Anda di halaman 1dari 8

ACARA III

PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF


(STEK DAN CANGKOK)

A. TUJUAN
Mengetahui cara-cara perbanyakan secara vegetatif

B. TINJAUAN PUSTAKA
Perbanyakan secara vegetatif adalah cara perkembangbiakan
dengan menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang,
ranting, pucuk daun, umbi, dan akar untuk menghasilkan individu tanaman
baru yang memiliki sifat sama dengan induknya. Tumbuh dan
berkembangnya tanaman baru ini dikarenakan pada organ vegetatif
tersebut mampu tumbuh dan berkembang akar dan tunas melalui
serangkaian proses metabolisme. Perbanyakan secara vegetatif sendiri
bisa berupa pembiakan vegetatif alami dan pembiakan vegetatif buatan.
Pembiakan vegetatif alami dapat melalui penggunaan biji apomiktis dan
juga melalui penggunaan organ khusus tanaman seperti akar dan batang.
Sedangkan pembiakan vegetatif buatan contohnya adalah stek, grafting,
okulasi, cangkok, dan kultur jaringan (Santoso, 2009).
Setek atau stek merupakan perbanyakan vegetatif menggunakan
potongan tubuh tanaman (akar, daun, dan batang). Keuntungan
perbanyakan dengan setek adalah mampu menghasilkan tanaman serupa
dengan induknya dalam waktu yang relatif singkat. Namun, metode setek
ini memerlukan biaya yang cenderung tinggi karena membutuhkan pohon
induk dalam jumlah yang besar (Pasetriyani, 2013).
Dalam cara kerja stek, batang bagian bawah tanaman dipotong
menyerong bertujuan untuk memperluas bidang batang yg ditanam
sehingga akan menyerap nutrisi tanah lebih banyak dan akar lebih cepat
terbentuk. Selain itu tanaman stek disungkup bertujuan untuk menghindari
tanaman dari air hujan langsung, dapat menurunkan suhu dan
meningkatkan kelembaban udara di sekitar tanaman. Sementara dengan
dirompesnya daun, maka aliran nutrisi akan berfokus pada recovery
potongan batang dan pertumbuhan awal tanaman saja (Suminarti, 2017).
Klasifikasi jambu air adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium aqueum
Jambu Air umumnya berupa perdu dengan tinggi 3-10 m. Tanaman
ini memiliki batang yang bengkok dan bercabang mulai dari pangkal
pohon. Daunnya tunggal berhadapan dan bertangkai, karangan bunga
berbentuk malai serta memiliki bunga berwarna kuning keputihan. Buah
jambu air bertipe buni, berbentuk gasing dengan pangkal 4 kecil dan ujung
yang sangat melebar serta berwarna putih sampai pink. Daging buahnya
putih dan berair, hampir tidak beraroma, dan memiliki rasa asam kadang-
kadang sepat (Susilo, 2013).
Syarat tumbuh tanaman jambu air yaitu tanah yang
bertekstur lempung namun mudah meneruskan air. Ketinggian tempat 0 -
500 m dpl, dengan kemiringan tanah 0 -1 %, dan pH tanah antara 5,5 –
7,5. Jumlah curah hujan sekitar 500 – 3.000 mm/tahun dengan periode
bulan kering lebih dari 4 bulan. Intensitas cahaya antara 40 – 80 % dan
temperatur udara 18 – 28 ºC serta kelembaban udara antara 50 - 80%
(Ashari, 2006).
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara
(nutrient), yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung (promote),
menghambat (inhibit) dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat
perangsang pertumbuhan yang banyak diperdagangkan saat ini memiliki
fungsi hampir sama dengan fitohormon, salah satunya adalah Atonik.
Penggunaan ZPT Atonik pada konsentrasi dan interval yang tepat
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan. Untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh penggunaan Atonik bagi peningkatan produktivitas
(Lestari, 2010).
Vitamin adalah nutrisi tambahan dan salah satu zat penting yang
diperlukan bagi tubuh tanaman. Penggunaan vitamin B1 ditujukan
untuk menjaga atau memulihkan kondisi tanaman. Peran vitamin B1 ini
juga dibutuhkan dalam jaringan tanaman. Tanpa adanya energi, proses
pertumbuhan tanaman, seperti pembelahan sel, pembentukan jaringan
baru, dan pertumbuhan akar tidak dapat terjadI. Fungsi Vitamin B1 antara
lain membantu proses metabolisme jaringan tumbuhan agar berlangsung
dengan baik, sehingga pertumbuhan jaringan baru jadi lebih cepat (Aziza,
2021).
Mencangkok merupakan salah satu teknik perbanyakan vegetatif
dengan cara pelukaan atau pengeratan cabang pohon induk dan dibungkus
media tanam untuk merangsang terbentuknya akar. Keberhasilan
pencangkokan tanaman dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain umur
dan ukuran batang, sifat media tanaman, suhu, kelembaban, air, dan ZPT.
Makin besar diameter batang, akar yang terbentuk juga lebih banyak, hal
ini karena permukaan bidang perakaran yang lebih luas. Umur batang
sebaiknya tidak terlalu tua (berwarna coklat/coklat muda) (Prameswari,
2014).
Keuntungan melakukan perbanyakan dengan metode ini selain
sifat yang diturunkan sama dengan induknya, waktu yang dibutuhkan
untuk memperoleh bibitnya pun relatif lebih singkat jika dibandingkan
dengan teknik perbanyakan sambung dan okulasi. Namun, metode
mencangkok ini memiliki kekurangan yakni tidak dapat menghasilkan
bibit secara masal dan hanya dapat dilakukan pada tanaman berkayu saja
(Christiani, 2011).
Klasifikasi dari tanaman bougenville adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Caryophyllales
Famili : Nyctaginaceae
Genus : Bougainvillea
Spesies : Bougainvillea spectabilis
Tanaman bougenville dapat tumbuh mencapai ketinggian 5 hingga
15 meter, Batang tanaman bougenville berstruktur keras dan memiliki
banyak percabangan. Tanaman bougenville juga ditumbuhi duri tajam
pada area batangnya, oleh sebab itu kita harus berhati-hati saat memegang
bagian batangnya. Bunga bougenville berukuran kecil dan bentuknya
menyerupai terompet. Terdiri dari tiga kelopak dan dilapisi dengan
seludang bunga. Bagian bunganya dikelilingi oleh seludang bunga yang
membuat bunga ini tampak semakin indah. Warna seludang bunga pada
bougenville beragam, yaitu berwarna merah, kuning, jingga, putih, dan
ungu. Bunga bougenville juga disebut sebagai bunga kertas karena tekstur
seludang bunganya yang sangat tipis. Teksturnya hampir menyerupai
kertas. Daun bougenville berukuran lebat dengan bentuk bulat telur,
namun ada juga yang berbentuk elips atau bujur tirus. Bagian ujungnya
meruncing. Daun bougenville merupakan jenis daun tunggal, panjangnya
dapat mencapai 4 sampai 10 cm, sedangkan lebarnya kira-kira 2 sampai 6
cm. Daun tanaman ini dapat tumbuh dengan sangat rimbun (Steenis,
2005).
Bougenville dapat hidup dengan baik didataran rendah sampai
dengan dataran tinggi dengan ketinggian tempat 0 - 2000 mdpl. Kemudian
bougenville dapat hidup dengan baik dengan suhu mencapai 20 °C – 36
°C, serta intensitas cahaya mencapai 60 – 90 %, bougenville pada awal
penanamannya membutuhkan pupuk dan air yang banyak untuk
menghasilkan tanaman yang kuat, kemudian untuk menginduksikan
pembungaan, pemberian pupuk dan air dikurangi. Selain itu, bougenville
membutuhkan intensitas penyinaran matahari yang tinggi dan drainase
tanah yang baik. Media tumbuh bougenville yang baik adalah campuran
tanah dan humus yang mempunyai kesuburan cukup tinggi dengan daerah
pertukaran udara (aerasi) yang baik (Pengembangan Tanaman Hias di
Sumatera Barat, 2014).
Saat mencangkok jaringan floem dihilangkan agar zat makanan
hasil fotosintesis terhenti di daerah pemotongan dan merangsang
pertumbuhan akar. Selain itu, kambium pada cabang atau ranting juga
harus dihilangkan supaya kulit tidak terbentuk kembali. Apabila kulit
terbentuk kembali, maka akar tidak akan dapat terbentuk. Sementara itu,
xilem tidak boleh dibuang karena fungsi xilem adalah untuk mengangkut
air dan mineral dari dalam tanah (Gunawan, 2014).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Ember
b. Gelas plastik
c. Plastik
d. Polybag
e. Tali plastik
f. Cutter
2. Bahan
a. Batang jambu air untuk stek
b. Tanaman bougenville untuk cangkok
c. Cocopeat
d. Vit B1
e. Atonik
f. Tanah
g. Kompos
D. CARA KERJA
a. Stek
1. Menyiapkan bahan stek dari batang tanaman
2. Memotong menyerong permukaan batang bagian bawah,
mengoleskan permukaan batang dengan rizoton dan tanpa rizoton
3. Menanam batang yang sudah distek pada media campuran tanah
dan kompos
4. Menyiram setiap hari, jangan sampai becek.
b. Cangkok
1. Memilih pohon induk, menentukan cabang yang pertumbuhannya
baik
2. Membuat keratan melingkar batang (cabang) sebanyak tiga buah
keratan dengan jarak antar keratan 5 cm menggunakan cutter
3. Mengupas kulit batang, lalu mengerok kambiumnyanya sampai
bersih
4. Untuk cangkok tertutup, mengambil media tanah yang sudah
dibungkus plastik, potong bagian tengah media tersebut lalu
membalutkannya pada cabang yang telah dikerok.
5. Untuk cangkok terbuka, mengambil gelas plastik yang sudah
dipotong tengahnya lalu memasukkan tanah hingga menutupi
cabang yang telah dikerok.
6. Mengikat cabang yang telah terbalut.
7. Menyiram setiap hari, jangan sampai kering.

E. HASIL PENGAMATAN
F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.

Aziza, E.N dkk. 2021. Teknik Perbanyakan Sirih Merah dengan Kombinasi
Media,Hormon, dan Jumlah Stek. Jurnal Agriekstensia, 20(1).

Christiani, C.A. 2011. Perbanyakan Tanaman Melinjo (Gnetum gnemon) Dengan


Teknik Cangkok Di Kebun Benih Hortikultura Tejomantri Wonorejo
Polokarto Sukoharjo. Diakses 18 September 2022,
dari Universitas Sebelas Maret.

Gunawan, E. 2014. Perbanyakan Tanaman Cara Praktis dan Populer.


Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Lestari, L.B. 2010. Kajian ZPT Atonik dalam Berbagai Konsentrasi dan Interval
Penyemprotan terhadap Produktivitas Tanaman Bawang Merah
(Allium ascolanicum L.). Diakses 18 September 2022,
dari Universitas Mochamad Sroedji Jember.

Pasetriyani. 2013. Pengaruh Macam Media Tanam dan Zat Pengatur Tumbuh
Growtone terhadap Pertumbuhan Stek Batang Tanaman Jarak Pagar
(Jatropa curcas Linn). Jurnal Pertanian. 4(1): 34-57.

Pengembangan Tanaman Hias di Sumatera Barat. 2014. Dinas Pertanian Pangan


Provinsi Sumatera Barat, Padang.

Prameswari, Z. K dkk. 2014. Pengaruh Macam Media dan Zat Pengatur Tumbuh
Terhadap Keberhasilan Cangkok Sawo (Manilkara zapota (L.) van Royen
pada Musim Penghujan. Vegetalika, 3 (4), 107 – 118.

Santoso, B. B. 2009. Pembiakan Vegetatif dalam Hortikultura.


UNRAM Press: Mataram.

Suminarti, N.E. 2017. Pengaruh Defoliasi dan Posisi Penanaman Stek Batang
Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanam Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)
Lam. Var. Sari. Jurnal Biodjati, 2 (1).

Susilo, J. 2013. Sukses Bertanam Jambu Biji dan Jambu air di Pekarangan
Rumah dan Kebun. Yogyakarta: Pustaka baru Press.

Steenis, C.G.G.J. Van. 2005. Flora. Jakarta: Pradnya Pramita.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai