Disusun Oleh :
(Hylocereus polyrhizus)
PROPOSAL
Juni, 2019
24041116102
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
KATA PENGATAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan
Karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Usulan Penelitian dengan judul “FORMULASI SEDIAAN BLUSH ON
EKSTRAK ETANOL BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus)”. Proposal penelitian
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian sebagai mata kuliah wajib pada Program Studi S-1 Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Garut.
Saya menyadari dalam penyusunan proposal ini tidak akan terlaksana tanpa
bimbingan dari orang orang terlibat, yang rela mengorbankan harta, tenaga, waktu, dan
pikirannya dalam menyelesikan proposal ini. Untuk itu pada kesempatan kali ini saya
dari hari terdalam ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan segala dukungan, doa, dan
bimbingan serta motivasi hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan
proposal ini.
2. dr.Siva Hamdani.,MARS.,M.Farm, selaku Dekan Fakultas Mipa
Universitas Garut.
3. Para Wakil dekan dan Ketua Program Studi S1 Farmasi, FMIPA UNIGA.
4. Bapak Aji Najihudin,M.Farm.,Apt Selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Metodologi Penelitian.
5. Segenap Dosen dan Civitas Akademika Fakultas Mipa Universitas Garut.
6. Keluarga besar Universitas Garut, kawan dan sanak seperjuangan atas
semua dukungan, semangat, dan kerjasamanya.
Penulis menyadari Proposal ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Maka
saya mengharapkan kritik dan saran pembaca agar kelak penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan penelitian lapangan, juga dapat
dikembangkan lebih baik lagi dikemudian hari. Aamiiin.
PENDAHULUAN
Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke 19,
pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, selain itu untuk kecantikan juga
untuk kesehatan(1). Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai
secara besar besaran pada abad ke 20(2). Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (Epidermis, rambut,
kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama
untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan atau memperbaiki bau
badan atau memelihara tubuh(1).
Salah satu contoh kosmetik dekoratif yaitu blush on. Blush on adalah
sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistic
sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tatarias wajah(4).
Diantara pigmen warna alami yang dapat diekstrak dari sumber bahan alam
adalah antosianin dan betalanin. Antosianin merupakan komponen bioaktif kelompok
flavonoid yang dapat memberikan warna merah, ungu. Sedangkan betalain adalah zat
warna yang berfungsi memberikan warna ungu. Betalain dapat digunakan sebagai
pewarna alami dalam bentuk ekstrak. Pada penelitian ini akan dikembangkan formulasi
sediaan blush on ekstrak etanol buah naga (Hylocereus polyrhizus).
TINJAUAN PUSTAKA
a) Akar
Buah naga memiliki perakaran yang bersifat epifit, menempel atau
merambat pada tanaman lain. Akarnya berupa akar serabut yang
terdapat pada pangkal batang yang tumbuh pada media tanah maupun
yang menempel pada media rambatan berupa tiang atau kayu.
Akar tanaman ini sangat tahan kekeringan dan tidak tahan dengan
genangan yang cukup lama. Akar tanaman buah naga tidak terlalu
panjang dan terbentuk akar cabang. Dari akar cabang tumbuh akar
rambut yang sangat kecil, lembut, dan banyal.
Perakaran buah naga umumnya dangkal, berkisar 20-30 cm. namun,
menjelang produksi buah tanaman ini memanjangkan akarnya hingga
mencapai kedalaman 50-60 cm, mengikuti panjangnya batang berwarna
coklat yang tertanam di dalam tanah.
b) Batang dan Cabang
Penampang melintang batang tanaman buah naga berbentuk
segitiga, memanjang hingga mampu mencapai panjang maksimum
sekitar 9 meter dengan warna hijau hingga hijau tua. Batang tanaman
ini mempunyai duri-duri yang merupakan ciri utama famili kaktus.
Bagian batang tanaman buah ini berlapis lilin dan mampu memanjat
pada tembok atau batang penopang.
Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan
berlapiskan lilin bila sudah dewasa. Batang berukuran panjang dan
bentuknya segitiga dengan warna hijau. Pada batang ini banyak tumbuh
cabang dimana batang dan cabang tersebut berfungsi sebagai daun
dalam proses asimilasi. Batang dan cabang ditumbuhi duri-duri yang
keras tetapi sangat pendek sehingga tidak mencolok. Letak duri tersebut
pada tepi batang maupun cabang.
c) Bunga
Bunga tanaman buah naga terletak pada sulur batang, berbentuk
terompet, dan berwarna putih. Susunan bunga merupakan susunan
bunga majemuk. Buahnya berbentuk bulat panjang dan lonjong serta
berdaging warna merah dan sangat tebal.
Tanaman buah naga mempunyai bunga yang indah berwarna putih
kekuning-kuningan sehingga tak jarang orang memelihara tanaman
buah naga untuk tujuan ornamental. Bunga tanaman buah naga ini
mekar sempurna pada malam hari dengan panjang bisa mencapai 29
cm.
Sekilas bunga buah naga ini berbentuk seperti buah nanas, seluruh
permukaan bunga tertutup oleh mahkota yang bersisik, berbentuk
corong memanjang berukuran sekitar 30 cm. Kelopak bunganya
berwarna hijau. Bunga akan mekar sempurna pada malam hari sekitar
pukul 22.00 (night blooming receus), saat mekar mahkota akan
berwarna putih bersih, didalamnya terdapat benang sari berwarna
kuning dan mengeluarkan aroma harum. Sementara ditengahnya
terdapat kepala putik yang nantinya akan menjadi buah jika sudah
terjadi penyerbukan.
d) Buah
Buah naga bebentuk bulat panjang, letak buah pada umumnya
mendekati ujung cabang atau batang. Pada batang atau batang dapat
tumbuh buah lebuh dari satu, terkadang bersamaan atau berhimpitan
(Rahayu, 2014).
• Buah naga daging putih (Hylocereus undatus)
Buah naga jenis ini memiliki daging buah putih dan biji-biji hitam
yang kontras dengan kulit merahnya. Tingkat kemanisannya berkisar
antara 10-13 briks, artinya lebih rendah dari jenis lainnya. Bobotnya
mencapai 650 gram denagn kulit bewarna merah bersulur hijau.
Buah naga super red adalah buah naga yang memiliki daging super
merah. Buah ini tumbuh dengan baik seperti buah naga jenis lainnya di
daerah dengan sinar matahari yang cukup pada dataran rendah hingga
sedang. Bentuk buahnya bulat dengan sulur berwarna merah. Bobot
buah naga ini mencapai 500 gram per buah, memiliki tingkat kemanisan
13-15 briks.
• Buah naga kuning (Hylocereus megalanthus)
Buah naga kuning memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan buah
naga lainya. Kulit buahnya berwarna kuning hampir tidak bersisik,
memiliki tingkat kemanisan mencapai 18 briks.
Buah naga berbentuk bulat lonjong dengan diameter 10–12 cm,
berkulit tebal. Seperti nama sebutannya jenis buah naga daging putih
ini mempunyai kulit berwarna merah ketika masak, berjumbai
kehijauan dan daging buah berwarna putih dengan biji-biji hitam yang
bertebaran. Buah naga memiliki daging yang berserat halus dan
terdapat biji-biji hitam berukuran kecil yang tersebar pada daging buah,
dan memiliki tekstur daging buah lunak dengan rasa manis dan sedikit
masam. Umumnya buah berada didekat ujung cabang atau pertengahan
cabang. Buah bisa tumbuh lebih dari satu pada setiap cabang sehingga
terkadang posisi buah berdekatan.
e) Biji
Biji berbentuk bulat berukuran kecil dengan warna hitam. Kulit biji
sangat tipis, tetapi tidak keras. Biji ini dapat digunakan untuk
perbanyakkan tanaman secara generatif. Namun perbanyakan tanaman
menggunakan biji memakan waktu cukup lama, sehingga jarang sekali
pembudidaya yang menerapakannya. Setiap buah terdapat sekitar 1.200
– 2.300 biji (Kristanto, 2003). Perbanyakan tanaman menggunakan biji
jarang digunakan karena memerlukan waktu yang cukup lama sampai
tanaman berproduksi
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya
dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2
dengan berat kira-kira 15% berat badan.
i. Lapisan Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling
tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis diperbarui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia, dan factor lain. Merupakan satu lapis sel yang
mengandung melanosit. Fungsi Epidermis Proteksi barrier, organisasi
sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel,
pigmentasi (melanosit) dan pengenalan allergen (sel langerhans).
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam) yaitu:
1. Stratum corneum
Stratum corneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan kulit yang
paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak
berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat
tanduk), sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum lucidium
Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang
tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak
tangan dan talapak kaki.
3. Stratum granulosum
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk polygonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut.
4. Stratum spinosum
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri, intinya besar
dan oval. Setiap sel berisi filament-filamen kecil yang terdiri atas
serabut protein.
5. Stratum Basale
Lapisan terbawah epidermis ini terdapat sel-sel melanosit yaitu sel-
sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya
membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel
keratinosit melalui dendrit-dendritnya.
ii. Lapisan Dermis
Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh jaringan
elastic dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar dan rambut
sebagai adneksa kulit. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu :
1. Pars papilaris yaitu, bagian yang menonjol ke dalam epidermis,
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
2. Pars retikularis yaitu, bagian bawah dermis yang berhubungan
dengan subkutis, terdiri atas serabut penunjang kolagen, elastisin
dan retikulin.
Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat dan sel-sel fibroblast. Kolagen muda bersifat lentur
namun dengan bertambahnya umur menjadi stabil dan keras. Retikulin
mirip dengn kolagen muda, sedangkan elastin biasanya bergelombang,
berbentuk amorf, mudah mengambang dan elastis. Serabut-serabut
kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya
usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal. Dermis
mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivate epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea, dan
kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivate
epidermis di dalam dermis. Fungsi dermis struktur penunjang,
mechanical strength, suplai nutrisi, dan respon inflamasi.
iii. Lapisan Hipodermis
Lapisan ini merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat,
besar, dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma lemak yang
bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu
dengan lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut
panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getang
bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi di
abdomen 3 cm. lapis lemak ini juga berfungsi sebagai bantalan. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya.
Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan
keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis
untuk regenerasi. Fungsi hypodermis, melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, dan kontrol bentuk tubuh. Lapisan ini terdiri dari
sebagian besar jaringan adiposa dan merupakan tempat penyimpanan
lemak tubuh. Lapisan ini juga memiliki fungsi sebagai pengikat kulit
dengan permukaan dibawahnya, menyerap guncangan dari benturan
kulit dan menyediakan penyekatan suhu.
BAB II
METODE PENELITIAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gelas kimia, gelas ukur, mortar,
stamper, cawan porselen, krus silikat, tanur, desikator, kertas saring, rotary
evaporator, oven, botol timbang, labu bersumbat, labu bulat, pH meter, blender,
neraca analitis, spatel, sudip, kompor listrik, kaca objek, wadah produk, ayakan
mesh 100 serta alat yang umum digunakan pada laboratorium teknologi farmasi
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu Buah naga merah yang kemudian dibuat ekstrak etanol
96%, N-Heksan, etil asetat, etanol 95%, aseton, diklorometan, menatol, pereaksi
Dragendroff, pereaksi Mayer, pereaksi Lieberman Buchard, serbuk magnesium,
FeCl 1%, FeCl 10%, amil alcohol, HCl, Toluen, H2SO4, zinc stearate, metil
paraben, propil paraben, parfum, kaolin, paraffin cair dan talk.
3.3 Hewan
Hewan yang digunakan untuk penelitian ini adalah kelinci putih berjenis kelamin
jantan, ras New Zaeland, berumur 2-3 bulan dengan berat 1500-2000 gram.
BAB IV
RANCANGAN PENELITIAN
Bandung.
merata kemudian botol yang berisi simplisia dimasukan ke dalam alat pengering
dengan tutup botol yang terbuka, pengeringan dilakukan sampai bobot tetap,
kemudian terakhir botol yang sudah konstan didinginkan pada desikator hingga
suhu tetap.17
destilasi dengan cara sejumlah simplisia yang diperkirakan mengandung 2-4 ml air
toluen, labu dipanaskan dengan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih,
campuran simplisia dan toluen disuling dengan kecepatan 2 tetes per detik hingga
tetes per detik, setelah semua air tersuling kemudian tabung penerima dibiarkan
beberapa saat hingga air dan toluen memisah sempurna. Volume air dihitung
didinginkan dan ditimbang. Jika arangnya tidak dapat hilang, maka ditambahkan
air panas, diaduk lalu dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring
bebas abu. Sisa dan kertas saring dipijarkan pada krus yang sama. Filtrat
dimasukkan ke dalam krus lalu diuapkan, dipijarkan sampai bobot tetap kemudian
air selama 15 menit. Bagian yang tidak larut dikumpulkan kemudian disaring ke
dalam kaca masir, dicuci dengan air panas dan filtratnya dipijarkan selama 15
menit. Dipijarkan pada suhu 450°C sampai bobot tetap. Konsentrasi abu dihitung
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total dipanaskan dengan 25 mL
HCl encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan dan
disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas lalu
dipijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring secara cepat
dalam cawan dasar rata yang telah dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Setelah 4 jam
kemudian disaring, diuapkan 20 mL filtrat sampai kering dalam cawan penguap
yang telah dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap dan ditara. Kadar
4.3.1 Alkaloid
Filtrat diteteskan pada kertas saring dan ditambahkan pereaksi dragendorff dan
reaksi dinyatakan positif jika terbentuk endapan merah. Filtrat lainnya (lapisan
reaksi dinyatakan positif jika terbentuk endapan merah bata dan 5 mL ekstrak HCl
dalam tabung reaksi yang lain ditambah dengan pereaksi mayer, jika terbentuk
4.3.2 Flavonoid
dan ditambahkan 1 mL larutan HCl pekat serta 5 mL amil alkohol, dikocok kuat
kemudian dibiarkan memisah. Jika di dalam lapisan amil alkohol, jika terdapat
warna pada lapisan amil alkohol maka positif mengandung flavonoid dalam
simplisia.19
4.3.3 Saponin
terbentuknya busa yang stabil dalam tabung reaksi menunjukan adanya senyawa
penambahan 1 tetes HCl encer busa tetap stabil di dalam tabung reaksi maka
4.3.4 Tanin
selama 15 menit kemudian disaring. Kemudian fitrat dibagi dua bagian, kedalam
filtrat pertama ditambahkan larutan besi (III) klorida 1%, terbentuknya warna biru
tua atau hijau kehitaman menunjukkan adanya senyawa golongan tanin. Bagian
simplisia positif mengandung tanin katekat, selanjutnya endapan disaring dan filtrat
dijenuhkan dengan natrium asetat lalu ditambah dengan larutan besi (III) klorida
4.3.5 Steroid/Triterpenoid
terbentuk warna ungu kebiruan atau hijau kemungkinan terdapat steroid atau
triterpenoid. 19
4.3.6 Kuinon
Serbuk simplisia diekstraksi dengan etanol 96% (3x24 jam) secara maserasi pada
suhu kamar. Pelarut kemudian diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 50°C
Tabel IV.1
B1 B2 B3
Zinc Stearate 10 10 10
Parafin Cair 5 10 15
Kaolin 9 9 9
Tahap awal pembuatan basis blush on diawali dengan ditimbang bahan bahan
Bahan yang telah disunting kemudian digerus didalam mortar bersih sampai
homogeny, kemudian diayak dengan mesh 100 dan dimasukkan pada wadah. Kemudian
Tabel IV.2
F0 F1 F2 F3
Zinc Stearate 10 10 10 10
Parafin Cair 5 5 5 5
Kaolin 9 9 9 9
bahan formulasi sesuai modifikasi formula. Bahan yang telah ditimbang lalu dicampur dan
Tahap selanjutnya mencamourkan bahan tersebut dengan zat warna Ekstrak buah
naga didalam mortar kemudian digerus kembali sampai homogen lalu diayak dengan mesh
Pengamatan sediaan meliputi warna, bau, dan tekstur yang diamati secara
objektif dan kontinyu. Pengamatan dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, 21, dan 28.
Uji Homogenitas dilakukan dengan cara blush on dioleskan secara tipis dan
merata di atas kaca arloji, kemudian kaca arloji tersebut diarahkan ke cahaya.
Uji daya lekat dilakukan dengan cara sediaan blush on diaplikasikan pada
punggung tangan kemudian dibandingkan dengan sediaan blush on yang ada di pasaran
dan diamati dapat menghasilkan warna atau tidak. Pengamatan dilakukan pada hari ke
4.6.4 Uji pH
didiamkan sesaat dan lihat angka yang muncul pada pH meter. Pengukuran pH blush on
dilakukan pada hari ke 0, 7, 14, 21, dan hari ke 28. Range pH kulit normal yaitu 4,5-
6,5.
Uji Keamanan sediaan dilakukan dengan cara in vivo terhadap kulit kelinci
putih jantan ras New Zaeland. Pengujian dilakukan terhadap 3 ekor kelinci dengan
waktu pengamatan selama 3x24 jam, kemudian dihitung skor indeks iritasi untuk
Kelinci jantan yang telah dicukur bagian punggungnya diaplikasikan sebaanyak 0,5
gram formula blush on yang mengandung ekstrak dan kontrol negative tanpa
eritema dan edema yang dilakukan pada jam ke-24, 48, dan 72 setelah pengaplikasian
sediaan.
kali lalu masing masing diambil 1ml, dikcok sampai homogeny, masing masing
pengenceran diambil 1ml lalu dimasukkan kedalam cawan petri secara duplo kemudian
ditambahkan nutrient agar sebanyak 20mL kedalam masing masing cawan petri,
dikocok dengan cara digoyangkan searah jarum jam 5 kali dan berlawanan arah jarum
jam 5 kali. Dibiarkan sampai media memadat kemudian diinkubasi pada suhu 370C
sediaan blush on ekstrak etanol buah naga yang telah dibuat, maka dilakukan uji
kesukaan terhadap 20 orang panelis dengan pengisian suatu kuisioner. Adapun syarat
menjadi panelist diantaranya wanita kondisi tubuh dan kulit dalam keadaan sehat dan
3. Perjalanan Rp 1.350.000
Jumlah Rp 9.485.200
4.2 Jadwal Pelaksanaan
Bulan
No Tahapan Program
1 2 3 4 5
1 Persiapan
Prosesekstraksi dan
3
Karakterisasi Ekstrak
4 Penapisan Fitokimia
5 Orientasi Basis
8 Seminar Hasil
Rincian Anggaran Biaya
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian
(Rp) (Rp)
Sewa
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
Lain-lain
Harga
Justifikasi Jumlah
Material Kuantitas Satuan
Pemakaian (Rp)
(Rp)
Determinasi Biaya 1 kali 500.000 500.000
Tanaman Administrasi