OLEH
1804070034
FAKULTAS PERTANIAN
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat,bimbingan, dan penyertaan-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Judul makalah ini adalah “Korupsi Anggaran Penaganan COVID 19 di NTT”
makalah ini beris tentang potensi Korupsi Anggaran Penaganan COVID 19 di NTT.
makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi
Penulis menyadari bahwa pembahasan dalam makalah ini masih belum terlalu sempurna,
sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis untuk melengkapi makalah ini sehingga
dapat menjadi acuan referensi selanjutnya.
COVER............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................
4.1 Kesimpulan
............................................................................................................................................................
4.2 Saran
............................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebaran virus Covid-19 menjadi penyebab angka kematian yang paling tinggi untuk
saat ini (Rahcmat, 2020;1), sehingga membawa perubahan besar bagi dunia termasuk Indonesia.
Berbagai negara telah menerapkan social distancing (pembatasan jarak sosial) untuk mengurangi
interaksi orang-orang dalam komunitas yang lebih luas, di mana individu mungkin terinfeksi
tetapi belum diidentifikasi, sehingga belum terisolasi (Darmalaksana, 2020:1).
Hal ini membawa dampak besar bagi seluruh sektor dalam kehidupan, mengakibatkan
banyaknya penutupan fasilitas pendidikan, pusat perbelanjaan dan lain sebagainya (Hasanah,
2020;3). Kebijakan yang dikeluarkan untuk membatasi penyebaran virus Corona berdampak
pada berbagai bidang diseluruh dunia terkhusus pada pendidikan (Herliandy, 2020:3).
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama
Republik Indonesia., menerapkan kebijakan belajar dan bekerja dari rumah sejak pertengahan
Maret 2020.
Pelaksanaan yang tidak terikat dengan waktu dan tanpa tatap muka menjadi keunggulan
pembelajaran daring yang bisa dimanfaatkan oleh guru Kegiatan pembelajaran daring memiliki
beberapa masalah, baik masalah yang dialami oleh guru, siswa maupun orang tua. Berdasarkan
survei kepada 602 guru (responden) di 14 provinsi didapatkan data hanya 8% guru yang
mengerti penggunaan gadget sebagai media untuk pembelajaran daring. Sementara ada 82,4%
yang minim memakai gadget untuk pembelajaran daring, dan 9.6% tidak memakai gadget untuk
pembelajaran daring. Guru yang tidak paham pembelajaran daring hanya berorientasi pada
kegiatan penilaian aspek standar pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ), bahkan ada
beberapa guru menerapkan pembelajaran jarak jauh seperti jadwal sekolah normal.
Mengakibatkan menambah beban yang harus dirasakan oleh siswa. Kendala lain yang dialami
yaitu siswa tidak mempunyai akses internet ataupun gadget untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran daring. Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam rapat Komisi X DPR (Juni, 2020)
mengatakan bahwa kuota internet menjadi salah satu masalah pembelajaran daring saat ini.
Orang tua siswa yang ekonominya terdampak pandemi Covid-19 juga merasa terbebani dengan
kuota internet. Menurut beliau, di Papua dari 608 siswa, terdapat 54% siswa tidak bisa mengikuti
pembelajaran daring karena terkendala kuota internet. Kota Bogor yang sangat dekat dengan
Jakarta pun masih terdapat 11% siswa yang tidak bisa mengikuti pembelajaran daring.
PEMBAHASAN
Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2, pertama kali
diidentifikasi di kota Wuhan, di provinsi Hubei Cina pada Desember 2019. Covid-19 telah
menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Jumlah kasus
positif virus corona (Covid-19) di Indonesia terus bertambah. Covid-19 sebelumnya dikenal
sebagai Novel 201 Novel Coronavirus (2019-nCoV) penyakit pernapasan, sebelum Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan nama resmi sebagai Covid-19 pada bulan Februari 2020.
Berbagai negara telah menerapkan social distancing (pembatasan jarak sosial) untuk
mengurangi interaksi orang-orang dalam komunitas yang lebih luas, di mana individu mungkin
terinfeksi tetapi belum diidentifikasi, sehingga belum terisolasi (Darmalaksana, 2020:1).
Hal ini membawa dampak besar bagi seluruh sektor dalam kehidupan, mengakibatkan
banyaknya penutupan fasilitas pendidikan, pusat perbelanjaan dan lain sebagainya (Hasanah,
2020;3). Kebijakan yang dikeluarkan untuk membatasi penyebaran virus Corona berdampak
pada berbagai bidang diseluruh dunia terkhusus pada pendidikan. Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama Republik Indonesia.,
menerapkan kebijakan belajar dan bekerja dari rumah sejak pertengahan.
Potensi korupsi antara lain saat pemerintah menggelontarkan dana bantuan untuk warga
yang mengalami pelemahan ekonomi karena pandemi Covid-19. "Penggelapan dana bantuan.
Bisa saja anggaran-anggaran sudah ditransfer bermasalah di pelaksananya, jumlah bantuan tak
sesuai dengan yang diterimakan,"
Selain itu, bisa juga terjadi pungutan liar, hingga dobel pembiayaan akibat data penerima
yang amburadul. Apalagi, kata dia, bantuan langsung tunai (BLT) yang sudah diwajibkan dalam
anggaran pendapatan belanja negara (APBN) juga terdapat dalam anggaran pendapatan belanja
daerah (APBD). Misbah mengatakan, sebetulnya pemerintah sudah banyak menerbitkan regulasi
dalam hal kebijakan anggaran di masa pandemi Covid-19, dari Instruksi Presiden (Inpres) hingga
Surat Edaran (SE). Namun sayangnya, kata dia, realokasi anggaran sebesar Rp 405,1 triliun yang
dilakukan pemerintah untuk menangani Covid-19 ini masih sangat kecil atau hanya 3 persen.
"Pemerintah kurang serius dalam melakukan realokasi meski banyak yang disisir terutama yang
direalokasi banyak yang di bawah 20 persen," kata dia. Pihaknya pun merekomendasikan agar
pemerintah wajib membuat item khusus untuk anggaran Covid-19. Agar penggunaannya jelas
dan dapat secara berkalah.
Sebaiknya pula, kata dia, saat pengumuman rutin terkait perkembangan Covid-19,
pemerintah menyertakan besaran dana yang sudah digunakan. Selain itu, pemerintah juga
diminta membuat kajian kerentanan sosial secara menyeluruh serta melakukan sinkronisasi
kebijakan anggaran pusat dan daerah. "Pelibatan masyarakat sipil dalam penanganan Covid-19
terutama untuk membuat portal pengaduan terhadap potensi-potensi penyimpangan yang ada di
lapangan juga diperlukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Di harapkan pemerintah lebih tegas lagi dalam menangani kasus korupsi yang sering
berkeliaran di provinsi NTT
DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/09/21255061/ini-potensi-korupsi-anggaran-
penanganan-covid-19-menurut-fitra .
Syarifuddin, soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (Ui-
Press), 1986.