Anda di halaman 1dari 19

Tugas : Perencanaan Pembangunan Hutan

Dosen : Dr. Ir. Beta Putranto, M.Sc.

PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK)


NILAM (Pogostemon cablin) SEBAGAI PENGHASIL MINYAK (Oil)

OLEH :

TITA RAHAYU ARIEF


M012171004

PROGRAM STUDI ILMU KEHUTANAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
pertolongan-Nya sehingga tugas Perencanaan Pembangunan Hutan yang berjudul
“Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Nilam (Pogostemon cablin) Sebagai
Penghasil Minyak (Oil)” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya meskipun masih jauh dari
kesempurnaan. Dengan adanya makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penyusun, dimana dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar ke depannya bisa menjadi lebih
baik. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Makassar, Maret 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................................1
B. Tujuan dan Sasaran ...............................................................................................2
C. Ruang Lingkup .....................................................................................................2

BAB II POTENSI
A. Penyebaran ...........................................................................................................3
B. Produksi ...............................................................................................................3
C. Pemasaran ............................................................................................................5
BAB III ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
A. Analisis SWOT ....................................................................................................9
B. Strategi Pengembangan ......................................................................................10
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ..........................................................................................................12
B. Rekomendasi. ......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Ekspor Minyak Atsiri Menurut Negara Tujuan, 2013-2015


Sumatera Barat .......................................................................................................... 5
2. Harga per kg minyak nilam di Sumatera Barat Khusunya
Kabupaten Pasaman Barat ......................................................................................... 6

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Produksi Minyak Nilam Sumatera Barat ..................................................................... 4


2. Produktivitas Nilam Sumatera Barat ........................................................................... 4
3. Rantai Pasok Nilam ..................................................................................................... 6
4. Jalur tata niaga wilayah Sumatra ................................................................................. 7

v
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang cukup berpotensi dalam produksi minyak atsiri. Penggunaan
minyak atsiri dari bahan alam sebagai obat semakin diminati masyarakat, seiring dengan gerakan
“kembali ke alam” (back to nature) yang dilakukan masyarakat. Tanaman obat makin penting
peranannya dalam pola konsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan. Menurut Tim Penulis Martha
Tilaar Center pada 2002 dengan meningkatnya kesadaran manusia terhadap pemanfaatan sumber
daya alam tersebut, maka pemanfaatan produk herbal semakin berkembang tidak hanya di negara-
negara timur saja, melainkan sudah merambah ke negara-negara barat. Hal ini tampak dari data WHO
yang menunjukkan bahwa permintaan produk herbal di negara-negara Eropa dalam kurun waktu
1999– 2004 diperkirakan mencapai 66% dari permintaan dunia (Arniputri, dkk. 2010).
Minyak atsiri merupakan salah satu produksi agro industri yang memiliki prospek cerah untuk
dikembangkan. Saat ini terdapat 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan dipasar dunia dan
Indonesia mempunyai 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri, tetapi hanya 14 jenis yang memiliki
peranan nyata sebagai komoditas ekspor (Hetik, dkk. 2013). Minyak atsiri yang disebut juga minyak
esteris atau minyak terbang banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Minyak atsiri banyak
digunakan sebagai bahan pengharum atau pewangi pada makanan, sabun, pasta gigi wangi-wangi
dan obat-obatan. Minyak atsiri sebagian besar diambil dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak
atsiri, salah satunya minyak nilam (pogostemon cablin benth) (Sariadi, 2012).
Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari daun nilam (Pogostemon cablin Benth)
dengan cara penyulingan atau ekstraksi daun, batang dan cabang tanaman nilam (Harimurti, 2012.,
Harunsyah, 2011). Meskipun tidak banyak dikonsumsi di dalam negeri, minyak nilam merupakan
salah satu komoditas minyak atsiri andalan Indonesia yang sangat prospektif mengingat industri
farmasi, pangan, parfum, sabun, kosmetik membutuhkannya secara sinambung (Harimurti, 2012).
Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri yang cukup penting sebagai komoditi ekspor Indonesia dan menyumbang devisa sekitar 50%-
60 % (Ditjen Perkebunan, 2006., Anshory, dkk., 2009) dari total ekspor minyak atsiri nasional.
Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar dunia dengan kontribusi 90 % (Anshory, dkk.,
2009).
Prioritas pengembangan minyak atsirih di Indonesia masih mengorientasikan pemasaran
produksinya sebagai komoditas ekspor. Sebagian kecil produksi minyak atsirih memang sudah ada
yang digunakan langsung untuk memenuhi kebutuhan industri didalam negeri, terutama sebagai

1
bahan ramuan obat-obatan (Lutony dan Rahmayanti, 2002). Dalam dunia perdagangan dikenal dua
macam nilaim yaitu “Folia patchouli naturalis” (sebagai insectisida) dan “depurate” (sebagai
minyak atsiri) (Asaad dan Dharma, 2017).Di Indonesia daerah sentra produksi nilam terdapat di
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau dan Nanggroe Aceh Darussalam
kemudian berkembang di provinsi lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalteng dan
daerah lainnya. Luas areal pertanaman nilam pada tahun 2004 sekitar 16.639 ha, namun
produktivitas minyaknya masih rendah rata-rata 198,72 kg/ha/tahun (Ditjen Perkebunan, 2006).
Berdasarkan data statistik menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2015-2017 menghasilkan
rata-rata 1.977 ton minyak nilam, dimana lebih kurang 197 ton berasal dari Provinsi Sumatera
Barat (Dirjet Perkebunan, 2016).
Berdasarkan keterangan di atas, Upaya pengembangan produksi minyak nilam
memerlukan suatu konsep yang terencana dengan baik. Diharapkan dengan adanya perencanaan
dapat menghasilkan alternatif-alternatif strategi yang merupakan alat untuk mencapai tujuan yang
memiliki kaitannya dengan tujuan jangka panjang pengembangan produk minyak nilam tersebut.
B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari makalah perencanaan Hutan Hasil Bukan Kayu (HHBK) ini adalah untuk :
1. Menganalisis strategi pengembangan dan perencanaan Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) minyak nilam.
2. Merumuskan strategi pengembangan dan perencanaan Hasil Hutan Bukan Kayu
(HHBK) minyak nilam.
Sasaran makalah ini yaitu tersedianya informasi terkait minyak nilam dan produk olahannya
dan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil sebuah kebijakan terkait pengembangan
minyak nilam.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan potensi dan pengembangan minyak nilam ini, meliputi gambaran
secara umum mengenai potensi produk minyak nilam sebagai penghasil parfum, minyak,
penyebaran, produksi dan sistem pemasaran produk minyak nilam serta strategi pengembangan
produk minyak nilam.

2
BAB II. POTENSI

A. Penyebaran
Tanaman nilam (Pogostemon cablin) dipercayai berasal dari Filipina dan banyak terdapat
dihutan-hutan kepulauan Filipina. Ia dibawa masuk dan ditanam di Semenanjung Malaysia pada
awal tahun 1800 Sagala, 2009). Walau bagaimanapun pada awal 1900 dengan kemasukan
tanaman getah yang lebih menguntungkan. Tanaman nilam tidak lagi diminati oleh pekebun kecil
di Malaysia. Sekarang nilam diusahakan secara komersial di Indonesia (Aceh), China dan Brazil
(Sagala, 2009).
Di Indonesia daerah sentra produksi nilam terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Riau dan Nanggroe Aceh Darussalam kemudian berkembang di provinsi
lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalteng dan daerah lainnya. Luas areal
pertanaman nilam pada tahun 2004 sekitar 16.639 ha, namun produktivitas minyaknya masih
rendah rata-rata 198,72 kg/ha/tahun (Ditjen Perkebunan, 2006).
B. Produksi
Tanaman nilam (Pogostemon cablin) dengan hasil minyak nilam (patchouli oil ) merupakan
penghasil devisa terbesar dari ekspor minyak atsirih. Produksi nilam Indonesia pertahunnya
mencapai rata-rata diatas USD 20 juta (dolar amerika) (Mangnun, 2006). Keunggulan minyak
nilam Indonesia sudah dikenal sekaligus diakui oleh berbagai Negara yang menjadi konsumen
(importir) minyak tersebut. Baunya lebih harum dan lebih tahan lama bila dibandingkan dengan
minyak nilam produksi Negara lain. Hal ini menyebabkan minyak nilam Indonesia disegani di
pasaran Internasional (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Berdasarkan data statistik dan pengamatan yang dilakukan maka diketahui bahwa Sumatera
Barat memiliki potensi untuk menjadi sentra minyak nilam Indonesia. Daerah penghasil minyak
nilam terbesar di Sumatera Barat adalah Kabupaten Pasaman Barat. Minyak nilam merupakan
salah satu komoditas unggulan selain kelapa sawit, karet dan kakao (Pusat Kajian Pembangunan
dan Kebijakan Publik Universitas Negeri Padang, 2009) dan sudah jelas pasarnya (faktor
ekonomi). Sementara dari segi sosial, masyarakat Sumatera Barat sudah sejak lama mengenal
dan masih menaruh minat yang tinggi terhadap usaha budidaya dan penyulingan nilam (Junaedi
& Hidayat, 2010). Berdasarkan Produksi nilam dan Produktifitas nilam dapat di lihat pada
Gambar 1 dan Gambar 2.

3
Gambar 1. Produksi Minyak Nilam Sumatera Barat (BPS, 2015)

Gambar 2. Produktivitas Nilam Sumatera Barat (BPS, 2015)

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) menyatakan jumlah produksi dan
produktivitas minyak nilam Sumatera Barat khususnya Pasaman Barat cenderung mengalami
penurunan beberapa tahun terakhir, Gambar 1 dan 2 menunjukkan produksi dan produktivitas
minyak nilam Sumatera Barat. Menurunnya produksi nilam di sumatera Barat tentunya akan
berpengaruh langsung pada nilai ekspor Indonesia, posisi Indonesia sebagai negara penghasil
minyak nilam dunia akan melemah. Jika kondisi ini terus dibiarkan terjadi dan semakin berlarut
tentunya akan sulit bagi Indonesia dalam bertahan maupun bersaing.Hal tersebut dapat di lihat
pada Tabel 1. Bahwa ekspor minyak atsirih untuk berbagai kepentingan di masing-masing Negara
mulai tahun 2013-2015 di Sumatera Barat sangat bervariasi.

4
Tabel 1. Ekspor Minyak Atsiri Menurut Negara Tujuan, 2013-2015 Sumatera Barat.
Negara Tujuan 2013 2014 2015 2013 2014 2015
Berat Bersih (Ton) Nilai FOB: (Ribu US$)
Australia - - - - - -
Belgium - - - - - -
Estonia 10.2 - - 16.972 - -
France - - - - - -
Germany, Fe. Rep. of 14.4 10.8 32.22 1302.6 887.74 3254.79
Netherlands 18 32.4 25.2 1555.702 2514.059 1015.42
Singapore - - - - - -
Spain 45.073 19.76 67.18 2441.357 1204.6 3254.79
United Kindom - - - - - -
United States 63.225 96.8 85.08 5999.656 7683.588 3203.36
Jumlah 150.898 159.76 209.68 11316.29 12289.99 10728.36
Sumber : BPS, 2016.
C. Pemasaran

1. Rantai Pasok Minyak Nilam


Minyak nilam berasal dari tanaman nilam yang telah dikeringkan dan melalui proses
distilisasi atau penyulingan. Gambar 3 memperlihatkan rantai pasok dan pelaku dalam
agroindustri minyak nilam. Petani melakukan aktifitas penanaman nilam, bibit nilam diperoleh
melalui proses stek. Hasil stek dapat ditanam pada media lain kemudian dipindahkan atau
melakukan penanaman langsung pada area lahan yang sudah disiapkan. Pemupukan pertama
dilakukan setelah nilam berumur tiga bulan dan dilakukan setiap bulan berikutnya. Pemanenan
dapat dilakukan setelah nilam berumur delapan bulan, kemudian dapat dipanen setiap empat
bulan. Begitu seterusnya hingga tanaman nilam berusia tiga tahun. Selanjutnya adalah
pengeringan yang dilakukan setelah panen. Nilam basah dijemur 3-4 hari dengan sinar matahari
langsung, setelah itu dilakukan proses pencincangan. Proses ini bertujuan untuk mempermudah
proses selanjutnya yaitu proses penyulingan.
Proses penyulingan dilakukan oleh petani sendiri jika memiliki alat suling atau menyewa
alat suling dari petani penyuling. Di Kabupaten Pasaman Barat biasanya alat suling dimiliki oleh
kelompok yang disebut dengan kelompok tani. Anggota kelompok tani dapat melakukan
penyulingan tanpa dipungut biaya sewa penyulingan. Pilihan lain adalah menjual daun kering ke
petani penyuling, kemudian petani penyuling yang melakukan proses penyulingan.

5
Proses penyulingan berlangsung selama 6-7 jam. Nilam kering diletakkan pada drum
besar kemudian dibakar menggunakan tungku bakar dengan kayu bakar. Kemudian uap hasil
pembakaran akan disalurkan dan tahap terakhir adalah pemisahan antara minyak dan air.
Memisahkan minyak nilam dan air cukup mudah karena keduanya saling terpisah, minyak akan
berada pada permukaan air. Kemudian dilakukan proses pengemasan dalam botol.
Minyak nilam yang telah dimasukkan ke dalam botol dapat disimpan atau dijual langsung.
Masyarakat di Pasaman Barat ada yang langsung menjual ke pedagang pengumpul dimana lokasi
penjualan berada di Ibu Kota Kabupaten Simpang Empat atau menjual ke pedagang perantara
yang biasanya langsung datang ke tempat penyulingan.
Tabel 2. Harga per kg minyak nilam di Sumatera Barat Khusunya Kabupaten Pasaman Barat
Harga di Perantara Harga di Pengumpul
PA>30 Rp 460.000 Rp 460.000
PA<30 Rp 460.000 Rp 480.000

Harga beli di pedagang perantara agak sedikit berbeda dengan pedagang pengumpul.
Selain itu harga juga dibedakan berdasarkan kandungan PA (Patchouli Alcohol). Tabel 2
menunjukkan harga beli minyak nilam berdasarkan kadar PA dan pembeli. Pedagang perantara
akan menjual minyak nilam pada pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul menjual
minyak nilam pada eksportir yang berlokasi di Kota Medan dan Padang.

Gambar 3. Rantai Pasok Nilam

6
Pengiriman dilakukan setiap bulan dengan jumlah minyak nilam rata-rata berkisar tiga ton
dalam satu kali pengiriman. Eksportir akan mengirim minyak nilam ke luar negeri. Negara utama
yang menjadi tujuan ekspor minyak nilam adalah salah satunya Amerika Serikat (Tabel 1).
2. Jalur Tata Niaga Minyak Nilam
Jalur tata niaga yang diterapkan di Indonesia salah satunya jalur tata niaga wilayah Sumatera
seperti digambarkan pada flowchart di bawah ini. Seperti pada Gambar 4.

Petani

Petani-Penyuling

Pengumpul

Agen

Pembersihan/distilasi
Eksportir ulang

Pembelian Luar
Negeri

Gambar 4. Jalur tata niaga wilayah Sumatra

Berdasarkan Gambar 4 menjelaskan bahwa sistem tata niaga di wilayah Sumatera


umumnya perjalanan pemasaran nilam diawali dari petani sebagai produsen nilam kering,
kemudian masuk ke wilayah petani-penyuling. Di sini nilam kering didistilasi sehingga dihasilkan
minyak nilam yang kemudian dipasarkan ke pasar lokal maupun langsung didistribusikan ke
pengumpul. Pengumpul bias terdiri dari beberapa lapir (2-5 lapis) tergantung kemampuan
keuangan. Selanjutnya, minyak nilam didistilasi ulang untuk meningkatkan kualitas minyak agar
diterima oleh Negara-negara tujuan ekspor nilam. Selanjutnya minyak hasil distilasi ulang ini
baru distribusikan eksportir ke Negara yang bersangkutan.

7
Secara garis besar kegiatan distribusi pemasaran nilam dapat dibagi menjadi 3 tingkatan:
1. Pemasaran pada tingkat petani ke pengumpul atau [rngusaha pemilik kilang minyak nilam.
Para petani menjual produknya dalam bentuk 2 produk.
a. Penjualan daun kering dari petani kepada para pemilik kilang dengan harga penjualan
sekitar Rp. 3.000,00 std Rp. 3.500/kg dan selanjutnya pemasaran minyak dilakukan
oleh pemilik kilang.
b. Penjualan minyak nilam dari pengumpul lokal atau pemilik kilang ke pengumpul
besar/ekspor.
2. Pemasaran minyak nilam dari pengumpul lokal atau pemilik kilang ke pengumpul
besar/ekspor.
3. Pemasaran minyak nilam oleh eksportir ke import/konsumen di luar negeri.

Harga jual pada masing-masing tingkatan tersebut satu sama lain berbeda, namun harga pada
masing masing tingkatan ditentukan oleh harga pada tingkatan ke-3 yaitu harga penjualan ekspor.
Para pengumpul/lokal biasanya memperoleh informasi harga dengan mengadakan penawaran
kepada beberapa eksportir dan menjual kepada penawaran yang tertinggi. Pola pemasaran yang
terbuka ini akan menguntungkan para pemasok lokal namun belum tentu menguntungkan bagi
petani karena informasi harga ekspor ke petani tidak sampai kepada mereka. Dan bahkan yang
paling merugikan petani adalah adanya tengkulak nakal yang seringkali mempermainkan harga
daun nilam, sehingga sampai saat ini petani menjadi tidak tertarik untuk membudidayakan nilam.

8
BAB III. ANALISIS DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

A. Analisis Faktor Eksternal Dan Internal


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Asaad dan Dharma (2017) bahwa
Untuk merumuskan strategi yang tepat bagi pengembangan komoditi nilam di salah satu
kabupaten di Sumatera Utara yaitu Kabupaten Pakpak Bharat, dilakukan dengan menilai faktor-
faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi.

a. Analisis Faktor Internal Pengembangan Komoditi Nilam

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi pengembangan komoditi nilam di Provinsi


Sumatera antara lain :
a.1. Kekuatan
1. Masih tersedia lahan untuk pengembangan budidaya komoditi nilam.
2. Tersedianya bibit komoditi nilam varitas unggul yang siap untuk dikembangan.
3. Cukup tersedianya tenaga kerja di pedesaan dalam memenuhi kebutuhan agribisnis komoditi
nilam.
b.1. Kelemahan

1. Sistem budidaya komoditi nilam yang dilakukan petani masih tradisional dan tidak menetap
2. Adanya kesulitan dari para petani dan peminat budidaya komoditi nilam dalam memperoleh
permodalan
3. Tidak adanya kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani. Adanya kesulitan
petani dalam pemasaran komoditi nilam baik dalam bentuk bahan mentah ataupun dalam
bentuk minyak nilam. Rantai pemasaran komoditi nilam yang masih panjang dari produsen
(petani) sampai ke konsumen
4. Teknologi penyulingan komoditi nilam yang digunakan petani masih tradisional
b. Analisis Faktor Eksternal Pengembangan
Faktor - faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan komoditi nilam di
Kabupaten Pakpak Bharat antara lain:
b.1. Peluang

1. Kebutuhan akan minyak nilam di pasaran lokal maupun internasional semakin meningkat.
Penyebabnya ada kecenderungan pemakaian bahan aroma dan wewangian diutamakan dari
tumbuhan alami (back to natural)

9
2. Tersedianya teknik budidaya nilam dan pengolahan hasil yang lebih baik
3. Adanya kecenderungan pengguna minyak nilam mendekat (direct buying) ke pemasok.
b.2.Tantangan

1. Komoditi nilam telah dikembangkan di Negara lain, seperti india dan Vietnam

2. Meningkatnya produksi minyak atsiri lain, seperti komoditi serai wangi, pala, dan lain-
lain

3. Kurangnya sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani

4. Semakin tingginya tuntutan konsumen (terutama di negara maju) untuk komoditi-komoditi


pertanian, termasuk komoditi nilam, terutama dari aspek kesehatan yang
diimplementasikan dengan penetapan Standar Internasional.

B. Strategi Pengembangan
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka strategi pengembangan nilam di Pakpak Bharat
meliputi:
1. Strategi SO
a. Memanfaatkan lahan yang tersedia untuk pengembangan komoditi nilam dengan teknik
budidaya dan pengolahan hasil yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan minyak nilam di
pasar lokal maupun internasional.
b. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya nilam dan
pengolahan hasil yang baik.
c. Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja pedesaan dalam mengembangkan teknik budidaya
nilam dan pengolahan hasil yang lebih baik.
2. Strategi ST
a. Memanfaatkan lahan yang tersedia untuk pengembangan budidaya komoditi nilam deng-an
sosialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani.
b. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya yang baik untuk
meningkatkan produksi nilam dalam memenuhi kebutu-han konsumen yang semakiin tinggi
c. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi minyak nilam agar terpenuhi tuntutan konsumen dan mampu bersaing dengan
minyak atsiri lain.

10
d. Memanfaatkan tenaga kerja yang ada di pedesan untuk mengem-bangkan komoditi nilam
dengan meningkatkan so-sialisasi dan pembinaan tentang komoditi nilam.
3. Strategi WO
a. Mengembangkan sistem budi-daya komoditi nilam menetap dengan teknik budidaya yang lebih
baik
b. Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani dengan
kecenderungan pengguna minyak nilam mendekat ke pemasok
c. Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani

4. Strategi WT
a. Mengembangkan sistem budidaya komoditi nilam menetap dengan teknik budidaya yang lebih
baik agar produksi meningkat dan dapat memenuhi tingginya tuntutan konsumen.
b. Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam di tingkat petani dan melakukan
sosialisasi serta pembinaan ten-tang komoditi nilam pada masyarakat petani
c. Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani agar minyak nilam
mampu bersaing dengan minyak atsiri lainnya.

11
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Paparan di proposal ini, maka dapat di simpulkan bahwa:


1. Analisis strategi pengembangan dan perencanaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
minyak nilam dapat di analisis dengan 2 faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
2. Pengembangan minyak nilam dilakukan dengan membuat Analisa SWOT didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities) yang dimiliki petani, namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats) yang dihadapi petani.

B. Rekomendasi
Dari kesimpulan di atas, maka beberapa Rekomendasi perlu dilakukan untuk menunjang
pengembangan komoditas nilam di Sumatera Barat yaitu :
1. Mengembangkan teknik budidaya nilam dengan manfaatkan lahan yang tersedia.
2. Mengembangkan teknik penyulingan yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan minyak
nilam di pasar lokal maupun internasional.
3. Mengembangkan bibit komoditi nilam varietas unggul dengan teknik budidaya nilam
yang baik.
4. Mengembangkan teknik pengolahan hasil komoditi nilam yang baik.
5. Memanfaatkan ketersediaan tenaga kerja pedesaan dalam mengembangkan teknik
budidaya nilam yang baik.
6. Mensosialisasikan tentang komoditi nilam pada masyarakat petani.
7. Membina masyarakat petani dalam budidaya komoditi nilam.Meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi minyak nilam agar terpenuhi tuntutan konsumen.
8. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi minyak nilam agar mampu bersaing
dengan minyak atsiri lain.
9. Memberikan kepastian dan jaminan harga komoditi nilam ditingkat petani.
10. Memberikan kepastian dan jaminan pengguna minyak nilam mendekat ke pemasok.
11. Mengembangkan teknologi penyulingan komoditi nilam di tingkat petani.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anshory, Jamaludin Al dan Ace Tatang Hidayat, Konsep DasarPenyulingan dan Analisa
Sederhana Minyak Nilam. LPPM-Universitas Padjajaran. W.-K. Chen, Linear Networks
and Systems(Book style). Belmont, CA: Wadsworth (1993) 123–135 (2009).

Arniputri, R. B., Sakya, A. T., & Rahayu, M. (2010). Identifikasi komponen utama minyak atsiri
temu kunci (kaemferia pandurata roxb.) pada ketinggian tempat yang berbeda. Jurnal
Biodeversitas, 8(2), 135.

Asaad, Mhd dan Dharma, Surya. 2017. Strategi Pengembangan Komoditas Nilam Di Kabupaten
Pakpak Barat. Fakultas Pertanian UISU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian.

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik Indonesia 2015. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik .2016. Ekspor Minyak Atsiri Menurut Negara Tujuan, 2006-2015.
Sumatera Barat, Badan Pusat Statistik.

Benveniste B. Indonesia oil of patchouli. Perfumer and Flavorist. 1980; 5, June/July :

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-2017 Nilam


Patchhouli. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Kementerian Pertanian .

Ditjen Perkebunan. 2006. Nilam. Statistik Perkebunan Indonesia. 2003-2006. 19 hal.

Harimurti, Niken., Soerawidjaja, Tatang., Sumangat.,Djajeng dan Risfaheri. 2012. Ekstraksi


Minyak Nilam (Pogostemon Cablin Benth) Dengan Teknik Hidrodifusi Pada Tekanan 1-
3 BAR. J. Pascapanen 9(1) 2012: 1-10.

Harunsyah, (2011). Peningkatan mutu minyak nilam rakyat melalui proses pemurnian. Jurnal
Tekhnologi Politeknik Negeri Lhokseumawe. 11(1), 2.

Hetik, Maghfoer, M., & Wardiyati, T. (2013). Pengaruh jenis absorben terhadap kualitas minyak
atsiri pada dua kultivar bunga sedap malam (Polianthes tuberosa). Jurnal Produksi
Tanaman. 1(4). 307.

Junaedi, A., & Hidayat, A. (2010). Uji asal sumber bibit nilam (Pogostemon cablin Benth.) di
Pasaman Barat Sumatera Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, 28(3), 241–254.
https://doi.org/10.20886/jphh.2010.28.3.241-254

Lutony, Toni Lugman dan Rahmayati Yeyet, 2002. Minyak Asiri. Penebar Swadaya. Jakarta.

13
Mangun, H.M.S., 2006. Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pusat Kajian Pembangunan dan Kebijakan Publik Universitas Negeri Padang. (2009).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ( RPJPD ) Kabupaten Pasaman 2005-
2025. Pasaman: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pasaman.

Sagala, Conny Fransisca. 2009. Prospek Pengembangan Nilam Di Desa Tanjung Meriah,
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat. Skripsi: Departemen
Agribisnis.Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.Medan

Sariadi, (2012). Pemurnian minyak nilam dengan proses adsorpsi menggunakan bentonit. Jurnal
Teknologi. 12(2), 100.

14

Anda mungkin juga menyukai