KECAMATAN WITIHAMA
OLEH
1804070034
FAKULTAS PERTANIAN
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat,bimbingan, dan penyertaan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini
dengan baik. Judul proposal ini adalah “Analisis Studi Kelayakan Minyak Kelapa di Desa
Tuwagoetobi Kecamatan Witihama Kabupaten Flores Timur”
Proposal ini berisi tentang studi kelayakan dari usaha minyak kelapa yang
mencakup aspek pasar, aspek yuridis, aspek teknis/produksi/fisik/pelayanan, aspek
pengelolaan, aspek social dan kingkungan dan aspek finansial . Proposal ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Analisa Proyek Pembangunan Kehutanan
Penulis menyadari bahwa pembahasan dalam proposal ini masih belum terlalu sempurna,
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi proposal ini sehingga
dapat menjadi acuan referensi selanjutnya.
COVER............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
3.1 Produk.............................................................................................................................
Desa/Kelurahan :Tuwagoetobi
Kelapa telah dikenal lama sejak zaman peradaban umat manusia dan diketahui dapat
tumbuh di daerah tropis. Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos
dari suku aren-arenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya
oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir.
Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Ada tiga teori yang
menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori yang pertama memperkirakan tanaman
kelapa adalah tanaman yang tumbuh di Amerika, teori yang kedua beranggapan bahwa tanaman
kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah, dan teori yang ketiga beranggapan
bahwa tanaman kelapa tumbuh dan berasal dari suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia,
atau mungkin daerah Pasifik Barat1 .
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa (Cocos
nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.
Ordo : Palmales
Familia : Palmae
Genus : Cocos
Penggolongan varieties kelapa pada umunya didasarkan pada perbedaan umur pohon
mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah, serta sifat-sifat khusus yang lain.
Kelapa adalah tanaman serbaguna. Seluruh bagian tanaman kelapa bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Itulah sebabnya tanaman ini telah ratusan tahun dikenal di seluruh
kepulauan nusantara. Kelapa dapat tumbuh di semua jenis tanah. Hal ini terbukti dengan adanya
tanaman kelapa rakyat yang tumbuh di tanah pekarangan, pertamanan, tempat rekreasi, di
pematang sawah dan di kebun bercampur baur dengan macam tanaman lain serta kelapa dapat
juga tumbuh di sungai dan lain-lain2 . Bagi perkebunan atau perusahaan yang akan mendirikan
perkebunan kelapa, memerlukan pertimbangan dan syarat tanah tertentu agar pertumbuhan
Tanaman kelapa merupakan komoditi ekspor dan dapat tumbuh disepanjang pesisir
pantai khususnya, dan dataran tinggi serta lereng gunung pada umumnya. Buah kelapa yang
menjadi bahan baku minyak disebut kopra. Dimana kandungan minyaknya berkisar antara 60 –
65 %. Sedang daging buah segar (muda) kandungan minyaknya sekitar 43 %. Minyak kelapa
terdiri dari gliserida, yaitu senyawa antara gliserin dengan asam lemak. Kandungan asam lemak
dari minyak kelapa adalah asam lemak jenuh yang diperkirakan 91 % terdiri dari Caproic,
Caprylic, Capric, Lauric, Myristic, Palmatic, Stearic, dan Arachidic, dan asam lemak tak jenuh
sekitar 9 % yang terdiri dari Oleic dan Linoleic.
Untuk menghasilkan bahan baku utama berupa daging buah untuk di olah menjadi
minyak sebanyak 10 ton dibutuhkan kelapa sebanyak 2.000 butir pertahun.
Distribusi pemasaran minyak kelapa ditetapkan 70 % untuk tujuan ekspor ke pasar di luar
kecamatan dan 30 % untuk memenuhi kebutuhan dalam kecamatan. Sedangkan inti kelapa
seperti sabut kelapa dan temburung kelapa seluruhnya dipasarkan di dalam kecamatan.
Terkait dengan strategi pemasaran produk olahan kelapa yang dihasilkan di desa
tuwagoetobi ini, Program pemasaran meliputi produk, harga, promosi, dan distribusi. Produk
yang dihasilkan adalah minyak goreng yang dikemas menggunakan plastik higienis (Refill).
Agar layak edar dan aman bagi kesehatan manusia maka produk ini nantinya akan dilengkapi
dengan sertifikat halal dari pemerintah desa Tuwagoetobi, dan izin Departemen Kesehatan.
Produk ini akan dikemas dalam 2 ukuran yakni 1 liter/sachet dan 2 liter per sachet. Oleh karena
produk ini tergolong baru maka pihak sentra usaha akan memperhatikan kualitas meliputi
kejernihan, ketengikan, warna dan rasa agar dapat bersaing dengan minyak kelapa sawit.
Harga jual akan ditetapkan oleh sentra industri denga mengacu pada biaya produksi
sebagai harga dasar per liter lalu ditambah margin 10%. penetapan harga diupayakan lebih
murah dibanding produk minyak kelapa sawit yang beredar di pasar Kabupaten Banggai.
Promosi yang akan dilakukan dengan mengikuti pameran yang diselenggarakan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banggai, dan menerapkan program promosi sales call
yakni menawarkan produk secara langsung ke masyarakat yang berada di Kecamatan Witihama
maupun di sekitar kecamatan Witihama. Produk minyak kelapa akan menggunakan jalur
distribusi ganda yakni secara langsung ke masayarakat sekitar sentra industri di Kecamatan
Witihama, dan melalui perantara berupa agen dan toko-toko/kios-kios yang ada di kecamatan
Witihama dan di ibukota kecamatan yang ada di Kabupaten Flores Timur
BAB III
ASPEK YURIDIS
3.1 Produk
Saat ini para pengusaha minyak kelapa telah memiliki izin produksi dari pemerintah
desa tuwagoetobi dengan persetujuan dari pemerintah kabupaten. Artinya dalam pandangan
hukum pengusaha minyak kelapa memproduksi produknya secara legal. Selanjutnya dengan
adanya surat izin produksi ini pengusaha minyak kelapa dapat melakukan produksi serta
memasarkannya ke wilayah-wilayah yang ada di dalam maupun diluar kabupaten Flores Timur.
Bentuk badan hukum usaha minyak kelapa ini adalah Perseroan Komanditer yang biasa
disingkat CV (Comanditaire Vennootschap) yang mana badan hokum ini adalah suatu Bentuk
Badan Usaha yang paling banyak digunakan oleh para Pengusaha Kecil dan Menengah (UKM)
sebagai bentuk identitas organisasi Badan Usaha di Indonesia.
Pengusaha minyak kelapa saat ini masih dalam proses pengembangan untuk mengajukan
surat izin usaha industri (IUI). Sebagaimana surat izin usaha ini telah diatur dalam peraturan
menteri perindustrian NO.15 tahun 2019 tentang penerbitan izin usaha industri dan izin
perluasan (Disdagti Inhil, 2019). Karena sementara dalam masa pengembangan ini dasar hukum
yang digunakan sebagai legalitas usaha pengusaha minyak kelapa yaitu dengan izin produksi dari
departemen kesehatan. Berdasarkan surat izin produksi yang dikeluarkan oleh departemen
kesehatan, maka secara aspek hukum dan legalitas usaha pembuatan minyak kelapa dapat
dikatakan layak.
BAB IV
Keadaan lokasi usaha minyak ini bisa di katakan strategis karna lokasi usahanya dekat
dengan pasar yang menguntungkan bagi para pengusaha dalam bidang penjualan produk, biaya
dan waktu diperlukan untuk mengangkut produk ke pelanggan
1. Proses Basah.
Minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa segar. Untuk menghasilkan minyak dari
proses basah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Cara Basah Tradisional
Cara Basah Fermentasi
Cara basah Sentrifugasi
Cara Basah dengan Penggorengan
2. Proses Kering
Minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa yang telah dikeringkan (kopra). Untuk
menghasilkan minyak dari proses basah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Ekstraksi secara mekanis (cara pres)
2. Ekstraksi menggunakan Pelarut
Untuk pengusaha minyak kelapa di desa Tuwagoetobi biasanya melakukan produksi
minyak kelapa dengan proses basah dengan cara basah fermentasi.
Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara basah tradisional. Pada cara basah
fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim. Selanjutnya krim difermentasi
untuk memudahkan penggumpalan bagian bukan minyak (terutama protein) dari minyak pada
waktu pemanasan. Mikroba yang berkembang selama fermentasi, terutama mikroba penghasil
asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein santan mengalami penggumpalan dan mudah
dipisahkan pada saat pemanasan sehingga dihasilkan Minyak Kelapa. Tahapan proses cara
fermentasi adalah sebagai berikut:
1. Daging buah kelapa diparut. Hasil parutan (kelapa parut) dipres sehingga mengeluarkan
santan. Ampas ditambah dengan air (ampas : air = 1 : 0,2) kemudian dipres lagi. Proses
ini diulangi sampai 5 kali. Santan yang diperoleh dari tiap kali pengepresan dicampur
menjadi satu.
2. Santan dimasukkan ke dalam wadah pemisah skim selama 12 jam, akan terjadi
pemisahan skim pada bagian bawah dan krim pada bagian atas. Setelah terjadi
pemisahan, kran saluran pengeluaran dari wadah pemisah dibuka sehingga skim mengalir
keluar dan menyisakan krim. Kemudian krim ini dikeluarkan dan ditampung pada wadah
terpisah dari skim.
3. Krim dicampur dengan ragi tapai (krim : ragi tapai = 1 : 0,005, atau 0,05%). Selanjutnya,
krim ini dibiarkan selama 20-24 jam sehingga terjadi proses fermentasi oleh mikroba
yang terdapat pada ragi tapai.
4. Krim yang telah mengalami fermentasi dipanaskan sampai airnya menguap dan
proteinnya menggumpal. Gumpalan protein ini disebut blondo. Pemanasan ini biasanya
berlangsung selama 15 menit.
5. Blondo yang mengapung di atas minyak dipisahkan kemudian dipres sehingga
mengeluarkan minyak. Minyak ini dicampurkan dengan minyak sebelumnya, kemudian
dipanaskan lagi selama 5 menit.
6. Minyak yang diperoleh disaring dengan kain kasa berlapis 4. Kemudian minyak diberi
BHT (200 mg per kg minyak).
7. Minyak dikemas dengan kotak kaleng, botol kaca atau botol plastic
8. Minyak kelapa siap di jual di pasar
BAB V
ASPEK PENGELOLAAN
pengeloaan
1. Alfionita Kurman
pemasaran
2. Yulianingsi barek Duli pengeloaan
3. Kornelia Kewa Lela distribusi
(anggota Keluarga) pengeloaan
keuangan
5.3. Kebutuhan Tenaga Kerja
Untuk bentuk usaha bisnis dengan skala kecil seperti ini diperlukan sebuah upaya
penggelolaan usaha yang baik, hanya berbeda pada ukuran skala saja serta pengerjaannya yang
lebih sederhana dan bisa dikerjakan rangkap oleh satu atau dua orang pengeloal bisnis tesebut.
Beberapa hal yang menjadi patokan utama dalam mengelola usaha diantaranya adalah sebagai
berikut :
Untuk jumlah tenaga kerja seperti pada struktur organisasi diatas di butuhkan 5 orang
dengan fungsinya masing masing dimana pemimpin usaha Membuat perencanaan, memimpin
dan mengawasi pelaksanaan keseluruhan kegiatan usaha minyak kelapa. Mengambil keputusan
dengan kegiatan usaha supaya berjalan efektif dan efisien untuk mencapai target yang di
inginkan. Sedangakan anggota yang lain hanya sebagai pelaksana usaha.
BAB VI
Jadi dampak positif dari kegiatan usaha minyak kelapa terhadap lingkungan yaitu
Kebutuhan dan keinginan msyarakat dapat dipenuhi oleh adanya produk minyak kelapa yang
dihasilkan dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan produk ini yang bisa
menyebabkan peluang munculnya dampak negative yaitu terjadinya persaingan Antara penjual
minyak kelapa yang lainya seperti minyak kelapa sawit. Untuk upaya pencegahan sendiri belum
di temukan karena persaingan Antara kedua penjual merupakan urusan pribadi masing-masing.
BAB VII
ASPEK FINANSIAL
Biaya dihitung berdasarkan jumlah nilai uang yang benar-benar dikeluarkan untuk
membiayai kegiatan usahataninya yang meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan
biaya lain-lain. Biaya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah aktivitas usaha.
Usaha minyak kelapa memerlukan biaya yang terbagi dalam dua kelompok yakni biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variable (Variabel cost). Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang
jumlahnya tidak tetap atau tidak berubah dalam rentan waktu tertentu, berapapun besarnya
penjualan atau produksi usaha, atau dapat dikatankan bahwa biaya tetap merupakan biaya yang
jumlah totalnya tetap constant, tidak terpengaruh olej perubahan volume kegiatan sampai pada
tingkat tertentu.
Sedangkan biaya variable (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah,
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Besar kecilnya biaya variable dipengaruhi oleh
produksi yang diperoleh. Biaya variable terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, biaya tetap.
1. Analisis yang tidak memperhitungkan faktor waktu atau nilai uang : Anggaran arus kas
( Cash Flow budget)
Perhitungan hasil analisis pendapatan dengan biaya (R/C) dapat dilihat sebagai berikut :
R/C = 1,15
Keterangan:
R/C merupakan nilai perbandingan antara total pendapatan dengan total biaya. Total
pendapatan yang diterima oleh produsen minyak kelapa sebesar Rp 260.000 dan total biaya yang
dikeluarkan adalah sebesar Rp 224.875. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
usaha minyak kelapa menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari
perbadingan total pendapatan dan total biaya (RC Racio) yang lebih besar dari satu, yaitu 1,15,
yang artinya setiap Rp 100 biaya yang dikeluarkan, maka produsen minyak kelapa di Desa
Lombong Timur, Kec, Malunda, Kab. Majene memperoleh penerimaan sebesar Rp. 115.
Untuk memperhitungkan faktor waktu atas nilai uang digunakan selisih antara nilai sekarang
(present value benefit) dan nilai biaya sekarang (present value cost) selama umur proyek dengan
tingkat bunga tertentu (NPV) dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan :
Pada analisis kelayakan finansial usaha minyak kelapa diperoleh hasil perhitungan NPV
dengan tingkat suku bunga sebesar 15% menghasilkan nilai NPV sebesar 9,2 (Rp. 920.850) yang
berarti usaha kopra ini menguntungkan atau layak untuk dikembangkan karena menghasilkan
nilai positif atau lebih dari 0. Hal ini disebabkan karena usaha kopra di Desa tuwagoetobi sudah
berkembang dan sudah lama berusahatani kelapa kemudian dikembangkan menjadi usaha
minyak kelapa, dilihat dari segi produksi dan permintaan dari konsumen (agen) yang dominan
berasal dari luar desa tersebut
Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh2 yang akan
terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah
Untuk usaha minyak kelapa di desa tuwagoetobi sangat sensitif /peka terhadap perubahan
akibat beberapa hal, yaitu
Harga
Perubahan harga (terutama harga output) dapat disebabkan karena adanya penawaran
(supply) yang bertambah dengan adanya bisnis skala besar atau adanya beberapa bisnis baru
dengan umur ekonomi yang panjang
Keterlambatan pelaksanaan
Terjadi karena adanya kenaikan dalam biaya konstruksi, misalnya pada saat pelaksanaan
ada kenaikan pada :
Analisis sentivitas dilihat terhadap kelayakan bisnis terhadap perbedaan dari perkiraan
hasil bisnis dengan hasil yang betul-betul dihasilkan di lokasi bisnis.
4. Proyeksi anggaran kas dari laba rugi dibuat untuk untuk 1 tahun
Rincian Biaya Variable Dengan Mesin Rincian Nya Sebagai Berikut :
proposal-usaha-produksi-minyak.html
Ngangi, E.L.A. 2001. Kajian Intensifikasi dan Analisis Finansial Usaha Budidaya Rumput Laut
Kappaphycus
Alvarezii di Desa Bentenan- Tambak Kecamatan Belang Prop. Sulawesi Utara. ProgramPasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H,. dan Istini, S. 2006. Rumput Laut. Penebar
Swadaya.
Jakarta. 148 hlm
Tumoka Nova. 2013. Anlaisis Pendapatan Usahatani Tomat Di Kecamatan Kawangkoan Barat.
Kabupaten
Sekretariat Kota Bontang. 2005. Peluang Investasi Bontang 2005. Sekretariat Kota Bontang