A. LATAR BELAKANG
Banyaknya stakeholder yang ikut memanfaatkan Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus (KHDTK) Mengekendek, tidak lepas dari persoalan geografis di mana areal
KHDTK Mengkendek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk. Dalam
realitanya pemanfaatan KHDTK Mengkendek oleh stakeholder kadang bertentangan
dengan tujuan pengelolaan. Terjadinya okupasi lahan/ perambahan dan pendudukan
lahan (untuk tujuan berkebun, kavling perumahan, bahkan bahkan dibuatkan SHM),
penebangan pohon secara ilegal (illegal logging), dan penggembalaan ternak, merupakan
contoh-contoh pemanfaatan KHDTK Mengkendek yang tidak sesuai dengan tujuan
pengelolaan.
Penelitian yang dijabarkan dalam jurnal ini bertujuan mengidentifikasi dan
memetakan stakeholder (pemangku kepentingan) berdasarkan power (kekuatan/
pengaruh) dan interest (tingkat dan jenis kepentingan), serta menguraikan peran yang
dapat dilakukan dalam pengelolaan KHDTK Mengkendek. Harapannya bahwa penelitian
ini dapat menjadi rujukan Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Makassar dalam
memaksimalkan fungsinya di KHDTK Mengkendek.
Penelitian sebelumnya dilakukan juga oleh author sendiri (Abd. Kadir Wakka) pada
tahun 2008 yang menemukan aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai peruntukan di dalam
kawasan KHDTK Mengkendek seperti yang sudah dijabarkan di atas. Oleh karena teknik
analisis data yang digunakan adalah teknik analisis stakeholder, maka teori yang dipakai
juga berkaitan dengan analisis stakeholder. Antara lain yang dikemukakan Archi Rastogi
(Rastogi, et al., 2010) tentang manfaat analisis stakeholder dalam memobilisasi
sumberdaya lokal. Mushove dan Vogel (2005) juga menyampaikan bahwa analisis
stakeholder dapat membantu dalam memahami konflik penggunaan sumber daya lahan.
Secara umum, penyalahgunaan pemanfaatan kawasan hutan akan menyebabkan
berkurangnya fungsi hutan bagi masyarakat luas. Hutan memberikan kontribusi
signifikan bagi pendapatan masyarakat, khususnya yang hidup di kawasan tropis di
seluruh dunia (Whiteman and Lebedys, 2006). Pemanfaatan hutan harus diawasi ketat
oleh pemerintah karena “the government seeks to captureeconomic rents from forest
resources use through a set of fiscal instruments and schemes (Mumbunan & Wahyudi
2015, from Karsenty 2010).
B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode kualitatif, yaitu
dengan in-depth interview. sampel. Menurut Lodico, dkk (2006) yang dikutip oleh Emzir
(2014), penelitian kualitatif yang juga disebut penelitian interpretatif atau lapangan
adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan
antropologi, yang diadaptasi ke dalam latar pendidikan. Subjek penelitian adalah sejumlah
informan kunci yang dapat memberikan keterangan akurat, dan selain itu juga
melibatkan para petani penggarap lahan di KHDTK Mengkendek, koordinator penyuluh
kehutanan Kabupaten Tana Toraja, staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Tana Toraja, aparat Kelurahan Rante Kalua, dan tokoh masyarakat.
Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis stakeholder secara kualitatif
(Bracke, et al, 2005). Analisis ini digunakan untuk menjelaskan stakeholder yang terlibat
dalam pengelolaan KHDTK Mengkendek, kepentingan dan pengaruh setiap stakeholders
serta untuk menjelaskan perannya dalam mendukung tujuan pengelolaan KHDTK
Mengkendek.
2. PEMBAHASAN
Setelah memahami pembagian stakeholders dalam jenis primer-sekunder, pembagian
menurut kepentingan dan pengaruh, serta berhasil menemukan kategorisasi dalam konteks
KHTDK Mengkendek, maka penting untuk mengetahui peran masing-masing stakeholders untuk
dimaksimalkan agar pengelolaan KHDTK Mengkendek dapat terarah dengan baik.
a) BPK Makassar berdasarkan SK Menhut No 367/Menhut-II/2004 diberikan mandat
untuk mengelola KHTDTK Mengkendek sebagai hutan penelitian. Untuk itu BPK
Makassar perlu menyusun rencana dan strategi pengelolaan yang memperhatikan
peran stakeholders lainnya.
b) Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Tana Toraja melalui
program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) berperan
mengamankan areal lahan (melalui polisi hutan), mengupayakan rehabilitasi/
konservasi hutan, dan mengurangi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap
KHDTK Mengkendek (melalui pengembangan Hutan Rakyat).
c) Pemerintah kelurahan/ lembang berperan mengamankan kawasan hutan dari
pengrusakan hutan yang dilakukan oleh masyarakat, sekaligus mempengaruhi
masyarakat untuk ikut terlibat dalam upaya pengelolaan hutan sesuai rencana
strategis BPK Makassar dan Dishutbun Kabupaten.
d) Tongkonan sebagai entitas adat berfungsi untuk menumbuhkan semangat
kekeluargaan dan kebersamaan yang diperlukan dalam mendukung keberhasilan
pengelolaan hutan.
e) Masyarakat penggarap dapat berperan dalam pemanfaatan kawasan secara lestari
(memperhatikan aspek kelestarian hutan/ tidak merusak), mendukung pelaksanaan
kegiatan penelitian BPK Makassar, dan terlibat mengawasi areal hutan dari pihak-
pihak yang mau merusak KHDTK Mengkendek.
f) LSM setempat berperan meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat melalui
kegiatan pendampingan dan pelatihan teknis.
Dari keseluruhan hasil dan pembahasan, penelitian ini secara substansial sudah memenuhi
kesesuaian dengan teori-teori yang digunakan dan merupakan kelanjutan dari hasil penelitian
sebelumnya.
Hasil penelitian ini membawa kita pada kesimpulan bahwa dalam pengelolaan hutan
(khususnya KHDTK Mengkendek), memiliki kompleksitas yang semuanya saling terkait dalam
proses mencapai tujuan pengelolaan dan pelestarian hutan. Temuan-temuan terkait dengan
kategorisasi, peran, dan kepentingan stakeholders, membuat kita dapat mengambil kesimpulan
tentang perlunya pengelolaan secara komprehensif dan berkesinambungan dari kawasan hutan
tersebut.
Hasil penelitian ini perlu untuk menjadi rujukan berbagai pihak dalam pemanfaatan
KHDTK Mengkendek, antara lain untuk: penyusunan rencana strategis BPK Makassar dalam
pengelolaan kawasan penelitian, bahan kajian dalam penyusunan peraturan daerah (perda)
tentang kawasan hutan dan hutan adat dalam lingkup Kabupaten Tana Toraja beserta turunannya,
bahkan menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang memiliki keterhubungan
baik dalam locus yang sama maupun berbeda.