Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK BAWANG MERAH

TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG BUAH NAGA MERAH

NAMA : JUNET E LINANSERA 201440056


SIMON FADIRSAIR 201440108

UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
AMBON
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat da rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kultur Jaringan. Adapun makalah ini
telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
baik secara langsung maupun tak langsung sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Namun tida terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik itu dari segi penulisan, materi dan lain
sebagainya. Oleh karena itu penulis berharap kepada para pembaca agara dapat memberikan
kritik dan saran guna untuk melengkapi atau memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, saya mengucapkan banyak teerima kasih dan semoga makalah ini dapat
memberikan informasi dan pengetahuan bagi pembaca.

Ambon, 21 April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Tanaman Buah Naga
B. Perbanyakan Buah Naga
C. Bawang Merah
D. Prosedur Kerja

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Buah naga (Hylocereus sp.) adalah salah satu tanaman buah berjenis kaktus yang
tergolong baru di tengah masyarakat Indonesia. Tanaman buah naga awalnya digunakan
sebagai tanaman hias karena sosoknya yang unik, eksotik, serta tampilan bunga dan buahnya
yang sangat cantik (Hardjaddinata, 2010). Selain itu, buah naga merah diketahui mengandung
nutrisi yang baik bagi tubuh. Bahan penelitian dan Pengembangan Pertanian Republik
Indonesia (2007), menjelaskan bahwa buah naga merah mengandung betacharotene dan
antioksidan yang tinggi untuk mencegah kanker dan menangkal radikal bebas. Kandungan
serat di dalamnya dapat memperlancar percernaan, menurunkan kadar kolestrol dan
menanggulangi diabetes.

Buah naga memiliki kandungan gizi cukup lengkap. Setiap 100 g buah naga
mengandung 83 g air, 0,61 g lemak, 0,22 g protein, 0,9 g serat, 11,5 g karbohidrat, 60,4 mg
magnesium, vitamin B1 , B2, C, mengandung asam fenolat yang lebih tinggi, dan bijinya
mengandung asam lenoleat sebagai anti kanker. Selain dikonsumsi langsung, buah ini dapat
digunakan sebagai jus, manisan, dan selai yang berkhasiat sebagai penyeimbang kadar gula
darah, pelindung kesehatan mulut, penurun kolestrol, mencegah pendarahan, dan kanker
ususs (Kristanto, 2005).

Buah naga mempunyai beberapa khasiat yang bermanfaat bagi kesehatan manusia,
diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, pelindung kesehatan mulut, pencegah
kanker usus, memperlancar percernaan, mengurangi kolestrol, pencegah pandarahan dan
mengobati keputihan (Wiguna 2009). Buah naga biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah
segar sebagai penghilang dahaga, karena mengandung kadar air tinggi, yaitu sekitar 90 %
dari berat buah. Pada umumnya, perbanyakan buah naga dilakukan secara vegetatif dengan
cara stek. Stek menjadi altenatif yang banyak dipilih pembudidaya karena caranya sederhana,
tidak memerlukan teknik yang rumit sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja. Bibit buah
naga yang digunakan sebagai bahan stek sebaiknya dipilih yang besar, dari cabang
sehat,sudah tua, berwarna hijau, bebas dari hama dan penyakit,dan sudah pernah berbuah.
Indikator keberhasilan penyetekkan adalah tumbunya perakaran (Hartmann, 1997).
Pertumbuhan akar yang cepat akan memungkinkan sumber stek memperoleh nutrisi untuk
menunjang pertumbuhannya. Untuk mempercepat pertumbuhan perakaran pada proses
penyetekan, maka perlu dipacu dengan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT). Pemberian
ZPT pada proses penyetekan tanaman buah naga bertujuan untuk memperoleh perakaraan
yanng banyak dalam waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini, ZPT yang berperan penting
dalam proses pertumbuhan akar adalah ZPT dari golongan auksin. Auksin adalah zat
pengatur tumbuh yang berperan dalam proses pemanjangan sel, merangsang pertumbuhan
akar, menghambat pertumbuhan tunas lateral, mencegah absisi daun dan buah (Hartmann,
1997) .

Larutan bawang merah diketahui dapat digunakan sebagai ZPT eksogen untuk
merangsang pertumbuhan stek tanaman. Pada bawang merah mengandung hormon auksin
yang dapat memacu pertumbuhan akar pada stek tanaman. Oleh karena itu, pada bawang
merah yang telah dihancurkan akar terbentuk senyawa allithiamin. Senyawa tersebut dapat
berfungsi memperlancar metabolisme pada jaringan tumbuhan dan dapat bersifat fungisida
dan bakterisida (Wibowo,1998). Dengan pemberian ekstrak bawang merah pada awal
penanaman stek batang tanaman buah naga merah diharapkan dapat memacu pertumbuhan
akar pada stek batang tanaman buah naga menjadi lebih cepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah alplikasi ekstrak bawang merah mempengaruhi pertumbuhan stek batang
tanaman buah naga ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang merah terhadap
pertumbuhan stek batang tanaman buah naga.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tanaman Buah Naga

Dalam sistematika atau taksonomi tanaman buah naga merah diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cactales
Famili : Cactaceae
Subfamily : Hylocereanea
Genus : Hylocereus
Spesies : Hylocereus costaricensis (web). Britton and Rose

Morfologi tanaman buah naga merah dapat diuaraikan sebagai berikut :

1. Akar : perakaran buah naga bersifat epifit, merambat dan menempel pada tanaman
lain. Perakaran buah naga bisa dikatakan dangkal, saat menjelang produksi hanya
mencapai kedalaman 50-60 cm, mengikuti perpanjangan batang warna coklat yang di
dalam tanah.
2. Batang dan Cabang : batang buah naga berwarna hijau terang, batang tersebut
terbentuk siku atau segitiga dan mengandung air di dalam bentuk lendir dan
berlapiskan lilin bila sudah sudah dewasa. Pada batang dan cabang tanaman ini
tumbuh duri-duri yang keras dan pendek, letak duri pada tepi siku-siku batang
maupun cabang (Hardjadinata, 2011).
3. Bunga : bunga buah naga umumnya muncul dari bagian atas duri pada batang
tanaman. Saat mekar mahkota bunga akan berwarna putih bersih dan di dalamnya
terdapat benang sari berwrna kunimg dan mengeluarkan bau harum yang akan
menarik perhatian hewan-hewan untuk datang dan membantu penyerbukan bunga
tersebut.
4. Buah : buah naga merah berbentuk bulat lonjong dan umumnya terletak pada ujung
cabang atau batang. Kulitnya berwarna merah, dan terdapat sirip atau jumbai yang
berwarna hijau seperti sisik naga. Dagingnya buahnya berwarna merah tua atau merah
keunguan, berair, dan bertaburan biji hitam kecil-kecil.
5. Biji : bji buah naga terbentuk bulat berukuran kecil dan berwarna hitam, kulit biji
sangat tipis tetapi keras. Biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara
generatif tetapi cara ini jarang terjadi dan memerlukan waktu yang lama sampai
produksi.

B. Perbanyakan Buah Naga

Buah naga ini dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan
generatif menggunakan biji sedangkan perbanyakan vegetatif dengan stek cabang atau
sulurnya. Keuntunggan perbanyakan buah naga dengan stek ini adalah keberhasilan bibit
bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat, dan bibit yang dihasilkan
berkulaitas tinggi karena serupa dengan induknya. Keberhasilan penyetekan ditentukan
oleh calon batang atau bahan tanam. Bahan tanam yang digunakan harus sehat, sudah
pernah berproduksi minimal 3 kali, dan diperoleh dari jaringan tua yang diasusimkan
memiliki lebih banyak cadangan makanan. Bibit yang baik berasal dari batang tanaman
yang keras dan berwarna hijau gelap karena akan lebih tahan terhadap serangan penyakit
busuk pangkal batng (Kristanto, 2005).
Ukuran bahan tanam yang semakin panjang akan menghasilkan pertumbuhan tanaman
semakin baik (Nurfadillah dkk, 2013). Standar bibit yang baik berukuran lebih dari 20 cm
agar berpotensi memiliki cabang yang lebih banyak, cepat besar dan produksi tinggi
(Sparta dkk, 2012). Ukuran bibit tanaman sepanjang 20-30 cm berpotensi menghasilkan
tanaman yang dapat mulai berbunga saat tanaman 8-10 bulan (Idawati, 2012).

C. Bawang Merah

Bawang merah merupakan karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral namun
bukan sebagai sumber utama karbohidrat, protein dan lemak. Salah kandungan kimia yang
terdapat pada bawang merah antara lain minyak atsiri yang salah satunya adalah aliin, dan
fitohormon. Fitohormon yang dikandung adalah auksin (Setiawati dkk, 2008).
Umbi bawang merah diyakini mengandung hormon auksin karena di bagian atas
cakram yang merupakan batang pokok tidak sempurna akan terbentuk umbi lapis karena
adanya pembekakan akibat kelopak yang saling membungkus. Pada bagian dalam umbi
lapis tersebut terdapat tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Wibowo, 1998).
Hasil metabolit sekunder dari bawang merah adalah senyawa ailiin yang segera berubah
menjadi senyawa thiosulfinat, seperti allicin, dengan bantuan enzim alliinase ketika
bawang segar dicincang, dipotong, maupun dikunyah secara langsung (Meutia dkk, 2009)
Hormon auksin pada bawang merah dapat meningkatkan proses pemanjangan sel,
dalam hal ini adalah sel akar. Auksin menyebabkan sel penerima dalam tanaman
mengeluarkan ion hidrogen ke sekeliling dinding sel yang kemudian akan menurunkan Ph
dan mengakibatkan mengendornya dinding sel, dan terjadilah pertumbuhan terkait
pemanjangan sel (Siswanto, 2010). Senyawa allicin dengan thiamin (vitamin B1) di dalam
bawang merah dapat memmbentuk ikatan kimia yang disebut allithiamin. Adanya
senyawa tersebut dapat lebih mudah diserap oleh tubuh tanaman dibandingkan dengan
vitamin B1, sehingga senyawa tersebut akan membuat vitamin B1 akan lebih efisien di
manfaatkan olek tanman (Wibowo, 1998).

D. Prosedur Kerja
1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain adalah kayu penyangga, cobek / blender, pisau, pot,
tempat perendaman, kertas label, sendok, pisau dan penyaring. Bahan yang digunakan
antara lain stek tanaman buah naga, bawang merah, dan media tanam berupa
campuran pasir, tanah top soil dan campuran daun pate cina dengan perbandingan 1 :
1 : 1.

2. Tahap pelakasanaan yang dilakukan


a. Pembuatan Ekstrak Bawang Merah
Umbi bawang merah yang telah dikupas direndam selama 12 jam kemudian
ditiriskan, lalu bawang merah yang telah direndam diblender / digilinging setelah itu
disaring dengan menekannya menggunakan sendok, dibawahnya diletakkan wadah
yang sudah berisi air secukupnya.
b. Persiapan Bahan Tanaman
Bahan tanaman yang digunakan berupa stek batang yang diambil dari cabang
tanaman buah naga yang memilki kualitas dan pertumbuhan baik serta bebas
penyakit. Batang tanaman dipotong sepanjang 30 cm, batang dipilih pada bagian yang
lebih dekat dengan pangkal batang. Setelah pemotongan, runcing ujungnya dan stek
batang didiamkan hingga getahnya mengering. Stek batang yang telah disiapkan
kemudian direndam dalam ekstrak bawang merah dengan masing-masing konsentrasi
yang telah ditentukan selama 24 jam.
c. Penanaman stek
Media tanam yang terdiri atas campuran pasir, tanah top soil dan campuran daun
pate cina dengan perbandingan 1 : 1 : 1 yang telah disiapkan dimaksukkan ke dalam
pot dan dirisam dengan kapasitas lapang. Selanjutnya dibuat lubang dengan
kedalaman kira-kira ¼ stek batang buah naga. Stek batang tanaman buah naga yang
telah direndam pada ekstrak bawang merah dengan konsentrasi yang telah ditentukan
kemudian dimasukkan ke dalam lubang tanam. Di dalam satu pot berisi satu stek
batang tanaman buah naga.
d. Pemeliharaan Tanaman Stek
Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman dan pengendalian gulma. Penyiraman
media dilakukan setiap hari saat keadaan media tanam kering, apabila keadaan media
yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar stek.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bagian stek tanaman buah naga yang digunakan untuk bibit. Pencelupan bagian stek
tanaman buah naga ke larutan bawang merah, dapat mempercepat saat pecah tunas dan
meninggkatkan ukuran panjang tunas.

B. Saran
Mencoba pemberian perlakuan ekstrak bawang merah untuk menginisiasi
pertumbuhan tunas.

Anda mungkin juga menyukai