Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR

MULTIPLE CROPPING DALAM PERTANIAN


BERKELANJUTAN

OLEH:
RICKY ZULHAM
NIM. 1906156433

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
ii
PENGARUH SAYATAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
KELAPA (Cocos nucifera L.)

RICKY ZULHAM
NIM. 1906156433

Melakukan

Praktikan

RICKY ZULHAM
NIM. 1906156433

Mengetaui
Asisten
praktikum

ISTYA
BUDIYANTO
1806124741
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis atas kehadirat Allah SWT karena karunia, rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul

“PENGARUH SAYATAN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA

(Cocos nucifera L.)”. Laporan ini diajukan sebagai syarat mengikuti ujian akhir

praktikum.

Penulisan Laporan Akhir ini juga tidak luput dari bantuan, bimbingan dan

dukungan moril dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada Asisten Praktikum Teknologi Produksi

Tanaman Perkebunan dan Industri Ekosistem Sub-Optimal I , sebagai

pembimbing yang membimbing penulis dalam penulisan Laporan Akhir ini.

Semua pihak yang terlibat dan telah membantu dalam penyelesaian Laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Akhir ini tidak lepas dari

kesulitan, hambatan dan tantangan yang menjadikan Laporan Akhir ini tidak

lepas dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan yang akan menyempurnakan Laporan Akhir ini.

Pekanbaru, 20 November 2021

Maulana Ishak

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................ 5
DAFTAR TABEL....................................................................................................6
I. PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................2
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Tanaman Kelapa............................................................................................3
2.2 Peranan Sayatan pada Pembibitan kelapa......................................................7
III. METODOLOGI................................................................................................. 9
3.1 Tempat dan Waktu......................................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................... 9
3.3 Metode Penelitian..........................................................................................9
3.4 Pelaksanaan Penelitian.................................................................................10
3.5 Pengamatan pembibitan kelapa....................................................................10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................11
4.1 Umur Muncul Tunas....................................................................................11
4.2 Tinggi Tunas................................................................................................ 11
4.3 Diameter Batang.......................................................................................... 13
V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................14
5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 14
5.2 Saran............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15
LAMPIRAN........................................................................................................... 17

5
DAFTAR TABEL

Table 1. Hari pertumbuhan tunas pertama.............................................................11

Table 2. Pengamatan tinggi tunas..........................................................................11

Table 3. Pengamatan diameter pangkal tunas........................................................13

6
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa merupakan komoditi ekspor dan dapat tumbuh

disepanjang pesisir pantai khususnya, dan dataran tinggi serta lereng gunung pada

umumnya. Buah kelapa yang menjadi bahan baku minyak disebut kopra. Dimana

kandungan minyaknya berkisar antara 60 – 65 %. Sedang daging buah segar

(muda) kandungan minyaknya sekitar 43 %. Minyak kelapa terdiri dari gliserida,

yaitu senyawa antara gliserin dengan asam lemak. Kandungan asam lemak dari

minyak kelapa adalah asam lemak jenuh yang diperkirakan 91 % terdiri dari

Caproic, Caprylic, Capric, Lauric, Myristic, Palmatic, Stearic, dan Arachidic, dan

asam lemak tak jenuh sekitar 9 % yang terdiri dari Oleic dan Linoleic. (Warisno,

2003)

Kandungan asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam minyak kelapa

dapat mengakibatkan ketengikan pada minyak yang disimpan dalam waktu

tertentu tanpa pengawetan. Cengkeh memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi

sehingga dapat mengatasi ketengikan minyak kelapa karena zat antioksidan

tersebut mampu memutus ikatan rangkap persenyawaan peroksida sehingga

bilangan peroksida pada minyak dapat diturunkan. Dengan diturunkannya

bilangan peroksida maka kesempatan persenyawaan peroksida untuk membentuk

persenyawaan yang dapat menimbulkan ketengikan semakin kecil.

Nakatani (1992) telah merangkum hasil penelitian dari beberapa peneliti

dunia dan menyebutkan bahwa tumbuhan rosemary dan sage memiliki

antioksidan efektif untuk memperlambat kerusakan oksidatif pada lemak babi,

1
begitu pula antioksidan dari tumbuhan thyme, oregano, pala, bunga pala dan

kunyit. Sementara cengkeh memiliki aktivitas antioksidan paling tinggi didalam

emulsi minyak dalam air dibanding kunyit, bunga pala, rosemary, pala, jahe,

oregano, dan sage.

Pembibitan kelapa dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembibitan

pendahuluan (prenursery) dan pembibitan utama (main-nursery). Pre-nursery

dilakukan dengan sistem pengecambahan di tanah atau dengan sistem gantung.

Main-nursery dilakukan dengan memindahkan kecambah pada media polybag

dan bibit dipelihara sampai siap tanam atau menjadi bibit siap salur. Pelaksanaan

pembibitan kelapa harus disesuaikan dengan rencana waktu penanaman bibit di

lapang. Lama kegiatan pembibitan kelapa tergantung jenisnya: kelapa genjah

berlangsung 9-10 bulan, kelapa hibrida 10-11 bulan, dan kelapa dalam 11-12

bulan.

Pada buah kelapa dibuat sayatan pada bagian dekat tangkai buah yaitu

pada tonjolan yang berhadapan dengan sisi buah terlebar. Sayatan tersebut

berfungsi untuk mempermudahkan peresapan air dan mempermudah jalannya

pertumbuhan plumula. Untuk itu pada praktikum kali ini kita akan meberikan

perlakuan penyayatan pada bibit kelapa dengan ukuran sayatan yang berbeda-

beda.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh sayatan pada

kelapa dengan varian 0 cm, 3 cm, 5 cm, dan 7 cm, dan mengetahui perlakuan

sayatan yang efektif dalam pembibitan tanaman kelapa.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) disebut juga tanaman serbaguna,

karena dari akar sampai ke daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan

buahnya. Buah adalah bagian utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai

bahan baku industri. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu sabut

kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa dan air kelapa. Daging buah

adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai

ekonomi tinggi. Sedangkan air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by

product) dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang nilai

ekonominya tidak kalah dengan daging buah (Lay dan Pasang, 2003; Maurits,

2003; Nur et al., 2003).

Kelapa (Cocos nucifera) adalah tanaman yang sangat banyak ditemukan

di daerah tropis. Kelapa sangat popular di masyarakat karena memiliki banyak

manfaat bagi kehidupan manusia. Beragam manfaat tersebut diperoleh dari kayu,

daun, daging buah, air kelapa, sabut, dan tempurung (Muhammad dan Joko,

2012).

Tanaman kelapa memiliki, Kingdom: Plantae, Subkingdom : Tracheobiont

a, Superdivisi : Spermatophyta, Divisi : Magnoliophyta, Kelas : Liliopsida,

Subkel as : Arecidae, Ordo: Arecales, Famili: Arecaceae, Genus: Cocos, Spesies:

Cocos nucifera L. (Fauzi.2007).

Kelapa merupakan salah satu keluarga Palmae. Tanaman ini memiliki

batang yang lurus dan umumnya tidak bercabang. Tanaman kelapa merupakan

3
tanaman monokotil dengan bentuk akar serabut dan daun yang menyirip.

Sedangkan bunga tanaman ini terletak diantara ketiak daunnya yang disebut

mayang (Palungkun, 2001).

2.1.1 Varietas Kelapa Dalam


Tanaman kelapa terdiri atas banyak jenis, karena pada umumnya

dihasilkan dari penyerbukan silang dan sudah sejak lama diusahakan oleh

manusia. Secara umum, kelapa dibagi menjadi tiga golongan yaitu kelapa dalam

(tall variety), kelapa genjah (dwarf variety), dan kelapa hibrida yang merupakan

persilangan antara varietas dalam dengan varietas genjah.

Kelapa genjah disebut kelapa kerdil, kelapa puyuh atau kelapa babi.

Kelapa ini mulai berbuah pada umur 3-4 tahun. Buahnya kecil-kecil, berat

rataannya 1 kg dan daging buahnya 400 gram. Sebutir kelapa menghasilkan 150

kopra. Batang kelapa ini berukuran kecil dan pangkal batangnya tidak besar.

Umur kelapa genjah rata-rata 50 tahun (Soedijanto, 1991). Kelapa genjah

berdasarkan sifatnya dibagi 5 yaitu : kelapa gading, kelapa raja, kelapa puyuh,

kelapa raja malabr, kelapa hias. Kelapa dalam berdasarkan sifatnya dibagi 6 yaitu

: kelapa hijau, kelapa merah, kelapa manis, kelapa bali, kelapa kopyor dan

kelapa lilin (Wahyuni, 2000).

2.1.2 Morfologi Tanaman Kelapa

a. Akar

Akar kelapa merupakan akar serabut yang berjumlah sekitar 2000 – 4000

helai tergantung pada kesuburan tanah, iklim dan kesehatan tanaman. Bagian

dasar dari batang kelapa bentuknya membesar, kemudian dibagian dalam tanah

4
menciut lagi sehingga merupakan kerucut terbalik. Bagian ini disebut “bole” atau

“root bulb”. Dari bulb ini keluar akar primer yang berbentuk bulat dan

memanjang.

Akar primer ini sebagian tumbuh mendatar dekat permukaan tanah,

kadang-kadang mencapai panjang 10-15 meter dan sebagian lainnya tumbuh ke

dalam tanah sampai 3-5 meter, tetapi tidak mampu menembus lapisan yang keras.

Akar mula-mula berwarna putih kemudian merah coklat bila sudah tua. Akar

primer berukuran tebal rata-rata 1 cm.

Dari akar primer keluar akar sekunder dan selanjutnya muncul lagi akar

tersier yang fungsinya benar-benar untuk menghisap unsur hara dan air.

Pembumbunan pangkal batang kelapa akan merangsang keluarnya akar tambahan

yang disebut akar adventif, yang bila masuk ke dalam tanah berfungsi sebagai

akar biasa. Akar-akar adventif ini kadang-kadang tumbuh keluar dari bagian

batang bekas luka.

b. Batang

Umumnya batang pohon kelapa tumbuh lurus ke atas, kecuali pada pohon

kelapa yang tumbuh di tempat-tempat tertentu seperti di pinggir sungai, tebing

dan lain-lainnya batang akan tumbuh melengkung kearah matahari. Batang

berangsur-angsur memanjang. Di sebelah ujung berturut-turut tumbuh daun-daun

yang berukuran besar dan lebar. Pada tingkat pertumbuhan tertentu, dari ketiak-

ketiak daun secara berangsur-angsur keluar karangan bunga. Batang kelapa

berwarna kelabu, licin dan tinggi batang dapat mencapai 20 meter hingga dengan

garis tengah 20 cm hingga 30 cm, tergantung varietas, iklim, tanah, dan jarak

tanam.

5
c. Daun

Daun kelapa terdiri atas tangkai (petiole) dan pelepah daun (rachis). Pada

pelepah terdapat helai daun atau leaflets yang di tengahnya berlidi (midrib).

Panjang helai daun berbeda-beda, tergantung pada posisinya. Helai daun yang

terdapat di tengah sumbu daun berukuran lebih panjang dibanding yang tumbuh

di pangkal atau ujung sumbu daun.

Daun kelapa tersusun melingkar membentuk spiral. Arah spiral dapat

kekiri atau kekanan tergantung posisi dari tandan buah terhadap pelepah daun.

Bila tandan buah berada di sebelah kanan pelepah daun, maka arah spiral kekiri

dan sebaliknya. Dari daun yang satu ke daun berikutnya membentuk sudut 140o

atau 2/5 lingkaran yang berarti setiap lima daun membentuk dua lingkaran dan

setiap enam daun berurutan akan berada pada satu garis lurus.

d. Bunga

Tanaman kelapa mulai berbunga berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada

kelapa Genjah kira-kira setelah 3-4 tahun. Kelapa Dalam 4-8 tahun dan kelapa

Hibrida berkisar 4 tahun. Dari ketiak daun tumbuh manggar (mayang) yang masih

tertutup seludang (spadix). Mayang adalah tangkai bunga yang bercabang-

cabang, dimana tumbuh banyak bunga yang berwarna putih kekuningan.

Kelapa adalah tanaman berumah satu. Pada pangkal cabang tumbuh bunga

betina, kemudian menyusul bunga jantan pada bagian atasnya. Bunga betina

maupun bunga jantan melekat pada cabang. Bunga-bunga tersebut tidak

bertangkai (duduk). Tiap satu cabang tumbuh satu sampai dua buah bunga betina

sedang bunga jantan berjumlah cukup banyak, yaitu sekitar 150 sampai 200 buah.

6
e. Buah

Buah kelapa tersusun atas: Kulit luar (Epicarp), Sabut (Husk), Tempurung

(Shell), Daging Buah (Albumen), Air kelapa. Buah mencapai ukuran maksimal

sesudah berumur 9 – 10 bulan dengan berat 3-4 kg berisi cairan 0,3-0,4 liter. Pada

umur 12-14 bulan buah telah cukup masak, tetapi beratnya turun menjadi 1,5 –

2,5 kg dan pada umur ini buah siap untuk dipanen atau gugur bila dibiarkan terus.

Buah mengalami perkembangan yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

Tahap I : Pertumbuhan lebih mengarah kepada pemanjangan buah, pertambahan

luas sabut dan tempurung. Tahap ini berlangsung empat sampai lima bulan.

Tahap II : Pertumbuhan lebih mengarah kepada pelebaran buah, sabut dan

tempurung. Enam sampai delapan bulan buah mulai terbentuk.

Tahap III : Pertumbuhan memanjang sampai buah menjadi masak, penebalan

daging buah dan sabut berubah warna menjadi kecoklatan.

2.2 Peranan Sayatan pada Pembibitan kelapa

Pembibitan pada kelapa dibagi menjadi kedalam dua tahap, yaitu terdapat

tahap pre-nursery (PN) serta main nursery (MN). Pre-nursery dilakukan dengan

sistem pengecambahan di tanah atau dengan sistem gantung. Main-nursery

dilakukan dengan memindahkan kecambah pada media polybag dan bibit

dipelihara sampai siap tanam atau menjadi bibit siap salur. Pada tahap pre-nursery

dengan sistem pengecambahan ditanah, meliputi tahap persiapan benih, dimana

dalam persiapan benih, terdapat kegiatan penyayatan benih tanaman kelapa.

Sebelum benih disemaikan, terlebih dahulu harus disayat. Bagian pada benih

7
kelapa yang disayat ialah pada benihkelapa pada bagian dekat tangkai buah yaitu

pada tonjolan dengan sisi buah terlebar.

Dalam pembibitan kelapa sering diberikan perlakuan dengan melakukan

penyatan pada bibit kelapa, lebih tepatnya pada sabut kelapa. Perlakuan ini

ditujukan untuk mempermudah penyerapan air ke dalam benih, sehingga akan

mempercepat pertumbuhan plumula. Hati-hati menyayat benih yang sudah agak

lama dalam perjalanan sejak panen (2 bulan), karena mata tunas bisa ikut tersayat.

Teknik sayatan dapat dibantu dengan menarik keatas sebagian sabut yang disayat.

8
III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Lokasi Praktikum pembibitan kelapa dilakukan di Halaman rumah dan

halaman kos, yang bertempat di Kecamatan Kerinci kanan, Kabupaten siak serta

Kecamatan Tampan, Pekanbaru Riau. Waktu pelaksanaan kegiatan pembibitan

kelapa ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan, dimulai tanggal 2 Oktober

2021 pukul 08.00 WIB sampai dengan selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cangkul, parang, polybag,

tali raffia, naungan(Paranet 70%) , kayu sebagai pancang(2 dengan panjang 120

cm dan 2 lagi dengan panjang 100 cm), dan pisau sebagai alat sayat. Sedangkan

bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tanah dan benih kelapa. Dalam

praktikum ini jenis kelapa yang digunakan ialah varietas kelapa genjah.

Sedangkan dalam proses perawatan dan pemeliharaan, bahan dan alat yang

digunakan ialah gembor dan air untuk penyiraman.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian dilaksanakan secara pengamatan dengan menggunakan

metode rancangan acak lengkap (RAL) faktorial, yang terdiri dari 4 perlakuan

dengan 1 ulangan sehingga diperoleh 4 unit percobaan. Perluan yang digunakan

pada masing-masing unit percobaan adalah :

 S0 : sayatan nol (0) cm

 S1 : sayatan tiga (3) cm

9
 S2 : sayatan lima (5) cm

 S3 : sayatan tujuh (7) cm

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pembukaan lahan dan pembuatan naungan

 Dilakukan pembukaan lahan dengan cara manual yaitu dengan


menggunakan cangkul dan parang

 Dibersihkan seluruh gulma yang ada pada areal lahan tersebut.

 Buat sebuah petakan diatas tanah se luas 1x1 m , dan pancang tiap
sisinya dengan kayu dengan panjang 120 cm menghadap timur dan 100
cm menghadap barat

 Pasang paranet 70% sebagai naungan.

3.3.2 Pembibitan kelapa

 Dipilih kelapa untuk dijadikan bibit.

 Dilektakkan kelapa didalam ember berisi air hingga mengapung.

 Ditandai bagian atas kulit buah yang akan disayat.

 Disayat kulit buah dengan ukuran lebar 5cm dan 2cm kedalaman.

 Isi polybag dengan tanah sampai full.

 Lalu Ditanam bibit kelapa pada polybag sedalam 2/3 bagian


buah dengan sayatan menghadap ke timur.

 Disusun secara teratur dengan jarak antar buah dalam barisan 5 -10cm

3.5 Pengamatan pembibitan kelapa

 Diamati setiap minggu setelah penanaman .

 Dicatat berapa jumlah bibit yang berhasil tumbuh serta foto


bibit tersebut untuk bukti dokumentasi.

10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umur Muncul Tunas

Table 1. Hari pertumbuhan tunas pertama

Perlakuan Hari Tumbuh Tunas


Tanpa sayatan 34 HST
Sayatan 3 cm 34 HST
Sayatan 5 cm -
Sayatan 7 cm -
Data : Ricky Zulam sayatan 0 dan 3, Novrialdi sayatan 5 cm dan 7 cm

Praktikum ini dilakukan pengamatan pada kelapa yang sudah ditanam


sekitar 6 minggu yang lalu dan didapatkan hasil yaitu terjadi pertumbuhan tunas
kelapa pada perlakuan tanpa sayatan yang tumbuh pada hari ke 34, Kemungkinan
hal ini terjadi karena plumule lebih mudah untuk muncul karena tidak tertutup
oleh sabut maka dari itu plumule baru muncul dan juga benih memenuhi kriteria
benih yang baik. Bibit bermutu merupakan bibit yang mampu beradaptasi dan
tumbuh baik ketika ditanam pada suatu tapak yang sesuai dengan karakteristik
jenisnya (Mattson, 1996; Wilson dan Jacobs, 2005).

4.2 Tinggi Tunas

Table 2. Pengamatan tinggi tunas

Perlakuan Tinggi Tunas Hari Ke


Tanpa sayatan 21 cm 42 HST
Sayatan 3 cm 6 cm 42 HST
Sayatan 5 cm - -
Sayatan 7 cm - -
Data : Ricky Zulham 0 dan 3, Novrialdi sayatan 5cm dan 7 cm

11
Pada pengamatan panjang tunas hari ke 42 , alat yang digunakan adalah

penggaris dengan cara mengkur dari pangkal tunas ke ujung tunas, dan didapatkan

hasil, yaitu pada perlakuan tanpa sayatan didapatkan tinggi tunas 13 cm, pada

perlakuan sayatan 3 cm didapatkan tinggi tunas 6 cm, pada perlakuan sayatan 5

cm didapatkan tinggi tunas 0 cm dan pada perlakuan sayatan 7 cm didapatkan

tinggi tunas 0 cm.

Penyayatan bertujuan untuk memudahkan masuknya air kedalam sabut,

memudahkan pemeriksaan kejenuhan air yang diserap sabut pada waktu

penyiraman, memudahkan dan menyeragamkan pertumbuhan tunas. Hal ini

sesuai dengan pernyataan dari Kementrian Pertanian (2014) menyatakan bahwa

masuknya air berperan mempercepat tumbuhnya tunas (plumule dan radikula)

karena air berfungsi sebagai aktivator enzim.

Setiap tanaman yang ditanam tidak akan terlepas dari masalah Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). OPT dapat mengganggu tumbuhnya tanaman

sehingga hasilnya tidak akan maksimal. Pengolahan lahan juga dapat berfungsi

untuk mencegah timbulnya OPT (Sutanto, 2012). Pada tiap harinya perawatan

tanaman kelapa tetap dilakukan. Perawatan pada tanaman dilakukan unntuk

menjaga lingkungan tumbuh dari tanaman tetap optimal dalam mendukung

pertumbuhan dari tanaman yang dibudidayakan. Kegiatan perawatan tanaman

yaitu penyiraman, penyiangan, dan pembubunan. Kegiatan ini juga berlaku untuk

tanaman kelapa yang sudah ditanam sebelumnya. Terdapat kendala yaitu

serangan OPT pada minggu ini yang menyebabkan tunas sayatan 5 cm jadi

berkurang dan tidak tumbuh optimal.

12
4.3 Diameter Batang

Table 3. Pengamatan diameter pangkal tunas

Perlakuan Diameter Pangkal Hari Ke


Tanpa sayatan 4 cm 42 HST
Sayatan 3 cm 2 cm 42 HST
Sayatan 5 cm - -
Sayatan 7 cm - -
Data : Ricky Zulam sayatan 0 dan 3, Novrialdi sayatan 5cm dan 7 cm

Pada pengamatan diameter lingkar tunas, alat yang digunakan adalah

penggaris dan tali dengan cara melilitkan tali ke pangkal tunas kelapa dan

mengukur panjang tali yang bisa melilit tunas kelapa tersebut, dan didapatkan

hasil, yaitu pada perlakuan tanpa sayatan didapatkan diameter 3,5 cm, pada

perlakuan sayatan 3 cm didapatkan diameter 2 cm, pada perlakuan sayatan 5 cm

didapatkan diameter tunas 0 cm dan pada perlakuan sayatan 7 cm didapatkan

diameter tunas 0 cm.

Hal ini bisa disebabkan karena faktor genetik dan lingkungan. Menurut

Setyamidjaja (2006) menyatakan pertambahan diameter plumule bisa disebabkan

oleh faktor genetik yakni adanya kandungan hormon auksin yang dapat

menyebabkan pemanjangan dan perbesaran sel sehingga bertambahnya ukuran

diameter batang.

13
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kegiatan praktikum ini didapatkan hasil pengamatan tanaman yaitu dengan

stidak di sayat mengalami pertumbuhan tinggi tunas 21 cm dan diameter pangkal

5 cm pada hari ke 42 setelah penanaman dan pada sayatan 6 cm tidak mengalami

pertumbuhan tinggi tunas 0 cm dan diameter pangkal 0 cm pada hari ke 42

setelah penanaman. pemeliharaan pada bibit tanaman kelapa yang sudah ditanam.

Pemeliharaan bibit meliputi pembersihan gulma dipolybag dan penyiram kelapa

secukupnya karena akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa.

Dilihat bahwa faktor iklim dan intensitas cahaya sangat berpengaruh dlam

proses pertumbuhan plumule yang mana jika kurangnya faktor-faktor tersebut

akan mengakibatkan lamanya pertumbuhan plumule pada bibit kelapa.

5.2 Saran

Dalam melakukan penyiangan gulma harus dilakukan secara berkala

sehingga gulma tidak tumbuh dan menghambat pertumbuhan dari bakal bibit

kelapa hibrida. Penyiraman dilakukan secukupnya agar air tidak tergenang.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar. 2014. Database

Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat. Padang.

Djoehana Setyamidjaja 2006. Seri Budidaya Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya,

Panen, Pengolahan. Yogyakarta.

Fauzi, Yustina, Iman, Rudi. 2007. Kelapa sawit Budi Daya Pemanfaatan Hasil &

Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Khairina, Evi. 1996. Budidaya Dan Pengolahan Hasil Kelapa Sawit. Di PT.

PP.London Sumatra Indonesia Bah Lias Estate Sumatra Utara Laporan

Pengalaman Praktek Mahasiswa(PKPM). Politeknik Pertanian Unoversitas

Andalas Tanjrm Pati.

Mattson, A. 1996. Predicting Field Performance Using Seedling Quality

Assessment. New Forests. 13:223-248.

Muhammad, M. A. N. and Joko M., (2012), VCO Production from Fresh Old

Coconut Bunch by Circulating and Pumping Method, Journal of

Renewable Energy Development, 1 (2012):28-31.

Nakatani, N. 1992. Natural Antioxidants From Spices. Dalam M.T. Huang; C.T.

Ho; C.Y. Lee, editor. Phenolic Compounds in Food and Their Effects on

Health. American Society: Washington DC.

Pahan, l. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari

Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya.

Palungkun, R., 2001, Aneka Produk Olahan Kelapa, Cetakan ke Sembilan,

Penebar Swadaya, Jakarta.

15
Setyamidjaja, Djoehana. 1986. Bertanam Kelapa Hibrida. Yogyakarta. Kanisius.

Soedijanto. 1991. Kelapa. CV. Yasaguna Anggota IKAPI : Jakarta.

Sutanto, R. 2012. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta : Penerbit Kansius.

Tenda, E.T dan Kaumanuang, J. 2007. Keragaman Fenotipik Kelapa Dalam di

Kabupaten Pacitan, Tulungagung dan Lumajang Jawa Timur. Buletin

Palma 32: 22-29.

Wahyuni, Mita Ir., 2000, Bertanam Kelapa Kopyor, Penebar Swadaya,

Jakarta. Warisno, 2003, “Budi Daya Kelapa Genjah”, Kanisius, Yogyakarta,

hal 15 -16.

16
LAMPIRAN

Gambar 2. Penyiraman rutin


Gambar 1. Penyiangan gulma

Gambar 3. Pengukuran tinggi


tunas sayatan 25cm yang Gambar 4. Pengukuran tinggi tunas
terserang OPT sayatan 3 cm

17
18

Anda mungkin juga menyukai