Oleh :
1. Anis R.
(112210101061)
(112210101090)
4. Herlina Ekawati
(132210101005)
5. Wahyu Agustina
(132210101025)
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Klasifikasi
o
o
o
o
o
o
o
o
Kingdom
Divisi
Sub divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Plantae (tumbuhan)
: Spermatophyta (tanaman berbiji)
: Angiospermae (biji berada di dalam buah)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Piperales
: Piperaceae
: Piper
: Piper nigrum Linn
Chromosome pada piper nigrum berjumlah 2n = 52. Bangsa Piper termasuk kelas
Dicotyledae, ordo Piperales dan keluarga Piperaceae. Di antara 600 jenis bangsa Piper
yang terdapat di daerah tropis, kurang lebih 40 jenis berasal dari Indonesia.
Deskripsi Tanaman:
Tanaman herbal tahunan, memanjat. Batang bulat, beruas, bercabang,
mempunyai akar pelekat, warna hijau kotor. Daun tunggal, bulat telur, pangkal
bentuk jantung, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm,
pertulangan menyirip, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, menggantung,
panjang 3,5-22 cm, warna hijau. Buah buni, bulat, buah muda berwarna hijau dan
setelah tua berwarna merah.
Sifat Lada
Lada memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatik. Rasa pedas dari buah
lada hitam, 90-95% disebabkan oleh adanya komponen trans-piperin yang ada
dalam buah kering kadarnya 2-5% dan terdiri atas senyawa asam amida piperin
dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih ada walaupun diencerkan 1:200000.
Rasa pedas juga disebabkan oleh adanya kavisin yang merupakan isomer basa
piperin. Kandungan lain yang menghasilkan bau aromatic adalah minyak atsiri
dengaan kadar 1-2.5% yang mengandung piperonal, eugenol, safrol, metil
eugenol, dan miristissin. Lada hitam juga mengandung monoterpen dan
seskuiterpen. (Wiryowidagdo, Sumaali, 2007)
1. Bagaimana analisis histokimia serbuk buah merica (Piperis nigri Fructus) dengan
penambahan reagen kimia?
2. Bagaimana analisis senyawa serbuk merica (Piperis nigri Fructus) dengan KLT dalam
kondisi tertentu?
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menganalisis histokimia serbuk merica (Piperis nigri Fructus)
dengan penambahan reagen kimia.
2. Mahasiswa dapat menganalisis senyawa serbuk merica (Piperis nigri Fructus) dengan
KLT dalam kondisi tertentu.
BAB II
DASAR TEORI
Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat kandungan yang
terdapat dalam jaringan tanaman. Dengan pereaksi yang spesifik, zat-zat kandungan tersebut
akan memberikan warna yang spesifik pula, sehingga mudah di deteksi. (Anonim. l987 : 2)
Pada analisis histokimia inilah dibutuh beberapa reagen untuk menguji kandungan
yang terdapat dalam serbuk analit yang diuji. Kandungan senyawa kimia yang telah
ditemukan dalam buah merica atau lada yaitu minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena,
filandrena alkaloidpiperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa
pedas disebabkanoleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang
cairan lambung danair ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan
peredaran darah.
Sedangkan analisis dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan
campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang
menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat
sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
Ada banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik paling banyak
digunakan. Kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan suatu
campuran senyawa. Kromatografi merupakan metode pemisahan yang sederhana. Dalam
kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase
diam.
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit analit dalam
sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam dan gerak. Fase diam dapat berupa bahan
padat dalam bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung
padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas
digunakan sebagai fase gerak maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam
kromatografi cair dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair
(Rohman, 2009).
Kromatografi melibatkan pemisahan terhadap campuran berdasarkan perbedaan perbedaan tertentu yang dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan yang dapat dimanfaatkan
meliputi kelarutan dalam berbagai pelarut serta sifat polar. Kromatografi biasanya terdiri dari
fase diam (fase stationer) dan fase gerak (fase mobil).Fase gerak membawa komponen suatu
campuran melalui fase diam, dan fase diam akan berikatan dengan komponen tersebut
dengan afinitas yang berbeda-beda. Jenis kromatografi yang berlainan bergantung pada
perbedaan jenis fase, namun semua jenis kromatografi tersebut berdasar pada asas yang sama.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu kromatografi yang menggunakan lempeng
gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina, silika gel, atau bahan
serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya dijadikan metode pilihan pertama
pada pemisahan dengan kromatografi.
Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang
memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir butir (fase diam), ditempatkan pada
penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah
berupa larutan , ditotolkan berupa berupa bercak atau pita (awal). Setelah plat atau lapisan
ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok.
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan
menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dipaliskan serta rata pada lempeng
kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan
pemisahan dapat didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari
jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi
lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar.
Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis tidak tetap, jika dibandingkan dengan
yang diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena itu pada lempeng yang sama di
samping kromatogram zat yang di uji perlu dibuat kromatogram zat pembanding kimia, lebih
baik dengan kadar yang berbeda-beda (Dirjen POM, 1979, hal. 782).
Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben
seperti silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan
sebagai fasa diam. Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen.
Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran
beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu.
Eluen KLT dipilih dengan cara trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh
terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh. Pada saat senyawa akan di uji di lempeng atau
plat tipis, wadah (chamber/gelas kimia) di tutup terlebih dahulu hal ini bertujuan untuk
meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk
mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia atau chamber biasanya ditempatkan kertas saring
yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah
penguapan pelarut. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Karena
pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran
pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan
bercak warna.
Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat penyerap) dan sistem
larutan pengembang harus dipilih dengan tepat karena keduanya bekerjasama untuk mencapai
pemisahan. Selain itu hal yang juga penting adalah memilih kondisi kerja yang optimum
yang meliputi sifat pengembangan, jarak pengembangan , atmosfer bejana dan lain- lain .
Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf
Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Jarak garis depan dari titik awal
Analisis dengan KLT dapat digunakan untuk mengidentifikasi simplisia yang
kelompok kandungan kimianya telah diketahui.
Kelompok kandungan kimia tersebut antara lain : Alkaloid, antraglikosida, arbutin,
glikosida jantung, zat pahit, flavonoid, saponin, minyak atsiri, kumarin, asam fenol
karboksilat, valepotriat.
Istilah dalam KLT
1.
Fase Diam
Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan
diameter partikel antara 10-30 m. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan
semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal
efisiensi dan resolusinya.
Penyerap yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara
mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi(Gandjar & Rohman,
2007).
2.
Fase Gerak
Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencobacoba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah
diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah
beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan
teknik yang sensitif.
2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara
0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas
fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan
nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam
pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan
(Gandjar & Rohman, 2007).
BAB III
METODE KERJA
3.1 ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Plat tetes
Pipet tetes
Pipet volume
Mikropipet
Neraca analitik
Tabung reaksi
Ultrasonik
Plat tipis (Silika gel 60 F254)
Spektrofotometer UV
B. BAHAN
1. Serbuk buah Merica (Piperis Nigri Fructus)
2. Larutan uji untuk KLT, dibuat dengan kadar 5% dalam metanol.
3.2 CARA KERJA
A. Analisis histokimia :
Ambil dan letakkan ke plat tetes 2 mg serbuk buah Piper nigrum Linn
Asam Sulfat P
Kalium Hidroksida 5%
Natrium Hidroksida 5%
Feri Klorida 5%
Amati hasil serbuk buah Piper nigrum Linn setelah pemberian reagen
B. Analisis KLT
Analisis senyawa identitas dengan KLT dilakukan dengan kondisi sebagai berikut:
Pembanding
Volume penotolan
Fase gerak
Fase diam
Penampak noda
Warna noda
Buat larutan eluen (toluen : etil asetat = 7:3) dalam 10 ml (toluen : etil asetat = 7ml : 3ml)
Masukkan dalam chamber, lalu tutup chamber dan pastikan ada kertas saring didalamnya
Masukkan ke ultrasonik
Ad dengan metanol
Pada uji histokimia Piper nigrum menggunakan beberapa reagen yaitu Asam
sulfat P, Asam sulfat 10 N, Asam asetat P, Asam asetat encer, Ammonia 25%, Feri
klorida 5%. Reagen yang digunakan pada hasil praktikum tidak semua memberikan
hasil yang positif pada uji histokimia Piper nigrum, yang tidak memberikan hasil
positif yaitu reagen Asam klorida encer, Natrium Hidroksida 5%, Kalium Hidroksida
5%, dan Feri klorida 5%, sehingga kandungan kimia pada Piper nigrum adalah sebagai
berikut :
1. Reagen Asam sulfat P
Reagen asam sulfat P merupakan reagen yang digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa Terpenoid dan pada uji histokimia memberikan
hasil positif sehingga Piper Nigri Fructus mengandung Terpenoid.
2. Ammonia 25%
Reagen
Ammonia
merupakan
reagen
yang
digunakan
untuk
3. Asam asetat P
Reagen Asam asetat P merupakan reagen yang digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa alkaloid dan pada uji histokimia memberikan
hasil positif sehingga Piper Nigri Fructus mengandung alkaloid.
+Reagen (5 tetes)
Percobaan
Literatur
Hasil
daun
Serbuk buah
Asam sulfat P
Asam sulfat 10 N
Asam asetat P
Asam
asetat
Hijau
Coklat
Coklat
Coklat
Hijau
Coklat
Coklat
Kuning
Positif
Positif
Positif
Negatif
Piperis Nigri
encer
Feri klorida 5%
Hijau Violet
Kuning
Negatif
2mg.
Amonia 25 %
Coklat
Coklat
Positif
Berdasarkan uji tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Piperis Nigri Fructus
mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, dan terpenoid.
Pada praktikum kali ini, analisis senyawa identitas dengan KLT dilakukan dengan kondisi
sebagai berikut:
Pembanding
Volume penotolan
Fase gerak
Fase diam
Penampak noda
Warna noda
BAB V
PENUTUP
Pada uji histokimia, penambahan reagen yang memberikan hasil yang positif dapat
ditarik kesimpulan bahwa Piperis Nigri Fructus mengandung senyawa flavonoid,
alkaloid, dan terpenoid.
Pada analisis dengan metode KLT didapatkan nilai Rf sampel sebesar 0,3938 dan nilai
Rf standar sebesar 0,3875, dapat di simpulkan bahwa nilai Rf sampel dan standar
berbeda namun tidak terlampau jauh.
Pada saat analisis dengan metode KLT terdapat warna ungu saat dipanaskan, selain itu
terdapat warn pink dan hijau, hal ini menyatakan bahwa Piperis Nigri Fructus
mengandung terpen dan alkaloid.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta
Stahl Egon. 1985. Analisis Obat secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB:
Bandung.
Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia Jilid II. Departemen
LAMPIRAN
Uji histokimia pada plat tetes serbuk daun Piper nigrum Linn dengan reagen-reagen kimia