Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Penuntun
Praktikum Teknologi Bahan Alam ini untuk mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Semester
III. Buku penuntun ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan praktikum untuk mata
Teknologi Bahan Alam di Jurusan Analis Kesehatan. Materi yang terdapat dalam buku
penuntun ini telah disesuaikan dengan kurikulum TLM yang diterapkan sejak TA,
2015/2016. Penyusunan buku penuntun ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan ucapan
terimakasi kepada:
1. AAN. Kusumajaya, SP., MPH., selaku Direktur Politeknik Kesehatan Denpasar atas
dukungan yang diberikan kepada Jurusan Analis Kesehatan
2. Cok. Widhya HS., SKM., M.Si., selaku Ketua Jurusan Analis Kesehatan yang telah
banyak memberikan dukungan
3. Ka.Sub. Unit dan Staf Laboratorium di Jurusan Analis Kesehatan yang telah
mengelola kegiatan laboratorium
4. Bapak/Ibu tim Dosen MK. Teknologi Bahan Alam yang telah bekerja sama sehingga
pelaksanaan kegiatan praktik dapat berjalan lancar
5. Bapak/Ibu dosen dan tenaga kependidikan di Jurusan Analis Kesehatan atas segala
dukungan dan bantuan
Kami men yadari sepenuhnya bahwa buku penuntun yang kami susun ini masih jauh dari
sempurna, sehingga masukan dan saran untuk perbaikan sangat kami harapkan.
Pada akhirnya kami berharap bahwa tersusunnya buku penuntun ini dapat memfasilitasi
kegiatan praktik mahasiswa pada MK Teknologi Bahan Alam serta memberi manfaat bagi
institusi.
Denpasar, 5 Agustus 2019
Tim Penyusun
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1
MATERI 4 EKSTRAKSI.................................................................................................................12
MATERI 5 EVAPORASI................................................................................................................ 16
MATERI 6 KROMATOGRAFI........................................................................................................19
Indonesia merupakan negara tropis yang termasuk dalam salah satu negara
“megadiversity”, yaitu negara yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati tersebut tersebar di seluruh pulau-pulau di Indonesia. Sejak
dahulu kala, nenek moyang kita telah banyak memanfaatkan jenis-jenis tanaman tertentu
untuk mengobati suatu penyakit. Kebiasasaan tersebut terus diturunkan hingga saat ini,
sehingga masih banyak obat tradisional yang diolah langsung dengan menggunakan bahan
dari alam. Kearifan lokal tersebut masih dijaga dengan apik di beberapa daerah di
Indonesia, salah satunya adalah di Bali. Pemanfaatan tanaman lokal Bali sebagai bahan
obat masih banyak ditemukan.
Potensi pemanfaatan bahan alam sebagai bahan obat tradisional masih perlu digali
dan terus dikembangkan hingga saat ini. Pengembangan bahan alam sebagai bahan obat ini
tentunya harus didukung dengan bukti-bukti ilmiah tentang khasiat senyawa bioaktif yang
terkandung dalam bahan tersebut. Oleh karena itu, dikembangkan mata kuliah institusi
Teknologi Bahan Alam untuk menjaga dan terus mendukung serta melestarikan kearifan
lokal berbasis pemanfaatan bahan alam sebagai bahan obat tradisional, yang didukung
dengan bukti-bukti empiris yang telah teruji di laboratorium.
Penelitian kandungan senyawa bioaktif dalam bahan alam dilakukan melalui 4
tahapan utama yaitu, isolasi senyawa bioaktif yang dimaksud, dilanjutkan dengan
pemisahan, kemudian identifikasi, dan yang terakhir adalah pengujian aktivitas
potensialnya. Dalam buku penutun ini diberikan secara runtut tahapan penelitian bahan
alam yang dipecah menjadi beberapa materi yang meliputi ekstraksi, evaporasi,
kromatografi, identifikasi kualitatif hingga kuantitatif serta dilanjutkan dengan pengujian
aktivitasnya.
Adapun tujuan pembelajaran dari mata kuliah Teknologi Bahan Alam antara lain
adalah:
1. Mahasiswa mampu mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional.
2. Mengetahui dan memahami berbagai jenis bahan alam untuk kesehatan dengan kearifan
local.
3. Mampu menghasilkan produk kesehatan dengan kearifan local berbasis sumber daya
hayati.
B. METODE
Pencampuran bahan dan maserasi
C. DASAR TEORI
Kearifan lokal yang ada di Bali salah satunya adalah Usada Taru Pramana. Usada
Taru Pramana adalah sebuah pengobatan (usada) yang menggunakan obat-obatan
berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan. Cara pengobatan yang tertuang dalam lontar
Usada Taru Pramana merupakan salah satu cara pengobatan yang dikembangkan
menjadi sistem pengetahuan lokal. Di Bali Usada Taru Pramana telah diakui oleh
seluruh lapisan masyarakat sebagai sebuah kearifan lokal dalam usaha pengobatan
berbagai penyakit.
2. Bahan
Bahan yang diperlukan untuk Boreh Murut adalah 100 gram beras (bisa menggunakan
beras putih atau beras merah), 5 gram cengkeh, 50 gram jahe, 100 gram kencur, 5 gram
kunyit, 1 butir biji pala, 1 sdt garam, 100 gram kelapa parut, 100 gram kemiri.
Sedangkan untuk Boreh Anget adalah 100 gram Beras (bisa menggunakan beras putih
atau beras merah), 100 gram Kencur, 100 gram Jahe, 5 gram Kunyit, 100 gram Cengkeh,
5 butir Biji Pala, 1 sdt Lada Hitam (secukupnya), 50 gram Kayu manis, 100 gram
Kapulaga, 20 gram Pekak atau Bunga Lawang (berbentuk seperti bintang, kering), 50
gram Ketumbar, 1 sdt Garam, 100 gram Kelapa parut.
1. Cuci bersih masing-masing bahan, kemudian timbang sesuai dengan berat yang
diperlukan.
2. Campurkan semua bahan boreh satu per satu kemudian tumbuk semua bahan
menjadi satu sampai halus.
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional.
2. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO).
B. METODE
Fermentasi dan Filtrasi
C. DASAR TEORI
Kearifan lokal yang ada di Bali salah satunya adalah Usada Taru Pramana. Usada
Taru Pramana adalah sebuah pengobatan (usada) yang menggunakan obat-obatan
berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan. Cara pengobatan yang tertuang dalam lontar
Usada Taru Pramana merupakan salah satu cara pengobatan yang dikembangkan
menjadi sistem pengetahuan lokal. Di Bali Usada Taru Pramana telah diakui oleh
seluruh lapisan masyarakat sebagai sebuah kearifan lokal dalam usaha pengobatan
berbagai penyakit.
Sebagai salah satu budaya tradisional Bali, Usada Taru Pramana berpotensi
diintegrasikan dalam pengembangan objek wisata budaya dan sekaligus travel
medicine. Taru Pramana mengembangkan tumbuh-tumbuhan yang berpotensi sebagai
Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) adalah minyak kelapa yang dibuat dari
bahan baku kelapa segar, diambil minyaknya, diproses dengan pemanasan terkendali atau
tanpa pemanasan sama sekali, tanpa bahan kimia. Virgin Coconut Oil (VCO), adalah
modifikasi proses pembuatan minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar
air dan kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau harum, serta
mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih dari 12 bulan.
Virgin coconut oil berbeda dari minyak kelapa biasa. Minyak kelapa biasa diambil
ekstraknya dari kelapa yang sudah dikeringkan (dijemur) atau biasa disebut dengan kopra,
sedangkan virgin coconut oil diambil dari santan kelapa segar.
Proses ekstraksi minyak kelapa biasa jauh lebih sederhana dan juga melibatkan
bahan kimia, sedangkan proses ekstraksi VCO sedikit lebih rumit. Penampakan dari kedua
minyak ini juga berbeda. Minyak kelapa biasa warnanya lebih gelap dan sudah kehilangan
aroma kelapanya. Virgin coconut oil teksturnya lebih encer, warnanya lebih bening, dan
memiliki aroma kelapa.
Virgin coconut oil dipercaya memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan.
Manfaat VCO didapat dengan cara mengonsumsinya secara langsung. VCO kaya akan asam
lemak, vitamin E, serta mengandung banyak mineral yang tidak dapat ditemukan dalam
minyak kelapa biasa. Berikut adalah beberapa manfaat VCO :
1. Menaikkan kadar kolesterol baik.
2. Melindungi tubuh dari mikroorganisme berbahaya.
3. Menurunkan berat badan.
4. Melancarkan sistem pencernaan.
5. Diet keto atau ketogenic diet.
6. Menjaga kesehatan gigi dan mulut.
7. Mengatasi masalah kulit kering.
2. Bahan
10 butir kelapa yang sudah dikupas, 1 bungkus ragi.
A. TUJUAN
4. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
5. Mahasiswa mampu melakukan pembuatan simplisia kering dari bahan alam
B. METODE
Pengeringan
C. DASAR TEORI
Simplisia merupakan bahan obat yang berasal dari alam (natural product), baik
berasal dari tumbuhan, hewan, dan atau mineral yang dikumpulkan dan dikeringkan
tanpa mengalami proses selanjutnya. Simplisia dapat berbentuk padat, setengah padat,
atau cair. Pada umumnya, simplisia diolah lebih lanjut untuk mengambil bahan aktif
yang terkandung di dalamnya dengan cara ekstraksi, destilasi, pencampuran, dll.
Pengolahan simplisia ini disesuaikan dengan sifat fisik dan kimia bahan.
Syarat baku simplisia agar dapat diolah lebih lanjut adalah:
1. Kadar air simplisia tidak lebih dari 10%
2. Kadar abu tidak lebih dari 10%
3. Angka lempeng total tidak lebih dari 10
4. Angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip dan proses ekstraksi
3. Mahasiswa mampu mengetahui berbagai metode ekstraksi
4. Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi secara maserasi
B. METODE
Maserasi
C. DASAR TEORI
Ekstraksi adalah penyarian atau pengambilan zat-zat berkhasiat atau zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan atau berbagai jenis bioata laut. Proses
ekstraksi bahan alam dilakukan dengan tujuan untuk menarik komponen kimia yang
terdapat dalam bahan alam. Proses ekstraksi didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi dari lapisan
antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Berdasarkan wujud bahannya,
ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair
cair.
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip evaporasi
3. Mahasiswa mampu melakukan pemekatan ekstrak bahan alam dengan teknik
evaporasi
B. METODE
Evaporasi
C. DASAR TEORI
Evaporasi adalah suatu metode pemekatan yang bertujuan untuk memisahkan
pelarut dari suatu campuran sehingga diperoleh campuran atau ekstrak yang lebih
kental. Evaporasi biasanya merupakan proses lanjutan dari ekstraksi. Tujuan utama
dari proses evaporasi adalah untuk memekatkan ekstrak dan memisahkan antara
pelarut dengan senyawa bioaktif yang terkandung dalam bahan alam. Proses
pemekatan biasanya dilakukan pada suhu 40-60 °C, sehingga komponen senyawa
metabolit sekunder tidak mengalami kerusakan.
Proses pemekatan ekstrak biasanya dilakukan dengan menggunakan Rotary
Vacuum Evaporator. Dengan alat tersebut, tekanan uap pelarut akan turun, sehingga
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu memahami prinsip kromatografi
3. Mahasiswa mampu melakukan pemisahan ekstrak bahan alam dengan metode KLT
4. Mahasiswa mampu melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif dengan metode
KLT
5. Mahasiswa mampu mengitung nilai Rf masing-masing kmponen dalam sampel
B. METODE
Kromatografi
C. DASAR TEORI
Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan yang didasarkan pada
perbedaan distribusi, afinitas dan atau partisi dari tiap komponen analit dalam suatu
campuran antara 2 fasa yang tidak saling bercampurm yaitu fasa diam (stationary phase)
dan fasa gerak (mobile phase). fasa diam adalah suatu padatan atau cairan yang
dilekatkan pada suatu padatan pendukung (supporting material), sedangkan fasa
kgerak adala cairan atau gas yang mengalir secara terus menerus sepanjang fasa diam.
Komponen analit dengan afinitas lebih lemah terhadap fasa diam akan terelusi lebi
E. PROSEDUR KERJA
PEMBUATAN LARUTAN EKSTRAK BAHAN ALAM
1. Timbang 10 mg ekstrak pekat
2. Larutkan ke dalam 1 mL etanol
3. Aduk hingga larut sempurna
4. Jika larutan ekstrak terlalu pekat, tambahkan 9 mL etanol
5. Aduk hingga homogen
ANALISIS DENGAN KLT
1. Siapkan plat KLT dengan ukuran 10x10 cm
2. Siapkan chamber, jenuhkan masing chamber dengan campuran pelarut berikut:
1. N-butanol : asam asetat : aquades (4:1:5)
2. Kloroform : etanol (98:2)
3. N heksana : etil asetat : n-butanol (8:2:1)
4. N-heksana : etil asetat (10:1-1:1)
5. Kloroform : metanol (5:1 – 1:1)
3. Beri garis awal dan akhir pada plat KLT dengan jarak 0,5 - 1 cm dr bawah, jarak
elusi 8 cm
4. Totolkan larutan ekstrak di atas permukaan plat menggunakan pipa kapiler, tepat
diatas garis awal plat (lk. 0,5 μL)
5. Beri jarak masing-masing nodal lk. 1 cm
6. Masukkan ke dalam chamber yang telah dijenuhkan dengan pelarut. Pastikan
sampel yang telah ditotolkan tidak tercelup oleh eluen
7. Biarkan pelarut mengembang dengan membawa komponen dalam campuran,
hingga eluen melewati batas elusi
8. Amati hasil KLT dengan salah satu cara berikut:
a. Amati di bawah lampu UV pada 254 dan 356 nm
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan uji kualitatif untuk skrinning fitokimia dalam ekstrak
bahan alam
3. Mahasiswa mampu mengetahui secara kualitatif komponen senyawa bioaktif dalam
bahan alam
B. METODE
Skrinning fitokimia dilakukan dengan uji kualitatif melalui uji warna
C. DASAR TEORI
Tanaman dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional apabila tanaman tersebut
mengandung senyawa kimia yang memiliki aktivitas biologis atau disebut juga zat
bioaktif. Senyawa bioaktif tersebut merupakan metabolit sekunder yang meliputi
alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, tannin, fenol, kuinon dan saponin.
Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam suatu tanaman dapat diketahui
dengan suatu metode pendekatan yang dapat memberikan informasi adanya senyawa
metabolit sekunder. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode skrinning
E. PROSEDUR KERJA
PREPARASI REAGEN
1. Pembuatan asam sulfat 2 N
a. Pipet 5,56 mL larutan asam sulfat pekat
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan uji kuantitatf untuk menentukan kandungan total
fenol dalam sampel ekstrak bahan alam
3. Mahasiswa mampu menentukan kadar total senyawa fenol dalam sampel yang
ekuivalen dengan asam galat (% TF (GAE))
4. Mahasiswa mengetahui secara kuantitatif komponen senyawa bioaktif dalam bahan
alam
B. METODE
Metode Folin-Ciocalteau
C. DASAR TEORI
Fenol adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan yang mengandung cincin
aromatik dengan satu atau dua gugus hidroksil. Fenol cenderung mudah laruta dalam
air karena dapat berikatan dengan gula sebagai glikosida. Senyawa fenol biasanya
terdapat dalam berbagai jebis sayuran, buah-buahan dan tanaman. Senyawa fenol
diproduksi oleh tanaman melalui jalur sikimat dan metabolism fenil propanoid.
E. PROSEDUR KERJA
PREPARASI REAGEN
1. Pembuatan Na2CO3 5%
a. Timbang 5 gram padatan Na2CO3
b. Larutkan dalam beaker gelas dengan aquades ±50 mL
c. Pindahkan ke dalam labu takar volume 100 mL
d. Encerkan dengan aquades hingga tepat tanda batas
2. Pembuatan larutan induk asam galat 100 ppm
a. Timbang 0,1 gram asam galat
C (ppm)
Buat persamaan regresi linier dari data diatas untuk menghitung konsentrasi
senyawa fenol dalam sampel
2. Penentuan konsentrasi senyawa fenolat dalam sampel ekstrak etanol
No. Kode/Nama Rata-rata Konsentrasi
Sampel Absorbansi senyawa
fenol *
1. ….
…
…
2. …
…
Plotkan absorbansi sampel ke dalam persamaan regresi linier yang didapat dari
kurva standar asam galat diatas.
3. Kadar total senyawa fenol dalam sampel (%TF (GAE))
x100
Keterangan:
C sampel : Konsentrasi fenol dalam sampel yang diperoleh dari perhitungan
dengan persamaan regresi linier larutan standar (mg/L)
fp : Faktor pengenceran sampel
V sampel : Volume sampel ekstrak (L)
mg sampel : Massa ekstrak (mg)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan uji kuantitatif untuk menentukan kandungan total
flavonoid dalam sampel ekstrak bahan alam
3. Mahasiswa mampu menentukan kandungan total senyawa flavonoid dalam sampel
ekstrak bahan alam
4. Mahasiswa mampu mengetahui secara kuantitatif komponen senyawa bioaktif
dalam bahan alam
B. METODE
Metode Quarcetin
C. DASAR TEORI
Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar yang senyawa yang terdiri dari
C6-C3-C6 dan sering ditemukan diberbagai macam tumbuhan dalam bentuk glikosida
atau gugusan gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik (Sirait, 2007;
Bhat et al., 2009). Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang disintesis
dari asam piruvat melalui metabolisme asam amino (Bhat et al., 2009). Flavonoid
C (ppm)
Buat persamaan regresi linier dari data diatas untuk menghitung konsentrasi
flavonoid total dalam sampel
Y=a+bx atau Y=ax+b
2. Penentuan konsentrasi senyawa flavonoid dalam sampel ekstrak bahan alam
No. Absorbansi Rata-rata Absorbansi
1.
2.
3.
Plotkan absorbansi sampel pada persamaan regresi linier yang didapat dari kurva
standar diatas (g QE/g ekstrak)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif dalam
sampel ekstrak bahan alam
3. Mahasiswa ampu mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak bahan alam
4. Mahasiswa mengetahui secara kuantitatif komponen senyawa bioaktif dalam bahan
alam
B. METODE
Metode DPPH
C. DASAR TEORI
Antioksidan adala senyawa yang mampu menghilangkan, membersihkan, dan
atau menahan pembentukan senyawa radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah
atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan dalam
orbtal terluarnya sehingga sangat reaktif dan tidak stabil. Radikal bebas mampu
mengikat sel-sel di dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan kerusakan hingga
kematian sel (Lautan, 1997). Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron
(electron donor) yang mampu berikatan dengan elektron bebas yang dimiiki oleh
1,1-difenil-2-pikrilhidrazil 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin
(radikal bebas) (non-radikal)
2. Metode ABTS
Prinsip ABTS adalah suatu senyawa radikal bebas dengan pusat nitrogen yang
mempunyai warna karakteristik biru-hijau, yag bila tereduksi oleh antioksidan akan
beruba menjadi bentuk non radikal yang tidak berwarna. Kapasitas antioksidan
dengan metode ABTS diukur dengan cara mengukur penurunan intensitas warna
tersebut pada panjang gelombang 734 nm (Yu, 2008).
3. Uji Pengambatan Radikal Superoksida
4. Uji Pengambatan Serapan Radikal Oksigen
5. Uji Penghambatan Radikal Hidroksil
λ (nm)
2. Data pengukuran absorbansi larutan pembanding asam askorbat
No. Konsentrasi asam Absorbansi
askorbat (ppm)
1. 0
C(ppm)
3. Data pengukuran absorbansi sampel
No. Konsentrasi Absorbansi
ekstrak (ppm)
1. 0
2. 2
3. 5
4. …
5. 160
C(ppm)
5. Bandingkan persen inhibisi sampel ekstrak bahan alam dengan larutan pembanding
yang digunakan
% Inhibisi
C (ppm)
% inhibisi
Y=a+bx atau Y=ax+b
C (ppm)
Substitusi Y dengan nilai 50, sehingga nilai X dapat diketahui. Nilai X dinyatakan
sebagai nilai IC50 asam askorbat.
% inhibisi
Y=a+bx atau Y=ax+b
C (ppm)
= )
A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui potensi bahan alam sebagai bahan obat tradisional
2. Mahasiswa mampu melakukan preparasi media pertumbuhan bakteri
3. Mahasiswa mampu melakukan uji aktivitas antibakteri sampel ekstrak bahan alam
dengan metode difusi
4. Mahasiswa mampu melakukan uji aktivitas antibakteri sampel ekstrak bahan alam
dengan metode dilusi
5. Mahasiswa mampu mengukur zona hambat sampel ekstrak bahan alam
6. Mahasiswa mampu menentukan KHM sampel ekstrak bahan alam
B. METODE
Metode Difusi dan Dilusi
C. DASAR TEORI
Uji aktivitas antibakteri/antimikroba dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu
metode difusi dan metode dilusi. Uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi
dilakukan dengan menggunakan kertas cakram yang telah dijenuhkan dengan bahan uji.
Selanjutnya, kertas cakram ditempelkan pada permukaan media yang telah ditanami
bakteri uji. Zat antibakteri pada kertas cakram akan berdifusi ke dalam media. Zona
E. PROSEDUR KERJA
Metode Difusi Cakram
1. Buat larutan uji dengan berbagai konsentrasi (100, 75, 50, 25 ddan 10%, kontrol
positif (antibiotik) dan kontrol negative (pelarut)
2. Ambil masing-masing bahan uji sebanyak 20μL, teteskan pada kertas cakram,
biarkan mengering selama 30-60 menit.
3. Buat suspense bakteri uji dengan cara mengambil koloni dari biakan bakteri,
masukkan ke tabung reaksi yang berisi NaCl 0.85%, kemudian homogenkan
4. Baca konsentrasi sel bakteri pada densitometer, sesuaikan hingga mencapai 0.5
Mc Farland
5. Celupkan kapas steril ke suspensi bakteri dengan cara menekan dan memutar
kapas pada dinding tabung sebanyak dua kali
6. Usapkan kapas steril secara merata pada media Muller Hinton Agar
7. Biarkan bakteri mengering selama 5-10 menit
Atun, S., Metode Isolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Organik Bahan Alam, J.
Konservasi Cagar Budaya Borobudur, 2014 (8), 53-61.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2011, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Molyneux, P., The Use of Te Stable Free Radical Diphenylpicryl-Hydrazyl (DPPH) for
Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin J. Sci. Technol., 2004 (26),
211–219.
Prasetyo dan Inoriah, E., 2013, Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-Obatan (Bahan
Simplisia), Bengkulu: Badan Penertiban Fak. Pertanian UNIB.
Rahmawan, 2008, Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia
Unifora L.), Surakarta: UMS.
Simanjuntak, P., Strategi Pencarian Senyawa Bioaktif Baru Dari Sumber Bahan Alami
Tumbuhan, 1-6.
Sirait, M., 2007, Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, Bandung; Penerbit ITB.
Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Yogyakarta: Kanisius.