Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOGNOSI ANALITIK

DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK V

BEATRIX DA SILVA RABUN (514 18 011 295)


RIRIN MAULIANA (515 18 011 301)
EKA WARDANA (515 18 011 170)
ADELIA PRATIWI (515 18 011 330)
SANIWATI (515 18 011 340)
NIRA NURMAYANTI (515 18 011 345)
AINAYAH ALFATIHA (513 18 011 036)

KONVERSI KELAS H

Dosen Pengampu: A.Nur Ilmi,A.S.Farm.,M.Kes

UNIVERSITAS PANCASAKTI MAKASSAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FARMASI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga makalah Farmakognosi Analitik ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya. Laporan ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan daun Jambu

biji.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
dan ikut terlibat dalam penyusunan laporan ini, utamanya kepada dosen pengampu ibu
A.Nur Ilmi,A.S.Farm.,M.Kes. atas arahan yang diberikan kepada kami dalam
penyelesaian makalah ini.

Menyadari akan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang kami miliki, kami

berharap hasil yang nantinya kami peroleh dapat diterima dan bermanfaat di masa yang

akan datang. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya

terutama bagi Jurusan Farmasi Universitas Pancasakti Makassar serta dapat digunakan

untuk kepentingan kepustakaan.

Makassar, Mei 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................1

KATA PENGANTAR .........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................4

A. Latar Belakang ....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ...............................................................................................5

C. Tujuan Pembuatan Makalah ...............................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................6

A. Uraian Tanaman...................................................................................................6

B. Simplisia ..............................................................................................................9

C. Metode Ekstraksi ................................................................................................11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................14

A. Kesimpulan ..........................................................................................................14

B. Saran ....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak lama bangsa Indonesia sudah mengenal obat-obatan tradisional yang
digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Pada umumnya obat-obatan
tersebut dibuat dari sumber bahan alam hayati seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Penggunaan tumbuhan tertentu sebagai obat merupakan warisan yang sudah turun
temurun. Penggunaan tumbuh-tumbuhan sebagai obat tradisional berkaitan dengan
kandungan kimia yang terdapat di dalamnya. Senyawa kimia tersebut merupakan hasil
metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Senyawa kimia dari beberapa jenis tanaman telah
banyak diteliti dan sering kali dapat memberikan efek fisiologi dan farmakologi senhingga
senyawa ini dikenal dengan senyawa bioaktif. Di antara senyawa bioaktif tersebut adalah
golongan alkaloid, terpenoid, steroid, flavonoid dan safonin.
Tanaman yang terbukti secara ilmiah memiliki aktivitas anti bakteri adalah daun
jambu biji (Psidium guajava L), dimana daun jambu biji mempunyai aktivitas anti bakteri
yang dipengaruhi karena adanya senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin. Pada daun
jambu biji terbukti memiliki efek bakteriostatik dan alkaloid memiliki efek bakteriosidal
terhadap bakteri gram positif yaitu dengan menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.
Senyawa yang aktif pada dinding sel adalah bakterisidal, sedangkan yang menghambat
sintesis protein adalah bakteriostatik (Joseph, B. 2012. ).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ruhana (2017) mengatakan daun
jambu biji dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes dengan zona hambat
yang terbentuk pada konsentrasi 2% adalah 7,12 mm dan 3 % adalah 7,89 mm.

4
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Klasifikasi tanaman daun jambu biji !
2. Jelaskan Morfologi tanaman daun jambu biji !
3. Jelaskan Kandungan kimia tanaman daun jambu biji !
4. Jelaskan Khasiat tanaman daun jambu biji !
5. Jelaskan metode Estraksi !

C. Tujuan
1. Mengetahui Klasifikasi tanaman daun jambu biji .
2. Mengetahui Morfologi tanaman daun jambu biji .
3. Mengetahui Kandungan kimia tanaman daun jambu biji .
4. Mengetahui Khasiat tanaman daun jambu biji .
5. Mengetahui metode Estraksi .

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Uraian Tanaman

a. Klasifikasi Tanaman

Gambar 1. Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn (Parimin, 2005).

b. Nama Daerah Jambu Biji

Setiap daerah di Indonesia memiliki kekhasan dalam penyebutan nama jambu

biji, diantaranya, Sumatra: glima breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo), galiman (Batak

Karo), masiambu (Nias), biawas, jambu biji, jambu batu, jambu klutuk (Melayu). Jawa:

jambu klutuk (sunda ), jambu klutuk, petokal, petokal, jambu krikil, jambu krutuk

6
(jawa), jhambu bhender (Madura). Nusa Tenggara: sotong (Bali), gayawa (Ternate,

Halmahera). (Parimin, 2005).

c. Morfologi Tanaman Jambu Biji

Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai

(Petiolus) dan helaian (Lamina) saja yang disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak

bagian terlebarnya pada daunnya bagian terlebar daun jambu biji (P.Guajava L.) berada

ditengah - tengah dan memiliki bagian jorong karena perbandingan panjang : lebarnya

adalah 1,5 - 2 : 1 (13 - 15:5, 6 - 6 Cm). Daun jambu biji (P.Guajava L.) memiliki tulang

daun yang menyirip yang mana daun ini memiliki 1 ibu tulang yang berjalan dari

pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang ke samping,

keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita pada susunan

sirip ikan. Jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul, pada umumnya warna daun

bagian atas tampak lebih hijau jika dibandingkan sisi bawah daun. Tangkai daun

berbentuk selindris dan tidak menebal pada bagian tangkainya. (Parimin, 2005).

d. Kandungan Tanaman Jambu Biji

Daun jambu biji memiliki kandungan flavonoid yang sangat tinggi, terutama

quercetin. Senyawa tersebut bermanfaat sebagai antibakteri, kandungan pada daun

Jambu biji lainnya seperti saponin, minyak atsiri, tanin, anti mutagenic, flavonoid, dan

alkaloid.

Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang umumnya

tersebar di dunia tumbuhan. Quercetin adalah zat sejenis flavonoid yang ditemukan

dalam buah - buahan, sayuran, daun dan biji - bijian. Hal ini juga dapat digunakan

sebagai bahan dalam suplemen, minuman atau makanan.

7
Saponin adalah jenis glikosida yang banyak ditemukan dalam tumbuhan.

Saponin memiliki karakteristik berupa buih. Sehingga ketika direaksikan dengan air

dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama.

Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan

kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang

khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi - wangian atau minyak gosok

(untuk pengobatan) alami.

Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman dan digunakan

sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi, Tanin juga sebagai

sumber asam pada buah. (Sandi, ES. 2008)

e. Khasiat Tanaman Jambu Biji

Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh kita, baik untuk

kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam penelitian yang telah dilakukan

ternyata daun jambu biji memiliki kandungan yang banyak bermanfaat bagi tubuh kita.

Diantaranya, anti inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba dan analgesik.

Pada umumnya daun jambu biji (P.Guajava L.) digunakan untuk pengobatan

seperti diare akut dan kronis, perut kembung pada bayi dan anak, kadar kolesterol darah

meninggi, sering buang air kecil, luka, sariawan, larutan kumur atau sakit gigi dan

demam berdarah (Sandi, ES. 2008).

8
B. Simplisia

a. Defenisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain dalam bentuk

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia

hewani dan simplisia pelican atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang

berupa tanaman utuh, bagian tanaman, atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman

adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu

dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu

dipisahkan dari tanamannya (Gunawan, 2004).

b. Cara Pembuatan Simplisia

a. Pengumpulan bahan baku

Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas

bahan baku. Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan

baku tanaman dilakukan dengan cara panen daun dapat dilakukan pada saat

proses fotosintesis berlangsungmaksimal, yaitu saat tanaman mulai

berbunga atau buah mulai masak.Untuk pengambilan pucuk daun,

dianjurkan pada saat pucuk daunberubah menjadi daun tua.

b. Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen ketika tanaman

masihsegar. Sortasi dilakukan terhadap tanah, kerikil, rumput-rumputan,

bagiantanaman lain yang tidak digunakan dan bagian tanaman yang rusak.

9
c. Pencucian

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang

melekat. Pencucian bisa dilakukan dengan menggunakan air yang berasal

dari sumber mata air, sumur dan PAM.

d. Pengubahan bentuk

Pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas bahan

baku.Semakin luas permukaan maka bahan baku akan semakin cepat

kering.

e. Pengeringan

Tujuan dari pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air

padasimplisia sehingga tidak mudah ditumbuhi kapang dan untuk

memudahkandalam pengelolahan proses selanjutnya.

f. Sortasi kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami

prosespengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang

terlalugosong dan bahan yang rusak.

g. Pengepakan dan penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai, maka

simplisiaperlu ditempatkan dalam satu wadah tersendiri agar tidak saling

tercampurantara simplisia yang satu dengan yang lainnya.Selanjutnya

wadahdisimpan dalam rak pada gudang penyimpanan (Widyastuti, 2002).

10
C. Uraian Metode Ekstraksi

a. Definisi Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penyarian komponen-komponen kimia yang

terdapat pada tanaman, hewan dan beberapa jenis biota laut dengan menggunakan

pelarut yang sesuai dengan komponen yang diinginkan. Tujuan ekstraksi adalah

untuk menarik komponen yang terdapat dalam suatu sampel yang didasarkan pada

proses osmosis dan difusi yakni pelarut organik akan masuk menembus dinding sel

dan masuk kedalamrongga sel yang merupakan tempat zat aktif diinginkan. Proses

inimerupakan suatu proses osmosis. Kemudian, zat aktif akan larut padapelarut

tersebut dan akan berdifusi keluar bersama dengan pelarut. Prosesini akan terus

berlangsung hingga diperoleh konsentrasi yang seimbangdari zat aktif diluar dan

didalam sel (Depkes RI, 1986).

Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut

lain. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan

peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Maserasi pada

umumnya dilakukan dengan cara 1:10 bagian simplisia dengan derajat halus yang

cocok dimasukkan kedalam bejana, kemudian dituang dengan 75 bagian cairan

penyari, ditutup dan dibiarkanselama 5 hari, terlindung dari cahaya sambil berulang-

ulang diaduk.Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan

penyarisecukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak

100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung daricahaya, selama

2 hari, kemudian endapan dipisahkan (Depkes RI, 1986).

11
b. Jenis-Jenis Metode Ekstraksi (Ditjen POM, 2000)

1. Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut yang sesuai dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif,

sehingga zat aktif akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara

larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak

keluar.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna yang umumnya dilakukan pada suhu kamar. Proses perkolasi ini

terdiri dari tahapan pengembangan, tahap maserasi antara, dan tahap perkolasi

sebenarnya terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Perkolasi ini

merupakan prosedur yang paling sering digunakan untuk mengekstraksi bahan

aktif dalam penyusunan tingtur dan ekstrak cairan.

2. Cara Panas

a. Refluks

Refluks adalah proses ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif

konstan dengan adanya pendingin balik.

12
b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

dan umumnya cara ini dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi

ekstrak kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik.

c. Digesti

Digesti adalah ekstraksi dengan cara maserasi kinetik (dengan

pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50ºC.

d. Infundasi

Infundasi adalah cara ekstraksi yang umumnya dilakukan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.

Proses ini dilakukan pada suhu 90ºC selama 15 menit.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Makalah ini dapat disimpulkan bahwa:
Tanaman yang terbukti secara ilmiah memiliki aktivitas anti bakteri adalah daun
jambu biji (Psidium guajava L), dimana daun jambu biji mempunyai aktivitas anti bakteri
yang dipengaruhi karena adanya senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin. Pada daun
jambu biji terbukti memiliki efek bakteriostatik dan alkaloid memiliki efek bakteriosidal
terhadap bakteri gram positif yaitu dengan menghambat pertumbuhan bakteri tersebut.
B. Saran

Dalam Pembuatan makalah ini perlu diperbanyak referensi untuk melengkapi makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah Wildanur, Anggraini Sukmawati. 2013. “Analisis Beban Kerja Sumber Daya Manusia
dalam Aktivitas Produksi Komoditi Sayuran Selada”. Jurnal Manajemen dan
Organisasi,Vol IV, No. 2.

Anief, M., 1997, Ilmu Meracik Obat, 10-17, Gadjah Mada University Press: Jogyakarta.

Anonim. 2009. Jenis-Jenis Jerawat. http://www.majalahkesehatan.com. Kategori: Kesehatan


Umum.

Ansel HC. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: UI Press.

Anwar, E. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit
PT Dian Karya.

Bruggemann, H. 2010. Skin: Acne and Propionibacterium acnes Genomics. Handbook of


Hydrocarbon and Lipid Microbiology, DOI 10.

Brooks,G.F.,Butel,J.S., dan Morse,S.A. (2008). Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: Salemba


Medika

Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya: Jakarta

Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia.Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Hal. 33.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.

Djuanda A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 6, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia : Jakarta.

Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

15
Djuanda,A.,Hamzah,M., dan Aisah,S. (1999). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Furia, T.E. (Editor). 1972. Handbook of food additives. 2ndedition. CRC Press Inc., USA. 653
pp.

Gunawan, D dan Mulyani S. 2004. Ilmu Obat Alam. Penebar Swadaya : Jakarta.

Gunawan, Sulistia Gan. Setiabudy, Rianto. Nafrialdi. Elysabeth. 2007.


Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI.

Hui, y.h. (editor). 1992. Encyclopedia of food Science and technology. Volume 2. John Wiley &
sons, inc., new york. 780 pp.

Jawetz, E., Melnick, J.L. & Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran,
diterjemahkan oleh Mudihardi, E., Kuntaman, Wasito, E. B., Mertaniasih, N. M., Harsono,
S., Alimsardjono, L., Edisi XXII, 327-335, 362-363, Penerbit Salemba Medika, Jakarta

Joseph, B. 2012. Review on nutritional, medicinal, and pharmacological properties ofguava


(Psidium guajavaLinn.). a reviewarticle. nternational journal of pharma and sciences. Vol
2 (1). Issn 0975-6299.

Kumalaningsih, S. 2006. Antioksidan Alami. Surabaya : Trubus Agisarana.

Kirk and othmer. 1994. Encyclopedia of chemical technology. Fourth Edition. Volume 12. John
Wiley & Sons, New York. 1091 pp

Latifah, S., dan Kurniawaty, E., 2015, Stres dengan Akne Vulgaris, Majority, Volume 4 Nomor 9:
129-134.

Maharani dan Widyayanti. 2010. Pembuatan Alginat dari Rumput Laut untuk Menghasilkan
Produk dengan Rendemen dan Viskositas Tinggi. Seminar Tugas Akhir S1 Teknik
Kimia. Universitas Diponegoro, Semarang

Madduluri S, Rao KB, Sitaram B. 2013. In vitro evaluation of antibacterial activity of five
indigenous plants extract against five bacterial pathogens of human. International
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science; 5(4). h. 679-84

Mitsui, T., 1997, New Cosmetic and Science, 191-198, 335-338, Elsevier, Amsterdam.

Mulyawan, Dewi dan Neti Suriana. 2013. Cantik A-Z. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo
Gramedia.

Movita, T., 2013. Acne Vulgaris, Continuing Medical Education, Vol. 40 No. 4 : 269-272.

Parimin, 2005. Jambu Biji. Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya.Penebar Swadaya, Jakarta.

16
17

Anda mungkin juga menyukai