Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“ Budidaya Tanaman Buah Naga ”

OLEH
NAMA : LODOFIKUS YOSEP POHI
NIM : 17238093
KELAS : B
JURUSAN : TPH
PRODI : TIH

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI


KUPANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
membimbing serta memberikan hikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis
berhasil menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul
“Budidaya Tanaman Buah Naga”
Makalah ini berisikan tentang informasi Budidaya Tanaman Buah Naga atau
yang lebih khususnya membahas tentang segala macam perlakuan yang bisa
diberikan kepada tanaman buah naga. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang pengolahan pada tanaman buah naga.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
dengan makalah ini berguna serta bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Kupang, Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Buah naga atau lazim juga disebut pitaya, terakhir ini menjadi salah satu
buah yang popular di kalangan masyarakat. Buah yang termasuk kelompok kaktus
atau family cactaceae ini sangat digemari oleh masyarakat untuk konsumsi. Rasa
yang manis dan segar pada buah naga membuat para konsumennya ketagihan,
buah naga juga memiliki berbagai khasiat obat yang bermanfaatkan bagi
kesehatan tubuh.
Menurut Mahadianto (2007) buah naga memiliki cukup banyak khasiat
bagi kesehatan diantaranya sebagai penyeimbang kadar gula darah, membersihkan
darah, menguatkan ginjal, menyehatkan lever, perawatan kecantikan, menguatkan
daya kerja otak, meningkatkan ketajaman mata, mengurangi keluhan panas dalam
dan sariawan, menstabilkan tekanan darah, menguragi keluhan keputihan,
mengurangi kolesterol, mencegah kanker usus serta mencegah sembelit dan
memperlancar feses.
Selain kandungan vitamin C yang tinggi, buah naga mengandung 80% air
(Simatupang, 2007). Zat nutrisi lain yang terkandung di dalam buah naga ialah
serat, kalsium, zat besi, fosfor yang cukup bermanfaat untuk mengatasi penyakit
darah tinggi. Buah naga yang berdaging merah juga baik untuk memperbaiki
penglihatan mata karena mengandung karotenoidnya yang tinggi. Fitokimia di
dalam buahnya juga diketahui dapat menurunkan resiko kanker.
Buah naga memilki nilai ekonomi yang cukup tinggi jika dibandingkan
dengan buah yang lain. Hal ini menjadi peluang usaha bagi investor domestik
untuk melakukan pembudidayaan buah naga dengan skala yang cukup besar.
Buah naga mulai dikembangkan di tanah air serta memiliki peluang besar untuk
disebarluaskan. Beberapa sentra agribisnis buah naga mulai berkembang antara
lain malang, delanggu, kulonprogo, dan DI Yogyakarta (Purba, 2007).
Kondisi iklim dan keadaan tekstur tanah di Indonesia mendukung untuk
pengembangan agribisnis buah naga. Komoditas ini mempunyai prospek yang
cerah untuk peluang komoditas ekspor dan pasarnya masih terbuka lebar serta
memiliki potensi yang sangat baik dikembangkan di Indonesia (Deptan, 2005).
Terdapat empat jenis buah naga yang dikembangkan yaitu buah naga
daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus
polyrhizus), buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis) dan buah
naga kulit kuning daging putih (Selenicereus megalanthus). Masing-masing buah
naga memiliki karakteristiknya sendiri. Dari buah naga yang dikembangkan
tersebut buah naga Hylocereus polyrhizus lebih sering dibudidayakan karena
memilki kelebihan tersendiri yaitu ukuran buah buah lebih besar dan warna
daging lebih menrik. Sedangkan buah naga yang jarang dibudidayakan adalah
bauah naga Selenicereus megalanthus karena ukuran buah yang relatif kecil
walaupun rasanya paling manis diantara jenis yang lain.
Persilangan diantara kedua jenis buah naga tersebut kemungkinan bisa
dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis buah naga.
Persilangan merupakan cara paling populer untuk meningkatkan variasi genetik
karena relatif mudah, murah dan efektif untuk dilakukan ( Anonim, 2007). Saat ini
persilangan buah naga jenis Hylocereus polyrhizus dan Selenicereus megalanthus
masih jarang dilakukan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
adanya kompatibilitas persilangan buah naga tersebut.
Dari keempat jenis buah naga tersebut, buah naga daging putih paling
digemari dan diminati. Selain bentuk dan ukurannya yang lebih besar, buah naga
daging putih juga lebih segar karena rasa masamnya yang khas. Buah naga yang
berasal dari jenis tanaman rumpun kaltes ini berasal dari Israel, dan terus
dikembangkan di Australia, Thailand dan Vietnam. Morfologi tanaman buah naga
terdiri dari akar, batang, duri dan bunga serta buah. Akar buah naga hanyalah akar
serabut yang berkembang di dalam tanah di batang atas sebagai akar gantung.
Akar tumbuh di sepanjang batang di bagian punggung sirip di sudut batang. Di
bagian duri muncul ini akan tumbuh bunga yang bentuknya mirip bunga
Wijayakusuma. Bunga yang tidak rontok berkembang menjadi buah. Buah naga
bentuknya bulat agak lonjong seukuran dengan buah alpukat. Kulit buahnya
berwarna merah menyala untuk jenis buah naga putih dan merah, berwarna merah
gelap untuk buah naga hitam dan berwarna kuning untuk buah naga kuning. Di
sekujur kulit dipenuhi dengan jumbai-jumbai yang dianalogikan dengan sisik
seekor naga, oleh sebab itu, buah ini disebut buah naga. Batangnya berbentuk
segitiga, durinya pendek sekali dan tidak mencolok, sampai mereka dianggap
"kaktus tak berduri".

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah tentang buah naga ini antara lain:
1. Agar para petani buah naga bisa memperoleh sedikit pengalaman setelah
membacanya
2. Mengarahkan penanaman buah naga ke tren organik, karena dengan budidaya
organik dapat dihasilkan buah dengan kualitas yang lebih baik.
3. Memberi tahu teknik budi daya tanaman buah naga yang baik dan benar
sehingga bisa diperoleh hasil yang maksimal bagi para petaninya.

C. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca, serta bisa memberikan pengetahuan yang bisa dimanfaatkan dalam
budidaya buah naga (dragon fruit). Buah naga yang ada saat ini diharapkan bisa
berkembang dan menghasilkan kualitas yang semakin baik, sehingga bisa
memenuhi kebutuhan pasar akan tingginya permintaan buah ini. Sangat
diharapkan makalah ini bisa memberi manfaat yang positif untuk pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengenal Buah Naga


Belum banyak orang yang mengenal buah naga, hanya kalangan tertentu
yang memanfaatkan buah ini untuk kegiatan keagamaan maupun untuk konsumsi.
Kini popularitas buah naga meroket karena, bentuknya yang unik, baik buahnya
maupun tanamannya. Buah naga memang pendatang baru di dunia buah-buahan
tanah air. Tanaman buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan
Amerika Selatan. Dragon fruit mulai diperkenalkan di Indonesia pada dekade 90-
an, lantaran bentuknya yang eksotik, aroma harum, dan rasa yang manis membuat
buah kaktus madu tersebut semakin mendapat tempat tersendiri di hati pecinta
buah-buahan di Indonesia. Ketersediaan buah naga masih langka di pasaran, dan
mulai meluas dikenal di Indonesia awal tahun 2000-an yang saat itu didatangkan
dari Thailand.

Buah naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari
marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika
Tengah dan Amerika Selatan, namun sekarang juga dibudidayakan di negara-
negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, dan Malaysia. Buah ini juga dapat
ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan. Hylocereus
hanya mekar pada malam hari.
Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke
Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya
dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara
dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah jadi
mencolok sekali di antara warna naga-naga yang hijau. Dari kebiasaan inilah buah
itu di kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal
sebagai thang loy (buah naga). Thang loy orang Vietnam ini kemudian
diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon
fruit (buah naga).
Buah naga mulai masuk pasaran, sehingga gampang dijumpai di swalayan
di seluruh nusantara. Selain rasanya yang manis, buah naga juga memberi manfaat
besar bagi tubuh manusia yaitu banyak mengandung vitamin dan mineral penting
bagi tubuh. Tak heran jika permintaan konsumen untuk buah naga semakin hari
semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, buah naga kini
marak di kebunkan. Penanaman buah naga tersebar dari Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, hingga Kalimantan. Selain di lahan yang luas, buah naga
juga dapat diusahakan di lahan sempit seperti halaman rumah dengan
menggunakan pot.
Tanaman buah naga pada awalnya dipergunakan sebagai tanaman hias
karena sosoknya yang unik, eksotik, serta tampilan bunga dan buah yang menarik.
Bunganya cukup unik mirip dengan bunga wijayakusuma, berbentuk corong.
Bunga buah naga akan berkembang menjadi buah dengan tampilan
buahnya berkulit merah serta bersisik. Sejak penduduk asli mengetahui bahwa
buah naga bisa dimakan dan rasanya enak, mereka pun mengkonsumsi buah naga
sebagai buah-buahan segar di meja hidangan. Buah naga diperkenalkan di
Indonesia pada dekade 90-an.
Keberadaan buah naga bila dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand
masih sangat minim, hal ini disebabkan karena buah naga belum dikenal luas oleh
masyarakat dan teknik budi dayanya yang baik belum diketahui.
Buah naga semakin naik daun lantaran dipicu oleh impor buah naga dari
Thailand yang semakin membludak di pasar buah-buahan Indonesia. Semakin
banyak yang minat terhadap buah naga, melihat peluang tersebut para pekebun
buah mulai mengembangkan budi daya buah naga di Indonesia. Penanaman buah
naga sudah sampai ke Papua, meluasnya penanaman buah naga ini karena teknik
budi dayanya cukup mudah dilakukan sekaligus didukung oleh iklim tropis
Indonesia yang sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan buah naga.
Budi daya buah naga di Indonesia pada umumnya masih menggunakan
bahan kimia, artinya proses budi daya masih menggunakan pupuk kimia
(anorganik), seperti urea, fosfor (P), kalium (K), atau NPK, zat pengatur tumbuh,
pestisida, dan bahan kimia lain yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman buah naga. Sayangnya, budi daya tanaman menggunakan bahan kimiawi
tersebut membawa dampak negatif, baik dari segi kesehatan, kelestarian
lingkungan, maupun segi ekonomi.
Penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat merusak tingkat
kesuburan tanah. Tekstur tanah akan menjadi keras dan kurang subur. Penggunaan
pestisida dapat berakibat pada kematian serangga-serangga penyerbuk, selain itu
hama akan menjadi resisten terhadap pestisida tertentu. Penggunaan pestisida
dosis tinggi atau berlebihan mengakibatkan timbulnya residu bahan kimia dalam
buah.

B. Kegunaan Buah Naga


Buah naga memiliki aneka manfaat dan kegunaan, baik dari aspek gizi dan
kesehatan, religi, estetika, dan ekonomi. Buah naga mengandung banyak zat gizi
terutama vitamin dan mineral esensial. Beberapa jenis buah naga (daging merah)
juga banyak mengandung antioksidan yang baik untuk mencegah penyakit kanker.
Beberapa kandungan buah naga yang penting bagi kesehatan antara lain
vitamin C, kalsium, fosfor, serta serat. Vitamin C paling tinggi terdapat pada buah
naga putih jenis Hylocereus undatus. Kandungan fosfor dan serat yang paling
tinggi terdapat pada Hylocereus polyrhizus, atau lebih dikenal sebagai buah naga
merah, sedangkan kandungan kalsium palinf tinggi terdapat pada buah naga
kuning (Selenicereus megalanthus), jenis ini jarang ditanam di Indonesia.
Buah naga dapat digunakan untuk mengatasi atau mencegah penyakit
kanker usus besar, diabetes, hipertensi, osteoporosis, ginjal, menurunkan
kolesterol, dan sebagainya. Mengkonsumsi buah naga secara rutin dapat
menghindarkan kita dari serangan penyakit-penyakit tersebut. Buah naga juga
banyak yang dimanfaatkan untuk kegiatan religi.
Buah naga juga berperan dalam berbagai kegiatan keagamaan terutama
yang dilakukan etnis Tionghoa. Menjelang berbagai acara keagamaan terutama
menjelang tahun baru, biasanya masyarakat Tionghoa memerlukan buah naga,
selain itu buah naga banyak dihidangkan dalam acara-acara lain seperti peringatan
Natal dan tahun baru masehi. Manfaat estetika dapat dilihat dari bentuk tanaman
dan bentuk buah. Tanaman buah naga pada dasarnya merupakan tanaman hias
yang sangat baik di tanam di halaman rumah sebagai penambah keindahan rumah.

C. Botani Buah Naga


Buah naga merupakan kelompok tanaman kaktus atau family Cactaceae
(subfamily Hylocereanea), dan termasuk genus Hylocereus yang terdiri dari
beberapa spesies di antaranya dalah buah naga yang biasa dibudidayakan dan
bernilai komersial tinggi. Secara lengkap, klasifikasi buah naga disajikan sebagai
berikut:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Kelas: Hamamelidae
Ordo: Caryophyllales
Famili: Cactaceae (suku kaktus-kaktusan)
Genus: Hylocereus
Spesies: - Hylocereus undatus (Haw.)Britt.Et R (daging putih)
- Hylocereus polyrhizus (daging merah)
- Hylocereus costaricensis (daging super merah)
- Selenicereus megalanthus (kulit kuning, daging putih, tanpa sisik)
Di antara keempat jenis buah naga di atas, hanya tiga jenis pertama yang
banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu H. undatus, H. polyrhizus,dan H.
costaricensis. Hylocereus undatus paling banyak ditanam lantaran jenis ini yang
pertama kali masuk ke Indonesia. Secara morfologis, tanaman buah naga
termasuk tanaman tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungan gurun tanaman buah naga memiliki duri di
sepanjang batang dan cabangnya guna mengurangi penguapan.
Tanaman buah naga merupakan tanaman memanjat dan bersifat epifit, di
habitat aslinya tanaman ini memanjat tanaman lain untuk tumbuh. Meskipun akar
nya di dalam tanah dicabut, tanaman buah naga masih bisa bertahan hidup karena
terdapat akar yang tumbuh di batang. Morfologi tanaman buah naga dari akar,
batang dan cabang, bunga, buah, serta biji:
1. Akar
Pada umumya perakaran buah naga dangkal, yaitu berkisar 20-30 cm,
namum menjelang produksi buah biasanya perakaran bisa mencapai kedalaman
50-60 cm mengikuti perpanjangan batang berwarna cokelat yang tertanam di
dalam tanah. Buah naga mampu bertahan di daerah kering karena kemampuan
akar beradaptasi dengan baik pada kondisi kekeringan, namun akar tanaman buah
naga umumya tidak tahan terhadap genangan air dalam jangka waktu yang lama.
Buah naga juga memiliki akar yang tumbuh di batang, akar tersebut biasanya
disebut akar aerial (akar udara), yang berfungsi untuk menempel dan
merambatnya pada tanaman lain.

Umumnya, tanaman buah naga menghendaki pH tanah yang normal (pH


6-7). Pada pH tersebut tanaman akan tumbuh subur dan mampu berproduksi
dengan baik. Beberapa literature menyebutkan bahwa akar tanaman buah naga
peka terhadap kemasaman tanah.

2. Batang dan cabang

Tanaman buah naga merupakan tanaman perennial, tumbuh cepat,


merambat, dan tidak berdaun. Batang buah naga berwarna hijau tua dan
besegmen- segmen, batang buah naga kebanyakan triangular (bersudut tiga)
namun terkadang ditemukan bersudut empat atau lima. Batang buah naga tidak
berkayu dan kebanyakan berduri. Tanaman buah naga dapat tumbuh mencapai 6
meter jika dibiarkan, namun pada umumnya hanya mencapai 2-3 meter saja
karena batang pokok dipangkas untuk pembentukan cabang produksi.

3. Buah

Buah naga berbentuk lonjong agak mengerucut (oblong) atau secara umum
disebut bentuk berry. Buah tanaman ini mempunyai variasi warna, mulai dari
kuning, pink, sampai merah. Selain warna kulit buah, warna daging buahnya pun
beragam, ada yang berwarna putih, kuning, dan merah/ merah muda.
Sesuai dengan warna daging buah tersebut, buah naga dibedakan menjadi
buah naga putih (white pitaya), buah naga kuning (yellow pitaya), dan buah naga
merah (red pitaya).

4. Biji
Biji buah naga berwarna hitam dengan bentuk bulat, pipih, dan sangat
keras. Setiap buah mengandung lebih dari 1000 biji, berbeda dengan buah berbiji
lainnya biji buah naga yang kecil dapat dimakan bersama dengan daging buahnya.

D. Syarat Tumbuh dan Perbanyakan Bibit


Pesyaratan untuk penanaman buah naga meliputi unsur-unsur iklim, yaitu
ketinggian tempat, temperatur, curah hujan, intensitas cahaya, kelembapan udara,
dan kecepatan angina. Sifat tanah yang perlu diperhatikan antara lain: struktur
tanah, tekstur tanah, kemasaman tanah (pH), salinitas, dan bahan organik.
 Tanaman buah naga dapat tumbuh pada ketinggian 0-2750 meter dpl.
Ketinggian optimum adalah 0-800 meter dpl.
 Mampu hidup pada suhu 0-40 °C, suhu udara terbaik 20-35°C.
 Mampu hidup pada daerah kering hingga basah dengan CH 340 - 3.000
mm/th. Optimum 1.500 – 2.500 mm/th.
 Intensitas di atas 90%
 Kelembapan udara relative antara 70 – 95%.
 Tidak banyak dipengaruhi angin, relative tahan terhadap kecepatan angin.
 Menghendaki struktur remah, porositas tinggi
 Tekstur yang seimbang, tekstur lempung berpasir atau pasir berlempung.
 Tahan terhadap salinitas tinggi, cocok di daerah pantai.
 Memiliki bahan organik memadai, BO sebesar 5%
Perbanyakan bibit buah naga dapat diperoleh dengan cara perbanyakan
secara biji (generatif) dan setek batang (vegetatif), cara perbanyakan buah naga
sebagai berikut:

1. Perbanyakan Generative (Biji)


Cara perbanyakan menggunakan biji buah naga dilakukan karena dapat
diperoleh bibit dalam jumlah besar (1 buah berisi minimal 1000 biji), namun cara
ini kurang popular dan jarang digunakan karena membutuhkan waktu yang lama
untuk menghasilkan bibit siap tanam di lapang. Biji juga harus berasal dari buah
yang sehat dan matang di pohon. Seleksi biji yang berkualitas juga sulit dilakukan
lantaran ukuran biji yang kecil dan penampakannya mirip.

2. Perbanyakan Vegetatif (Setek Batang)


Perbanyakan vegetatif yang berhasil pada tanaman buah naga adalah setek
batang atau cabang. Perbanyakan setek memiliki tingkat keberhasilan bibit
bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat, dan bibit yang
dihasilkan berkualitas tinggi karena serupa dengan induknya.
Keberhasilan setek ditentukan oleh calon batang, calon batang yang
digunakan harus dalam kondisi yang sehat, tua, dan sudah pernah berbuah
minimal 3-4 kali. Hindari menggunakan batang yang muda, selain
pertumbuhannya yang lambat, batang muda juga masih banyak mengandung air
sehingga mudah busuk dan terkena penyakit.
Cara:
 Setek dibuat dengan memotong batang tanaman sepanjang 15-20 cm.
 Potongan bagian atas diolesi dengan fungisida, sedangkan potongan bagian
bawah diolesi dengan perangsang tumbuh, misalnya Rootone F. air kencing
sapi, atau bawang merah.
 Sebelum ditanam setek sebaiknya diletakkan di tempat yang lembap dan teduh
selama beberapa hari.
Setek sebaiknya ditanam langsung pada polybag agar memudahkan
pemeliharaan dan pemindahan. Media tanam yang digunakan berupa campuran
tanah atas, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2: 1: 1, dapat pula
ditambahkan pupuk NPK. Tanah dan pasir yang akan digunakan untuk campuran
media sebaiknya dijemur kering selama beberapa hari untuk mematikan hama dan
penyakit.
Penanaman stek sebaiknya sekitar seperempat panjang stek atau sekitar 4-
5 cm terbenam tanah. Setelah ditanam, polybag ditempatkan di tempat yang teduh
untuk memudahkan adaptasi bibit. Pemeliharaan stek setelah ditanam harus
dilakukan, antara lain:
 Melakukan penyiraman atau pemberian air secukupnya, terutama musim
kemarau. Sangat butuh air untuk menumbuhkan tunas.
 Tunas tumbuh 1-2 cm, lakukan pemupukan dengan NPK 15-15-15 sebanyak
5-10 gram.
 Menjaga bibit dari serangan hama dan penyakit, terutama dengan menjaga
sanitasi dan drainase lahan karena bibit rentan terhadap penyakit layu atau
penyakit busuk batang.
Bibit stek dipelihara hingga tunas cukup panjang, yaitu sekitar 10-15 cm,
setelah itu bibit mulai diaklimatisasi dengan menempatkannya di tempat terbuka
agar bibit siap berkembang di lahan selama 1-2 minggu maka bibit sudah siap
tanam.
Dalam pemeliharaan bibit perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Bibit berasal dari tanaman induk yang terpercaya.
 Bibit yang digunakan adalah bibit yang pertumbuhannya baik, bertunas
tunggal, dan memiliki tunas dengan panjang minimal 15 cm.
 Bibit tidak mengalami kerusakan akibat hama dan penyakit.
 Bibit tidak mengalami stress selama dalam proses pemindahan.

E. Bertanam Buah Naga di Kebun


1. Pengolahan Lahan
Lahan yang diolah akan mendukung pertumbuhan tanaman buah naga agar
dapat tumbuh dan berkembang optimal serta berproduksi maksimal. Pengolahan
lahan memiliki manfaat antara lain: membuat lahan menjadi gembur, membunuh
hama dan penyakit, membuang gas-gas dalam tanah yang berbahaya bagi
tanaman. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan tanah:
 Lahan dibersihkan dari semak belukar, sisa-sisa tanaman, bebatuan dan
berbagai pengganggu lainnya.
 Lahan kemudian dicangkul dan dibalik untuk meningkatkan aerasi tanah serta
membuang gas-gas berbahaya bagi tanaman
 Tanah dihaluskan, bongkahan-bongkahan tanah dihancurkan hingga menjadi
struktur yang lebih kecil.
 Buat bedengan dengan arah barat-timur. Lebar bedengan dapat 1 m atau 4
meter. Tinggi bedengan sekitar 30-50 cm.
 Jarak antar bedengan 50-100 cm dibuat parit untuk pengairan
 Lahan yang telah siap dibiarkan beberapa hari terkena sinar matahari sebelum
ditanami.

2. Penentuan Jarak Tanam


Prinsip dalam jarak tanam adalah: (a) tidak boleh terlalu rapat, karena akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta rentan terhadap
hama dan penyakit, (b) tidak boleh terlalu jarang karena akan merugikan secara
ekonomis, (c) perhatikan kesuburan lahan.
Jarak tanam sangat mempengaruhi jumlah tanaman, jarak tanam system
tunggal yang paling rapat sebaiknya tidak kurang dari 2x2 meter, sedangkan jarak
tanam paling longgar sebaiknya tidak lebih dari 4x4 meter. Jarak tanam system
kelompok dianjurkan dalam barisan berjarak 30-50 meter dan antar barisan 2-4
meter. Jumlah tanaman per tiang juga menentukan jumlah tanaman pada system
tunggal. Setiap tiang panjatan tidak hanya diisi satu tanaman saja, tetapi 2-4
tanaman.

3. Pembuatan Lubang Tanam dan Tiang Panjatan


Tiang panjatan yang baik harus awet, karena umur produksi tanaman
mencapai 15 tahun, tiang panjatan yang paling baik terbuat dari beton cor yang
dilengkapi denga besi dan ban bekas. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60-80
cm x 60-80 cm dengan kedalaman 25-30 cm. Buat lubang kecil pada bagian
tengah lubang tanam, sebesar 10x10 cm dengan kedalaman 15 cm, lubang ini
berfungsi untuk menanam tiang panjatan. Bagian bawah tiang panjatan sebaiknya
dilapisi dengan plastic agar tidak kena rayap.

F. Pemeliharaan Tanaman
Bibit yang telah berhasil ditanam maka tetap harus mendapatkna
pemeliharaan secara teratur. Pemeliharaan meliputi pengairan, penulaman
tanaman, pengaturan letak dan pengikatan batang/ cabang, pemupukan susulan,
pemangkasan cabang, serta seleksi bunga dan buah. Proses pemeliharaan
dilakukan sampai memasuki masa panen tanaman buah naga.

1. Pengairan
Umumnya pengairan dilakuka dengan system tadah hujan, namun tanaman
buah naga tetap memerlukan air yang cukup selama pertumbuhannya.
Kekurangan air pada masa vegetatif dapat menyebabkan tanaman layu dan susah
bertunas. Selama masa vegetatif tanaman disiram 1 minggu sekali sampai umur
tanaman 6 bulan.
Masa generatif telah muncul bunga dan buah maka penyiraman dilakukan
10-14 hari sekali. Kekurangan air pada masa generative dapat menimbulkan
kerontokan bunga dan buah yang terbentuk tidak sempurna, namun kelebihan air
pada masa ini akan menyebabkan buah kurang manis dan mudah pecah.
Penyiraman dilakukan pada pagi hari dan sore hari pada pukul 06.00 dan 17.00.
volume pemberian antara 3-5 liter per lubang tanam, penyiraman dilakukan
dengan membasahi sekeliling tanaman hingga kondisi tanah tidak terlalu becek
dan tidak terlalu kering.

2. Penyulaman
Penyulaman berarti mengganti tanaman yang telah mati akibat serangan
hama, penyakit, maupun penyebab yang lain. Tanaman yang disulam biasanya
busuk pangkal batang, tidak tumbuh, kerusakan fisik, dan gejala kerusakan lain
yang menyebabkan tanaman tidak berproduksi dengan baik. Penyulaman
bertujuan agar jumlah tanaman yang dapat berproduksi optimal dan efisiensi lahan
tetap tinggi. Penyulaman biasanya dilakukan seminggu setelah bibit dipindah ke
lapang.

3. Pengikatan Batang atau Cabang


Pengaturan letak batang atau cabang turut berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan tanaman. Pengaturan dilakukan dengan pengikatan batang/ cabang,
pengikatan batang yang terlambat mengakibatkan petumbuhan batang
melengkung dan tidak teratur. Pengikatan dilakukan setiap 20-25 cm pada batang
atau cabang agar batang tetap mengarah ke arah atas. Proses pengikatan sebaiknya
jangan terlalu kencang agar tidak menyebabkan batang terjepit atau patah, dengan
demikian diharapkan akar udara lebih mudah menempel pada tiang rambatan
sehingga memperkokoh tanaman seutuhnya. Pengikatan biasanya dilakukan pada
saat tinggi tanaman 50-60 cm.

4. Pemupukan Susulan
Pupuk ibarat makanan atau nutrisi tambahan bagi tanaman, meskipun
tanah telah menyediakan hara tetapi ketersediaan hara biasanya tidak mencukupi
untuk menunjang perkembangan tanaman selanjutnya. Untuk memenuhinya maka
perlu adanya pupuk susulan (tambahan), untuk penanaman system organik
pemupukan tentu berdeda dengan system penanaman anorganik. Penanaman
organik haya menggunakan bahan-bahan organik saja seperti pupuk kandang dari
kotoran sapi, kambing atau kompos tanpa menggunakan pupuk berbahan kimia
buatan seperti NPK, dan urea. Pupuk kandang diberikan sebangnyak 2-5 kg
pertanaman dengan interval pemberian 2-3 bulan sekali.

5. Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk memperoleh bentuk tanaman yang baik
sehingga akan memperoleh pertumbuhan tanaman yang baik pula, selain itu
pemangkasan dilakukan untuk membuang bagian yang sudah tidak produktif lagi,
seperti cabang kerdil alatu lurus. Bagian yang tidak produktif akan menghambat
pembentukan tunas baru dan buah karena berkompetensi dengan batang produktif
dalam memperoleh hara.
Pemangkasan vegetatif dilakukan untuk membentuk batang dan
percabangan yang baik, sementara pemangkasan generatif dilakukan untuk
membentuk cabang produktif.
6. Seleksi Bunga dan Buah
Tanaman buah naga mulai belajar berbunga pada akhir bulan k3-7 dan ke-
8 setelah tanam di lahan pada cabang produktif akan muncul kuntum bunga
seukuran kelingking. Pada fase ini diperlukan pemupukan tambahan dengan kadar
P dan K yang tinggi seminggu sekali selama 8 minggu, pengairanpun perlu diatur
setidaknya 2 minggu sekali untuk mencegah kerontokan bunga.
Bunga akan muncul lebih dari 1 pada setiap cabang produktif, karenanya
perlu dilakukan seleksi bunga pawa waktu masih kecil. Pertahankan 2-3 bunga
saja per cabang dengan jarak antar kuntum bunga 30 cm, bunga yang
dipertahankan adalah bunga yang besar, sehat, warna cerah, dan segar serta
usahakan yang menghadap ke matahari.

7. Sanitasi Kebun
Salah satu pemeliharaan kebun yang sering terlupakan adalah sanitasi atau
kebersihan kebun. Sanitasi bertujuan untuk mencegah penyebaran hama dan
penyakit, kebun yang kotor akan memudahkan penyakit mudah menyerang
tanaman seperti busuk batang, hama lalat buah dengan mudah bisa menyerang
saat munculnya buah.
Kebersihan kebun bisa dilakukan dengan menyiangi rumput secara teratur
di sekitar penanaman buah naga dan tidak membiarkan sampah menumpuk di
areal penanaman. Penumpukan bekas pangkasan bisa menjadi sarang lalat dan
bekicot.

G. Hama dan Penyakit


1. Hama
Hama yang sering menyerang tanaman buah naga antara lain sebagai berikut:
a. Tungau (Tetranychus sp)
Tungau (Tetranychus sp), berukuran sangat kecil tetapi bersifat pemangsa
segala jenis tanaman (polybag). Serangga dewasa panjangnya sekitar 1 mm
dengan bentuk yang mirip laba-laba dan aktif di siang hari dan siklus hidup
tungau berkisar 14-15 hari. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan cara
disemprot dengan pestisida nabati seperti, nimba, eceng gondok, atau rumput laut
untuk mengendalikan tungau.

b. Kutu kebul
Serangga dewasa berukuran 1-1,5 mm berwarna putih dan sayapnya jernih
ditutupi lapisan lilin yang bertepung, biasanya berkelompok pada bagian
permukaan bawah cabang. Gejala kerusakan biasanya berupa bercak nekrotik
pada cabang akibat rusaknya sel-sel dan jaringan batang. Pengendalian hama ini
bisa dilakukan dengan teknis seperti menanami pinggiran lahan dengan tanaman
jagung atau bunga matahari sebagai pembatas dan memperbanyak populasi agen
hayati, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang terutama bukan family
Solanaceae, seperti tomat, cabai, kentang dan mentimun.

c. Kutu sisik
Hama kutu sisik (Pseudococcus sp.) umumnya berada pada bagian cabang
yang tidak terkena sinar matahari langsung, cabang yang terserang akan terlihat
kusam dan biasanya menyerang pada sela-sela tanaman yang ternaungi.

d. Kutu batok
Hama kutu batok (Aspidiotus sp.) menyerang tanaman dengan menghisap
cairan pada batang atau cabang yang menyebabkan cabang berubah menjadi
berwarna kuning. Pengendaliannya dapat dilakukan menggunakan cara yang sama
dengan kutu kebul dan kutu sisik, atau dengan menyemprotkan larutan belerang
pada batang yang terkena kutu.

e. Bekicot
Hama bekicot sangat merugikan tanaman buah naga karena merusak batang
atau cabang, terutama pada saat musim kemarau. Bekicot menggerogoti sehingga
batang menjadi layu, penyebab hama ini karena sanitasi lingkungan yang kuran
bersih. Pengendaliannya dapat dilakukan secara manual, yaitu mengambil satu
persatu bekicot yang ada.
f. Semut
Pada umumnya, semut akan muncul pada saat tanaman buah naga mulai
berbunga, karena aroma khas yang dikeluarkan bunga akan mengundang semut
berdatangan. Bunga juga menghasilkan zat yang berasa manis, semut mulai
mengerubungi bunga yang baru kuncup dan menyebabkan kulit buah berbintik
biktik cokelat. Pencegahan buah naga dari semut adalah dengan menaburkan
kabur mengelilingi batang utama buah naga.

g. Burung
Gangguan burung pada buah naga umumnya jarang terjadi dan tidak perlu
dikhawatirkan, biasanya burung menyerang buah yang telah matang pata bagian
atas, jika memungkinkan pembungkusan buah dengan plastik atau kain kasa
transparan dapat mencegah serangan burung tersebut.

2. Penyakit
a. Busuk pangkal batang
Menyerang pada awal penanaman dengan gejala berupa pembusukan pada
pangkal batang sehingga mengakibatkan batang berair dan berwarna kecoklatan
dan biasanya diikuti adanya bulu putih di sekitar daerah yang terserang. Busuk
disebabkan karena keadaan yang terlalu lembab sehingga muncul jamur yang
menyebabkan kebusukan yaitu Sclerotium rolfsii Sacc. Penyakit ini sering terjadi
pada bibit stek yang belum tumbuh akar dalam bentuk potongan.
b. Busuk bakteri
Tanaman tampak layu, kusam, terdapat lender putih kekuningan pada tanaman
yang mengalami pembusukan. Disebabkan oleh Pseudomonas sp.,
pengendaliaannya dengan cara mencabut tanaman yang sakit.
c. Fusarium
Penyakit yang disebabkan oleh Fusarium oxysporium Schl, gejalanya antara
lain cabang tanaman berkerut, layu dan busuk berwarna cokelat. Pencegahan
dengan menjaga lahan agar tidak tergenang oleh air, jika sudah terlanjur terserang
maka pangkaslah bagian tanaman dan buang.
H. Memanen Buah Naga
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan panen, misalnya
waktu yang tepat untuk panen, dan cara panen yang benar.

1. Pemanenan buah naga


Musim panen buah naga biasnya diatur pada bulan September hingga
Maret, hal ini berhubungan dengan meningkatnya permintaan kebutuhan saat
Natal, tahun aru Cina, dan hari besar lainnya.
Ciri-ciri buah siap panen:
a. Umur tanaman sejak kuntum bunga hingga berbuah telah mencapai 50-55 hari
b. Pemanenan pada tanaman buah naga dilakukan pada buah yang memiliki ciri-
ciri warna kulit buah merah mengkilap dengan sisik berubah warna dari hijau
menjadi kemerahan.
c. Mahkota buah telah mengecil
d. Kedua pangkal buah keriput (kering)
e. Bentuk buah bulat sempurna dan besar, bobot buah diperkirakan 400-600 g.

2. Waktu panen
Lakukan pemanenan buah naga pada pagi hari (pukul 09.00-11.00) atau
sore hari (15.00-17.00), sebaiknya dilakukan pada cuaca yang cerah.

3. Cara pemanenan
Tahap-tahap pemanenan buah naga adalah:
1. Kenakan sarung tangan saat akan memetik buah agar tidak melukai kulit buah.
2. Siapkan gunting pangkas ranting yang salah satu sisinya tajam untuk
memanen buah.
3. Potong buah pada tangkainya tanpa merusak percabangan yang merupakan
letak buah tersebut.
4. Untuk buah yang memiliki tangkai panjang maka pemetikannya lebih mudah,
potong tangkai buah antara buah dan cabang kemudian buang tangkainya.
5. Usahakan buah yang telah dipanen tidak terjatuh, bila pohon mulai meninggi
maka pemanenan bisa dibantu dengan menggunakan tangga.
6. Bungkus buah yang telah dipanen dengan koran atau langsung dimasukkan ke
dalam kotak. Tujuannya untuk mencegah gesekan atau benturan antar buah
yang dapat menyebabkan buah memar.
7. Letakkan buah pada posisi berdiri dengan tangkai buah menghadap bawah.
8. Lapisi setiap lapisan buah dengan bantalan yang sama, tinggi tumpukan buah
hendaknya tidak terlalu tinggi yakni cukup 2-3 susun saja.
Kelas sortasi:
 Super, bobot buah > 500 g
 Kelas A, bobot buah 400-500 g
 Kelas B, bobot buah 300-400 g
 Kelas C, bobot buah <300 g
Untuk memudahkan penyortiran selain timbangan juga bisa dengan
menggunakan gelang yang dibuat sendiri dari kawat atau plastik yang disesuaikan
dengan ukuran masing-masing kelas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejak masuk ke Indonesia pada tahun 2000-an pamor buah naga kian
memuncak, pada awalnya buah naga berdaging putih yang banyak ditemukan
dipasaran namun seiring dengan waktu pamor buah naga berdaging putih mulai
redup, dan buah naga warna merah yang semakin banyak diminati. System
perawatan pada tanaman buah naga harus sangat diperhatikan, apalagi bagi
tanaman bibit, pengairan yang kurang sesuai dengan prosedur maka akan merusak
tanaman.
Pengairan tanaman yang berlebihan dapat menyebabkan keadaan tanah
menjadi lembab dan akan tumbuh jamur perusak batang bawah yang
menyebabkan batang tersebut menjadi busuk. Sanitasi kebun juga merupakan
salah satu unsur pemeliharaan yang penting, karena tujuannya adalah untuk
mencegah penyebaran hama dan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pemuliaan Tanaman. http://id.wikipedia.org . Diakses pada


tanggal 3 Desember 2012.
Dahana, K. dan Warisno. 2010. Buku Pintar, Bertanam Buah Naga (di kebun,
pekarangan, dan dalam pot). Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Deptan. 2003. Pengembangan Agribisnis Buah Naga (Dragon Fruit) Indonesia
dalam Mencapai Pasar Ekspor.
http://agribisnis.deptan.go.id/index.php?files=berita_detail&id=412 . Diakses
pada tanggal 3 Desember 2012.
Hardjadinata, S. 2010. Budidaya Buah Naga Super Red Secara Organik. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Kristanto, D. 2003. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Mahadianto, Nur. 2007. Budidaya Buah Naga (Dragon Fruit).
http://agribisnis.deptan.go.id. Diakses Pada Tanggal 3 Desember 2012.
Simatupang, L. 2007. buah Naga Segar dan Nikmat.
http://food_details.php. Diakes pada tanggal 3 Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai