Anda di halaman 1dari 51

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Penuntun
Praktikum Teknologi Bahan Alam ini untuk mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Semester
III. Buku penuntun ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan praktikum untuk mata
Teknologi Bahan Alam di Jurusan Analis Kesehatan. Materi yang terdapat dalam buku
penuntun ini telah disesuaikan dengan kurikulum TLM yang diterapkan sejak TA,
2015/2016. Penyusunan buku penuntun ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan ucapan
terimakasi kepada:
1. AAN. Kusumajaya, SP., MPH., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Denpasar atas
dukungan yang diberikan kepada Jurusan Analis Kesehatan
2. Cok. Widhya HS., SKM., M.Si., selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan yang telah
banyak memberikan dukungan
3. Ka.Sub. Unit dan Staf Laboratorium di Jurusan Analis Kesehatan yang telah
mengelola kegiatan laboratorium
4. Bapak/Ibu tim Dosen MK. Teknologi Bahan Alam yang telah bekerja sama sehingga
pelaksanaan kegiatan praktik dapat berjalan lancar
5. Bapak/Ibu dosen dan tenaga kependidikan di Jurusan Analis Kesehatan atas segala
dukungan dan bantuan
Kami men yadari sepenuhnya bahwa buku penuntun yang kami susun ini masih jauh dari
sempurna, sehingga masukan dan saran untuk perbaikan sangat kami harapkan.
Pada akhirnya kami berharap bahwa tersusunnya buku penuntun ini dapat memfasilitasi
kegiatan praktik mahasiswa pada MK Teknologi Bahan Alam serta memberi manfaat bagi
institusi.
Denpasar, 5 Agustus 2019

Tim Penyusun

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii

PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1

MATERI I TARU PRAMANA I.........................................................................................................3

MATERI 2 TARU PRAMANA II......................................................................................................6

MATERI 3 SIMPLISIA KERING...................................................................................................... 9

MATERI 4 EKSTRAKSI.................................................................................................................12

MATERI 5 EVAPORASI................................................................................................................ 16

MATERI 6 KROMATOGRAFI........................................................................................................19

MATERI 7 UJI KUALITATIF SENYAWA BIOAKTIF BAHAN ALAM........................................... 24

MATERI 8 UJI KUANTITATIF KANDUNGAN TOTAL FENOL.................................................... 29

MATERI 9 UJI KUANTITATIF KANDUNGAN TOTAL FLAVONOID........................................... 33

MATERI 10 UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN............................................................................... 37

MATERI 11 UJI ANTIBAKTERI SENYAWA BIOAKTIF BAHAN ALAM......................................46

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page iii


PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara tropis yang termasuk dalam salah satu negara
“megadiversity”, yaitu negara yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati tersebut tersebar di seluruh pulau-pulau di Indonesia. Sejak
dahulu kala, nenek moyang kita telah banyak memanfaatkan jenis-jenis tanaman tertentu
untuk mengobati suatu penyakit. Kebiasasaan tersebut terus diturunkan hingga saat ini,
sehingga masih banyak obat tradisional yang diolah langsung dengan menggunakan bahan
dari alam. Kearifan lokal tersebut masih dijaga dengan apik di beberapa daerah di
Indonesia, salah satunya adalah di Bali. Pemanfaatan tanaman lokal Bali sebagai bahan
obat masih banyak ditemukan.
Potensi pemanfaatan bahan alam sebagai bahan obat tradisional masih perlu digali
dan terus dikembangkan hingga saat ini. Pengembangan bahan alam sebagai bahan obat ini
tentunya harus didukung dengan bukti-bukti ilmiah tentang khasiat senyawa bioaktif yang
terkandung dalam bahan tersebut. Oleh karena itu, dikembangkan mata kuliah institusi
Teknologi Bahan Alam untuk menjaga dan terus mendukung serta melestarikan kearifan
lokal berbasis pemanfaatan bahan alam sebagai bahan obat tradisional, yang didukung
dengan bukti-bukti empiris yang telah teruji di laboratorium.
Penelitian kandungan senyawa bioaktif dalam bahan alam dilakukan melalui 4
tahapan utama yaitu, isolasi senyawa bioaktif yang dimaksud, dilanjutkan dengan
pemisahan, kemudian identifikasi, dan yang terakhir adalah pengujian aktivitas
potensialnya. Dalam buku penutun ini diberikan secara runtut tahapan penelitian bahan
alam yang dipecah menjadi beberapa materi yang meliputi ekstraksi, evaporasi,
kromatografi, identifikasi kualitatif hingga kuantitatif serta dilanjutkan dengan pengujian
aktivitasnya.
Adapun tujuan pembelajaran dari mata kuliah Teknologi Bahan Alam antara lain
adalah:
1. Mahasiswa mampu mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 1


2. Mahasiswa mampu melakukan tahapan pengujian bahan alam mulai dari
pembuatan simplisia kering, ekstraksi, evaporasi, kromatografi, uji kualitatif dan
kuantitatif serta melakukan pengujian antibakteri pada bahan uji

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 2


MATERI I
TARU PRAMANA : BOREH

Materi Praktikum : Taru Pramana


Judul Praktikum : Pembuatan Boreh Anget dan Boreh Mulur
Pertemuan ke- :1
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih K.R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofy Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional.
2. Mengetahui dan memahami berbagai jenis bahan alam untuk kesehatan dengan kearifan
local.
3. Mampu menghasilkan produk kesehatan dengan kearifan local berbasis sumber daya
hayati.

B. METODE
Pencampuran bahan dan maserasi

C. DASAR TEORI
Kearifan lokal yang ada di Bali salah satunya adalah Usada Taru Pramana. Usada
Taru Pramana adalah sebuah pengobatan (usada) yang menggunakan obat-obatan
berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan. Cara pengobatan yang tertuang dalam lontar
Usada Taru Pramana merupakan salah satu cara pengobatan yang dikembangkan
menjadi sistem pengetahuan lokal. Di Bali Usada Taru Pramana telah diakui oleh
seluruh lapisan masyarakat sebagai sebuah kearifan lokal dalam usaha pengobatan
berbagai penyakit.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 3


Sebagai salah satu budaya tradisional Bali, Usada Taru Pramana berpotensi
diintegrasikan dalam pengembangan objek wisata budaya dan sekaligus travel
medicine. Taru Pramana mengembangkan tumbuh-tumbuhan yang berpotensi sebagai
obat tradisional. Melalui tumbuh-tumbuhan tersebut, maka berbagai macam penyakit
yang menjadi risiko wisatawan dalam berwisata dapat ditanggulangi.

Boreh dapat disamakan dengan parem, berbentuk serbuk halus, dalam


penggunaannya dicampur dengan cairan (air, cuka, arak atau alcohol/ditentukan).
Cara membuat adalah bahan-bahan dihaluskan tidak perlu diperas kemudian
dicampur dengan cairannya. Aturan pemakaiannya: selesai diolah langsung
diparemkan pada anggota badan.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah Pisau, Mortir stamper atau lumpang alu
atau blender, Sudip, Wadah toples (bahan plastic/kaca).

2. Bahan

Bahan yang diperlukan untuk Boreh Murut adalah 100 gram beras (bisa menggunakan
beras putih atau beras merah), 5 gram cengkeh, 50 gram jahe, 100 gram kencur, 5 gram
kunyit, 1 butir biji pala, 1 sdt garam, 100 gram kelapa parut, 100 gram kemiri.
Sedangkan untuk Boreh Anget adalah 100 gram Beras (bisa menggunakan beras putih
atau beras merah), 100 gram Kencur, 100 gram Jahe, 5 gram Kunyit, 100 gram Cengkeh,
5 butir Biji Pala, 1 sdt Lada Hitam (secukupnya), 50 gram Kayu manis, 100 gram
Kapulaga, 20 gram Pekak atau Bunga Lawang (berbentuk seperti bintang, kering), 50
gram Ketumbar, 1 sdt Garam, 100 gram Kelapa parut.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 4


E. PROSEDUR KERJA PEMBUATAN BOREH

1. Cuci bersih masing-masing bahan, kemudian timbang sesuai dengan berat yang
diperlukan.

2. Campurkan semua bahan boreh satu per satu kemudian tumbuk semua bahan
menjadi satu sampai halus.

3. Untuk mempermudah pekerjaan dan mendapatkan hasil yang lebih maksimal,


semua bahan bisa dicampur menjadi satu ke dalam mesin penggiling (blender) dan
giling sampai halus menjadi bubuk.

4. Timbang 200 gram, masukkan dalam erlenmeyer, kemudian tambahkan ad 500ml


etanol, dimaserasi selama 7 hari. Saring filtrat untuk pengujian fitokimia selanjutnya.

5. Boreh sisa penimbangan dimasukkan ke dalam wadah penyimpanan.

6. Campurkan dengan air/arak/alkohol apabila hendak digunakan.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 5


MATERI 2
TARU PRAMANA : VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

Materi Praktikum : Taru Pramana


Judul Praktikum : Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)
Pertemuan ke- :2
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih K.R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofy Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional.
2. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO).

B. METODE
Fermentasi dan Filtrasi

C. DASAR TEORI
Kearifan lokal yang ada di Bali salah satunya adalah Usada Taru Pramana. Usada
Taru Pramana adalah sebuah pengobatan (usada) yang menggunakan obat-obatan
berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan. Cara pengobatan yang tertuang dalam lontar
Usada Taru Pramana merupakan salah satu cara pengobatan yang dikembangkan
menjadi sistem pengetahuan lokal. Di Bali Usada Taru Pramana telah diakui oleh
seluruh lapisan masyarakat sebagai sebuah kearifan lokal dalam usaha pengobatan
berbagai penyakit.

Sebagai salah satu budaya tradisional Bali, Usada Taru Pramana berpotensi
diintegrasikan dalam pengembangan objek wisata budaya dan sekaligus travel
medicine. Taru Pramana mengembangkan tumbuh-tumbuhan yang berpotensi sebagai

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 6


obat tradisional. Melalui tumbuh-tumbuhan tersebut, maka berbagai macam penyakit
yang menjadi risiko wisatawan dalam berwisata dapat ditanggulangi.

Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) adalah minyak kelapa yang dibuat dari
bahan baku kelapa segar, diambil minyaknya, diproses dengan pemanasan terkendali atau
tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia. Virgin Coconut Oil (VCO), adalah
modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar
air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta
mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan.
Virgin coconut oil berbeda dari minyak kelapa biasa. Minyak kelapa biasa diambil
ekstraknya dari kelapa yang sudah dikeringkan (dijemur) atau biasa disebut dengan kopra,
sedangkan virgin coconut oil diambil dari santan kelapa segar.
Proses ekstraksi minyak kelapa biasa jauh lebih sederhana dan juga melibatkan
bahan kimia, sedangkan proses ekstraksi VCO sedikit lebih rumit. Penampakan dari kedua
minyak ini juga berbeda. Minyak kelapa biasa warnanya lebih gelap dan sudah kehilangan
aroma kelapanya. Virgin coconut oil teksturnya lebih encer, warnanya lebih bening, dan
memiliki aroma kelapa.
Virgin coconut oil dipercaya memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan.
Manfaat VCO didapat dengan cara mengonsumsinya secara langsung. VCO kaya akan asam
lemak, vitamin E, serta mengandung banyak mineral yang tidak dapat ditemukan dalam
minyak kelapa biasa. Berikut adalah beberapa manfaat VCO :
1. Menaikkan kadar kolesterol baik.
2. Melindungi tubuh dari mikroorganisme berbahaya.
3. Menurunkan berat badan.
4. Melancarkan sistem pencernaan.
5. Diet keto atau ketogenic diet.
6. Menjaga kesehatan gigi dan mulut.
7. Mengatasi masalah kulit kering.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 7


D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah Pisau, parutan, beaker glass,
corong, kertas saring, alumunium foil, sendok, wadah (botol).

2. Bahan
10 butir kelapa yang sudah dikupas, 1 bungkus ragi.

E. PROSEDUR KERJA PEMBUATAN VCO


1) Parut 10 butir kelapa, masukkan ke dalam beaker glass kemudian ditambahkan 5
L air hangat (2:1), tutup dengan aluminium foil.
2) Diamkan santan selama 2-3 jam hingga terbentuk dua lapisan (lapisan atas:kanil,
lapisan bawah:air).
3) Air dan kanil dipisahkan dengan pengambilan kanil menggunakan sendok atau
mengambil air dengan selang.
4) Kanil ditambahkan ragi (1 liter kanil dengan 3 gram ragi), ditutup, dan didiamkan
selama 24 jam.
5) Minyak dipisahkan dan disaring dari 3 lapisan (minyak, blendo, dan air).
6) Masukkan ke dalam botol tertutup.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 8


MATERI 3
SIMPLISIA KERING

Materi Praktikum : Simplisia Kering


Judul Praktikum : Pembuatan Simplisia Kering Bahan Alam
Pertemuan ke- : 3 dan 4
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih K.R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofy Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
4. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
5. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan simplisia kering dari bahan alam

B. METODE
Pengeringan

C. DASAR TEORI
Simplisia merupakan bahan obat yang berasal dari alam (natural product), baik
berasal dari tumbuhan, hewan, dan atau mineral yang dikumpulkan dan dikeringkan
tanpa mengalami proses selanjutnya. Simplisia dapat berbentuk padat, setengah padat,
atau cair. Pada umumnya, simplisia diolah lebih lanjut untuk mengambil bahan aktif
yang terkandung di dalamnya dengan cara ekstraksi, destilasi, pencampuran, dll.
Pengolahan simplisia ini disesuaikan dengan sifat fisik dan kimia bahan.
Syarat baku simplisia agar dapat diolah lebih lanjut adalah:
1. Kadar air simplisia tidak lebih dari 10%
2. Kadar abu tidak lebih dari 10%
3. Angka lempeng total tidak lebih dari 10
4. Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 9


5. Mikroba pathogen negative
6. Aflatoksin tidak lebih dari 30 ppm
Pembuatan simplisia kering dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sortasi basah, yaitu proses pemilihan bahan baku yang akan digunakan. Bahan baku
yang akan dibuat simplisia keringnya harus dipastikan merupakan spesies yang
sama, dengan bentuk, ukuran, warna dan umur yang seragam serta tumbuh di
lingkunan yang sama di satu daerah yang sama.
2. Pencucian, dilakukan agar bahan baku yang akan digunakan benar-benar bersih.
jika memungkinkan proses pencucian bahan baku sebaiknya dilakukan dibawah air
mengalir agar kotoran yang menempel dapat benar-benar dihilangkan.
3. Penirisan, dilakukan agar sisa air dari proses pencucian dapat dihilangkan.
4. Pengirisan/perajangan, dilakukan untuk memperbesar luas permukaan bahan
sehingga proses pengeringan dapat berlangsung lebih cepat.
5. Penimbangan awal, dilakukan untuk mengetahui massa awal bahan dalam kondisi
bahan. Data massa ini akan diperlukan untuk menghitung kadar air simplisia kering
yang dihasilkan setelah proses pengeringan.
6. Pengeringan, dilakukan untuk menghilangkan air yang terkandung di dalam bahan.
pengeringan sebaiknya diakukan disuhu ruang, dengan cara diangin-anginkan tanpa
terkena sinar matahari secara langsung. Hal ini dilakukan ntuk menghindari
kerusakan senyawa kimia yang ada dalam bahan. Jika senyawa kimia yang
terkandung dalam bahan alam memiliki stabilitas yang cukup tinggi terhadap panas,
maka pengeringan dapat dilakukan menggunakan oven dengan suhu tidak lebih dari
50 °C.
7. Pengumpulan bahan kering dan penimbangan, penimbangan bahan yang telah
dikeringkan dilakukan untuk menghitung kadar air yang masih terkandung dalam
bahan. Kadar air yang diperbolehkan untuk simplisia kering tidak boleh melebihi
10%. Jika kadar air dalam bahan masih relatif tinggi, simplisia akan lebih cepat ruak
karena air yang terkandung dalam bahan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri serta jamur.
8. Sortasi kering, dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing atau bagian
tanaman yang tidah diperlukan, serta untuk memilih bahan kering yang akan

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 10


dihaluskan. Bahan kering yang akan digunakan harus benar-benar bersih dan bebas
dari pengotor yang masih tertinggal.
9. Menghaluskan bahan kering, dilakukan untuk memperkecil ukuran butiran bahan
kering, sehingga proses ekstraksi dapat lebih muda dilakukan.
10. Pengayakan, dilakukan untuk mendapatkan simplisia kering dengan ukuran butiran
yang seragam.

D. ALAT DAN BAHAN


3. Alat
Alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah nampan, pisau, talenan, ayakan,
blender, neraca analitik.
4. Bahan
Bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah sampel bahan alam.

E. PROSEDUR KERJA PEMBUATAN SIMPLISIA KERING


1. Sortasi bahan alam yang akan digunakan, pastikan jenis, ukuran dan warnanya
seragam
2. Cuci bersih bahan alam
3. Tiriskan bahan yang telah dicuci
4. Iris tipis-tipis bahan, agar proses pengeringa dapat dilakukan dengan cepat
5. Timbang bahan yang akan dikeringkan
6. Keringkan bahan dengan cara diangin-anginkan pada suhu ruang
7. Timbang bahan yang telah kering
8. Hitung kadar air bahan, jika kadar air > 10%, proses pengeringan bahan dilanjutkan
9. Blender sampel kering bahan alam
10. Ayak dan pisahkan bagian yang lebih halus
11. Simpan simplisia kering yang dihasilkan ditempat yang bersih, kering, dan kedap
udara

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 11


MATERI 4
EKSTRAKSI

Materi Praktikum : Ekstraksi


Judul Praktikum : Maserasi Simplisia Kering Bahan Alam
Pertemuan ke- : 5 dan 6
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih Kusuma R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan proses ekstraksi
3. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai metode ekstraksi
4. Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi secara maserasi

B. METODE
Maserasi

C. DASAR TEORI
Ekstraksi adalah penyarian atau pengambilan zat-zat berkhasiat atau zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan atau berbagai jenis bioata laut. Proses
ekstraksi bahan alam dilakukan dengan tujuan untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam bahan alam. Proses ekstraksi didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi dari lapisan
antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Berdasarkan wujud bahannya,
ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair
cair.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 12


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil ekstraksi, antara lain
ukuran bahan, suhu ekstraksi, dan jenis pelarut. Sebelum dilakukan proses ekstraksi,
biasanya bahan alam yang telah dikeringkan dihaluskan terlebih dahulu memperbesar
luas permukaan, sehingga dapat mempercepat proses penetrasi pelarut ke dalam bahan
dan waktu ekstraksi. Ekstraksi sebaiknya dilakukan pada suhu dibawah 50 °C, sehingga
komponen senyawa kimia yang terdapat di dalam bahan tidak mengalami kerusakan.
Pada dasarnya, proses pengambilan senyawa kimia yang ada di dalam bahan alam
melalui proses ekstraksi menggunakan prinsip ‘like dissolve like’, sehingga pemilihan
jenis pelarut yang digunakan merupakan faktor yang paling penting. Beberapa faktor
yang harus diperatikan saat memilih pelarut untuk proses ekstraksi antara lain adalah
selektivitas pelarut, kelarutan senyawa kimia, reaktivitas pelarut, titik didih, stabilitas
dan toksisitas pelarut. Beberapa pelarut organik yang banyak digunakan untuk proses
ekstraksi antara lain adalah metanol, etanol, aseton, kloroform dietil eter, sikloheksana,
n-heksana, dll.
Beberapa jenis metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk sampel bahan
alam, antara lain maserasi, infusdasi, digesti, perkolasi, dan sokletasi.
a. Maserasi merupakan teknik ekstraksi dari sampel padat menggunakan pelarut
tertentu, seperti etanol, metanol, aseton atau kloroform, yang disesuaikan dengan
sifat fisikokimia dan kelarutan senyawa bioaktifnya. Proses maserasi dilakukan
selama waktu tertentu dengan sesekali proses pengadukan. Pada saat proses
perendaman, sejumlah bahan ditempatkan dalam wadah tertutup, kemudian
ditambahkan pelarut dengan perbandingan lk. 1:7, atau sedikitnya hingga semua
sampel tercelup. Campuran ini kemudian didiamkan selama 1-6 pada suhu kamar
dan terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Setelah itu, cairan dipisahkan
dari residunya dengan cara penyaringan. Pada saat proses perendaman, senyawa
kimia yang terkandung dalam sampel akan berdifusi melalui dinding sel untuk
melarutkan konstituen dalam sel dan juga memacu larutan dalam sel untuk
berdifusi keluar. Sistem yang digunakan pada metode maserasi adalah sistem statis,
kecuali pada saat pengadukan, proses ekstraksi berjalan dengan difusi molekuler,
sehingga proses ekstraksi berjalan perlahan.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 13


b. Infusdasi merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut air. Pada saat
proses infusdasi berlangsung, temperatur pelarut air harus mencapai suu 90 °C
selama 15 menit. Rasio berat bahan kering dan air yang digunakan adalah 1:10.
proses infusdasi dilakukan dengan cara memanaskan campuran air dengan bahan
kering selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 °C. Kemudian campuran
disaring selagi suhu masih panas untuk memperoleh ekstraknya.
c. Dekoksi merupakan proses ekstraksi yang mirip dengan infusdasi. dekoksi
dilakukan dengan cara memanaskan campuran bahan kering dengan air selama 30
menit atau lebih, kemudian campuran disaring selagi suhu masih panas.
d. Perkolasi merupakan proses ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan dengan cara
mengalirkan pelarut melalui kolom percolator yang tela diisi dengan serbuh bahan
atau sampel. Ekstrak yang dihasilkan dikeluarkan secara perlahan melalui keran.
proses perkolasi dihentikan jika tetesan perkolat yang keluar dari keran sudah tidak
berwarna.
e. Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan alat
khusus yang disebut soklet. proses sokletasi dilakukan dengan cara membungkus
serbuk kering pada selongsong dengan pembungkus kertas saring, kemudian
ditempatkan pada alat soklet. Pelarut yang digunakan dialirkan selama minimal 3
jam dengan interval sirkulasi kira-kira 15 menit.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah Beaker gelas, Erlenmeyer, gelas
ukur, magnetic stirrer, magnet bar.
2. Bahan
Bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah simplisia kering bahan alam,
etanol.

E. PROSEDUR KERJA EVAPORASI SAMPEL


1. Timbang 100 g serbuk kering halus
2. Masukkan serbuk kering halus ke dalam Erlenmeyer ukuran 1 L

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 14


3. Tambahkan 700 mL etanol atau hingga semua serbuk sampel kering terendam
pelarut
4. Tutup rapat Erlenmeyer yang digunakan
5. Aduk campuran etanol dengan serbuk kering sampel dengan menggunakan
magnetik stirrer
6. Lakukan proses perendaman selama 6 hari, dengan pengadukan selama lk. 4 jam
setiap harinya
7. Pisahkan ekstrak dengan residu dengan cara menyaring sampel dengan kertas
saring
8. Simpan filtrat yang dihasilkan di dalam botol gelap
9. Filtrat siap dipekatkan dengan evaporator

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 15


MATERI 5
EVAPORASI

Materi Praktikum : Evaporasi


Judul Praktikum : Evaporasi Ekstrak Bahan Alam
Pertemuan ke- :7
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih Kusuma R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip evaporasi
3. Mahasiswa mampu melakukan pemekatan ekstrak bahan alam dengan teknik
evaporasi

B. METODE
Evaporasi

C. DASAR TEORI
Evaporasi adalah suatu metode pemekatan yang bertujuan untuk memisahkan
pelarut dari suatu campuran sehingga diperoleh campuran atau ekstrak yang lebih
kental. Evaporasi biasanya merupakan proses lanjutan dari ekstraksi. Tujuan utama
dari proses evaporasi adalah untuk memekatkan ekstrak dan memisahkan antara
pelarut dengan senyawa bioaktif yang terkandung dalam bahan alam. Proses
pemekatan biasanya dilakukan pada suhu 40-60 °C, sehingga komponen senyawa
metabolit sekunder tidak mengalami kerusakan.
Proses pemekatan ekstrak biasanya dilakukan dengan menggunakan Rotary
Vacuum Evaporator. Dengan alat tersebut, tekanan uap pelarut akan turun, sehingga

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 16


pelarut akan menguap dibawah titik didih normalnya. Hal ini dilakukan agar proses
pemekatan tidak memerlukan panas yang tinggi sehingga komponen senyawa
metabolit sekunder yang ada di dalam ekstrak tidak mengalami kerusakan. Adanya
tekanan yang diberikan oleh pompa vakum mengakibatkan pelarut menguap dari
campuran kemudian terkondensasi dan masuk ke dalam labu penampung. Berikut ini
merupakan gambar dari satu set Rotary Vacuum Evaporator.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah satu set alat rotary evaporator.
2. Bahan
Bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah sampel ekstrak bahan alam.

E. PROSEDUR KERJA EVAPORASI SAMPEL


1. Siapkan satu set alat Rotary Vacuum Evaporator
2. Masukkan sampel yang akan dievaporasi ke dalam labu alas bulat
3. Pastikan volume sampel tidak lebih dari 2/3 volume labu
4. Pastikan labu terpasang dengan erat
5. Nyalakan keran yang terubung dengan kondensor agar air pendingin bisa masuk ke
kondensor
6. Tekan tombol di bawah waterbath hingga posisi ON
7. Atur suhu yang digunakan untuk proes evaporasi (40-60°C) dengan tombol pada
bagian bawah waterbath

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 17


8. Nyalakan vakum (~ tekanan 0,6-0,7 barr)
9. Putar tombol putar untuk memutar labu alas bulat yang berisi sampel
10. Proses evaporasi dilakukan hingga sampel benar-benar pekat yang ditandai dengan
munculnya gelembung udara pada permukaan sampel
11. Lepas labu alas bulat dari rangkaian alat rotary evaporator dengan hati-hati
12. Pindahkan sampel yang telah pekat ke dalam botol penyimpan sampel
13. Beri label pada botol sampel pekat

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 18


MATERI 6
KROMATOGRAFI

Materi Praktikum : Kromatografi


Judul Praktikum : Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pertemuan ke- :8
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih Kusuma R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip kromatografi
3. Mahasiswa mampu melakukan pemisahan ekstrak bahan alam dengan metode KLT
4. Mahasiswa mampu melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif dengan metode
KLT
5. Mahasiswa mampu mengitung nilai Rf masing-masing kmponen dalam sampel

B. METODE
Kromatografi

C. DASAR TEORI
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang didasarkan pada
perbedaan distribusi, afinitas dan atau partisi dari tiap komponen analit dalam suatu
campuran antara 2 fasa yang tidak saling bercampurm yaitu fasa diam (stationary phase)
dan fasa gerak (mobile phase). fasa diam adalah suatu padatan atau cairan yang
dilekatkan pada suatu padatan pendukung (supporting material), sedangkan fasa
kgerak adala cairan atau gas yang mengalir secara terus menerus sepanjang fasa diam.
Komponen analit dengan afinitas lebih lemah terhadap fasa diam akan terelusi lebi

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 19


cepat, sedangkan komponen analit yang memiliki afinitas lebih kuat terhadap fasa diam
akan terelusi lebih lambat. Pemisahan komponen analit dalam suatu campuran dengan
metode kromatografi dapat dilihat pada gambar berikut:

Berdasarkan prinsip pemisahannya, kromatografi dapat diklasifikasikan sebagai


berikut (Mudasir, 2013) :
1. Kromatografi adsorpsi (Liquid-solid chromatography, LSC)
2. Kromatografi partisi (Liquid-liquid chromatograpy, LLC)
3. Kromatografi pertukaran ion (Ion-Exchange chromatography)
4. Kromatografi Size Eksklusi (Gel permeation/ gel filtration chromatography)
Beberapa teknik kromatografi yang banyak digunakan untuk pemsahan komponen
campuran dalam ektrak bahan alam antara lain adalah kromatpgrafi lapis tipis,
kromatografi kolom vakum, kromatografi kolom gravitasi dan kromatotron (Atun,
2014).
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu teknik pemisahan komponen dalam
campuran yang melibatkan proses partisi suatu senyawa di antara fasa diam yang
dilapiskan pada pelat kaca atau aluminium sebagai mpadaan pendukung dengan suatu
pelarut yang mengalir melewati fasa diam. Teknik KLT merupakan salah satu teknik
pemisaan yang sederhana, dengan proses analisis yang relatif cepat sehingga banyak
digunakan untuk pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak bahan alam. Pada
analisis dengan KLT, sejumlah kecil sampel ekstrak ditotolkan dengan menggunakan

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 20


pipa kapiler di atas permukaan plat, kemudian plat diletakkan pada posisi tegak dalam
suatu bejana pengembang (chamber) yang telah berisi pelarut. Pelarut akan
mengembang naik sepanjang permukaan lapisan plat dan membawa komponen yang
terdapat dalam sampel.
Pemilihan pelarut sebagai fasa gerak merupakan faktor terpenting keberhasilan
analisis dengan KLT. Pelarut yang digunakan pada KLT biasanya ditemukan dengan
trial and error. Sifat-sifat pelarut pengembang juga merupakan faktor dominan dalam
penentuan mobilitas komponen dalam campuran. Pada umumnya, kemampuan suatu
pelarut untuk dapat mengerakkan komponen dalam campuran berhubungan dengan
polaritas pelarut. Urutan kekuatan elusi beberapa pelarut adalah air > metanol > etanol
> aseton > etil asetat > kloroform > dietil eter > metilen klorida > benzene > toluene >
karbon tetraklorida > heksana > petroleum eter. Identifikasi senyawa yang telah
terpisah pada KLT dilakukan dengan menggunakan reagen penampak noda, fluoresensi
atau dengan cara mendeteksi noda menggunakan lampu UV pada panjang gelombang
254 atau 356 nm (Atun, 2014).
Teknik KLT telah digunakan ecara luas untuk analisis solute-solut organic,
terutama dalam bidang biokimia, farmasi, pemeriksaan klinik hingga forensic, baik
untuk analisis secara kualitatif dengan cara menbandingkan Rf solute dengan nilai Rf
senyawa baku hingga untuk keperluan analisis kuantitatif. TEknik pemisahan ini
mumnya digunakan untuk menentukan banyaknya komponen dalam campuran,
identifikasi senyawa, memantau jalannya suatu reaksi, menentukan efektivitas
pemurnian suatu senyawa, untuk menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi
kolom, hingga screening sampel untuk obat (Gandjar, 2011).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah chamber, plat KLT (TLC, Silica Gel,
60 F254 Merck), UV cabinet, botol sprayer.
2. Bahan

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 21


Bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah sampel ekstrak bahan alam,
etanol, metanol, butanol, asam asetat, aquades, heksana, etil asetat, kloroform, asam
asetat, serium sulfat, asam fosfomolibdat, asam sulfat pekat, iodium.

E. PROSEDUR KERJA
PEMBUATAN LARUTAN EKSTRAK BAHAN ALAM
1. Timbang 10 mg ekstrak pekat
2. Larutkan ke dalam 1 mL etanol
3. Aduk hingga larut sempurna
4. Jika larutan ekstrak terlalu pekat, tambahkan 9 mL etanol
5. Aduk hingga homogen
ANALISIS DENGAN KLT
1. Siapkan plat KLT dengan ukuran 10x10 cm
2. Siapkan chamber, jenuhkan masing chamber dengan campuran pelarut berikut:
1. N-butanol : asam asetat : aquades (4:1:5)
2. Kloroform : etanol (98:2)
3. N heksana : etil asetat : n-butanol (8:2:1)
4. N-heksana : etil asetat (10:1-1:1)
5. Kloroform : metanol (5:1 – 1:1)
3. Beri garis awal dan akhir pada plat KLT dengan jarak 0,5 - 1 cm dr bawah, jarak
elusi 8 cm
4. Totolkan larutan ekstrak di atas permukaan plat menggunakan pipa kapiler, tepat
diatas garis awal plat (lk. 0,5 μL)
5. Beri jarak masing-masing nodal lk. 1 cm
6. Masukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan pelarut. Pastikan
sampel yang telah ditotolkan tidak tercelup oleh eluen
7. Biarkan pelarut mengembang dengan membawa komponen dalam campuran,
hingga eluen melewati batas elusi
8. Amati hasil KLT dengan salah satu cara berikut:
a. Amati di bawah lampu UV pada 254 dan 356 nm

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 22


b. Semprot dengan reagen penampak bercak seperti serium sulfat, asam
fosfmolibdat, atau asam sulfat pekat, kemudian keringkan diatas pemanas atau
dengan menggunakan uap iodium.
9. Amati pola pemisahan pada noda yang tampak, bandingkan dengan pola pemisahan
larutan baku
10. Hitung nilai Rf masing-masng bercak, bandingkan dengan nilai Rf larutan baku

F. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


1. Kromatogram sampel ekstrak bahan alam
2. Data nilai Rf
No. Noda Nilai Rf
Eluen 1 Eluen 2 Eluen 3 Eluen 4 Eluen 5
1. 1
2. 2
3. 3
4. 4
5. ……
6. ……
7. …..
8. Larutan baku

Nilai Rf dihitung berdasarkan rumus berikut:

Jarak tempuh komponen


Rf 
Jarak tempuh eluen

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 23


MATERI 7
UJI KUALITATIF SENYAWA BIOAKTIF BAHAN ALAM

Materi Praktikum : Uji Kualitatif Senyawa Bioaktif Bahan Alam


Judul Praktikum : Skrinning Fitokimia dan Identifikasi Komponen Ekstrak
Bahan Alam
Pertemuan ke- :9
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih Kusuma R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan uji kualitatif untuk skrinning fitokimia dalam ekstrak
bahan alam
3. Mahasiswa mampu mengetahui secara kualitatif komponen senyawa bioaktif dalam
bahan alam

B. METODE
Skrinning fitokimia dilakukan dengan uji kualitatif melalui uji warna

C. DASAR TEORI
Tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional apabila tanaman tersebut
mengandung senyawa kimia yang memiliki aktivitas biologis atau disebut juga zat
bioaktif. Senyawa bioaktif tersebut merupakan metabolit sekunder yang meliputi
alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, tannin, fenol, kuinon dan saponin.
Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam suatu tanaman dapat diketahui
dengan suatu metode pendekatan yang dapat memberikan informasi adanya senyawa
metabolit sekunder. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode skrinning

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 24


fitokimia. Fitokimia merupakan ilmu pengetahuan yang menguraikan aspek kimia suatu
tanaman. Kajian fitokimia meliputi uraian yang mencakup aneka ragam senyawa
organik yang dibentuk dan disimpan oleh organisme, yaitu struktur kimia, biosintesis,
perubahan serta metabolisme, penyebaran secara alamiah dan fungsi biologisnya,
isolasi dan perbandingan komposisi senyawa kimia dari bermacam-macam jenis
tanaman (Harborne, 1987).
Skrinning atau analisis fitokimia merupakan analisis kualitatif yang dilakukan
untuk mengetahui komponen senyawa bioaktif yang terkandung dalam setiap ekstrak
bahan alam. Metode analisis yang digunakan didasarkan pada metode Harborne. Uji
alkaloid dengan pereaksi Dragendrof, Mayer dan Wagner, uji terpenoid dan steroid
dilakukan dengan anhidrida asetat dan asam sulfat pekat, uji tannin dan fenol dilakukan
dengan penambahan larutan FeCl3, uji saponin dilakukan dengan uji stabilitas busa, uji
flavonoid dilakukan dengan penambahan serbuk Mg dan amil alkohol, dan uji kuinon
dilakukan dengan penambahan NaOH.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah neraca analitik, kompor listrik,
gelas arloji, pipet volume, pipet ukur, pipet tetes, bulb, batang pengaduk, spatula,
Beaker gelas, tabung reaksi, rak tabung reaksi dan labu takar .
2. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah sampel ekstrak bahan
alam, FeCl3.6H2O, asam sulfat pekat, asam sulfat 2 N, reagen Dragendorf, reagen
Wagner, kloroform, anhidrida asetat, asam klorida 2 N, asam klorida 37%, etanol
95%, NaOH 1 N, dan aquades.

E. PROSEDUR KERJA
PREPARASI REAGEN
1. Pembuatan asam sulfat 2 N
a. Pipet 5,56 mL larutan asam sulfat pekat

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 25


b. Masukkan ke dalam labu takar 100 mL yang telah berisi aquades ± sepertiga
bagian
c. Encerkan dengan aquades hingga tepat tanda batas
2. Pembuatan asam klorida 2 N
a. Pipet 16,67 mL larutan asam klorida pekat
d. Masukkan ke dalam labu takar 100 mL yang telah berisi aquades ± sepertiga
bagian
b. Encerkan dengan aquades hingga tepat tanda batas
3. Pembuatan larutan FeCl3 5%
a. Timbang 5 gram padatan FeCl3
b. Larutkan dalam beaker gelas dengan aquades ±50 mL
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Encerkan dengan aquades hingga tepat tanda batas
4. Pembuatan larutan amil alkohol
a. Buat asam klorida dengan konsentrasi 37% sebanyak 100 mL
b. Tambahkan etanol 95% ke dalam asam klorida 37% tersebut dengan
perbandingan 1:1
5. Pembuatan NaOH 1 N
a. Timbang 4 gram NaOH
b. Larutkan dalam beaker gelas dengan aquades ±50 mL
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Encerkan dengan aquades hingga tepat tanda batas

ANALISIS / SKRINNING FITOKIMIA


1. Uji Alkaloid
a. Pipet 3 mL sampel ekstrak bahan alam
b. Tambahkan beberapa tetes asam sulfat 2 N atau asam klorida 2N
c. Bagi larutan sampel menjadi 2 bagian
d. Tambahkan satu bagian dengan 1-2 tetes reagen Mayer dan Wagner
e. Tambahkan 1-2 tetes reagen Dragendorf ke dalam bagian yang lain
f. Amati perubahan yang terjadi

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 26


g. Hasil positif bila terbentuk endapan merah-jingga dengan reagen Dragendorf
dan terbentuk endapan putih kekuningan dengan reagen Mayer dan Wagner
2. Uji Terpenoid dan Steroid
a. Pipet 1 mL sampel ekstrak bahan alam
b. Tambahkan 2 mL kloroform
c. Tambahkan 10 tetes anhidrida asetat
d. Tambahkan 3 tetes asam sulfat pekat melalui dinding tabung
e. Amati perubahan yang terjadi
f. Hasil positif jika terbentuk warna merah kemudian berubah menjadi biru dan
hijau
3. Uji Saponin
a. Pipet 1 mL sampel ekstrak bahan alam
b. Tambahkan 10 mL air panas
c. Kocok kuat-kuat campuran selama 10 detik
d. Amati busa yang muncul selama 5 menit
e. Tambahkan 1 tete HCl 2 N
f. Amati perubahan yang terjadi
g. Hasil positif jika busa yang terbentuk tidak hilang
4. Uji Fenol
a. Pipet 1 mL sampel ekstrak bahan alam
b. Tambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5 %
c. Amati perubahan yang terjadi
d. Hasil positif jika terbentuk warna hijau atau hijau biru
5. Uji Flavonoid
a. Pipet 1 mLsampel ekstrak bahan alam
b. Tambahkan 0,1 mg serbuk Mg
c. Tambahkan 0,4 mL amil alkohol
d. Tambahkan 4 mL etanol, kocok campuran
e. Amati perubahan yang terjadi
f. Hasil positif jika terbentuk warna merah, kuning atau jingga

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 27


6. Uji Kuinon
a. Pipet 1 mL sampel ekstrak bahan alam
b. Tambahkan beberapa tetes NaOH 1 N
c. Amati perubahan yang terjadi
d. Hasil positif jika terbentuk warna kuning

F. DATA HASIL PENGAMATAN


Analisis / Skrinning Fitokimia sampel ekstrak etanol ……………….
Uji Pereaksi Hasil Kesimpulan
Fitokimia
Alkaloid Dragendorf
Wagner
Flavonoid
Saponin …
… …
… …
… …
Kuinon

*Tuliskan + atau – pada kolom kesimpulan

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 28


MATERI 8
UJI KUANTITATIF KANDUNGAN TOTAL FENOL

Materi Praktikum : Uji Kuantitatif Senyawa Bioaktif Bahan Alam


Judul Praktikum : Uji Kuantitatif Kandungan Total Fenol
Pertemuan ke- : 10
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih Kusuma R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan uji kuantitatf untuk menentukan kandungan total
fenol dalam sampel ekstrak bahan alam
3. Mahasiswa mampu menentukan kadar total senyawa fenol dalam sampel yang
ekuivalen dengan asam galat (% TF (GAE))
4. Mahasiswa mengetahui secara kuantitatif komponen senyawa bioaktif dalam bahan
alam

B. METODE
Metode Folin-Ciocalteau

C. DASAR TEORI
Fenol adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mengandung cincin
aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Fenol cenderung mudah laruta dalam
air karena dapat berikatan dengan gula sebagai glikosida. Senyawa fenol biasanya
terdapat dalam berbagai jebis sayuran, buah-buahan dan tanaman. Senyawa fenol
diproduksi oleh tanaman melalui jalur sikimat dan metabolism fenil propanoid.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 29


Beberapa senyawa fenolik telah diketahui fungsinya, seperti lignin yang
berfungsi sebagai pembentuk dinding sel dan antosianin yang berfungsi sebagai pigmen.
Senyawa fenol dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antitumor, antiviral dan
antibiotik. Semua senyawa fenol merupakan senyawa aromatik sehingga memiliki
intensitas serapan yang kuat pada daerah UV atau visibel. Secara umum fenol dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu fenol sederhana, misal orsinol 4-metilresorsinol,
2-metilresorsinol, resorsinol, katekol dan golongan polifenol, misal lignin.
Uji kuantitatif kandungan senyawa bioaktif dalam sampel ekstrak bahan alam
dapat ditentukan secara spektrofotometri. Absorbansi dari larutan sampel diukur
dengan spektrofotometer UV-Vis, sehingga konsentrasi senyawa fenolik dapat
diketahui.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah spektrofotometer Biochrom
Libra S12, neraca analitik, kompor listrik, gelas arloji, pipet volume, pipet ukur,
pipet tetes, bulb, batang pengaduk, spatula, Beaker gelas, tabung reaksi, rak tabung
reaksi dan labu takar .
2. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah sampel ekstrak bahan
alam, reagen Folin-Cicalteau, etanol 96%, Na2CO3 5%, asam galat, akuades.

E. PROSEDUR KERJA
PREPARASI REAGEN
1. Pembuatan Na2CO3 5%
a. Timbang 5 gram padatan Na2CO3
b. Larutkan dalam beaker gelas dengan aquades ±50 mL
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Encerkan dengan aquades hingga tepat tanda batas
2. Pembuatan larutan induk asam galat 100 ppm
a. Timbang 0,1 gram asam galat

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 30


b. Larutkan dalam beaker gelas dengan aquades ±50 mL
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Encerkan dengan aquades hingga tepat tanda batas
UJI KANDUNGAN TOTAL FENOL
1. Pembuatan kurva standar asam galat
a. Buat deret konsentrasi asam galat dengan konsentrasi 0, 1, 2, 4, 5, 8, dan 10 ppm
dengan cara pengenceran dari larutan induk 100 ppm
b. Ukur absorbansi masing-masing konsentrasi asam galat pada panjang
gelombang 725 nm
2. Pengukuran absorbansi sampel
a. Timbang 0,01 g sampel ekstrak bahan alam
b. Tambahkan 2 mL etanol 96%
c. Tambahkan 5 mL akuades
d. Tambahkan 0,5 mL reagen Folin-Ciocalteau
e. Inkubasi selama 5 menit
f. Tambahkan 1 mL larutan Na2CO3 5%
g. Homogenkan campuran
h. Inkubasi larutan selama 1 jam di tempat gelap
i. Ukur absorbansi sampel pada panjang gelombang 725 nm
j. Ulangi pengukuran absorbansi hingga 3x
k. Gunakan kurva standar asam galat untuk menentukan konsentrasi senyawa
fenolat dalam sampel

F. DATA HASIL PENGAMATAN


1. Kurva standar asam galat
No. Konsentrasi asam Absorbansi
galat (ppm)
1. 0
2. 5
3. 10
4. 15
5. 20

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 31


Buat kurva standar
A

Y=a+bx atau Y=ax+b

C (ppm)
Buat persamaan regresi linier dari data diatas untuk menghitung konsentrasi
senyawa fenol dalam sampel
2. Penentuan konsentrasi senyawa fenolat dalam sampel ekstrak etanol
No. Kode/Nama Rata-rata Konsentrasi
Sampel Absorbansi senyawa
fenol *
1. ….


2. …

Plotkan absorbansi sampel ke dalam persamaan regresi linier yang didapat dari
kurva standar asam galat diatas.
3. Kadar total senyawa fenol dalam sampel (%TF (GAE))

x100

Keterangan:
C sampel : Konsentrasi fenol dalam sampel yang diperoleh dari perhitungan
dengan persamaan regresi linier larutan standar (mg/L)
fp : Faktor pengenceran sampel
V sampel : Volume sampel ekstrak (L)
mg sampel : Massa ekstrak (mg)

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 32


MATERI 9
UJI KUANTITATIF KANDUNGAN TOTAL FLAVONOID

Materi Praktikum : Uji Kuantitatif Senyawa Bioaktif Bahan Alam


Judul Praktikum : Uji Kuantitatif Kandungan Total Flavonoid
Pertemua ke- : 11
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih Kusuma R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan uji kuantitatif untuk menentukan kandungan total
flavonoid dalam sampel ekstrak bahan alam
3. Mahasiswa mampu menentukan kandungan total senyawa flavonoid dalam sampel
ekstrak bahan alam
4. Mahasiswa mampu mengetahui secara kuantitatif komponen senyawa bioaktif
dalam bahan alam

B. METODE
Metode Quarcetin

C. DASAR TEORI
Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang senyawa yang terdiri dari
C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan dalam bentuk glikosida
atau gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik (Sirait, 2007;
Bhat et al., 2009). Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis
dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino (Bhat et al., 2009). Flavonoid

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 33


adalah senyawa fenol, sehingga warnanya berubah bila ditambah basa atau amoniak.
Terdapat sekitar 10 jenis flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon,
glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon, dan isoflavon (Harborne, 1987).
Penamaan flavonoid berasal dari bahasa latin yang mengacu pada warna kuning
dan sebagian besar flavonoid adalah berwarna kuning. Flavonoid sering ditemukan
dalam bentuk pigmen dan co-pigmen. Flavonoid adalah golongan pigmen organik yang
tidak mengandung molekul nitrogen. Kombinasi dari berbagai macam pigmen ini
membentuk pigmentasi pada daun, bunga, buah dan biji tanaman. Pigmen ini
merupakan antraktan bagi serangga dan merupakan agen polinasi. Pigmen juga
bermanfaat bagi manusia dan salah satu manfaat yang penting adalah sebagai
antioksidan (Bhat et al., 2009). Bagi manusia, flavon dalam dosis kecil bekerja sebagai
stimulan pada jantung dan pembuluh darah kapiler, sebagai diuretik dan antioksidan
pada lemak (Sirait, 2007).
Menurut Rahmawan (2008:3), flavonoid merupakan senyawa aktif yang dapat
berefek sebagai antiradikal, antioksidan, antibakteri, dan antiinflamasi. Secara
kuantitatif jumlah flavonoid dari tumbuhan relatif kecil. Analisis kualitatif flavonoid
dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrum serapan
ultra violet dan serapan tampak merupakan cara tunggal yang paling bermanfaat untuk
mengidentifikasi struktur flavonoid (Markham, 1988:4). Flavonoid mengandung sistem
aromatis yang terkonjugasi dan dapat menunjukkan pita serapan kuat pada daerah UV-
Vis (Rohyami, 2008:2).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah spektrofotometer Biochrom
Libra S12, neraca analitik, kompor listrik, gelas arloji, pipet volume, pipet ukur,
pipet tetes, bulb, batang pengaduk, spatula, Beaker gelas, tabung reaksi, rak tabung
reaksi dan labu takar .
2. Bahan
a. Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah sampel ekstrak bahan
alam, reagen quarcetin, etanol 96%, AlCl3, kalium asetat 1 M, dan akuabides.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 34


E. PROSEDUR KERJA
PREPARASI REAGEN
1. Pembuatan larutan standar quarcetin 1000 ppm
a. Timbang 50 mg padatan quarcetin
b. Larutkan dalam beaker gelas dengan etanol 96% ±15 mL
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 50 mL
d. Encerkan dengan etanol 96% hingga tepat tanda batas
2. Pembuatan larutan standar quarcetin 100 ppm
a. Pipet 10 mL larutan standar quarcetin 1000 ppm
b. Masukkan ke dalam labu takar 100 mL
c. Encerkan dengan etanol 96% hingga tepat tanda batas
3. Pembuatan larutan sampel
a. Timbang 50 mg sampel ekstrak
b. Larutkan dalam beaker gelas dengan etanol 96% ±15 mL
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 25mL
d. Encerkan dengan etanol 96% hingga tepat tanda batas
UJI KANDUNGAN TOTAL FLAVONOID
1. Pembuatan kurva standar asam galat
b. Buat deret konsentrasi larutan standar quarcetin dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8
dan 10 ppm dengan cara mengencerkan dari larutan induk 100 ppm
c. Masukkan ke dalam masing-masing konsentrasi larutan standar quarcetin
secara berturut-turut 3 mL etanol 96%, 0,2 mL AlCl3, 0,2 mL kalium asetat 1 M,
dan 5,6 mL akuabides.
d. Inkubasi campuran larutan tersebut selama 30 menit pada suhu kamar
e. Ukur absorbansi larutan tersebut pada panjang gelombang 440 nm
2. Pengukuran absorbansi sampel
a. Pipet 1 mL larutan sampel
b. Encerkan dengan etanol 96% hingga diperoleh volume akhir 10 mL
c. Masukkan ke dalam larutan sampel secara berturut-turut 3 mL etanol 96%, 0,2
mL AlCl3, 0,2 mL kalium asetat 1 M, dan 5,6 mL akuabides.
d. Inkubasi campuran larutan tersebut selama 30 menit pada suhu kamar

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 35


e. Ukur absorbansi larutan tersebut pada panjang gelombang 440 nm
f. Buat larutan sampel dalam tiga kali replikasi

F. DATA HASIL PENGAMATAN


1. Kurva standar asam galat
No. Konsentrasi Absorbansi
quarcetin (ppm)
1. 2
2. 4
3. 6
4. 8
5. 10

Buat kurva standar


A

C (ppm)
Buat persamaan regresi linier dari data diatas untuk menghitung konsentrasi
flavonoid total dalam sampel
Y=a+bx atau Y=ax+b
2. Penentuan konsentrasi senyawa flavonoid dalam sampel ekstrak bahan alam
No. Absorbansi Rata-rata Absorbansi
1.
2.
3.
Plotkan absorbansi sampel pada persamaan regresi linier yang didapat dari kurva
standar diatas (g QE/g ekstrak)

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 36


MATERI 10
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Materi Praktikum : Uji Kuantitatif Senyawa Bioaktif Bahan Alam


Judul Praktikum : Uji Aktivitas Antioksidan
Pertemua ke- : 12 dan 13
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih Kusuma R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif dalam
sampel ekstrak bahan alam
3. Mahasiswa ampu mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak bahan alam
4. Mahasiswa mengetahui secara kuantitatif komponen senyawa bioaktif dalam bahan
alam

B. METODE
Metode DPPH

C. DASAR TEORI
Antioksidan adala senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, dan
atau menahan pembentukan senyawa radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah
atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan dalam
orbtal terluarnya sehingga sangat reaktif dan tidak stabil. Radikal bebas mampu
mengikat sel-sel di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kerusakan hingga
kematian sel (Lautan, 1997). Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron
(electron donor) yang mampu berikatan dengan elektron bebas yang dimiiki oleh

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 37


radikal bebas. Senyawa ini mampu mengaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi
dengan cara mencega terbentuknya senyawa radikal.
Berdasarkan sumbernya, senyawa antioksidan dibagi dalam kedua kelompok,
yaitu antioksidan alami dan sintetik, sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya
antioksidan digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder
dan tersier.
Antioksidan primer disebut juga antioksidan enzimatis. Senyawa ini
menghambat pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi polimerisasi,
dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Antioksidan ini juga disebut chain-
breaking-antioxidant. Enzim-enzm yang termasuk dalam golongan antioksidan primer
antara lain enzim katalase, superoksida dismutase dan glutaion peroksidase (Winarsi,
2007).
Antioksidan sekunder disebut juga dengan antioksidan eksogenus atau
nonenzimatis. Antioksidan golongan ini bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi
berantai dari radikal bebas, sehingga radikal bebas tidak bereaksi dengan komponen
seluler. Contoh senyawa yang termask ke dalam golongan antioksidan sekunder adalah
vitamin C, E, flavonoid, asam urat, bilirubin dan albumin (Lampe, 1999).
Antioksidan tersier dapat melawan radikal bebas dengan cara memperbaiki
biomolekul yang dirusak oleh radikal bebas. Kerusakan sel yang disebabkan oleh
radikal bebas ditandai dengan rusaknya single dan double strand, baik gugus basa
maupun non basa (Winarsi, 2007).
Aktivitas antioksidan yang terkandung dalam suatu senyawa dapat dianalaisis
secara kuantitatif dengan beberapa metode, antara lain;
1. Metode DPPH (1-1-difenil-2-pikrilidrazil)
DPPH adalah senyawa radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak
bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH dapat terjadi melalui transfer
elektron atau radikal hidrogen. Prinsip uji DPPH adalah pengukuran penurunan
intensitas warna yang terjadi akibat reaksi antara DPPH dengan senyawa
antioksidan, yang diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 515-517
nm. Radikal DPPH adalah senyawa radikal bebas yang stabil dengan warna ungu

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 38


gelap yang ketika direduksi menjadi bentruk non-radikal oleh antioksidan akan
berubah warna menjadi kuning (Yu, 2008). Reaksi antara DPP dengan senyawa
antioksidan dapat diliat pada gambar berikut (Molinex, 2004):

1,1-difenil-2-pikrilhidrazil 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin
(radikal bebas) (non-radikal)
2. Metode ABTS
Prinsip ABTS adalah suatu senyawa radikal bebas dengan pusat nitrogen yang
mempunyai warna karakteristik biru-hijau, yag bila tereduksi oleh antioksidan akan
beruba menjadi bentuk non radikal yang tidak berwarna. Kapasitas antioksidan
dengan metode ABTS diukur dengan cara mengukur penurunan intensitas warna
tersebut pada panjang gelombang 734 nm (Yu, 2008).
3. Uji Pengambatan Radikal Superoksida
4. Uji Pengambatan Serapan Radikal Oksigen
5. Uji Penghambatan Radikal Hidroksil

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah spektrofotometer Biochrom
Libra S12, neraca analitik, gelas arloji, pipet volume, pipet ukur, pipet tetes, bulb,
batang pengaduk, spatula, Beaker gelas, tabung reaksi, rak tabung reaksi dan labu
takar.
2. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah sampel ekstrak bahan
alam, DPPH, asam askorbat, aquades dan alumunium foil.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 39


E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan DPPH 0,1 mM
a. Timbang 0,39432 g serbuk DPPH
b. Larutkan dengan metanol dan tepatkan dalam labu takar ~10mL (DPPH 0,1 M)
c. Pipet 200 μL larutan DPPH 0,1 M
d. Masukkan ke dalam labu takar 200 mL
e. Tepatkan dengan metanol hingga tanda batas
2. Penentuan panjang gelombang maksimum
1. Pipet 2 mL larutan DPPH 0,1 mM
2. Masukkan ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 2 mL metanol p.a., homogenkan
4. Inkubasi dalam ruang gelap selama 30 menit
5. Ukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 450-600 nm, dengan interval
5 nm
6. Catat absorbansi yang terukur
3. Pengukuran absorbansi sampel ekstrak bahan alam
3.1 Pembuatan larutan induk ekstrak bahan alam 1000 ppm
a. Timbang 50 mg sampel ekstrak pekat
b. Larutkan dalam metanol dan tepatkan dalam labu takar ~50mL
3.2 Pengukuran seri larutan ekstrak bahan alam
a. Pipet larutan ekstrak tersebut masing-masing 20, 50, 100, 400, 800 dan
1600 μL
b. Masukkan masing-masing ekstrak ke dalam labu takar 10 mL
c. Encerkan dengan metanol, tepatkan hingga tanda batas
d. Masukkan masing-masing 2 mL larutan ekstrak ke dalam tabung reaksi
e. Tambahkan 2 mL larutan DPPH 0,1 mM
f. Inkubasi dalam ruang gelap selama 30 menit
g. Ukur absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimum
Larutan blanko: pipet 2 mL larutan DPPH 0,1mM, masukkan ke dalam tabung
reaksi, tambahkan 2 mL metanol, inkubasi dalam ruang gelap selama 30 menit

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 40


4. Pengukuran larutan pembanding asam askorbat
4.1 Pembuatan larutan induk asam askorbat 1000 ppm
a. Timbang 50 mg asam askorbat
b. Larutkan dalam metanol p.a., dan tepatkan dalam labu takar ~50mL
4.2 Pengukuran seri larutan pembanding asam askorbat 1, 2, 4, 5, 6, 8 dan 10 ppm
a. Pipet masing-masing 10, 20, 40, 50, 60, 80 dan 100 μL
b. Masukkan masing-masing ke dalam labu takar 10 mL
c. Tepatkan dengan metanol hingga tanda batas
d. Masukkan masing-masing 2mL larutan ekstrak ke dalam tabung reaksi
e. Tambahkan 2 mL larutan DPPH 0,1 mM
f. Inkubasi dalam ruang gelap selama 30 menit
g. Ukur absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimum
Larutan blanko: pipet 2 mL larutan DPPH 0,1mM, masukkan ke dalam tabung
reaksi, tambahkan 2 mL metanol, inkubasi dalam ruang gelap selama 30 menit

F. DATA HASIL PENGAMATAN


1. Penentuan panjang gelombang maksimum
No. Panjang gelombang Absorbansi
(nm)
1. 500
2. 505
4. …
5. 600
Kurva panjang gelombang maksimum
A

λ (nm)
2. Data pengukuran absorbansi larutan pembanding asam askorbat
No. Konsentrasi asam Absorbansi
askorbat (ppm)
1. 0

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 41


2. 1
3. 2
4. …
5. 10

C(ppm)
3. Data pengukuran absorbansi sampel
No. Konsentrasi Absorbansi
ekstrak (ppm)
1. 0
2. 2
3. 5
4. …
5. 160

C(ppm)

4. Penentuan Persen Inhibisi


Aktivitas penangkal radikal bebas suatu senyawa antioksidan dinyatakan sebagai
persen inhibisi radikal DPPH yang dihitung dengan rumus berikut:

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 42


= )×100

Data konsentrasi asam askorbat dan % inhibisi radikal DPPH


No. Konsentrasi asam % Inhibisi
askorbat (ppm)
1. 0
2. 1
3. 2
4. …
5. 10

Data konsentrasi asam askorbat dan % inhibisi radikal DPPH


No. Konsentrasi % Inhibisi
ekstrak (ppm)
1. 0
2. 2
3. 5
4. …
5. 160

5. Bandingkan persen inhibisi sampel ekstrak bahan alam dengan larutan pembanding
yang digunakan

% Inhibisi

C (ppm)

6. Penentuan Nilai IC50 (Inhibitory Concentraion)


Buat persamaan regresi linier dari data konsentrasi asam askorbat dan sampel
ekstrak bahan alam dengan nilai % inhibisi-nya masing-masing, untuk mengetahui
nilai IC50.
Data konsentrasi asam askorbat dan % inhibisi

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 43


No. Konsentrasi asam % Inhibisi
askorbat (ppm)
1. 0
2. 1
3. 2
4. …
5. 10

% inhibisi
Y=a+bx atau Y=ax+b

C (ppm)
Substitusi Y dengan nilai 50, sehingga nilai X dapat diketahui. Nilai X dinyatakan
sebagai nilai IC50 asam askorbat.

Data konsentrasi sampel ekstrak bahan alam dan % inhibisi


No. Konsentrasi % Inhibisi
ekstrak (ppm)
1. 0
2. 2
3. 5
4. …
5. 160

% inhibisi
Y=a+bx atau Y=ax+b

C (ppm)

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 44


Substitusi Y dengan nilai 50, sehingga nilai X dapat diketahui. Nilai X dinyatakan
sebagai nilai IC50 sampel ekstrak bahan alam.
7. Penentuan Nilai Aktivitas Antioksidan (AAI, Antioxidant Activity Index)

= )

Interpretasi nilai AAI:


Nilai AAI < 0,5 = Antioksidan Lemah
Nilai AAI > 0,5-1 = Antioksidan Sedang
Nilai AAI 1-2 = Antioksidan Kuat
Nilai AAI >2 = Antioksidan Sangat Kuat

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 45


MATERI 11
UJI ANTIBAKTERI SENYAWA BIOAKTIF BAHAN ALAM

Materi Praktikum : Uji Antibakteri


Judul Praktikum : Uji Antibakteri Senyawa Bioaktif Bahan Alam
Pertemua ke- : 14
Dosen Pengampu : GA. Md. Ratih Kusuma R.D., S.Farm., M.Farm., Apt.
Nur Habibah, S.Si., M.Sc
I Wayan Karta, S.Pd., M.Si
Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si

A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan preparasi media pertumbuhan bakteri
3. Mahasiswa mampu melakukan uji aktivitas antibakteri sampel ekstrak bahan alam
dengan metode difusi
4. Mahasiswa mampu melakukan uji aktivitas antibakteri sampel ekstrak bahan alam
dengan metode dilusi
5. Mahasiswa mampu mengukur zona hambat sampel ekstrak bahan alam
6. Mahasiswa mampu menentukan KHM sampel ekstrak bahan alam

B. METODE
Metode Difusi dan Dilusi

C. DASAR TEORI
Uji aktivitas antibakteri/antimikroba dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu
metode difusi dan metode dilusi. Uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi
dilakukan dengan menggunakan kertas cakram yang telah dijenuhkan dengan bahan uji.
Selanjutnya, kertas cakram ditempelkan pada permukaan media yang telah ditanami
bakteri uji. Zat antibakteri pada kertas cakram akan berdifusi ke dalam media. Zona

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 46


hambat yang dihasilkan di sekitar cakram menunjukkan kemampuan zat antibakteri
dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
Pada metode dilusi, zat antibakteri didilusi (diencerkan) menkadi beberapa
konsentrasi, kemudian ditambahkan ke dalam kultur bakteri uji, baik pada media agar
(dilusi agar) atau pada media cair (dilusi cair). Metode dilusi digunakan untuk
mengetahui konsentrasi hambat minimum (KHM) dari zat antibakteri, yaitu
konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan bakteri.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini adalah pinset, ose, bunsen, inkubator,
BSC, densitometer/Standar Mc Farland 0.5, penggaris, pipet, tabel standar
inteerpretasi zona hambat dan MIC dan tabung steril.
2. Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah sampel ekstrak bahan
alam, agar Muller-Hinton, kapas steril, kertas cakram, NaCl 0.85% dan alkohol.

E. PROSEDUR KERJA
Metode Difusi Cakram
1. Buat larutan uji dengan berbagai konsentrasi (100, 75, 50, 25 ddan 10%, kontrol
positif (antibiotik) dan kontrol negative (pelarut)
2. Ambil masing-masing bahan uji sebanyak 20μL, teteskan pada kertas cakram,
biarkan mengering selama 30-60 menit.
3. Buat suspense bakteri uji dengan cara mengambil koloni dari biakan bakteri,
masukkan ke tabung reaksi yang berisi NaCl 0.85%, kemudian homogenkan
4. Baca konsentrasi sel bakteri pada densitometer, sesuaikan hingga mencapai 0.5
Mc Farland
5. Celupkan kapas steril ke suspensi bakteri dengan cara menekan dan memutar
kapas pada dinding tabung sebanyak dua kali
6. Usapkan kapas steril secara merata pada media Muller Hinton Agar
7. Biarkan bakteri mengering selama 5-10 menit

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 47


8. Letakkan kertas cakram yang telah kering pada lempeng agar MHA dengan
menggunakan pinset
9. Inkubasi pada suhu 37 °C selama 24 jam
10. Perhaatikan ada tidaknya zona hambat yang terbentuk disekitar kertas cakram.
Ukur diameter zona hambat jika terbentuk.

Metode Dilusi Agar


1. Buat seri pengenceran bahan uji (berdasarkan konsentrasi terendah yang
menghambat pertumbuhan bakterii pada metode difusi cakram)
2. Buat susupensi bakteri 0.5 Mc Farland, baca pada Densitometer
3. Ambil 0.5 mL bahan uji dari masing-masing konsentrasi, campur dengan 0.5 mL
suspense bakteri, masukkan ke dalam petri dish steril
4. Tuangkan 20 mL media MHA ke dalam petri dish tersebut, homogenkan, biarkan
memadat selama 15-30 menit
5. Inkubasi media MHA pada suhu 37 °C selama 24 jam
6. Amati pertumbuhan koloni bakteri pada MHA
7. Interpretasi hasil: petri dish yang tidak ada pertmbuhan bakteri menunjukkan
adanya penghambatan oleh zat antibakteri. Konsentyrasi hambat minimum
ddidapatkan pada konsentrasi teendah bahan uji yang masih dapat menghambat
pertumbuhan bakteri

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 48


DAFTAR PUSTAKA

Atun, S., Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan Alam, J.
Konservasi Cagar Budaya Borobudur, 2014 (8), 53-61.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2011, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan, Bandung: ITB.

Markham, K.R., 1988, Cara mengidentifikasi Flavonioda, Bandung: ITB Press.

Molyneux, P., The Use of Te Stable Free Radical Diphenylpicryl-Hydrazyl (DPPH) for
Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin J. Sci. Technol., 2004 (26),
211–219.

Mudasir, 2001, Kimia Analisis Instrumental I, Yogyakarta: FMIPA UGM.

Prasetyo dan Inoriah, E., 2013, Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan (Bahan
Simplisia), Bengkulu: Badan Penertiban Fak. Pertanian UNIB.

Rahmawan, 2008, Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia
Unifora L.), Surakarta: UMS.

Simanjuntak, P., Strategi Pencarian Senyawa Bioaktif Baru Dari Sumber Bahan Alami
Tumbuhan, 1-6.

Sirait, M., 2007, Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, Bandung; Penerbit ITB.

Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Yogyakarta: Kanisius.

Modul Praktikum Teknologi Bahan Alam Page 49

Anda mungkin juga menyukai