Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

ANALISIS STUDI KELAYAKAN MINYAK KELAPA DI DESA TUWAGOETOBI

KECAMATAN WITIHAMA

KABUPATEN FLORES TIMUR

OLEH

ANSELAUS PEHAN PERAN

1804070034

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat,bimbingan, dan penyertaan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini
dengan baik. Judul proposal ini adalah “Analisis Studi Kelayakan Minyak Kelapa di Desa
Tuwagoetobi Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur”

Proposal ini berisi tentang studi kelayakan dari usaha minyak kelapa yang
mencakup aspek pasar, aspek yuridis, aspek teknis/produksi/fisik/pelayanan, aspek
pengelolaan, aspek social dan kingkungan dan aspek finansial . Proposal ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Analisa Proyek Pembangunan Kehutanan

Penulis menyadari bahwa pembahasan dalam proposal ini masih belum terlalu sempurna,
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi proposal ini sehingga
dapat menjadi acuan referensi selanjutnya.

Kupang, Mei 2021


DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................

1.1 Latar Belakang............................................................................................................

BAB II ASPEK PASAR.....................................................................................................………

2.1 Perkembangan Pasar.....................................................................................................


2.2 Pangsa Pasar..................................................................................................................
2.3 Strategi Pemasaran........................................................................................................

BAB III ASPEK YURIDIS............................................................................................................

3.1 Produk.............................................................................................................................

3.2 Badan Hukum Usaha.....................................................................................................

3.3 Kegiatan Usaha..............................................................................................................

BAB IV ASPEK TEKNIS / PRODUKSI / FISIK /PELAYANAN.............................................

4.1 Keadaan Lokasi Usaha.................................................................................................

4.2 Proses Produksi.............................................................................................................

BAB V ASPEK PENGELOLAAN.................................................................................................

5.1 Pola Pengeloaan Usaha..................................................................................................

5.2 Struktur Organisas........................................................................................................

5.3. Kebutuhan Tenaga Kerja.............................................................................................

BAB VI ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN.........................................................................

6.1. Dampak terhadap masyarakat....................................................................................

6.2. Dampak terhadap masyarakat....................................................................................


BAB VII ASPEK FINANSIAL.......................................................................................................

7.1. Kebutuhan biaya investasi...........................................................................................

7.2.Kebutuhan modal kerja................................................................................................

7.3 Sumber Pendanaan........................................................................................................

7.4 Analisa Kelayakan.........................................................................................................


Kelayakan usaha:

Jenis Usaha : Minyak Kelapa

Desa/Kelurahan           :Tuwagoetobi

Kecamatan/Kabupaten  :Witihama/Flores Timur


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa telah dikenal lama sejak zaman peradaban umat manusia dan diketahui dapat
tumbuh di daerah tropis. Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos
dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya
oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir.
Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Ada tiga teori yang
menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori yang pertama memperkirakan tanaman
kelapa adalah tanaman yang tumbuh di Amerika, teori yang kedua beranggapan bahwa tanaman
kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah, dan teori yang ketiga beranggapan
bahwa tanaman kelapa tumbuh dan berasal dari suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia,
atau mungkin daerah Pasifik Barat1 .

Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa (Cocos
nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub-Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)

Ordo : Palmales

Familia : Palmae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Penggolongan varieties kelapa pada umunya didasarkan pada perbedaan umur pohon
mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah, serta sifat-sifat khusus yang lain.
Kelapa adalah tanaman serbaguna. Seluruh bagian tanaman kelapa bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Itulah sebabnya tanaman ini telah ratusan tahun dikenal di seluruh
kepulauan nusantara. Kelapa dapat tumbuh di semua jenis tanah. Hal ini terbukti dengan adanya
tanaman kelapa rakyat yang tumbuh di tanah pekarangan, pertamanan, tempat rekreasi, di
pematang sawah dan di kebun bercampur baur dengan macam tanaman lain serta kelapa dapat
juga tumbuh di sungai dan lain-lain2 . Bagi perkebunan atau perusahaan yang akan mendirikan
perkebunan kelapa, memerlukan pertimbangan dan syarat tanah tertentu agar pertumbuhan

Tanaman kelapa merupakan komoditi ekspor dan dapat tumbuh disepanjang pesisir
pantai khususnya, dan dataran tinggi serta lereng gunung pada umumnya. Buah kelapa yang
menjadi bahan baku minyak disebut kopra. Dimana kandungan minyaknya berkisar antara 60 –
65 %. Sedang daging buah segar (muda) kandungan minyaknya sekitar 43 %. Minyak kelapa
terdiri dari gliserida, yaitu senyawa antara gliserin dengan asam lemak. Kandungan asam lemak
dari minyak kelapa adalah asam lemak jenuh yang diperkirakan 91 % terdiri dari Caproic,
Caprylic, Capric, Lauric, Myristic, Palmatic, Stearic, dan Arachidic, dan asam lemak tak jenuh
sekitar 9 % yang terdiri dari Oleic dan Linoleic.

Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia


berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika.
Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun akan
mengalami pelambatan pertumbuhan

Kelapa merupakan komoditas yang strategis dalam kehidupan masyarakat Indonesia


karena perannya yang besar meliputi social, budaya, sumber pendapatan dan lain sebagainya.
Prakosa (2002) menyatakan bahwa, permasalahan yang dihadapi oleh agribisnis perkelapaan
cukup kompleks. Peran kelapa sebagai bahan baku minyak goreng pada saat ini sudah tergeser
oleh kelapa sawit yang harganya relatif lebih murah. sehingga kurang peluang untuk
memperoleh tambahan pendapatan ataupun nilai tambah dari hasil usaha. Keterkaitan subsistem
budidaya (on-farm) dengan input dan pengolahan output (off-farm) masih jauh dari keterpaduan.
Akibatnya, peluang menciptakan efisiensi dan nilai tambah tidak dapat diraih secara optimal.
BAB II
ASPEK PASAR

2.1 Perkembangan Pasar

Untuk menghasilkan bahan baku utama berupa daging buah untuk di olah menjadi
minyak sebanyak 10 ton dibutuhkan kelapa sebanyak 2.000 butir pertahun.

Meskipun pemasaran minyak kelapa dihadapkan dengan produk subtitusinya, yaitu


minyak goreng kelapa sawit, namun dengan mengedepankan kualitas produk, minyak kelapa
tetap dapat bersaing dengan minyak kelapa sawit. Selisih harga minyak goreng sawit dan minyak
goreng kelapa tidak terlalu besar. Pada harga minyak goreng sawit di Kabupaten Flores Timur
sebesar Rp 15.000/liter, harga minyak kelapa sebesar Rp 17.000/liter. Dengan demikian minyak
kelapa memiliki peluang pemasaran yang cukup besar di tengah konsumsi minyak goreng yang
ada.

2.2 Pangsa Pasar

Distribusi pemasaran minyak kelapa ditetapkan 70 % untuk tujuan ekspor ke pasar di luar
kecamatan dan 30 % untuk memenuhi kebutuhan dalam kecamatan. Sedangkan inti kelapa
seperti sabut kelapa dan temburung kelapa seluruhnya dipasarkan di dalam kecamatan.

2.3 Strategi Pemasaran

Terkait dengan strategi pemasaran produk olahan kelapa yang dihasilkan di desa
tuwagoetobi ini, Program pemasaran meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi. Produk
yang dihasilkan adalah minyak goreng yang dikemas menggunakan plastik higienis (Refill).
Agar layak edar dan aman bagi kesehatan manusia maka produk ini nantinya akan dilengkapi
dengan sertifikat halal dari pemerintah desa Tuwagoetobi, dan izin Departemen Kesehatan.
Produk ini akan dikemas dalam 2 ukuran yakni 1 liter/sachet dan 2 liter per sachet. Oleh karena
produk ini tergolong baru maka pihak sentra usaha akan memperhatikan kualitas meliputi
kejernihan, ketengikan, warna dan rasa agar dapat bersaing dengan minyak kelapa sawit.

Harga jual akan ditetapkan oleh sentra industri denga mengacu pada biaya produksi
sebagai harga dasar per liter lalu ditambah margin 10%. penetapan harga diupayakan lebih
murah dibanding produk minyak kelapa sawit yang beredar di pasar Kabupaten Banggai.
Promosi yang akan dilakukan dengan mengikuti pameran yang diselenggarakan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banggai, dan menerapkan program promosi sales call
yakni menawarkan produk secara langsung ke masyarakat yang berada di Kecamatan Witihama
maupun di sekitar kecamatan Witihama. Produk minyak kelapa akan menggunakan jalur
distribusi ganda yakni secara langsung ke masayarakat sekitar sentra industri di Kecamatan
Witihama, dan melalui perantara berupa agen dan toko-toko/kios-kios yang ada di kecamatan
Witihama dan di ibukota kecamatan yang ada di Kabupaten Flores Timur
BAB III

ASPEK YURIDIS

3.1 Produk

Saat ini para pengusaha minyak kelapa telah memiliki izin produksi dari pemerintah
desa tuwagoetobi dengan persetujuan dari pemerintah kabupaten. Artinya dalam pandangan
hukum pengusaha minyak kelapa memproduksi produknya secara legal. Selanjutnya dengan
adanya surat izin produksi ini pengusaha minyak kelapa dapat melakukan produksi serta
memasarkannya ke wilayah-wilayah yang ada di dalam maupun diluar kabupaten Flores Timur.

3.2 Badan Hukum Usaha

Bentuk badan hukum usaha minyak kelapa ini adalah Perseroan Komanditer yang biasa
disingkat CV (Comanditaire Vennootschap) yang mana badan hokum ini adalah suatu Bentuk
Badan Usaha yang paling banyak digunakan oleh para Pengusaha Kecil dan Menengah (UKM)
sebagai bentuk identitas organisasi Badan Usaha di Indonesia.

3.3 Kegiatan Usaha

Pengusaha minyak kelapa saat ini masih dalam proses pengembangan untuk mengajukan
surat izin usaha industri (IUI). Sebagaimana surat izin usaha ini telah diatur dalam peraturan
menteri perindustrian NO.15 tahun 2019 tentang penerbitan izin usaha industri dan izin
perluasan (Disdagti Inhil, 2019). Karena sementara dalam masa pengembangan ini dasar hukum
yang digunakan sebagai legalitas usaha pengusaha minyak kelapa yaitu dengan izin produksi dari
departemen kesehatan. Berdasarkan surat izin produksi yang dikeluarkan oleh departemen
kesehatan, maka secara aspek hukum dan legalitas usaha pembuatan minyak kelapa dapat
dikatakan layak.
BAB IV

ASPEK TEKNIS / PRODUKSI / FISIK /PELAYANAN

4.1 Keadaan Lokasi Usaha

Keadaan lokasi usaha minyak ini bisa di katakan strategis karna lokasi usahanya dekat
dengan pasar yang menguntungkan bagi para pengusaha dalam bidang penjualan produk, biaya
dan waktu diperlukan untuk mengangkut produk ke pelanggan

`` 4.2. Proses Produksi


Secara garis besar proses pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan dengan dua cara:

1. Proses Basah.
Minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa segar. Untuk menghasilkan minyak dari
proses basah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
 Cara Basah Tradisional
 Cara Basah Fermentasi
 Cara basah Sentrifugasi
 Cara Basah dengan Penggorengan

2. Proses Kering
Minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa yang telah dikeringkan (kopra). Untuk
menghasilkan minyak dari proses basah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Ekstraksi secara mekanis (cara pres)
2. Ekstraksi menggunakan Pelarut
Untuk pengusaha minyak kelapa di desa Tuwagoetobi biasanya melakukan produksi
minyak kelapa dengan proses basah dengan cara basah fermentasi.
Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara basah tradisional. Pada cara basah
fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim. Selanjutnya krim difermentasi
untuk memudahkan penggumpalan bagian bukan minyak (terutama protein) dari minyak pada
waktu pemanasan. Mikroba yang berkembang selama fermentasi, terutama mikroba penghasil
asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein santan mengalami penggumpalan dan mudah
dipisahkan pada saat pemanasan sehingga dihasilkan Minyak Kelapa. Tahapan proses cara
fermentasi adalah sebagai berikut:
1. Daging buah kelapa diparut. Hasil parutan (kelapa parut) dipres sehingga mengeluarkan
santan. Ampas ditambah dengan air (ampas : air = 1 : 0,2) kemudian dipres lagi. Proses
ini diulangi sampai 5 kali. Santan yang diperoleh dari tiap kali pengepresan dicampur
menjadi satu.
2. Santan dimasukkan ke dalam wadah pemisah skim selama 12 jam, akan terjadi
pemisahan skim pada bagian bawah dan krim pada bagian atas. Setelah terjadi
pemisahan, kran saluran pengeluaran dari wadah pemisah dibuka sehingga skim mengalir
keluar dan menyisakan krim. Kemudian krim ini dikeluarkan dan ditampung pada wadah
terpisah dari skim.
3. Krim dicampur dengan ragi tapai (krim : ragi tapai = 1 : 0,005, atau 0,05%). Selanjutnya,
krim ini dibiarkan selama 20-24 jam sehingga terjadi proses fermentasi oleh mikroba
yang terdapat pada ragi tapai.
4. Krim yang telah mengalami fermentasi dipanaskan sampai airnya menguap dan
proteinnya menggumpal. Gumpalan protein ini disebut blondo. Pemanasan ini biasanya
berlangsung selama 15 menit.
5. Blondo yang mengapung di atas minyak dipisahkan kemudian dipres sehingga
mengeluarkan minyak. Minyak ini dicampurkan dengan minyak sebelumnya, kemudian
dipanaskan lagi selama 5 menit.
6. Minyak yang diperoleh disaring dengan kain kasa berlapis 4. Kemudian minyak diberi
BHT (200 mg per kg minyak).
7. Minyak dikemas dengan kotak kaleng, botol kaca atau botol plastic
8. Minyak kelapa siap di jual di pasar
BAB V
ASPEK PENGELOLAAN

5.1 Pola Pengeloaan Usaha


Untuk pola pengeloaan sendiri bagi pengusaha minyak kelapa di desa Tuwagoetobi tidak
di perlukan karena usaha ini masih bersifat individu hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga
dimana sudah pasti usaha ini di pimpin oleh salah satu anggota keluarga yang kebanyakan di
pimpin oleh kepala keluarga dan anggota keluarga lain sebagai pelakasana.
Untuk mekanisme pengeloaannya terdiri dari
 Pengeloaan produksi
 Pengeloaan pemasaran
 Pengeloaan distribusi (jika di perlukan)
 Pengelolaan keuangan

5.1 Struktur Organisasi

Antonius Kopong Sina


Pemimpin Usaha
(kepala keluarga)

1.Antonius Kopong Sina


pengeloaan produksi
2. Maria Palan Keda
pengeloaan pemasaran
(orangtua)

pengeloaan
1. Alfionita Kurman
pemasaran
2. Yulianingsi barek Duli pengeloaan
3. Kornelia Kewa Lela distribusi
(anggota Keluarga) pengeloaan
keuangan
5.3. Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk bentuk usaha bisnis dengan skala kecil seperti ini diperlukan sebuah upaya
penggelolaan usaha yang baik, hanya berbeda pada ukuran skala saja serta pengerjaannya yang
lebih sederhana dan bisa dikerjakan rangkap oleh satu atau dua orang pengeloal bisnis tesebut.
Beberapa hal yang menjadi patokan utama dalam mengelola usaha diantaranya adalah sebagai
berikut :
Untuk jumlah tenaga kerja seperti pada struktur organisasi diatas di butuhkan 5 orang
dengan fungsinya masing masing dimana pemimpin usaha Membuat perencanaan, memimpin
dan mengawasi pelaksanaan keseluruhan kegiatan usaha minyak kelapa. Mengambil keputusan
dengan kegiatan usaha supaya berjalan efektif dan efisien untuk mencapai target yang di
inginkan. Sedangakan anggota yang lain hanya sebagai pelaksana usaha.
BAB VI

ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN

6.1. Dampak terhadap masyarakat


Sesuai dengan tujuan pembangunan pertanian, tujuan dan sasaran pengembangan usaha
minyak kelapa, maka manfaat pengembangan usaha minyak kelapa sebagai berikut

 Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat


 Menumbuhkem bangkan usaha perkebunan di pedesaan
 Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya perkebunan kelapa
 Meningkatkan kontribusi sub sektor perkebunan dalam perekonomian daerah

6.2 Dampak terhadap Lingkungan


Mengelola usaha memiliki ruang lingkup bidang bisnis, yang hanya sebagai kegiatan
penjualan atau perdaganan distribusi, atau periklanan. Namun, seiring dengan perkembangan
jaman pengelolaan usaha minyak kelapa juga harus memiliki ruang lingkup kemasyarakatan,
yang harus memperhatikan kebutuhan dan keinginan manusia. Kebutuhan dan keinginan
manusia dapat dipenuhi oleh adanya produk ini.

Jadi dampak positif dari kegiatan usaha minyak kelapa terhadap lingkungan yaitu
Kebutuhan dan keinginan msyarakat dapat dipenuhi oleh adanya produk minyak kelapa yang
dihasilkan dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan produk ini yang bisa
menyebabkan peluang munculnya dampak negative yaitu terjadinya persaingan Antara penjual
minyak kelapa yang lainya seperti minyak kelapa sawit. Untuk upaya pencegahan sendiri belum
di temukan karena persaingan Antara kedua penjual merupakan urusan pribadi masing-masing.
BAB VII
ASPEK FINANSIAL

7.1. Kebutuhan biaya investasi


Berdasarkan seluruh proses kegiatan usaha, modal awal kerja yang di butuhkan adalah
sebagai berikut:
biaya investasi usaha awal   = Rp. 3.000.000,-
Biaya cadangan operasional            = Rp. 700.000,-
Total biaya usaha                          = Rp. 3.700.000,
 Biaya investasi alat produksi sebagai berikut
No Nama alat Volume Harga pembelian
1 Mesin parut 1 unit Rp. 2.500.000
2 Alat peras 3 unit kain Rp. 100.000
3 Alat masak 2 unit Rp. 800.000
4 Alat penampung(gerigen dan botol) 10 unit Rp. 200.000
Jumla Rp. 3.600.000
h

Untuk bahan pokoknya (kelapa) merupakan milik sendiri.

7.2.Kebutuhan modal kerja


Karena usaha minyak kelapa ini merupakan milik individu atau keluarga maka kebutuhan
modal kerja yang di perlukan hanya biaya makan minum saja
berdasarkan seluruh proses kegiatan usaha, maka modal untuk kebutuhan kerjanya adalah
sebagai berikut
kebutuhan modal kerja/bulan
No Kebutuhan Biaya
1 Air minum Rp. 400.000
2 Makanan Rp. 1.000.000
Jumla Rp. 1.400.000
h

7.3 Sumber Pendanaan


Sumber pendanaan usaha minyak kelapa ini menggunakan modal dari pinjaman di
koperasi untuk modal usaha awal dan untu usaha sterusnya akan menggunakan sana investasi
dari hasil penjualan minyak kelapa.
7.3 Analisa Kelayakan finansial

Biaya dihitung berdasarkan jumlah nilai uang yang benar-benar dikeluarkan untuk
membiayai kegiatan usahataninya yang meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan
biaya lain-lain. Biaya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah aktivitas usaha.
Usaha minyak kelapa memerlukan biaya yang terbagi dalam dua kelompok yakni biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variable (Variabel cost). Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang
jumlahnya tidak tetap atau tidak berubah dalam rentan waktu tertentu, berapapun besarnya
penjualan atau produksi usaha, atau dapat dikatankan bahwa biaya tetap merupakan biaya yang
jumlah totalnya tetap constant, tidak terpengaruh olej perubahan volume kegiatan sampai pada
tingkat tertentu.

Sedangkan biaya variable (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah,
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Besar kecilnya biaya variable dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh. Biaya variable terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, biaya tetap.

1. Analisis yang tidak memperhitungkan faktor waktu atau nilai uang : Anggaran arus kas
( Cash      Flow budget)

Perhitungan hasil analisis pendapatan dengan biaya (R/C) dapat dilihat sebagai berikut :

Revenue Cost Ratio (R/C) = TR/TC

R/C = Rp. 260.000 / Rp. 224.875

R/C = 1,15

Keterangan:

R/C merupakan nilai perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya. Total
pendapatan yang diterima oleh produsen minyak kelapa sebesar Rp 260.000 dan total biaya yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp 224.875. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
usaha minyak kelapa menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari
perbadingan total pendapatan dan total biaya (RC Racio) yang lebih besar dari satu, yaitu 1,15,
yang artinya setiap Rp 100 biaya yang dikeluarkan, maka produsen minyak kelapa di Desa
Lombong Timur, Kec, Malunda, Kab. Majene memperoleh penerimaan sebesar Rp. 115.

2. Analisis yang memperhitungan faktor waktu atas nilai uang

Untuk memperhitungkan faktor waktu atas nilai uang digunakan selisih antara nilai sekarang
(present value benefit) dan nilai biaya sekarang (present value cost) selama umur proyek dengan
tingkat bunga tertentu (NPV) dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan :

 NPV = Net Present Value ( dalam rupiah )


 Ct = Arus kas per tahun pada periode t
 C0 = Nilai investasi awal pada tahun ke 0 ( dalam rupiah )
 r = Suku bunga atau discount rate ( dalam % )

Pada analisis kelayakan finansial usaha minyak kelapa diperoleh hasil perhitungan NPV
dengan tingkat suku bunga sebesar 15% menghasilkan nilai NPV sebesar 9,2 (Rp. 920.850) yang
berarti usaha kopra ini menguntungkan atau layak untuk dikembangkan karena menghasilkan
nilai positif atau lebih dari 0. Hal ini disebabkan karena usaha kopra di Desa tuwagoetobi sudah
berkembang dan sudah lama berusahatani kelapa kemudian dikembangkan menjadi usaha
minyak kelapa, dilihat dari segi produksi dan permintaan dari konsumen (agen) yang dominan
berasal dari luar desa tersebut

3. Analisis Kepekaan ( Sensitivy analysis )

Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh2 yang akan
terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah

Tujuan Analisis Sensitivitas :


 Menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi
atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat.
 Analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada
proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yg akan terjadi di waktu
yang akan datang
 Analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi
dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau
ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat.

Untuk usaha minyak kelapa di desa tuwagoetobi sangat sensitif /peka terhadap perubahan
akibat beberapa hal, yaitu

 Harga

Perubahan harga (terutama harga output) dapat disebabkan karena adanya penawaran
(supply) yang bertambah dengan adanya bisnis skala besar atau adanya beberapa bisnis baru
dengan umur ekonomi yang panjang

 Keterlambatan pelaksanaan

Terlambat dalam pemesanan/penerimaan produk Masalah administrasi yang tidak


terhindarkan Khusus pada usaha di sector pemasaran, karena adanya pesaing baru yang memiliki
usaha yang sama, sehingga perlu adaptasi dengan hal tersebut.

 Kenaikan biaya ("cast over run").

Terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya konstruksi, misalnya pada saat pelaksanaan
ada kenaikan pada :

 Harga peralatan produksi


 Biaya pengangkutan
 Ketidaktepatan dan perkiraan hasil (produksi).

Analisis sentivitas dilihat terhadap kelayakan bisnis terhadap perbedaan dari perkiraan
hasil bisnis dengan hasil yang betul-betul dihasilkan di lokasi bisnis.
4. Proyeksi anggaran kas dari laba rugi dibuat untuk untuk 1 tahun
 Rincian Biaya Variable Dengan Mesin Rincian Nya Sebagai Berikut :

 Kelapa :Rp. 0 (milik sendiri)


 Plastik pengemas :Rp. 450.000
 Listrik dan PDAM :Rp. 200.000
 Kayu bakar dan minyak tanah :Rp. 510.000
Total                                        ;Rp. 1.160.000

 Total Biaya Operasional


Total Biaya Tetap + Total Biaya Variable
= Rp 260.000 + Rp.920.850
= Rp. 1.180.850

 Penerimaan Bisnis Minyak Kelapa Perbulanya

Penjualan Minyak Goreng Kelapa

= (15 liter x Rp. 12.000/liter x 30 hari)


= Rp. 5.000.000

 Keuntungan Bisnis Minyak Goreng Kelapa Perbulan


Keuntungan = Total Penerimaan – Total Biaya Operasional
= Rp. 5.000.000 – Rp 1.180.850
= Rp. 3.119.150

 Lama Balik Modal Bisnis Minyak Kelapa

= (Total Biaya Investasi : Keuntungan) x 1 Bulan


= (Rp. 5.000.000 Rp. 3.119.150) x 1 bulan
= 1.6 bulan
Jadi, Peluang Usaha Minyak Goreng Kelapa Dan Analisa Usahanya yang bisa anda coba,
peluang usaha minyak goreng kelapa ini sangat cocok bagi anda yang ingin keuntungan besar
karena dalam 1.5 bulan saja bisa balik modal jika dilihat dari analisa usaha di atas
DAFTAR PUSTAKA

proposal-usaha-produksi-minyak.html

Ngangi, E.L.A. 2001. Kajian Intensifikasi dan Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut
Kappaphycus

Alvarezii di Desa Bentenan- Tambak Kecamatan Belang Prop. Sulawesi Utara. ProgramPasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H,. dan Istini, S. 2006. Rumput Laut. Penebar
Swadaya.
Jakarta. 148 hlm

Soekartawi, 1993. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Press, Jakarta

Tumoka Nova. 2013. Anlaisis Pendapatan Usahatani Tomat Di Kecamatan Kawangkoan Barat.
Kabupaten

PS (2004) Statistik Indonesia 2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Sekretariat Kota Bontang. 2005. Peluang Investasi Bontang 2005. Sekretariat Kota Bontang

Anda mungkin juga menyukai