………...….11
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………..12
DAFTAR PUSTAKA……………………………..…………..…………………………………13
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………...14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Nama umum/ dagang : Temu kunci
Nama Lokal : Temu kunci (Indonesia), koncih (Sumatera), Tamu kunci (Minangkabau),
Konce (Madura), Kunci (jawa tengah), Dumu kunci (Bima), Tamu konci (Makasar), Tumu
kunci (Ambon), Anipa wakang (Hila-Alfuru), Aruhu Konci (Haruku), Sun (Buru) Rutu
kakuzi (Seram), Tamputi (Ternate)
Nama asing : Fingerroot (Inggris), Krachai (Thailand), Chinese key (Cina).
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia pandurata
Tanaman ini banyak tumbuh dari daerah tropis dataran rendah. Waktu berbunganya
pada bulan Januari-Februari, April-Juni. Daerah distribusi dan habitat tanaman ini adalah
tumbuh liar pada dataran rendah, di hutan-hutan jati. Tanaman ini tumbuh baik pada iklim
panas dan lembab pada tanah yang relatif subur dengan pertukaran udara dan tata air yang
baik. Pada tanah yang kurang baik tata airnya (sering tergenang air, atau becek pertumbuhan
akan terganggu dan rimpang cepat busuk) (Plantus, 2008). Perbanyakannya temu kunci
dapat dilakukan dengan pemotongan rimpang menjadi beberapa bagian (tiap bagian terdapat
paling sedikit 2 mata tunas) dan penanaman dilakukan pada jarak tanam 3000 cm.
Secara umum, masyarakat menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak
atau untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan
sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu (ASI). Minyak atsiri rimpang
temu kunci ( Boesenbergia pandurata) juga berefek pada pertumbuhan Entamoeba coli,
Staphyllococus aureus dan Candida albicans; selain itu dapat berefek pada pelarutan batu
ginjal kalsium secara in vitro. Perasan dan infusa rimpang temu kunci memiliki daya
analgetik dan antipiretik. Di samping itu dapat mempunyai efek abortivum, resorpsi dan
berpengaruh pada berat janin tikus. Ekstrak rimpang yang larut dalam etanol dan aseton
berefek sebagai antioksidan pada percobaan dengan minyak ikan sehingga mampu
menghambat proses ketengikan. Dari penelitian lain diperoleh informasi bahwa ekstrak
2
rimpang temu kunci dapat menghambat bakteri isolat penyakit Orf (Ektima kontagiosa)
(Plantus, 2008).
Selain di Indonesia, ternyata negara lain juga banyak yang memanfaatkan temu
kunci. Di Thailand, rimpang temu kunci biasa digunakan sebagai bumbu masak. Selain itu,
tanaman ini juga telah digunakan sebagai obat aprodisiac, disentri, antiinflamasi, kolik, serta
untuk menjaga kesehatan tubuh. Di Malaysia, rimpang temu kunci digunakan sebagai
sebagai obat sakit perut dan dekoksi pada wanita pasca melahirkan.
3
BAB II
BAHAN DAN PERALATAN
A. KEBUTUHAN BAHAN
2. Gula Pasir ½ kg
B. KEBUTUHAN PERALATAN
2. Talenan 1 buah
4
3. Baskom 1 buah
4. Wajan 1 buah
5. Ayakan 1 buah
6. Kompor 1 buah
7. Adukan 1 buah
8. Plastik Secukupnya
5
BAB III
A. Cara Pembuatan
Setelah mempersiapkan bahan dan peralatan secukupnya, langkah selanjutnya yaitu
membuat jamu instan temu kunci. Langkah-langkah pembuatan jamu instan temu kunci
adalah sebagai berikut :
1. Mengupas ½ kg temu kunci lalu memarutnya.
2. Mencampurkan hasil parutan dengan air hangat sebanyak 1 liter kemudian
menyaringnya.
3. Mengambil sarinya, lalu menempatkan pada wajan stainless steel.
4. Menambahkan gula pasir sebanyak 1 kg, daun pandan sebanyak 2 lembar dan daun
sereh sebanyak 2 lembar.
5. Memanaskan dengan api kecil hingga air menguap semua.
6. Mengambil daun pandan dan daun serehnya.
7. Setelah air menguap dan sari mengental, mengangkat wajan dari api.
8. Mengaduk dengan kuat.
9. Setelah agak mengeras, menggerus dengan ulegan hingga mementuk kristal-kristal
lembut.
10. Dengan dialasi kertas koran, menyaring kristal jamu instan (agar diperoleh kristal yang
seragam/merata)
11. Memasukkan kristal jamu instan ke dalam kemasan.
12. Memasang label pada kemasan, jamu temu kunci instan siap dipasarkan.
Cara Minum
1. Mengambil satu setengah sendok makan jamu instan.
2. Mencampurkan dengan air matang satu cangkir.
3. Mengaduk hingga larut.
4. Minuman bisa disajikan dalam keadaan hangat atau dingin.
6
B. Bagan Kerja
Mencampurkan hasil parutan dengan air hangat sebanyak 1 liter kemudian menyaringnya
Setelah air menguap dan sari mengental, mengangkat wajan dari api.
Memasang label pada kemasan, jamu temu kunci instan siap dipasarkan
7
C. Pembahasan
Prinsip kerja dalam percobaan ini adalah temu kunci dicuci bersih, dikupas, kemudian
diparut. Hasil parutan diperas tanpa air menggunakan kain bersih. (Jika tidak ada peras
secara manual hingga diperoleh sari temu kunci maksimal). Air hasil perasan temu kunci
dimasukkan ke dalam wajan, kemudian dipanaskan dengan menggunakan kompor.
Masukkan gula pasir 2 kali berat temu kunci, 2 batang sereh dan 2 helai daun pandan.
Mengaduk terus hingga mengkristal kembali. Setelah mengkristal angkat wajan dan ayak
hasil jamu yang mengkristal dan kemas ke dalam wadah kemudian beri label.
Pada pembuatan atau pemrosesan temu kunci menjadi temu kunci instan/bubuk
dibutuhkan waktu kurang lebih 3 jam. Pembuatan temu kunci instan ini cukup lama dan
ketelitian dalam mengaduknya sampai menjadi bubuk kasar dan mengayaknya. Pengayakan
ini dilakukan agar bubuk halus dan bubuk kasar terpisah sehingga didapatkan kristal dengan
ukuran yang sama/merata.
Salah satu teknologi alternatif yang sederhana dan murah yang dapat menghasilkan
produk serbuk instan adalah teknologi kristalisasi. Teknologi ini didasarkan pada
pemanfaatan sifat gula pasir (sukrosa) yang dapat kembali membentuk kristal setelah
dicairkan. Secara umum, mekanismenya adalah sebagai berikut: sukrosa dipanaskan akan
mencair dan bercampur dengan bahan lainnya, ketika air menguap akan terbentuk kembali
menjadi butiran-butiran padat. Teknologi kristalisasi ini merupakan teknologi tepat guna
yang cocok diterapkan di industri kecil dan menengah (UKM) yang memiliki modal yang
terbatas.
Secara umum, masyarakat menggunakan rimpang temu kunci sebagai peluruh dahak
atau untuk menanggulangi batuk, peluruh kentut, penambah nafsu makan, menyembuhkan
sariawan, bumbu masak, dan pemacu keluarnya Air Susu Ibu (ASI). Ide pengembangan
teknik pengolahan ini didasarkan pada sifat bahan yang dapat dibuat minuman kesehatan
berbentuk serbuk, sehingga diharapkan dapat mengangkat potensi ekonomi dan potensi
kesehatan secara optimal pada tanaman tersebut.
Keunggulan teknik ini yaitu dapat menghasilkan produk minuman kesehatan yang
diharapkan mempunyai manfaat ganda dalam bidang kesehatan. Manfaat ganda ini didukung
8
oleh adanya kandungan senyawa kimia dan zat aktif penting yang diperlukan dalam
metabolisme tubuh, sehingga sangat baik untuk dikonsumsi sebagai produk minuman yang
menyehatkan. Disamping itu,wujudnya yang berbentuk serbuk instan akan memberikan
kemudahan untuk dikonsumsi karena hanya menyeduh air kemudian diminum serta tahan
dalam masa simpan.
9
BAB IV
ANALISIS USAHA
Setiap usaha memerlukan persiapan dan perencanaan kegiatan yang matang, terutama
segi pemasarannya. Rencana usaha pembuatan jamu instan temu kunci dapat kita ambil
contoh sebagai berikut :
B. Pembelian Peralatan
1. Timbangan Rp 70.000
2. Pisau (5) Rp 40.000
3. Parut (5) Rp 100.000
4. Gelas ukur Rp 20.000
5. Saringan (3) Rp 15.000
6. Baskom (2) Rp 40.000
7. Pengaduk (2) Rp 10.000
8. Wajan (2) Rp 300.000
9. Kompor Rp 200.000
10
10. Ulegan (2) Rp 60.000
Jumlah Rp 855.000
Catatan :
Diperkirakan umur teknis peralatan satu tahun, sehingga nilai penyusutan tiap bulan
adalah
C. Pengeluaran
1. Penyusutan Alat Rp 71.250
2. Temu kunci
25 x 25 kg x Rp 40.000 Rp 25.000.000
3. Gula pasir
25 x 50 kg x Rp 12.000 Rp 15.000.000
4. Daun Pandan
25 x Rp 6.000 Rp 150.000
5. Daun Sereh
25 x Rp 6.000 Rp 150.000
6. Plastik Kemasan
25 x 100 buah x Rp 500 Rp 1.250.000
7. Etiket
25 x Rp 10.000 Rp 250.000
8. Tenaga kerja (1bulan)Rp 1.250.000
Jumlah Rp 43.121.250
D. Keuntungan
1. Pemasukan Rp 50.000.000
2. Pengeluaran Rp 43.121.250
11
3. Keuntungan setiap bulan Rp 6.878.750
KESIMPULAN
1. Teknologi alternatif yang sederhana dan murah yang digunakan untuk menghasilkan produk
serbuk jamu instan adalah teknologi kristalisasi.
2. Pada usaha pembuatan jamu instan temu kunci menghasilkan keuntungan Rp 6.878.750 per
bulan.
3. Gula dalam pembuatan jamu instan ini digunakan sebagai penambah rasa manis dan untuk
aromanya disini menggunakan daun pandan dan batang sereh.
4. Rasa yang dihasilkan sama dengan jamu pada umumnya, hanya berbeda bentuk dan kemasan
untuk memberikan kemudahan dalam proses pendistribusian, konsumsi karena hanya
menyeduh air kemudian diminum serta tahan dalam masa simpan
12
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Sri Retno. 2020. Buku Pegangan Kuliah FKIP-KIMIA Praktikum Prakarya
Kimia.Surakarta: Laboratorium Kimia FKIP UNS
Trankoontivakorn, G., Nakahara, K., Shinmoto, H., Takenaka, M., Kameyama, M.O., Ono, H.,
Yoshida, H.M., Nagata, T., and Tsushida, T., 2001. Structural Analysis of a Novel
Antimutagenic Activity of Flavonoids in Thai Spice, Fingerroot (Boesenbergia pandurata
Schult.) Against Mutagenic Heterocyclic Amines, J. Agric. Food. Chem, 49(6):3046-3050.
13
LAMPIRAN
Desain Label
14
Desain Produk
15